Anda di halaman 1dari 2

Instansi Pemerintah harus Patuh terhadap UU ASN

Kamis, 5 Oktober 2023 08:12 WIB

KEPUTUSAN pemerintah yang melarang instansi di lingkung-annya untuk mengangkat


pegawai honorer patut kita dukung. Sebab, kebijakan itu memang diperlukan guna menata
kemba-li posisi para pegawai di lingkungan pemerintan, karena jika te-rus diabaikan maka
persoalan kepegawaian dimaksud tidak akan pernah selesai.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pegawai honorer selama ini sering diangkat bukan atas
dasar kompetensi kebutuhan or-ganisasi, tetapi lebih kepada kedekatan yang bersangkutan
de-ngan pejabat setempat. Akibatnya, yang bersangkutan tidak bisa memberi kontribusi
apapun selain hanya menunggu gaji dari pe-merintah setiap awal bulan.

Kecuali itu, sebagaimana sering diungkapkan Mendagri Tito Karnavian, setiap pergantian
kepala daerah maka timsesnya ba-nyak yang diangkat menjadi pegawai honorer, sehingga
setiap lima pegawai tersebut terus bertambah meskipun yang bersang-kutan tidak punya
keterampilan apapun. Akibatnya, jumlah pega-wai honorer terus membengkak, dan kondisi
itu tentu saja sema-kin memberatkan keuangan negara.

Sebelumnya diberitakan, instansi pemerintah dilarang meng-angkat pegawai honorer atau


non-ASN setelah Undang-undang Aparatur Sipil Negara (ASN) berlaku. Selain itu, penataan
status tenaga honorer juga harus dilakukan paling lambat pada Desem-ber 2024 mendatang.

"Pegawai non-ASN atau nama lainnya wajib diselesaikan pe-nataannya paling lambat
Desember 2024 dan sejak Undang-Undang ini mulai berlaku Instansi Pemerintah dilarang
mengang-kat pegawai non-ASN atau nama lainnya selain Pegawai ASN," demikian bunyi
Pasal 67 UU ASN.

Bagian penjelasan pasal tersebut disebutkan yang dimaksud dengan penataan adalah
termasuk verifikasi dan validasi oleh lembaga yang berwenang. Sementara itu, pada Pasal 66
UU ASN dijelaskan pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengangkat pegawai non-ASN
untuk mengisi jabatan ASN.

Larangan tersebut berlaku juga bagi pejabat lain di instansi pe-merintah yang melakukan
pengangkatan pegawai non-ASN. Pe-jabat Pembina Kepegawaian dan pejabat lain yang
mengangkat pegawai non-ASN untuk mengisi jabatan ASN dikenakan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

DPR resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang ASN menjadi undang-
undang. Pengesahan dilakukan le-wat rapat paripurna DPR, Selasa (3/10). Rapat dipimpin
oleh Wa-kil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. Ia didampingi Wakil Ketua DPR Lodewijk
Freidrich Paulus dan Rachmat Gobel.

"Kami menanyakan kepada setiap fraksi. Apakah RUU tentang perubahan atas Undang-
undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN dapat disetujui untuk disahkan menjadi UU?" kata
Dasco di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta.

Pengesahan RUU ASN ini dihadiri langsung perwakilan peme-rintah yaitu Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refor-masi Birokrasi Abdullah Azwar. Ada juga
jajaran Kementerian Da-lam Negeri, Kementerian Keuangan, hingga Kementerian Hukum
dan HAM.

Mayoritas fraksi di DPR menyetujui pengesahan RUU ASN ini. Fraksi-fraksi yang setuju
adalah PDIP, Golkar, Gerindra, Demo-krat, NasDem, PKB, PPP, dan PAN. Hanya Fraksi
PKS yang mene-rima dengan delapan catatan.

Untuk itu, sekali lagi, kita berharap agar seluruh instansi di ja-jaran Pemerintah tunduk dan
taat terhadap UU ASN ini. Sebab, UU ini sengaja dibuat DPR bersama Pemerintah justru
untuk me-lindungi pegawai honorer agar masa depannya jauh lebih baik dari kondisi yang
ada sekarang.

Anda mungkin juga menyukai