Anda di halaman 1dari 22

Android (/ˈæn.

drɔɪd/; AN-droyd) adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk
perangkat bergerak layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android awalnya
dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian
membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan
dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat
keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka
perangkat seluler.[13]Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008.

Antarmuka pengguna Android umumnya berupa manipulasi langsung, menggunakan gerakan sentuh
yang serupa dengan tindakan nyata, misalnya menggeser, mengetuk, dan mencubit untuk
memanipulasi objek di layar, serta papan ketik virtual untuk menulis teks. Selain perangkat layar
sentuh, Google juga telah mengembangkan Android TV untuk televisi, Android Auto untuk mobil,
dan Android Wear untuk jam tangan, masing-masingnya memiliki antarmuka pengguna yang
berbeda. Varian Android juga digunakan pada komputer jinjing, konsol permainan, kamera digital,
dan peralatan elektronik lainnya.

Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di bawah Lisensi
Apache.[11] Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada Android memungkinkan
perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat,
operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar komunitas
pengembang aplikasi (apps) yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam
versi kustomisasi bahasa pemrograman Java.[16] Pada bulan Oktober 2013, ada lebih dari satu juta
aplikasi yang tersedia untuk Android, dan sekitar 50 miliar aplikasi telah diunduh dari Google Play,
toko aplikasi utama Android.[17][18] Sebuah survei pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa
Android adalah platform paling populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang
aplikasi bergerak.[19] Di Google I/O 2014, Google melaporkan terdapat lebih dari satu miliar
pengguna aktif bulanan Android, meningkat dari 583 juta pada bulan Juni 2013.[20]

Faktor-faktor di atas telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan Android, menjadikannya


sebagai sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan di dunia,[21] mengalahkan
Symbian pada tahun 2010.[22] Android juga menjadi pilihan bagi perusahaan teknologi yang
menginginkan sistem operasi berbiaya rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk perangkat
berteknologi tinggi tanpa harus mengembangkannya dari awal.[23] Sifat Android yang terbuka juga
telah mendorong munculnya sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi untuk menggunakan
kode sumber terbuka sebagai dasar proyek pembuatan aplikasi, dengan menambahkan fitur-fitur
baru bagi pengguna tingkat lanjut atau mengoperasikan Android pada perangkat yang secara resmi
dirilis dengan menggunakan sistem operasi lain.[24]

Pada November 2013, Android menguasai pangsa pasar telepon pintar global, yang dipimpin oleh
produk-produk Samsung, dengan persentase 64% pada bulan Maret 2013.[25] Pada Juli 2013,
terdapat 11.868 perangkat Android berbeda dengan beragam versi.[26] Keberhasilan sistem operasi
ini juga menjadikannya sebagai target ligitasi paten "perang telepon pintar" antar perusahaan-
perusahaan teknologi.[27][28] Hingga bulan Mei 2013, total 900 juta perangkat Android telah
diaktifkan di seluruh dunia, dan 48 miliar aplikasi telah dipasang dari Google Play.
Gambar 1.layar depan android

Layar Depan Android


SEJARAH

Android, Inc. didirikan di Palo Alto, California, pada bulan Oktober 2003 oleh Andy Rubin (pendiri
Danger),[31]Rich Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc.),[32] Nick Sears[33] (mantan VP T-
Mobile), dan Chris White (kepala desain dan pengembangan antarmuka WebTV)[12] untuk
mengembangkan "perangkat seluler pintar yang lebih sadar akan lokasi dan preferensi
penggunanya".[12] Tujuan awal pengembangan Android adalah untuk mengembangkan sebuah
sistem operasi canggih yang diperuntukkan bagi kamera digital, namun kemudian disadari bahwa
pasar untuk perangkat tersebut tidak cukup besar, dan pengembangan Android lalu dialihkan bagi
pasar telepon pintar untuk menyaingi Symbian dan Windows Mobile (iPhone Apple belum dirilis
pada saat itu).[34] Meskipun para pengembang Android adalah pakar-pakar teknologi yang
berpengalaman, Android Inc. dioperasikan secara diam-diam, hanya diungkapkan bahwa para
pengembang sedang menciptakan sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan bagi telepon seluler.
[12] Masih pada tahun yang sama, Rubin kehabisan uang. Steve Perlman, seorang teman dekat
Rubin, meminjaminya $10.000 tunai dan menolak tawaran saham di perusahaan.[35]

Gambar 2.Andy Rubin

Andy Rubin

Google mengakuisisi Android Inc. pada tanggal 17 Agustus 2005, menjadikannya sebagai anak
perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Google. Pendiri Android Inc. seperti Rubin, Miner dan
White tetap bekerja di perusahaan setelah diakuisisi oleh Google.[12] Setelah itu, tidak banyak yang
diketahui tentang perkembangan Android Inc., namun banyak anggapan yang menyatakan bahwa
Google berencana untuk memasuki pasar telepon seluler dengan tindakannya ini.[12] Di Google, tim
yang dipimpin oleh Rubin mulai mengembangkan platform perangkat seluler dengan menggunakan
kernel Linux. Google memasarkan platform tersebut kepada produsen perangkat seluler dan
operator nirkabel, dengan janji bahwa mereka menyediakan sistem yang fleksibel dan bisa
diperbarui. Google telah memilih beberapa mitra perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras,
serta mengisyaratkan kepada operator seluler bahwa kerja sama ini terbuka bagi siapapun yang
ingin berpartisipasi.[36][37][38]
Gambar 3.HTC Dream

HTC Dream, ponsel Android pertama.

Spekulasi tentang niat Google untuk memasuki pasar komunikasi seluler terus berkembang hingga
bulan Desember 2006.[39]BBC dan Wall Street Journal melaporkan bahwa Google sedang bekerja
keras untuk menyertakan aplikasi dan mesin pencarinya di perangkat seluler. Berbagai media cetak
dan media daring mengabarkan bahwa Google sedang mengembangkan perangkat seluler dengan
merek Google. Beberapa di antaranya berspekulasi bahwa Google telah menentukan spesifikasi
teknisnya, termasuk produsen telepon seluler dan operator jaringan. Pada bulan Desember 2007,
InformationWeek melaporkan bahwa Google telah mengajukan beberapa aplikasi paten di bidang
telepon seluler.[40][41]

Pada tanggal 5 November 2007, Open Handset Alliance (OHA) didirikan. OHA adalah konsorsium dari
perusahaan-perusahaan teknologi seperti Google, produsen perangkat seluler seperti HTC, Sony dan
Samsung, operator nirkabel seperti Sprint Nextel dan T-Mobile, serta produsen chipset seperti
Qualcomm dan Texas Instruments. OHA sendiri bertujuan untuk mengembangkan standar terbuka
bagi perangkat seluler.[13] Saat itu, Android diresmikan sebagai produk pertamanya; sebuah
platform perangkat seluler yang menggunakan kernel Linux versi 2.6.[13] Telepon seluler komersial
pertama yang menggunakan sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang diluncurkan pada 22
Oktober 2008.[42]

Pada tahun 2010, Google merilis seri Nexus; perangkat telepon pintar dan tablet dengan sistem
operasi Android yang diproduksi oleh mitra produsen telepon seluler seperti HTC, LG, dan Samsung.
HTC bekerja sama dengan Google dalam merilis produk telepon pintar Nexus pertama, yakni Nexus
One.[43] Seri ini telah diperbarui dengan perangkat yang lebih baru, misalnya telepon pintar Nexus 4
dan tablet Nexus 10 yang diproduksi oleh LG dan Samsung.[44] Pada 15 Oktober 2014, Google
mengumumkan Nexus 6 dan Nexus 9 yang diproduksi oleh Motorola dan HTC.[45] Pada 13 Maret
2013, Larry Page mengumumkan dalam postingan blognya bahwa Andy Rubin telah pindah dari divisi
Android untuk mengerjakan proyek-proyek baru di Google.[46] Ia digantikan oleh Sundar Pichai,
yang sebelumnya menjabat sebagai kepala divisi Google Chrome, yang mengembangkan Chrome OS.
[44]

Sejak tahun 2008, Android secara bertahap telah melakukan sejumlah pembaruan untuk
meningkatkan kinerja sistem operasi, menambahkan fitur baru, dan memperbaiki bug yang terdapat
pada versi sebelumnya. Setiap versi utama yang dirilis dinamakan secara alfabetis berdasarkan
nama-nama makanan pencuci mulut atau cemilan bergula; misalnya, versi 1.5 bernama Cupcake,
yang kemudian diikuti oleh versi 1.6 Donut. Versi terbaru adalah 5.0 Lollipop, yang dirilis pada 15
Oktober 2014.

FITUR

ANTAR MUKA

Antarmuka pengguna pada Android didasarkan pada manipulasi langsung,[48] menggunakan


masukan sentuh yang serupa dengan tindakan di dunia nyata, misalnya menggesek (swiping),
mengetuk (tapping), dan mencubit (pinching), untuk memanipulasi objek di layar.[48] Masukan
pengguna direspon dengan cepat dan juga tersedia antarmuka sentuh layaknya permukaan air,
seringkali menggunakan kemampuan getaran perangkat untuk memberikan umpan balik haptik
kepada pengguna. Perangkat keras internal seperti akselerometer, giroskop, dan sensor proksimitas
digunakan oleh beberapa aplikasi untuk merespon tindakan pengguna, misalnya untuk
menyesuaikan posisi layar dari potret ke lanskap, tergantung pada bagaimana perangkat diposisikan,
atau memungkinkan pengguna untuk mengarahkan kendaraan saat bermain balapan dengan
memutar perangkat sebagai simulasi kendali setir.[49]

Ketika dihidupkan, perangkat Android akan memuat pada layar depan (homescreen), yakni navigasi
utama dan pusat informasi pada perangkat, serupa dengan desktop pada komputer pribadi. Layar
depan Android biasanya terdiri dari ikon aplikasi dan widget; ikon aplikasi berfungsi untuk
menjalankan aplikasi terkait, sedangkan widget menampilkan konten secara langsung dan terbarui
otomatis, misalnya prakiraan cuaca, kotak masuk surel pengguna, atau menampilkan tiker berita
secara langsung dari layar depan.[50] Layar depan bisa terdiri dari beberapa halaman, pengguna
dapat menggeser bolak balik antara satu halaman ke halaman lainnya, yang memungkinkan
pengguna Android untuk mengatur tampilan perangkat sesuai dengan selera mereka. Beberapa
aplikasi pihak ketiga yang tersedia di Google Play dan di toko aplikasi lainnya secara ekstensif
mampu mengatur kembali tema layar depan Android, dan bahkan bisa meniru tampilan sistem
operasi lain, misalnya Windows Phone.[51] Kebanyakan produsen telepon seluler dan operator
nirkabel menyesuaikan tampilan perangkat Android buatan mereka untuk membedakannya dari
pesaing mereka.[52]
Gambar 4.notifikasi pada Android ponsel

Layar Notifikasi pada Ponsel Android

Di bagian atas layar terdapat status bar, yang menampilkan informasi tentang perangkat dan
konektivitasnya. Status bar ini bisa "ditarik" ke bawah untuk membuka layar notifikasi yang
menampilkan informasi penting atau pembaruan aplikasi, misalnya surel diterima atau SMS masuk,
dengan cara tidak mengganggu kegiatan pengguna pada perangkat.[53] Pada versi awal Android,
layar notifikasi ini bisa digunakan untuk membuka aplikasi yang relevan, namun setelah diperbarui,
fungsi ini semakin disempurnakan, misalnya kemampuan untuk memanggil kembali nomor telepon
dari notifikasi panggilan tak terjawab tanpa harus membuka aplikasi utama.[54] Notifikasi ini akan
tetap ada sampai pengguna melihatnya, atau dihapus dan di nonaktifkan oleh pengguna.

APLIKASI

Android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang diperoleh
dari toko aplikasi seperti Google Play, Amazon Appstore, ataupun dengan mengunduh dan
memasang berkas APK dari situs pihak ketiga.[55] Di Google Play, pengguna bisa menjelajah,
mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga,
sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google.[56] Google Play akan menyaring daftar aplikasi
yang tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat pengguna, dan pengembang dapat
membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara tertentu untuk alasan bisnis.[57]
Pembelian aplikasi yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dapat dikembalikan dalam waktu
15 menit setelah pengunduhan.[58] Beberapa operator seluler juga menawarkan tagihan langsung
untuk pembelian aplikasi di Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian aplikasi pada
tagihan bulanan pengguna.[59] Pada bulan September 2012, ada lebih dari 675.000 aplikasi yang
tersedia untuk Android, dan perkiraan jumlah aplikasi yang diunduh dari Play Store adalah 25 miliar.
[60]

Aplikasi Android dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan menggunakan kit
pengembangan perangkat lunak Android (SDK). SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas
pengembangan,[61] termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak, emulator handset yang
berbasis QEMU, dokumentasi, kode sampel, dan tutorial. Didukung secara resmi oleh lingkungan
pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan plugin Android Development Tools (ADT).
Perkakas pengembangan lain yang tersedia di antaranya adalah Native Development Kit untuk
aplikasi atau ekstensi dalam C atau C++, Google App Inventor, lingkungan visual untuk pemrogram
pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler lintas platform.

Dalam rangka menghadapi penyensoran Internet di Republik Rakyat Tiongkok, perangkat Android
yang dijual di RRT umumnya disesuaikan dengan layanan yang disetujui oleh negara.[62]

PENGELOLAAN MEMORI

Karena perangkat Android umumnya bertenaga baterai, Android dirancang untuk mengelola memori
(RAM) guna menjaga konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi desktop yang bisa
terhubung pada sumber daya listrik tak terbatas. Ketika sebuah aplikasi Android tidak lagi digunakan,
sistem secara otomatis akan menangguhkannya (suspend) dalam memori – secara teknis aplikasi
tersebut masih "terbuka", namun dengan ditangguhkan, aplikasi tidak akan mengkonsumsi sumber
daya (misalnya daya baterai atau daya pemrosesan), dan akan "diam" di latar belakang hingga
aplikasi tersebut digunakan kembali. Cara ini memiliki manfaat ganda, tidak hanya meningkatkan
respon perangkat Android karena aplikasi tidak perlu ditutup dan dibuka kembali dari awal setiap
saat, tetapi juga memastikan bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang tidak menghabiskan
daya secara sia-sia.[63]

Android mengelola aplikasi yang tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah, sistem
akan menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu, aplikasi akan
dinonaktifkan dalam urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir digunakan. Proses ini tidak terlihat
oleh pengguna, jadi pengguna tidak perlu mengelola memori atau menonaktifkan aplikasi secara
manual.[64] Namun, kebingungan pengguna atas pengelolaan memori pada Android telah
menyebabkan munculnya beberapa aplikasi task killer pihak ketiga yang populer di Google Play.

PERSYARATAN PERANGKAT KERAS

Hingga November 2013, versi terbaru Android membutuhkan setidaknya 512 MB RAM,
[66]prosesorARMv732-bit, arsitektur MIPS, atau x86,[5] serta unit pemroses grafis (GPU) kompatibel
OpenGL ES 2.0.[67]

Platformperangkat keras utama pada Android adalah arsitektur ARM. Ada juga dukungan untuk x86
dari proyek Android-x86,[5] dan Google TV menggunakan versi x86 khusus Android. Pada tahun
2013, Freescale mengumumkan melibatkan Android dalam prosesor i.MX buatannya, yakni seri
i.MX5X dan i.MX6X.[68] Pada 2012, prosesor Intel juga mulai muncul pada platform utama Android,
misalnya pada telepon seluler.[69]

Beberapa komponen perangkat keras tidak diperlukan, namun sudah menjadi standar di perangkat
tertentu. Beberapa fitur awalnya dibutuhkan sebagai persyaratan, namun kemudian ditiadakan.
Setelah Android menjadi OS telepon pintar, beberapa perangkat keras, seperti mikrofon, lambat
laun berubah menjadi perangkat opsional. Selain itu, kamera ditetapkan sebagai perangkat wajib
bagi ponsel-ponsel Android.[70] Perangkat Android menggabungkan berbagai komponen perangkat
keras opsional, termasuk kamera video, GPS, sensor orientasi perangkat keras, kontrol permainan,
akselerometer, giroskop, barometer, magnetometer, sensor proksimitas, sensor tekanan,
termometer, dan layar sentuh.

Android mendukung OpenGL ES 1.1, 2.0, dan 3.0. Beberapa aplikasi secara eksplisit mengharuskan
versi tertentu dari OpenGL ES, sehingga perangkat keras GPU yang cocok diperlukan bagi perangkat
Android untuk menjalankan aplikasi tertentu.

PENGEMBANGAN

Android dikembangkan secara pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan pembaruan siap
untuk dirilis, dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan kepada publik.[71] Kode
sumber ini hanya akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat tertentu, biasanya pada seri Nexus.
[72] Ada binari tersendiri yang disediakan oleh produsen agar Android bisa beroperasi.[73]

Logo Android yang berwarna hijau awalnya dirancang untuk Google pada tahun 2007 oleh desainer
grafis Irina Blok.[74][75][76] Tim desain ditugaskan dengan sebuah proyek untuk membuat sebuah
ikon universal yang mudah dikenali dengan menyertakan ikon robot secara spesifik dalam desain
akhir. Setelah sejumlah perkembangan desain yang didasarkan pada tema-tema fiksi ilmiah dan film
luar angkasa, tim akhirnya mendapat inspirasi dari simbol manusia yang terdapat di pintu toilet, dan
memodifikasi bentuknya menjadi bentuk robot. Karena Android adalah perangkat lunak sumber
terbuka, disepakati bahwa logo tersebut juga harus terbuka, dan sejak diluncurkan, logo hijau
tersebut telah didesain ulang kembali dalam berbagai variasi yang tak terhitung jumlahnya

JADWAL PEMBAHARUAN

Google menyediakan pembaruan utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap enam
sampai sembilan bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan melalui udara
(OTA).[78] Pembaruan utama terbaru adalah Android 6.0 Marshmallow.[79]

Dibandingkan dengan sistem operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS, pembaruan Android
biasanya lebih lambat diterima oleh perangkat penggunanya. Untuk perangkat selain merek Nexus,
pembaruan biasanya baru bisa diterima dalam waktu berbulan-bulan setelah dirilisnya versi resmi.
[80] Hal ini disebabkan oleh banyaknya variasi perangkat keras Android, sehingga setiap pembaruan
harus disesuaikan secara khusus, misalnya: kode sumber resmi Google hanya berjalan pada
perangkat Nexus. Porting Android pada perangkat keras tertentu yang dilakukan oleh produsen
telepon seluler membutuhkan waktu dan proses, para produsen ini umumnya mengutamakan
perangkat terbaru mereka untuk menerima pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat lama.
[80] Oleh sebab itu, telepon pintar lama seringkali tidak diperbarui jika produsen memutuskan
bahwa itu hanya menghabiskan waktu, meskipun sebenarnya perangkat tersebut mampu menerima
pembaruan. Masalah ini diperparah ketika produsen menyesuaikan Android dengan antarmuka dan
aplikasi ciptaan mereka, yang mana ini harus diterapkan kembali untuk setiap perilisan terbaru.
Penundaan lainnya juga bisa disebabkan oleh operator nirkabel; setelah menerima pembaruan dari
produsen ponsel, operator akan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka, misalnya melakukan
pengujian ekstensif terhadap jaringan sebelum mengirim pembaruan kepada pengguna.[80]

Kurangnya dukungan pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan
kritikan dari para konsumen dan media teknologi.[81][82] Beberapa pengkritik menyatakan bahwa
industri memiliki motif keuangan untuk tidak memperbarui perangkat mereka, seperti tidak adanya
pembaruan bagi perangkat lama dan memperbarui perangkat yang baru dengan tujuan
meningkatkan penjualan,[83] sikap yang mereka sebut "menghina".[82]The Guardian melaporkan
bahwa metode pembaruan yang rumit terjadi karena produsen ponsel dan operator-lah yang telah
merancangnya seperti itu.[82] Pada 2011, Google, yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan
industri, membentuk "Android Update Alliance", dengan janji bahwa mereka akan memberikan
pembaruan secara tepat waktu bagi setiap perangkat dalam jangka 18 bulan setelah dirilisnya versi
resmi.[84] Sejak didirikan hingga tahun 2013, organisasi ini tak pernah disebut-sebut lagi.[80] Google
kemudian mulai memperbarui aplikasinya, termasuk Google Maps dan Google Play Music, sebagai
aplikasi independen yang terpisah dari Android, dan juga memperkenalkan komponen tingkat-sistem
yang menyediakan API bagi aplikasi Google, yang terpasang otomatis dan diperbarui secara langsung
oleh Google melalui Google Play, serta mendukung hampir semua perangkat Android dengan versi di
atas 2.2

Tabel Generasi Android

Tabel 1.Generasi Android

Versi Nama kode Tanggal rilis

6.0 Marshmallow 19 Agustus 2015

5.x Lollipop 15 Oktober 2014

4.4.x KitKat[179] 31 Oktober 2013[180]

4.3.x Jelly Bean 24 Juli 2013

4.2.x Jelly Bean 13 November 2012

4.1.x Jelly Bean 9 Juli 2012

4.0.3–4.0.4 Ice Cream Sandwich 16 Desember 2011

3.2 Honeycomb 15 Juli 2011


Versi Nama kode Tanggal rilis

3.1 Honeycomb 10 Mei 2011

2.3.3–2.3.7 Gingerbread 9 Februari 2011

2.3–2.3.2 Gingerbread 6 Desember 2010

2.2 Froyo 20 Mei 2010

2.0–2.1 Eclair 26 Oktober 2009

1.6 Donut 15 September 2009

1.5 Cupcake 30 April 2009

KERNEL LINUX

Hingga November 2013, Android menggunakan kernel yang berbasis kernel Linux versi 3.x (versi 2.6
pada Android 4.0 Ice Cream Sandwich dan pendahulunya). Peranti tengah, perpustakaan perangkat
lunak, dan API ditulis dalam C, dan perangkat lunak aplikasi berjalan pada kerangka kerja aplikasi,
termasuk perpustakan kompatibel-Java yang berbasis Apache Harmony. Android menggunakan
mesin virtual Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk menjalankan 'dex-code' Dalvik (Dalvik
Executable), biasanya diterjemahkan dari bytecode Java.

Gambar 5.diagram Arsitektur

Diagam Arsitektur

Arsitektur kernel Linux pada Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus
pengembangan kernel Linux biasa.[87] Secara standar, Android tidak memiliki X Window System asli
ataupun dukungan set lengkap dari perpustakaan GNU standar. Oleh sebab itu, sulit untuk
memporting perpustakaan atau aplikasi Linux pada Android.[88] Dukungan untuk aplikasi simpel C
dan SDL bisa dilakukan dengan cara menginjeksi shim Java dan menggunakan JNI,[89] misalnya pada
port Jagged Alliance 2 untuk Android.[90]

Salah satu fitur yang coba disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur manajemen
daya yang disebut "wakelocks", namun fitur ini ditolak oleh pengembang kernel utama karena
mereka merasa bahwa Google tidak menunjukkan niatnya untuk mengembangkan kodenya sendiri.
[91][92][93] Pada bulan April 2010, Google mengumumkan bahwa mereka akan menyewa dua
karyawan untuk mengembangkan komunitas kernel Linux,[94] namun, Greg Kroah-Hartman,
pengelola kernel Linux versi stabil, menyatakan pada bulan Desember 2010; ia khawatir bahwa
Google tak lagi berusaha untuk mengubah kode utama Linux.[92] Beberapa pengembang Android di
Google mengisyaratkan bahwa "tim Android sudah mulai jenuh dengan proses ini", karena mereka
hanyalah tim kecil dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang mendesak demi keberlangsungan
Android.[95]

Pada Agustus 2011, Linus Torvalds menyatakan: "akhirnya Android dan Linux akan kembali pada
kernel umum, tapi mungkin untuk empat atau lima tahun kedepan".[96] Pada Desember 2011, Greg
Kroah-Hartman mengumumkan dimulainya Android Mainlining Project, yang bertujuan untuk
mengembalikan beberapa pemacu, patch, dan fitur Android pada kernel Linux, yang dimulai dengan
Linux 3.3.[97] Setelah upaya sebelumnya gagal, Linux akhirnya menyertakan fitur wakelocks dan
autosleep pada kernel 3.5. Antarmukanya masih sama, namun implementasi Linux yang baru
memiliki dua mode suspend (penangguhan) berbeda: penangguhan ke penyimpanan (penangguhan
tradisional yang digunakan oleh Android), dan penangguhan ke cakram (hibernasi, serupa dengan
fitur yang ada pada desktop).[98] Penyertaan fitur baru ini akan rampung pada Kernel 3.8, Google
telah membuka repositori kode publik yang berisi karya eksperimental mereka untuk mendesain
ulang Android dengan Kernel 3.8.[99]

Memori kilat (flash storage) pada perangkat Android dibagi menjadi beberapa partisi, misalnya
"/system" untuk sistem operasi, dan "/data" untuk pemasangan aplikasi dan data pengguna.[100]
Berbeda dengan distribusi desktop Linux, pemilik perangkat Android tidak diberikan akses root pada
sistem operasi, dan partisi sensitif seperti /system bersifat hanya-baca. Namun, akses root dapat
diperoleh dengan cara memanfaatkan kelemahan keamanan pada Android, cara ini sering digunakan
oleh komunitas sumber terbuka untuk meningkatkan kinerja perangkat mereka,[101] namun juga
bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan virus dan perangkat
perusak.[102]

Terkait dengan masalah apakah Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih
diperdebatkan secara luas.[103]Linux Foundation dan Chris DiBona,[104] kepala sumber terbuka
Google, mendukung hal ini. Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi Google Patrick Brady,
menentangnya, ia beralasan bahwa Android kurang mendukung sebagian besar perkakas GNU,
termasuk glibc

KOMUNITAS SUMBER TERBUKA


Android memiliki komunitas pengembang dan penggemar aktif yang menggunakan kode sumber
Android untuk mengembangkan dan mendistribusikan versi modifikasi Android buatan mereka.
[106]Komunitas pengembang ini seringkali memberikan pembaruan dan fitur-fitur baru bagi
perangkat lebih cepat jika dibandingkan dengan produsen/operator, meskipun pembaruan tersebut
tidak menjalani pengujian ekstensif atau tidak memiliki jaminan kualitas.[24] Mereka berupaya
untuk terus memberikan dukungan bagi perangkat-perangkat lama yang tak lagi menerima
pembaruan resmi, ataupun memodifikasi perangkat Android agar bisa berjalan dengan
menggunakan sistem operasi lain, misalnya HP TouchPad. Komunitas ini seringkali merilis
pembaruan bagi perangkat pra-rooted, dan berisi modifikasi yang tidak cocok bagi pengguna non-
teknis, misalnya kemampuan untuk overclock atau over/undervolt prosesor perangkat.
[107]CyanogenMod adalah perangkat tegar (firmware) komunitas yang paling banyak digunakan,
dan menjadi dasar bagi sejumlah firmware lainnya.[108]

Secara historis, produsen perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung pengembangan
firmware oleh pihak ketiga. Produsen khawatir bahwa akan muncul fungsi yang tidak sesuai jika
perangkat menggunakan perangkat lunak yang tidak resmi, sehingga akan menyebabkan munculnya
biaya tambahan.[109] Selain itu, firmware modifikasi seperti CyanogenMod kadang-kadang
menawarkan fitur yang membuat operator harus mengeluarkan biaya premium, misalnya tethering.
Akibatnya, kendala teknis seperti terkuncinya pengebutan (bootloader) dan terbatasnya akses root
umumnya bisa ditemui di kebanyakan perangkat Android. Namun, perangkat lunak buatan
komunitas pengembang semakin populer, dan setelah Kongres Pustakawan Amerika Serikat
mengizinkan "jailbreaking" perangkat seluler,[110] produsen ponsel dan operator mulai
memperlunak sikap mereka terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa produsen ponsel,
termasuk HTC,[109]Motorola,[111]Samsung[112][113] dan Sony,[114] mulai memberikan dukungan
dan mendorong pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai hasilnya, kendala
pembatasan perangkat keras untuk memasang perangkat tegar tidak resmi mulai berkurang secara
bertahap setelah meningkatnya jumlah perangkat yang memiliki kemampuan untuk membuka
bootloader, sama dengan seri ponsel Nexus, meskipun pengguna harus kehilangan garansi perangkat
mereka jika melakukannya.[109] Akan tetapi, meskipun produsen ponsel telah menyetujui
pengembangan perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler di Amerika Serikat masih
mewajibkan ponsel penggunanya untuk "dikunci".[115]

Kemampuan untuk membuka dan meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus menjadi
sumber perdebatan antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan bahwa
pengembangan tidak resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan yang tepat
waktu bagi pengguna, atau untuk tetap melanjutkan dukungan versi terbaru bagi perangkat lama
mereka
KEAMANAN DAN PRIVASI

Aplikasi Android berjalan di sandbox, sebuah area terisolasi yang tidak memiliki akses pada sistem,
kecuali izin akses yang secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika memasang aplikasi. Sebelum
memasang aplikasi, Play Store akan menampilkan semua izin yang diperlukan, misalnya: sebuah
permainan perlu mengaktifkan getaran atau menyimpan data pada Kartu SD, tapi tidak perlu izin
untuk membaca SMS atau mengakses buku telepon. Setelah meninjau izin tersebut, pengguna dapat
memilih untuk menerima atau menolaknya, dan bisa memasang aplikasi hanya jika mereka
menerimanya.[116]

Sistem sandbox dan perizinan pada Android bisa mengurangi dampak kerentanan terhadap bug
pada aplikasi, namun ketidaktahuan pengembang dan terbatasnya dokumentasi telah menghasilkan
aplikasi yang secara rutin meminta izin yang tidak perlu, sehingga mengurangi efektivitasnya.[117]
Beberapa perusahaan keamanan perangkat lunak seperti Avast, Lookout Mobile Security,[118]AVG
Technologies,[119] dan McAfee,[120] telah merilis perangkat lunak antivirus ciptaan mereka untuk
perangkat Android. Perangkat lunak ini sebenarnya tidak bekerja secara efektif karena sandbox juga
bekerja pada aplikasi tersebut, sehingga membatasi kemampuannya untuk memindai sistem secara
lebih mendalam.[121]

Hasil penelitian perusahaan keamanan Trend Micro menunjukkan bahwa penyalahgunaan layanan
premium adalah tipe perangkat perusak (malware) paling umum yang menyerang Android; pesan
teks akan dikirim dari ponsel yang telah terinfeksi ke nomor telepon premium tanpa persetujuan
atau sepengetahuan pengguna.[122] Perangkat perusak lainnya akan menampilkan iklan yang tidak
diinginkan pada perangkat, atau mengirim informasi pribadi pada pihak ketiga yang tak berwenang.
[122] Ancaman keamanan pada Android dilaporkan tumbuh secara bertahap, namun teknisi di
Google menyatakan bahwa perangkat perusak dan ancaman virus pada Android hanya dibesar-
besarkan oleh perusahaan antivirus untuk alasan komersial,[123][124] dan menuduh industri
antivirus memanfaatkan situasi tersebut untuk menjual produknya kepada pengguna.[123] Google
menegaskan bahwa keberadaan perangkat perusak berbahaya pada Android sebenarnya sangat
jarang,[124] dan survei yang dilakukan oleh F-Secure menunjukkan bahwa hanya 0,5% dari
perangkat perusak Android yang berasal dari Google Play.[125]

Google baru-baru ini menggunakan pemindai perangkat perusak Google Bouncer untuk mengawasi
dan memindai aplikasi di Google Play.[126] Tindakan ini bertujuan untuk menandai aplikasi yang
mencurigakan dan memperingatkan pengguna atas potensi masalah pada aplikasi sebelum mereka
mengunduhnya.[127] Android versi 4.2 Jelly Bean dirilis pada tahun 2012 dengan fitur keamanan
yang ditingkatkan, termasuk pemindai perangkat perusak yang disertakan dalam sistem; pemindai
ini tidak hanya memeriksa aplikasi yang dipasang dari Google Play, namun juga bisa memindai
aplikasi yang diunduh dari situs-situs pihak ketiga. Sistem akan memberikan peringatan yang
memberitahukan pengguna ketika aplikasi mencoba mengirim pesan teks premium, dan memblokir
pesan tersebut, kecuali jika pengguna mengizinkannya.[128]

Telepon pintar Android memiliki kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi, terutama
jika pengguna sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang berisi lokasi fisik dari ratusan
juta titik akses tersebut. Basis data ini membentuk peta elektronik yang bisa memosisikan lokasi
telepon pintar. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi seperti Foursquare,
Google Latitude, Facebook Places, dan untuk mengirimkan iklan berbasis lokasi.[129] Beberapa
perangkat lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi saat informasi pribadi dikirim dari
aplikasi ke server jarak jauh.[130][131] Sifat sumber terbuka Android memungkinkan perusahaan
keamanan untuk menyesuaikan perangkat dengan penggunaan yang sangat aman. Misalnya,
Samsung bekerja sama dengan General Dynamics melalui proyek "Knox" Open Kernel Labs.[132]
[133]

Pada September 2013, terungkap bahwa badan intelijen Amerika Serikat dan Britania; NSA dan
Government Communications Headquarters (GCHQ), memiliki akses terhadap data pengguna pada
perangkat iPhone, Blackberry, dan Android. Mereka bisa membaca hampir keseluruhan informasi
pada telepon pintar, termasuk SMS, lokasi, surel, dan catatan

LISENSI

Kode sumber untuk Android tersedia di bawah lisensi perangkat lunak sumber terbuka dan bebas.
Google menerbitkan sebagian besar kode (termasuk kode jaringan dan telepon) di bawah Lisensi
Apache versi 2.0.[135][136][137] Sisanya, perubahan kernel Linux berada di bawah GNU General
Public License versi 2. Open Handset Alliance mengembangkan perubahan kernel Linux dengan kode
sumber terbuka yang dipubikasikan setiap saat. Selebihnya, Android dikembangkan secara pribadi
oleh Google, dengan kode sumber yang diterbitkan untuk umum ketika versi baru diluncurkan.
Biasanya Google bekerja sama dengan produsen perangkat keras untuk mengembangkan sebuah
perangkat "andalan" (misalnya seri Google Nexus) yang disertai dengan versi baru Android,
kemudian menerbitkan kode sumbernya setelah perangkat tersebut dirilis.[138]

Pada awal 2011, Google memilih untuk menahan sementara kode sumber Android untuk tablet yang
dirilis dengan versi 3.0 Honeycomb. Menurut Andy Rubin dalam sebuah posting blog resmi Android,
alasannya karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola Xoom,[139] dan Google
tidak ingin pihak ketiga "memperburuk pengalaman pengguna" dengan mencoba mengoperasikan
versi Android yang ditujukan untuk tablet pada telepon pintar.[140] Kode sumber tersebut akhirnya
dipublikasikan pada bulan November 2011 dengan dirilisnya Android 4.0 Ice Cream Sandwich.[141]

Meskipun bersifat terbuka, produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek dagang Android
Google seenaknya, kecuali Google menyatakan bahwa perangkat tersebut sesuai dengan
Compatibility Definition Document (CDD) mereka. Perangkat juga harus memenuhi lisensi
persyaratan aplikasi sumber tertutup Google, termasuk Google Play.[142]Richard Stallman dan Free
Software Foundation telah mengkritik mengenai rumitnya permasalahan merek Android ini, dan
merekomendasikan sistem operasi alternatif seperti Replicant.[143][144] Mereka berpendapat
bahwa pemacu peranti dan perangkat tegar yang diperlukan untuk mengoperasikan Android bersifat
eksklusif, dan Google Play juga menawarkan perangkat lunak berbayar.

PENERIMAAN

Android disambut dengan hangat ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis terkesan
dengan perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk membentuk Open
Handset Alliance, masih diragukan apakah para produsen ponsel akan bersedia mengganti sistem
operasinya dengan Android.[145] Gagasan mengenai sumber terbuka dan platform pengembangan
berbasis Linux telah menarik minat para pakar teknologi,[146] tapi juga muncul kekhawatiran
mengenai persaingan ketat yang akan dihadapi Android dengan pemain mapan di pasar telepon
pintar seperti Nokia dan Microsoft.[147] Nokia menanggapinya dengan menyatakan: "kami tidak
melihat ini sebagai ancaman,"[148] sementara salah satu anggota tim Windows Mobile Microsoft
menyatakan: "Saya tidak mengerti, dampak apa yang akan mereka hasilkan."[148]

Android dengan cepat tumbuh menjadi sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan,
[23] dan menjadi "salah satu sistem operasi seluler tercepat yang pernah ada."[149] Para peninjau
memuji sifat sumber terbuka Android sebagai salah satu kekuatan yang menentukan
keberhasilannya, memungkinkan perusahaan-perusahaan seperti Amazon (Kindle Fire), Barnes &
Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan yang lainnya, untuk berbondong-bondong merilis perangkat lunak
dan perangkat keras yang bisa beroperasi pada versi Android. Alhasil, situs teknologi Ars Technica
menyebut Android sebagai "sistem operasi standar untuk meluncurkan perangkat keras baru" bagi
perusahaan tanpa harus memiliki platform seluler sendiri.[23] Sifat Android yang terbuka dan
fleksibel juga dinikmati oleh pengguna: Android memungkinkan penggunanya untuk
mengkustomisasi perangkatnya secara ekstensif, dan aplikasi juga tersedia bebas di toko aplikasi
non-Google dan di situs-situs pihak ketiga. Faktor ini menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki
oleh ponsel Android jika dibandingkan dengan ponsel lainnya.[23][150]

Meskipun Android sangat populer, dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi dari
iOS, ada laporan yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk mereka
secara maksimal, dan layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi penghasil uang,
seperti yang telah diperkirakan oleh para analis sebelumnya.[151]The Verge berpendapat bahwa
Google telah kehilangan kontrol terhadap Android karena luasnya kustomisasi yang bisa dilakukan
oleh pengembang dan pengguna, juga karena tingginya proliferasi aplikasi dan layanan non-Google –
misalnya Amazon Kindle Fire mengarahkan pengguna untuk mengunjungi Amazon app store, yang
bersaing langsung dengan Google Play. SVP Google, Andy Rubin, yang posisinya sebagai kepala divisi
Android digantikan pada bulan Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam membangun kemitraan
yang sehat dengan para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk Android di pasar global
adalah Samsung; salah satu produknya, Galaxy, berperan penting dalam pengenalan merek Android
sejak tahun 2011.[152][153] Sedangkan produsen ponsel Android lainnya seperti LG, HTC, dan
Motorola Mobility milik Google, telah berjuang keras untuk memasarkan produknya sejak tahun
2011. Ironisnya, di saat Google tidak mendapatkan apapun dari hasil penjualan produk Android
secara langsung, Microsoft dan Apple malah berhasil memenangkan gugatan atas pembayaran
royalti paten dari produsen perangkat Android.[152]

Android juga dikatakan sangat "terfragmentasi",[154] yaitu suatu kondisi saat berbagai perangkat
Android, baik dari segi variasi perangkat keras dan perbedaan perangkat lunak yang berjalan,
ditugaskan untuk mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan secara konsisten, lebih rumit jika
dibandingkan dengan iOS, yang aplikasinya kurang bervariasi.[155] Sebagai contoh, menurut data
OpenSignal pada Juli 2013, terdapat 11.868 model perangkat Android dengan berbagai ukuran layar
dan versi Android, sedangkan sebagian besar pengguna iOS menggunakan perangkat iPhone dengan
versi terbaru.
TABLET

Meskipun sukses di telepon pintar, pengadopsian Android untuk komputer tablet awalnya berjalan
lambat.[157] Salah satu penyebab utamanya adalah adanya situasi yang dikenal dengan "ayam atau
telur", yaitu kondisi ketika konsumen ragu-ragu untuk membeli tablet Android karena kurangnya
aplikasi tablet yang berkualitas tinggi, sementara di sisi lain, para pengembang juga ragu-ragu untuk
menghabiskan waktu dan sumber daya mereka untuk mengembangkan aplikasi tablet sampai
tersedianya pasar yang signifikan bagi produk tersebut.[158][159] Konten dan "ekosistem" aplikasi
terbukti lebih penting jika dibandingkan dengan spesifikasi perangkat keras setelah dimulainya
penjualan tablet. Karena kurangnya aplikasi untuk tablet pada 2011, tablet Android awalnya
terpaksa harus memasang aplikasi yang diperuntukkan bagi telepon pintar, sehingga ukuran
layarnya tidak cocok dengan layar tablet yang besar. Selain itu, lambannya pertumbuhan tablet
Android juga disebabkan oleh dominasi iPad Apple yang memiliki banyak aplikasi iOS yang
kompatibel dengan tablet.

Gambar 6.Tablet Nexus Generasi Pertama

Tablet Nexus Generasi Pertama

Pertumbuhan aplikasi tablet Android perlahan-lahan mulai meningkat, namun, di saat yang
bersamaan, sejumlah besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP TouchPad dan
BlackBerry PlayBook juga dirilis ke pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan iPad.[159] InfoWorld
menjuluki bisnis ini dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang investasi rendah jangka
pendek yang memaksakan penggunaan OS telepon pintar Android yang dioptimalkan (sebelum
Android 3.0 Honeycomb untuk tablet dirilis) pada perangkat dengan mengabaikan antarmuka
pengguna. Pendekatan ini gagal meraih traksi pasar dengan konsumen serta memperburuk reputasi
tablet Android.[161][162] Terlebih lagi, beberapa tablet Android seperti Motorola Xoom dibanderol
dengan harga yang sama, atau lebih mahal dari iPad, yang semakin memperburuk penjualan.
Pengecualian ada pada Kindle FireAmazon, yang dijual dengan harga lebih murah dan kemampuan
untuk mengakses konten dan "ekosistem" aplikasi Amazon.[159][163]
Hal ini mulai berubah pada tahun 2012 dengan dirilisnya Nexus 7, dan adanya dorongan dari Google
kepada para pengembang untuk menciptakan aplikasi tablet yang lebih baik.[164] Pangsa pasar
tablet Android akhirnya berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012.

PANGSA PASAR

Perusahaan riset Canalys memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki pangsa
penjualan telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia.[166] Pada kuartal keempat 2010, jumlah ini
melonjak menjadi 33%, menjadi platform telepon pintar terlaris di dunia.[21] Hingga kuartal ketiga
2011, Gartner memperkirakan lebih dari setengah (52,5%) pasar telepon pintar global dikuasai oleh
Android.[167] Menurut IDC, pada kuartal ketiga 2012, Android menguasai 75% pangsa pasar telepon
pintar global.[168]

Pada bulan Juli 2011, Google mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android baru yang
diaktifkan setiap harinya,[169] meningkat dari 400.000 per hari pada bulan Mei,[170] dan secara
total, lebih dari 100 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia,[171] dengan
pertumbuhan 4,4% per minggu.[169] Pada bulan September 2012, 500 juta perangkat Android telah
diaktifkan, dengan 1,3 juta aktivasi per hari.[172][173] Pada Mei 2013, di Google I/O, Sundar Pichai
mengumumkan bahwa total perangkat Android yang telah diaktifkan berjumlah 900 juta.[174]

Pangsa pasar Android bervariasi menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android di
Amerika Serikat adalah 52%,[175] dan meningkat hingga 90 % di RRT.[176] Selama kuartal ketiga
2012, pangsa pasar telepon pintar Android di seluruh dunia adalah 75%,[168] dengan total
perangkat yang diaktifkan berjumlah 750 juta dan 1,5 juta aktivasi per hari.[173]

Pada bulan Maret 2013, pangsa Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-produk
Samsung, yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa platform besutan
Google menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan perangkat telepon pintar di RRT selama
periode ini. Masih pada periode yang sama, tingkat loyalitas terhadap penggunaan produk-produk
Samsung di Inggris (59%) adalah yang tertinggi kedua setelah Apple (79%).[25]

Hingga November 2013, pangsa pasar Android dikabarkan telah mencapai 80%. Dari 261,1 juta
telepon pintar yang terjual pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2013, sekitar 211 juta di
antaranya adalah perangkat Android

PENGGUNAAN PLATFORM

Tabel di bawah ini menampilkan data mengenai persentase jumlah perangkat Android yang
mengakses Google Play baru-baru ini, dan menjalankan platform Android versi tertentu hingga
tanggal 9 September2014. Android 4.1/4.2/4.3 Jelly Bean adalah versi Android yang paling banyak
digunakan, yakni sekitar 53,7% dari keseluruhan perangkat Android di seluruh dunia.

Tabel persentase jumlah perangkat Android yang mengakses Google Play


Tabel 2.Tabel persentase jumlah perangkat Android yang mengakses Google Play

Versi Nama kode Tanggal rilis Level API Distribusi

6.0 Marshmallow 19 Agustus 2015 23

5.x Lollipop 15 Oktober 2014 21

4.4.x KitKat[179] 31 Oktober 2013[180] 19 24,5%

4.3.x Jelly Bean 24 Juli 2013 18 8%

4.2.x Jelly Bean 13 November 2012 17 20,7%

4.1.x Jelly Bean 9 Juli 2012 16 25,1%

4.0.3–4.0.4 Ice Cream Sandwich 16 Desember 2011 15 9,6%

3.2 Honeycomb 15 Juli 2011 13

3.1 Honeycomb 10 Mei 2011 12

2.3.3–2.3.7 Gingerbread 9 Februari 2011 10 11,7%

2.3–2.3.2 Gingerbread 6 Desember 2010 9

2.2 Froyo 20 Mei 2010 8 0,7%

2.0–2.1 Eclair 26 Oktober 2009 7

1.6 Donut 15 September 2009 4

1.5 Cupcake 30 April 2009 3


PEMBAJAKAN APLIKASI

Ada beberapa kekhawatiran mengenai mudahnya aplikasi berbayar Android untuk dibajak.[181]
Pada bulan Mei 2012, Eurogamer, pengembang Football Manager, menyatakan bahwa rasio pemain
bajakan vs pemain asli adalah 9:1 pada permainan buatan mereka.[182] Namun, tidak semua
pengembang mempermasalahkan tingkat pembajakan ini; pada Juli 2012, pengembang permainan
Wind-up Knight mengungkapkan bahwa tingkat pembajakan pada permainan mereka hanya 12%,
dan sebagian besarnya berasal dari Cina, negara yang pengguna Androidnya tidak bisa membeli
aplikasi dari Google Play.[183]

Pada 2010, Google merilis sebuah alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk
digunakan dalam aplikasi, tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien. Google
menjawab bahwa alat tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para pengembang untuk
memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan sebagai solusi
untuk mengakhiri pembajakan.[184] Pada tahun 2012, Google merilis sebuah fitur dalam Android 4.1
yang mengenskripsikan aplikasi berbayar sehingga aplikasi tersebut hanya bisa berjalan pada
perangkat tempat mereka dibeli, namun fitur ini dinonaktifkan untuk sementara karena masalah
teknis

MASALAH HUKUM

Baik Android maupun produsen ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum paten.
Pada tanggal 12 Agustus 2010, Oracle menggugat Google atas tuduhan pelanggaran hak cipta dan
paten yang berhubungan dengan bahasa pemrograman Java.[186] Oracle awalnya menuntut ganti
rugi sebesar $6,1 miliar,[187] namun tuntutan ini ditolak oleh pengadilan federal Amerika Serikat,
yang meminta Oracle untuk merevisi gugatannya.[188] Sebagai tanggapan, Google mengajukan
beberapa pembelaan, mengklaim bahwa Android tidak melanggar paten atau hak cipta Oracle,
bahwa paten Oracle tidak valid, dan beberapa pembelaan lainnya. Pihak Oracle menyatakan bahwa
Android berbasis pada Apache Harmony, implementasi clean room perpustakaan kelas Java, dan
secara independen mengembangkan mesin virtual yang disebut Dalvik.[189] Pada bulan Mei 2012,
juri dalam kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar paten Oracle, dan hakim
memutuskan bahwa struktur API Java yang digunakan oleh Google tidak memiliki hak cipta.[190]
[191]

Selain tuntutan secara langsung terhadap Google, berbagai "perang proksi" juga dilancarkan
terhadap Android secara tidak langsung dengan menargetkan produsen perangkat Android, dengan
tujuan untuk memperkecil peluang produsen tersebut mengadopsi platform Android dan
meningkatkan biaya peluncuran produk Android ke pasaran.[192]Apple dan Microsoft menggugat
beberapa produsen perangkat Android terkait masalah pelanggaran paten; tuntutan Apple yang
berkepanjangan terhadap Samsung menjadi kasus yang sangat terpublikasi. Pada Oktober 2011,
Microsoft mengungkapkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian lisensi paten dengan
sepuluh produsen ponsel yang produk-produknya menguasai 55% pasar global perangkat Android,
[193] termasuk Samsung dan HTC.[194] Kasus pelanggaran paten antara Samsung dan Microsoft
berakhir dengan kesepakatan bahwa Samsung akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya
untuk mengembangkan dan memasarkan ponsel dengan sistem operasi Windows Phone besutan
Microsoft.[192]

Google secara terbuka menyatakan kefrustrasiannya dalam menghadapi gugatan pelanggaran paten
di Amerika Serikat, menuduh bahwa Apple, Oracle, dan Microsoft sedang berupaya untuk
melemahkan kedigjayaan Android melalui litigasi paten, alih-alih berinovasi dan bersaing dengan
cara menciptakan produk dan layanan yang lebih baik.[195] Pada 2011-2012, Google membeli
Motorola Mobility seharga $12,5 miliar. Upaya ini dipandang sebagai langkah pertahanan Google
untuk melindungi Android, karena Motorola Mobility memegang lebih dari 17.000 hak paten.[196]
Pada Desember 2011, Google juga membeli lebih dari seribu paten dari IBM.[197]

Pada 2013, Fairsearch, sebuah organisasi yang didukung oleh Microsoft, Oracle, dan lainnya,
mengajukan keluhan terhadap Android pada Komisi Eropa, menyatakan bahwa distribusi perangkat
Android yang bebas biaya merupakan bentuk persaingan harga anti-kompetitif. Free Software
Foundation Europe, yang didonori Google, membantah tuduhan Fairsearch

PENGGUNAAN DI PERANGKAT LAIN

Sifat Android yang terbuka dan bisa dikustomisasi menyebabkan sistem operasi ini juga digunakan
pada perangkat elektronik lainnya, termasuk laptop dan netbook, smartbook,[199]Smart TV (Google
TV), dan kamera (Nikon Coolpix S800c dan Galaxy Camera).[200][201] Selain itu, sistem operasi
Android juga mengembangkan aplikasinya pada kacamata pintar (Google Glass), jam tangan,
[202]penyuara kuping,[203] CD mobil dan pemutar DVD,[204] cermin,[205]pemutar media portabel,
[206]jaringan tetap,[207] dan telepon VoIP.[208]Ouya, sebuah konsol permainan video yang
menggunakan sistem operasi Android, menjadi salah satu produk Kickstarter yang paling sukses,
didanai sebesar $8,5 juta untuk pengembangannya, yang kemudian diikuti oleh konsol permainan
video berbasis Android lainnya seperti Project Shield besutan Nvidia.

Gambar 7.Sony Smartwatch

Sony Smartwatch
Pada tahun 2011, Google memperkenalkan "Android@Home", teknologi otomatis baru yang
memanfaatkan Android untuk mengontrol beberapa alat-alat rumah tangga seperti kontak lampu,
soket listrik, dan termostat.[211] Mengontrol lampu dikatakan dapat dikendalikan dari ponsel atau
tablet Android. Pimpinan Android Andy Rubin menegaskan bahwa "menyalakan dan mematikan
lampu bukanlah hal yang baru, Google berpikir lebih ambisius dan tujuannya adalah untuk
menggunakan posisinya sebagai penyedia jasa awan guna membawa produk-produk Google ke
rumah pelanggan."[212]

Pada bulan Agustus 2011, Parrot meluncurkan sistem stereo mobil dengan platform Android, yang
dikenal dengan Asteroid dan dilengkapi dengan perintah suara.[213][214] Pada September 2013,
Clarion merilis sistem stereo mobil dengan platform Android yang lebih maju, yang dikenal dengan
AX1 dan Mirage, menggunakan Android 2.3.7 dan 2.2 (Gingerbread) dan dilengkapi dengan navigasi
berbasis GPS, layar 6,5 inci, dan berbagai pilihan untuk akses data nirkabel.[215][216]

Berbagai perangkat lainnya, meskipun tidak menggunakan Android, juga dirancang dengan
antarmuka yang berfungsi sebagai pendamping atau pelengkap bagi perangkat Android, misalnya
SmartWatchSony atau Galaxy GearSamsung.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.layar depan android..............................................................................................................2


Gambar 2.Andy Rubin............................................................................................................................3
Gambar 3.HTC Dream............................................................................................................................4
Gambar 4.notifikasi pada Android ponsel.............................................................................................6
Gambar 5.diagram Arsitektur..............................................................................................................10
Gambar 6.Tablet Nexus Generasi Pertama..........................................................................................16
Gambar 7.Sony Smartwatch................................................................................................................20

GAMBAR TABEL

Tabel 1.Generasi Android......................................................................................................................9


Tabel 2.Tabel persentase jumlah perangkat Android yang mengakses Google Play...........................18

Anda mungkin juga menyukai