Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

https://bsi.today/sistem-operasi/ https://id.wikipedia.org/wiki/Android_(sistem_operasi)
https://sim.ubaya.ac.id/android-sistem-operasi-pada-smartphone/#:~:text=Android%20adalah
%20sistem%20operasi%20untuk,membuat%20peranti%20lunak%20untuk%20ponsel.

A.Latar belakang
Untuk menyelesaikan tugas TJBL oleh GURU mata pelajaran tersebut

B.Ramusan maslah
1. Siswa XI TKJ belum memahami sistem operasi

2. Siswa XI TKJ belum memahami sistem android

3. Siswa XI TKJ belum memahami sistem operasi android

C. Tujuan
1. Agar siswa XI TKJ memahami sistem operasi

2. Agar siswa XI TKJ memahami sistem android

3. Agar siswa XI TKJ memahami sistem operasi android

BAB II
KAJIAN TEORI
A.MATERI KE 1
1.Sistem operasi

sistem operasi adalah perangkat lunak pada lapisan pertama yang ditempatkan pada memori komputer
pada saat komputer dinyalakan booting. Sedangkan software-software lainnya dijalankan setelah sistem
operasi berjalan, dan sistem operasi akan melakukan layanan inti untuk software-software itu.

Sebelum ada sistem operasi, komputer hanya menggunakan sistem sinyal analog dan sinyal digital.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pada saat ini terdapat berbagai sistem
operasi dengan keunggulannya masing-masing.

Sistem operasi mempunyai penjadwalan yang sistematis mencakup perhitungan penggunaan memori,
pemrosesan data, penyimpanan data, dan sumber daya lainnya. Contoh sistem operasi modern adalah
Linux, Android, iOS, Mac OS X, dan Microsoft Windows.
B.Materi KE 2

1. Android

Andoid adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat bergerak layar


sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet.[9] Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc.,
dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. [10] Sistem operasi
ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance,
konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang
bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler.[11] Ponsel Android pertama mulai dijual
pada bulan Oktober 2008.[12]

Antarmuka pengguna Android umumnya berupa manipulasi langsung, menggunakan gerakan


sentuh yang serupa dengan tindakan nyata, misalnya menggeser, mengetuk, dan mencubit untuk
memanipulasi objek di layar, serta papan ketik virtual untuk menulis teks. Selain perangkat layar
sentuh, Google juga telah mengembangkan Android TV untuk televisi, Android Auto untuk mobil,
dan Android Wear untuk jam tangan, masing-masingnya memiliki antarmuka pengguna yang
berbeda. Varian Android juga digunakan pada laptop, konsol permainan, kamera digital, dan
peralatan elektronik lainnya.[13]
Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di
bawah Lisensi Apache.[9] Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada Android
memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para
pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki
sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas fungsionalitas perangkat,
umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman Java.[14] Pada bulan Oktober 2013,
ada lebih dari satu juta aplikasi yang tersedia untuk Android, dan sekitar 50 miliar aplikasi telah
diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama Android.[15][16] Sebuah survei pada bulan April-Mei 2013
menemukan bahwa Android adalah platform paling populer bagi para pengembang, digunakan oleh
71% pengembang aplikasi bergerak.[17] Di Google I/O 2014, Google melaporkan terdapat lebih dari
satu miliar pengguna aktif bulanan Android, meningkat dari 583 juta pada bulan Juni 2013. [18]
Faktor-faktor di atas telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan Android, menjadikannya
sebagai sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan di dunia,
[19]
 mengalahkan Symbian pada tahun 2010.[20] Android juga menjadi pilihan bagi perusahaan
teknologi yang menginginkan sistem operasi berbiaya rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk
perangkat berteknologi tinggi tanpa harus mengembangkannya dari awal. [21] Sifat Android yang
terbuka juga telah mendorong munculnya sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi untuk
menggunakan kode sumber terbuka sebagai dasar proyek pembuatan aplikasi, dengan
menambahkan fitur-fitur baru bagi pengguna tingkat lanjut atau mengoperasikan Android pada
perangkat yang secara resmi dirilis dengan menggunakan sistem operasi lain
Aplikasi

Play Store di Nexus 4.

Lihat pula: Pengembangan perangkat lunak Android dan Google Play


Android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang diperoleh
dari toko aplikasi seperti Google Play, Amazon Appstore, ataupun dengan mengunduh dan
memasang berkas APK dari situs pihak ketiga.[53] Di Google Play, pengguna bisa menjelajah,
mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga,
sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google. [54] Google Play akan menyaring daftar aplikasi
yang tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat pengguna, dan pengembang dapat
membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara tertentu untuk alasan bisnis.
[55]
 Pembelian aplikasi yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dapat dikembalikan dalam
waktu 15 menit setelah pengunduhan.[56] Beberapa operator seluler juga menawarkan tagihan
langsung untuk pembelian aplikasi di Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian
aplikasi pada tagihan bulanan pengguna. [57] Pada bulan September 2012, ada lebih dari 675.000
aplikasi yang tersedia untuk Android, dan perkiraan jumlah aplikasi yang diunduh dari Play Store
adalah 25 miliar.[58]
Aplikasi Android dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan menggunakan
kit pengembangan perangkat lunak Android (SDK). SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas
pengembangan,[59] termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak, emulator handset yang
berbasis QEMU, dokumentasi, kode sampel, dan tutorial. Didukung secara resmi oleh lingkungan
pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan plugin Android Development Tools
(ADT). Perkakas pengembangan lain yang tersedia di antaranya adalah Native Development
Kit untuk aplikasi atau ekstensi dalam C atau C++, Google App Inventor, lingkungan visual untuk
pemrogram pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler lintas platform.
Dalam rangka menghadapi penyensoran Internet di Republik Rakyat Tiongkok, perangkat Android
yang dijual di RRT umumnya disesuaikan dengan layanan yang disetujui oleh negara. [60]

Pengelolaan memori
Karena perangkat Android umumnya bertenaga baterai, Android dirancang untuk mengelola memori
(RAM) guna menjaga konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi desktop yang bisa
terhubung pada sumber daya listrik tak terbatas. Ketika sebuah aplikasi Android tidak lagi
digunakan, sistem secara otomatis akan menangguhkannya (suspend) dalam memori – secara
teknis aplikasi tersebut masih "terbuka", jika ditangguhkan maka aplikasi tidak akan mengonsumsi
sumber daya (misalnya daya baterai atau daya pemrosesan), dan akan "diam" di latar belakang
hingga aplikasi tersebut digunakan kembali. Cara ini memiliki manfaat ganda, tidak hanya
meningkatkan respon perangkat Android karena aplikasi tidak perlu ditutup dan dibuka kembali dari
awal setiap saat, tetapi juga memastikan bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang tidak
menghabiskan daya secara sia-sia.[61]
Android mengelola aplikasi yang tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah, sistem
akan menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu, aplikasi akan
dinonaktifkan dalam urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir digunakan. Proses ini tidak terlihat
oleh pengguna, jadi pengguna tidak perlu mengelola memori atau menonaktifkan aplikasi secara
manual.[62] Namun, kebingungan pengguna atas pengelolaan memori pada Android telah
menyebabkan munculnya beberapa aplikasi task killer pihak ketiga yang populer di Google Play.[63]

Persyaratan perangkat keras


Hingga November 2013, versi terbaru Android membutuhkan setidaknya 512 MB RAM,
[64]
 prosesor ARMv7 32-bit, arsitektur MIPS, atau x86,[65] serta unit pemroses grafis (GPU)
kompatibel OpenGL ES 2.0.[66]
Platform perangkat keras utama pada Android adalah arsitektur ARM. Ada juga dukungan
untuk x86 dari proyek Android-x86,[65] dan Google TV menggunakan versi x86 khusus Android. Pada
tahun 2013, Freescale mengumumkan melibatkan Android dalam prosesor i.MX buatannya, yakni
seri i.MX5X dan i.MX6X.[67] Pada 2012, prosesor Intel juga mulai muncul pada platform utama
Android, misalnya pada telepon seluler.[68]
Beberapa komponen perangkat keras tidak diperlukan, tetapi sudah menjadi standar di perangkat
tertentu. Beberapa fitur awalnya dibutuhkan sebagai persyaratan, kemudian ditiadakan. Setelah
Android menjadi OS telepon pintar, beberapa perangkat keras, seperti mikrofon, lambat laun
berubah menjadi perangkat opsional. Selain itu, kamera ditetapkan sebagai perangkat wajib bagi
ponsel-ponsel Android.[69] Perangkat Android menggabungkan berbagai komponen perangkat keras
opsional, termasuk kamera video, GPS, sensor orientasi perangkat keras, kontrol permainan,
akselerometer, giroskop, barometer, magnetometer, sensor proksimitas, sensor tekanan,
termometer, dan layar sentuh.
Android mendukung OpenGL ES 1.1, 2.0, dan 3.0. Beberapa aplikasi secara eksplisit
mengharuskan versi tertentu dari OpenGL ES, sehingga perangkat keras GPU yang cocok
diperlukan bagi perangkat Android untuk menjalankan aplikasi tertentu. [66]

Pengembangan
Android dikembangkan secara pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan pembaruan siap
untuk dirilis, dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan kepada publik. [70] Kode
sumber ini hanya akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat tertentu, biasanya pada
seri Nexus.[71] Ada binari tersendiri yang disediakan oleh produsen agar Android bisa beroperasi. [72]
Logo Android yang berwarna hijau awalnya dirancang untuk Google pada tahun 2007 oleh desainer
grafis Irina Blok.[73][74][75] Tim desain ditugaskan dengan sebuah proyek untuk membuat sebuah ikon
universal yang mudah dikenali dengan menyertakan ikon robot secara spesifik dalam desain akhir.
Setelah sejumlah perkembangan desain yang didasarkan pada tema-tema fiksi ilmiah dan film luar
angkasa, tim akhirnya mendapat inspirasi dari simbol manusia yang terdapat di pintu toilet, dan
memodifikasi bentuknya menjadi bentuk robot. Karena Android adalah perangkat lunak sumber
terbuka, disepakati bahwa logo tersebut juga harus terbuka, dan sejak diluncurkan, logo hijau
tersebut telah didesain ulang kembali dalam berbagai variasi yang tak terhitung jumlahnya. [76]
Jadwal pembaruan
Lihat pula: Sejarah versi Android
Google menyediakan pembaruan utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap enam
sampai sembilan bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan melalui
udara (OTA).[77] Pembaruan utama terbaru adalah Android 6.0 Marshmallow.[78]
Dibandingkan dengan sistem operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS, pembaruan Android
biasanya lebih lambat diterima oleh perangkat penggunanya. Untuk perangkat selain merek Nexus,
pembaruan biasanya baru bisa diterima dalam waktu berbulan-bulan setelah dirilisnya versi resmi.
[79]
 Hal ini disebabkan oleh banyaknya variasi perangkat keras Android, sehingga setiap pembaruan
harus disesuaikan secara khusus, misalnya: kode sumber resmi Google hanya berjalan pada
perangkat Nexus. Porting Android pada perangkat keras tertentu yang dilakukan oleh produsen
telepon seluler membutuhkan waktu dan proses, para produsen ini umumnya mengutamakan
perangkat terbaru mereka untuk menerima pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat lama.
[79]
 Oleh sebab itu, telepon pintar lama sering kali tidak diperbarui jika produsen memutuskan bahwa
itu hanya menghabiskan waktu, meskipun sebenarnya perangkat tersebut mampu menerima
pembaruan. Masalah ini diperparah ketika produsen menyesuaikan Android dengan antarmuka dan
aplikasi ciptaan mereka, yang mana ini harus diterapkan kembali untuk setiap perilisan terbaru.
Penundaan lainnya juga bisa disebabkan oleh operator nirkabel; setelah menerima pembaruan dari
produsen ponsel, operator akan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka, misalnya melakukan
pengujian ekstensif terhadap jaringan sebelum mengirim pembaruan kepada pengguna. [79]
Kurangnya dukungan pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan
kritikan dari para konsumen dan media teknologi. [80][81] Beberapa pengkritik menyatakan bahwa
industri memiliki motif keuangan untuk tidak memperbarui perangkat mereka, seperti tidak adanya
pembaruan bagi perangkat lama dan memperbarui perangkat yang baru dengan tujuan
meningkatkan penjualan,[82] sikap yang mereka sebut "menghina". [81] The Guardian melaporkan
bahwa metode pembaruan yang rumit terjadi karena produsen ponsel dan operator-lah yang telah
merancangnya seperti itu.[81] Pada 2011, Google, yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan
industri, membentuk "Android Update Alliance", dengan janji bahwa mereka akan memberikan
pembaruan secara tepat waktu bagi setiap perangkat dalam jangka 18 bulan setelah dirilisnya versi
resmi.[83] Sejak didirikan hingga tahun 2013, organisasi ini tak pernah disebut-sebut lagi. [79] Google
kemudian mulai memperbarui aplikasinya, termasuk Google Maps dan Google Play Music, sebagai
aplikasi independen yang terpisah dari Android, dan juga memperkenalkan komponen tingkat-sistem
yang menyediakan API bagi aplikasi Google, yang terpasang otomatis dan diperbarui secara
langsung oleh Google melalui Google Play, serta mendukung hampir semua perangkat Android
dengan versi di atas 2.2.[84]

Kernel Linux

Diagram arsitektur
Hingga November 2013, Android menggunakan kernel yang berbasis kernel Linux versi 3.x (versi
2.6 pada Android 4.0 Ice Cream Sandwich dan pendahulunya). Peranti tengah, perpustakaan
perangkat lunak, dan API ditulis dalam C, dan perangkat lunak aplikasi berjalan pada kerangka kerja
aplikasi, termasuk perpustakan kompatibel-Java yang berbasis Apache Harmony. Android
menggunakan mesin virtual Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk menjalankan 'dex-code'
Dalvik (Dalvik Executable), biasanya diterjemahkan dari bytecode Java.[85]
Arsitektur kernel Linux pada Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus
pengembangan kernel Linux biasa.[86] Secara standar, Android tidak memiliki X Window System asli
ataupun dukungan set lengkap dari perpustakaan GNU standar. Oleh sebab itu, sulit untuk
memporting perpustakaan atau aplikasi Linux pada Android. [87] Dukungan untuk aplikasi simpel C
dan SDL bisa dilakukan dengan cara menginjeksi shim Java dan menggunakan JNI,[88] misalnya
pada port Jagged Alliance 2 untuk Android.[89]
Salah satu fitur yang coba disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur manajemen
daya yang disebut "wakelocks", tetapi fitur ini ditolak oleh pengembang kernel utama karena mereka
merasa bahwa Google tidak menunjukkan niatnya untuk mengembangkan kodenya sendiri. [90][91]
[92]
 Pada bulan April 2010, Google mengumumkan bahwa mereka akan menyewa dua karyawan
untuk mengembangkan komunitas kernel Linux. [93] Namun, Greg Kroah-Hartman, pengelola kernel
Linux versi stabil, menyatakan pada bulan Desember 2010; ia khawatir bahwa Google tak lagi
berusaha untuk mengubah kode utama Linux.[91] Beberapa pengembang Android di Google
mengisyaratkan bahwa "tim Android sudah mulai jenuh dengan proses ini", karena mereka hanyalah
tim kecil dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang mendesak demi keberlangsungan Android. [94]
Pada Agustus 2011, Linus Torvalds menyatakan: "akhirnya Android dan Linux akan kembali pada
kernel umum, tetapi mungkin untuk empat atau lima tahun kedepan". [95] Pada Desember 2011, Greg
Kroah-Hartman mengumumkan dimulainya Android Mainlining Project, yang bertujuan untuk
mengembalikan beberapa pemacu, patch, dan fitur Android pada kernel Linux, yang dimulai dengan
Linux 3.3.[96] Setelah upaya sebelumnya gagal, Linux akhirnya menyertakan fitur wakelocks dan
autosleep pada kernel 3.5. Antarmukanya masih sama, tetapi implementasi Linux yang baru
memiliki dua mode suspend (penangguhan) berbeda: penangguhan ke penyimpanan (penangguhan
tradisional yang digunakan oleh Android), dan penangguhan ke cakram (hibernasi, serupa dengan
fitur yang ada pada desktop).[97] Penyertaan fitur baru ini akan rampung pada Kernel 3.8, Google
telah membuka repositori kode publik yang berisi karya eksperimental mereka untuk mendesain
ulang Android dengan Kernel 3.8.[98]
Memori kilat (flash storage) pada perangkat Android dibagi menjadi beberapa partisi, misalnya
"/system" untuk sistem operasi, dan "/data" untuk pemasangan aplikasi dan data pengguna.
[99]
 Berbeda dengan distribusi desktop Linux, pemilik perangkat Android tidak diberikan
akses root pada sistem operasi, dan partisi sensitif seperti /system bersifat hanya-baca. Namun,
akses root dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan kelemahan keamanan pada Android, cara
ini sering digunakan oleh komunitas sumber terbuka untuk meningkatkan kinerja perangkat mereka,
[100]
 tetapi bisa juga dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk
menyebarkan virus dan perangkat perusak.[101]
Terkait dengan masalah apakah Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih
diperdebatkan secara luas.[102] Linux Foundation dan Chris DiBona,[103] kepala sumber terbuka
Google, mendukung hal ini. Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi Google Patrick Brady,
menentangnya, ia beralasan bahwa Android kurang mendukung sebagian besar perkakas GNU,
termasuk glibc.[104]

Komunitas sumber terbuka


Android memiliki komunitas pengembang dan penggemar aktif yang menggunakan kode sumber
Android untuk mengembangkan dan mendistribusikan versi modifikasi Android buatan mereka.
[105]
 Komunitas pengembang ini sering kali memberikan pembaruan dan fitur-fitur baru bagi perangkat
lebih cepat jika dibandingkan dengan produsen/operator, meskipun pembaruan tersebut tidak
menjalani pengujian ekstensif atau tidak memiliki jaminan kualitas. [22] Mereka berupaya untuk terus
memberikan dukungan bagi perangkat-perangkat lama yang tak lagi menerima pembaruan resmi,
ataupun memodifikasi perangkat Android agar bisa berjalan dengan menggunakan sistem operasi
lain, misalnya HP TouchPad. Komunitas ini sering kali merilis pembaruan bagi perangkat pra-rooted,
dan berisi modifikasi yang tidak cocok bagi pengguna non-teknis, misalnya kemampuan
untuk overclock atau over/undervolt prosesor perangkat.[106] CyanogenMod adalah perangkat
tegar (firmware) komunitas yang paling banyak digunakan, dan menjadi dasar bagi
sejumlah firmware lainnya.[107]
Secara historis, produsen perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung
pengembangan firmware oleh pihak ketiga. Produsen khawatir bahwa akan muncul fungsi yang
tidak sesuai jika perangkat menggunakan perangkat lunak yang tidak resmi, sehingga akan
menyebabkan munculnya biaya tambahan. [108] Selain itu, firmware modifikasi seperti CyanogenMod
kadang-kadang menawarkan fitur yang membuat operator harus mengeluarkan biaya premium,
misalnya tethering. Akibatnya, kendala teknis seperti terkuncinya pengebutan (bootloader) dan
terbatasnya akses root umumnya bisa ditemui di kebanyakan perangkat Android. Namun, perangkat
lunak buatan komunitas pengembang semakin populer, dan setelah Kongres Pustakawan Amerika
Serikat mengizinkan "jailbreaking" perangkat seluler,[109] produsen ponsel dan operator mulai
memperlunak sikap mereka terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa produsen ponsel,
termasuk HTC,[110] Motorola,[111] Samsung[112][113] dan Sony,[114] mulai memberikan dukungan dan
mendorong pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai hasilnya, kendala pembatasan
perangkat keras untuk memasang perangkat tegar tidak resmi mulai berkurang secara bertahap
setelah meningkatnya jumlah perangkat yang memiliki kemampuan untuk membuka bootloader,
sama dengan seri ponsel Nexus, meskipun pengguna harus kehilangan garansi perangkat mereka
jika melakukannya.[108] Akan tetapi, meskipun produsen ponsel telah menyetujui pengembangan
perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler di Amerika Serikat masih mewajibkan
ponsel penggunanya untuk "dikunci".[115]
Kemampuan untuk membuka dan meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus menjadi
sumber perdebatan antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan bahwa
pengembangan tidak resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan yang tepat
waktu bagi pengguna, atau untuk tetap melanjutkan dukungan versi terbaru bagi perangkat lama
mereka.[115]

Keamanan dan privasi

Izin aplikasi di Play Store


Lihat pula: Keamanan seluler
Aplikasi Android berjalan di sandbox, sebuah area terisolasi yang tidak memiliki akses pada sistem,
kecuali izin akses yang secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika memasang aplikasi.
Sebelum memasang aplikasi, Play Store akan menampilkan semua izin yang diperlukan, misalnya:
sebuah permainan perlu mengaktifkan getaran atau menyimpan data pada Kartu SD, tetapi tidak
perlu izin untuk membaca SMS atau mengakses buku telepon. Setelah meninjau izin tersebut,
pengguna dapat memilih untuk menerima atau menolaknya, dan bisa memasang aplikasi hanya jika
mereka menerimanya.[116]
Sistem sandbox dan perizinan pada Android bisa mengurangi dampak kerentanan
terhadap bug pada aplikasi, tetapi ketidaktahuan pengembang dan terbatasnya dokumentasi telah
menghasilkan aplikasi yang secara rutin meminta izin yang tidak perlu, sehingga mengurangi
efektivitasnya.[117] Beberapa perusahaan keamanan perangkat lunak seperti Avast, Lookout Mobile
Security,[118] AVG Technologies,[119] dan McAfee,[120] telah merilis perangkat lunak antivirus ciptaan
mereka untuk perangkat Android. Perangkat lunak ini sebenarnya tidak bekerja secara efektif
karena sandbox juga bekerja pada aplikasi tersebut, sehingga membatasi kemampuannya untuk
memindai sistem secara lebih mendalam.[121]
Hasil penelitian perusahaan keamanan Trend Micro menunjukkan bahwa penyalahgunaan layanan
premium adalah tipe perangkat perusak (malware) paling umum yang menyerang Android; pesan
teks akan dikirim dari ponsel yang telah terinfeksi ke nomor telepon premium tanpa persetujuan atau
sepengetahuan pengguna.[122] Perangkat perusak lainnya akan menampilkan iklan yang tidak
diinginkan pada perangkat, atau mengirim informasi pribadi pada pihak ketiga yang tak berwenang.
[122]
 Ancaman keamanan pada Android dilaporkan tumbuh secara bertahap, tetapi teknisi di Google
menyatakan bahwa perangkat perusak dan ancaman virus pada Android hanya dibesar-besarkan
oleh perusahaan antivirus untuk alasan komersial, [123][124] dan menuduh industri antivirus
memanfaatkan situasi tersebut untuk menjual produknya kepada pengguna. [123] Google menegaskan
bahwa keberadaan perangkat perusak berbahaya pada Android sebenarnya sangat jarang, [124] dan
survei yang dilakukan oleh F-Secure menunjukkan bahwa hanya 0,5% dari perangkat perusak
Android yang berasal dari Google Play.[125]
Google baru-baru ini menggunakan pemindai perangkat perusak Google Bouncer untuk mengawasi
dan memindai aplikasi di Google Play.[126] Tindakan ini bertujuan untuk menandai aplikasi yang
mencurigakan dan memperingatkan pengguna atas potensi masalah pada aplikasi sebelum mereka
mengunduhnya.[127] Android versi 4.2 Jelly Bean dirilis pada tahun 2012 dengan fitur keamanan yang
ditingkatkan, termasuk pemindai perangkat perusak yang disertakan dalam sistem; pemindai ini
tidak hanya memeriksa aplikasi yang dipasang dari Google Play, tetapi juga bisa memindai aplikasi
yang diunduh dari situs-situs pihak ketiga. Sistem akan memberikan peringatan yang
memberitahukan pengguna ketika aplikasi mencoba mengirim pesan teks premium, dan memblokir
pesan tersebut, kecuali jika pengguna mengizinkannya. [128]
Telepon pintar Android memiliki kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi, terutama jika
pengguna sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang berisi lokasi fisik dari ratusan juta
titik akses tersebut. Basis data ini membentuk peta elektronik yang bisa memosisikan lokasi telepon
pintar. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi seperti Foursquare, Google
Latitude, Facebook Places, dan untuk mengirimkan iklan berbasis lokasi.[129] Beberapa perangkat
lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi saat informasi pribadi dikirim dari aplikasi ke
server jarak jauh.[130][131] Sifat sumber terbuka Android memungkinkan perusahaan keamanan untuk
menyesuaikan perangkat dengan penggunaan yang sangat aman. Misalnya, Samsung bekerja
sama dengan General Dynamics melalui proyek "Knox" Open Kernel Labs.[132][133]
Pada September 2013, terungkap bahwa badan intelijen Amerika Serikat dan
Britania; NSA dan Government Communications Headquarters (GCHQ), memiliki akses terhadap
data pengguna pada perangkat iPhone, Blackberry, dan Android. Mereka bisa membaca hampir
keseluruhan informasi pada telepon pintar, termasuk SMS, lokasi, surel, dan catatan.[134]
Lisensi
Kode sumber untuk Android tersedia di bawah lisensi perangkat lunak sumber terbuka dan bebas.
Google menerbitkan sebagian besar kode (termasuk kode jaringan dan telepon) di bawah Lisensi
Apache versi 2.0.[135][136][137] Sisanya, perubahan kernel Linux berada di bawah GNU General Public
License versi 2. Open Handset Alliance mengembangkan perubahan kernel Linux dengan kode
sumber terbuka yang dipubikasikan setiap saat. Selebihnya, Android dikembangkan secara pribadi
oleh Google, dengan kode sumber yang diterbitkan untuk umum ketika versi baru diluncurkan.
Biasanya Google bekerja sama dengan produsen perangkat keras untuk mengembangkan sebuah
perangkat "andalan" (misalnya seri Google Nexus) yang disertai dengan versi baru Android,
kemudian menerbitkan kode sumbernya setelah perangkat tersebut dirilis. [138]
Pada awal 2011, Google memilih untuk menahan sementara kode sumber Android untuk tablet yang
dirilis dengan versi 3.0 Honeycomb. Menurut Andy Rubin dalam sebuah posting blog resmi Android,
alasannya karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola Xoom,[139] dan Google
tidak ingin pihak ketiga "memperburuk pengalaman pengguna" dengan mencoba mengoperasikan
versi Android yang ditujukan untuk tablet pada telepon pintar. [140] Kode sumber tersebut akhirnya
dipublikasikan pada bulan November 2011 dengan dirilisnya Android 4.0 Ice Cream Sandwich.[141]
Meskipun bersifat terbuka, produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek dagang Android
Google seenaknya, kecuali Google menyatakan bahwa perangkat tersebut sesuai dengan
Compatibility Definition Document (CDD) mereka. Perangkat juga harus memenuhi lisensi
persyaratan aplikasi sumber tertutup Google, termasuk Google Play.[142] Richard Stallman dan Free
Software Foundation telah mengkritik mengenai rumitnya permasalahan merek Android ini, dan
merekomendasikan sistem operasi alternatif seperti Replicant.[143][144] Mereka berpendapat
bahwa pemacu peranti dan perangkat tegar yang diperlukan untuk mengoperasikan Android bersifat
eksklusif, dan Google Play juga menawarkan perangkat lunak berbayar.

Penerimaan
Eric Schmidt, Andy Rubin, and Hugo Barra pada konferensi pers peluncuran tablet Google Nexus 7.

Android disambut dengan hangat ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis
terkesan dengan perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk membentuk
Open Handset Alliance, masih diragukan apakah para produsen ponsel akan bersedia mengganti
sistem operasinya dengan Android. [145] Gagasan mengenai sumber terbuka dan platform
pengembangan berbasis Linux telah menarik minat para pakar teknologi, [146] tetapi juga muncul
kekhawatiran mengenai persaingan ketat yang akan dihadapi Android dengan pemain mapan di
pasar telepon pintar seperti Nokia dan Microsoft.[147] Nokia menanggapinya dengan menyatakan:
"kami tidak melihat ini sebagai ancaman,"[148] sementara salah satu anggota tim Windows
Mobile Microsoft menyatakan: "Saya tidak mengerti, dampak apa yang akan mereka hasilkan." [148]
Android dengan cepat tumbuh menjadi sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan,
[21]
 dan menjadi "salah satu sistem operasi seluler tercepat yang pernah ada." [149] Para peninjau
memuji sifat sumber terbuka Android sebagai salah satu kekuatan yang menentukan
keberhasilannya, memungkinkan perusahaan-perusahaan seperti Amazon (Kindle Fire), Barnes &
Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan yang lainnya, untuk berbondong-bondong merilis perangkat lunak
dan perangkat keras yang bisa beroperasi pada versi Android. Alhasil, situs teknologi Ars
Technica menyebut Android sebagai "sistem operasi standar untuk meluncurkan perangkat keras
baru" bagi perusahaan tanpa harus memiliki platform seluler sendiri. [21] Sifat Android yang terbuka
dan fleksibel juga dinikmati oleh pengguna: Android memungkinkan penggunanya untuk
mengkustomisasi perangkatnya secara ekstensif, dan aplikasi juga tersedia bebas di toko aplikasi
non-Google dan di situs-situs pihak ketiga. Faktor ini menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki
oleh ponsel Android jika dibandingkan dengan ponsel lainnya. [21][150]
Meskipun Android sangat populer, dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi
dari iOS, ada laporan yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk
mereka secara maksimal, dan layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi penghasil
uang, seperti yang telah diperkirakan oleh para analis sebelumnya. [151] The Verge berpendapat
bahwa Google telah kehilangan kontrol terhadap Android karena luasnya kustomisasi yang bisa
dilakukan oleh pengembang dan pengguna, juga karena tingginya proliferasi aplikasi dan layanan
non-Google – misalnya Amazon Kindle Fire mengarahkan pengguna untuk mengunjungi Amazon
app store, yang bersaing langsung dengan Google Play. SVP Google, Andy Rubin, yang posisinya
sebagai kepala divisi Android digantikan pada bulan Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam
membangun kemitraan yang sehat dengan para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk
Android di pasar global adalah Samsung; salah satu produknya, Galaxy, berperan penting dalam
pengenalan merek Android sejak tahun 2011. [152][153] Sedangkan produsen ponsel Android lainnya
seperti LG, HTC, dan Motorola Mobility milik Google, telah berjuang keras untuk memasarkan
produknya sejak tahun 2011. Ironisnya, di saat Google tidak mendapatkan apapun dari hasil
penjualan produk Android secara langsung, Microsoft dan Apple malah berhasil memenangkan
gugatan atas pembayaran royalti paten dari produsen perangkat Android.[152]
Android juga dikatakan sangat "terfragmentasi", [154] yaitu suatu kondisi saat berbagai perangkat
Android, baik dari segi variasi perangkat keras dan perbedaan perangkat lunak yang berjalan,
ditugaskan untuk mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan secara konsisten, lebih rumit jika
dibandingkan dengan iOS, yang aplikasinya kurang bervariasi. [155] Sebagai contoh, menurut
data OpenSignal pada Juli 2013, terdapat 11.868 model perangkat Android dengan berbagai ukuran
layar dan versi Android, sedangkan sebagian besar pengguna iOS menggunakan perangkat iPhone
dengan versi terbaru.[155][156]

Tablet

Tablet Nexus 9 generasi pertama

Meskipun sukses di telepon pintar, pengadopsian Android untuk komputer tablet awalnya berjalan


lambat.[157] Salah satu penyebab utamanya adalah adanya situasi yang dikenal dengan "ayam atau
telur", yaitu kondisi ketika konsumen ragu-ragu untuk membeli tablet Android karena kurangnya
aplikasi tablet yang berkualitas tinggi, sementara di sisi lain, para pengembang juga ragu-ragu untuk
menghabiskan waktu dan sumber daya mereka untuk mengembangkan aplikasi tablet sampai
tersedianya pasar yang signifikan bagi produk tersebut. [158][159] Konten dan "ekosistem" aplikasi
terbukti lebih penting jika dibandingkan dengan spesifikasi perangkat keras setelah dimulainya
penjualan tablet. Karena kurangnya aplikasi untuk tablet pada 2011, tablet Android awalnya
terpaksa harus memasang aplikasi yang diperuntukkan bagi telepon pintar, sehingga ukuran
layarnya tidak cocok dengan layar tablet yang besar. Selain itu, lambannya pertumbuhan tablet
Android juga disebabkan oleh dominasi iPad Apple yang memiliki banyak aplikasi iOS yang
kompatibel dengan tablet.[159][160]
Pertumbuhan aplikasi tablet Android perlahan-lahan mulai meningkat. Pada saat yang bersamaan,
sejumlah besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP TouchPad dan BlackBerry
PlayBook juga dirilis ke pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan iPad. [159] InfoWorld menjuluki
bisnis ini dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang investasi rendah jangka pendek
yang memaksakan penggunaan OS telepon pintar Android yang dioptimalkan (sebelum Android
3.0 Honeycomb untuk tablet dirilis) pada perangkat dengan mengabaikan antarmuka pengguna.
Pendekatan ini gagal meraih traksi pasar dengan konsumen serta memperburuk reputasi tablet
Android.[161][162] Terlebih lagi, beberapa tablet Android seperti Motorola Xoom dibanderol dengan harga
yang sama, atau lebih mahal dari iPad, yang semakin memperburuk penjualan. Pengecualian ada
pada Kindle Fire Amazon, yang dijual dengan harga lebih murah dan kemampuan untuk mengakses
konten dan "ekosistem" aplikasi Amazon.[159][163]
Hal ini mulai berubah pada tahun 2012 dengan dirilisnya Nexus 7, dan adanya dorongan dari
Google kepada para pengembang untuk menciptakan aplikasi tablet yang lebih baik. [164] Pangsa
pasar tablet Android akhirnya berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012. [165]

Pangsa pasar
Perusahaan riset Canalys memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki
pangsa penjualan telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia. [166] Pada kuartal keempat 2010,
jumlah ini melonjak menjadi 33%, menjadi platform telepon pintar terlaris di dunia.[19] Hingga kuartal
ketiga 2011, Gartner memperkirakan lebih dari setengah (52,5%) pasar telepon pintar global
dikuasai oleh Android.[167] Menurut IDC, pada kuartal ketiga 2012, Android menguasai 75% pangsa
pasar telepon pintar global.[168]
Pada bulan Juli 2011, Google mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android baru
yang diaktifkan setiap harinya,[169] meningkat dari 400.000 per hari pada bulan Mei,[170] dan secara
total, lebih dari 100 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia, [171] dengan pertumbuhan
4,4% per minggu.[169] Pada bulan September 2012, 500 juta perangkat Android telah diaktifkan,
dengan 1,3 juta aktivasi per hari.[172][173] Pada Mei 2013, di Google I/O, Sundar Pichai mengumumkan
bahwa total perangkat Android yang telah diaktifkan berjumlah 900 juta. [174]
Pangsa pasar Android bervariasi menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android
di Amerika Serikat adalah 52%,[175] dan meningkat hingga 90 % di RRT.[176] Selama kuartal ketiga
2012, pangsa pasar telepon pintar Android di seluruh dunia adalah 75%, [168] dengan total perangkat
yang diaktifkan berjumlah 750 juta dan 1,5 juta aktivasi per hari. [173]
Pada bulan Maret 2013, pangsa Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-produk
Samsung, yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa platform besutan
Google menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan perangkat telepon pintar di RRT selama
periode ini. Masih pada periode yang sama, tingkat loyalitas terhadap penggunaan produk-produk
Samsung di Inggris (59%) adalah yang tertinggi kedua setelah Apple (79%). [23]
Hingga November 2013, pangsa pasar Android dikabarkan telah mencapai 80%. Dari 261,1 juta
telepon pintar yang terjual pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2013, sekitar 211 juta di
antaranya adalah perangkat Android. [177]

Penggunaan platform
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. Harap perbarui artikel
dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia.
  Nougat (0.04%)
  Marshmallow (18.7%)
  Lollipop (35.0%)
  KitKat (27.7%)
  Jelly Bean (15.6%)
  Ice Cream Sandwich (1.4%)
  Gingerbread (1.5%)
  Froyo (0.1%)

Tabel di bawah ini menampilkan data mengenai persentase jumlah perangkat Android yang
mengakses Google Play baru-baru ini, dan menjalankan platform Android versi tertentu hingga
tanggal 9 September 2014. Android 4.1/4.2/4.3 Jelly Bean adalah versi Android yang paling banyak
digunakan, yakni sekitar 53,7% dari keseluruhan perangkat Android di seluruh dunia. [178]
Berkas:Galaxy s4ss.jpg
Tampilan Android 1.5 Cupcake di HTC Hero dan Android 4.2 Jelly Bean di Samsung Galaxy S4.

Leve
Versi Nama kode Tanggal rilis l Distribusi

API

12 12 14 Oktober 2021 31
11 11 8 September 2020 30
10 10 3 September 2019 29
9.0 Pie 6 Agustus 2018 28
8.0 Oreo 21 Agustus 2017 26
7.0 Nougat 22 Agustus 2016 24 Kurang dari 0.1%
6.0 Marshmallow 19 Agustus 2015 23
5.1 9 Maret 2015 22
Lollipop
5.0 15 Oktober 2014 21
4.4.x KitKat[179] 31 Oktober 2013[180] 19 24,5%
4.3.x 24 Juli 2013 18 8%
4.2.x Jelly Bean 13 November 2012 17 20,7%
4.1.x 9 Juli 2012 16 25,1%
4.0.3– Ice Cream
16 Desember 2011 15 9,6%
4.0.4 Sandwich
3.2 15 Juli 2011 13
Honeycomb
3.1 10 Mei 2011 12
2.3.3–
9 Februari 2011 10 11,7%
2.3.7 Gingerbread
2.3–2.3.2 6 Desember 2010 9
2.2 Froyo 20 Mei 2010 8 0,7%
Leve
Versi Nama kode Tanggal rilis l Distribusi

API

2.0–2.1 Eclair 26 Oktober 2009 7


15 September
1.6 Donut 4
2009
1.5 Cupcake 30 April 2009 3

Pembajakan aplikasi
Ada beberapa kekhawatiran mengenai mudahnya aplikasi berbayar Android untuk dibajak.[181] Pada
bulan Mei 2012, Eurogamer, pengembang Football Manager, menyatakan bahwa rasio pemain
bajakan vs pemain asli adalah 9:1 pada permainan buatan mereka. [182] Namun, tidak semua
pengembang mempermasalahkan tingkat pembajakan ini; pada Juli 2012, pengembang permainan
Wind-up Knight mengungkapkan bahwa tingkat pembajakan pada permainan mereka hanya 12%,
dan sebagian besarnya berasal dari Cina, negara yang pengguna Androidnya tidak bisa membeli
aplikasi dari Google Play.[183]
Pada 2010, Google merilis sebuah alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk
digunakan dalam aplikasi, tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien. Google
menjawab bahwa alat tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para pengembang
untuk memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan sebagai
solusi untuk mengakhiri pembajakan.[184] Pada tahun 2012, Google merilis sebuah fitur dalam
Android 4.1 yang mengenskripsikan aplikasi berbayar sehingga aplikasi tersebut hanya bisa berjalan
pada perangkat tempat mereka dibeli, kemudian fitur ini dinonaktifkan untuk sementara karena
masalah teknis.[185]

Masalah hukum
Informasi lebih lanjut: Oracle v. Google, Perang telepon pintar dan Patent troll
Baik Android maupun produsen ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum paten.
Pada tanggal 12 Agustus 2010, Oracle menggugat Google atas tuduhan pelanggaran hak cipta dan
paten yang berhubungan dengan bahasa pemrograman Java.[186] Oracle awalnya menuntut ganti rugi
sebesar $6,1 miliar.[187] Namun, tuntutan ini ditolak oleh pengadilan federal Amerika Serikat yang
meminta Oracle untuk merevisi gugatannya.[188] Sebagai tanggapan, Google mengajukan beberapa
pembelaan, mengklaim bahwa Android tidak melanggar paten atau hak cipta Oracle, bahwa paten
Oracle tidak valid, dan beberapa pembelaan lainnya. Pihak Oracle menyatakan bahwa Android
berbasis pada Apache Harmony, implementasi clean room perpustakaan kelas Java, dan secara
independen mengembangkan mesin virtual yang disebut Dalvik.[189] Pada bulan Mei 2012, juri dalam
kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar paten Oracle, dan hakim memutuskan bahwa
struktur API Java yang digunakan oleh Google tidak memiliki hak cipta. [190][191]

C.Materi ke 3

1. sistem operasi android


Telepon pintar sudah tidak asing lagi bagi pengguna telepon seluler, Telepon pintar (smartphone) adalah
telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, terkadang dengan fungsi yang menyerupai
komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan definisi telepon pintar. Bagi beberapa orang,
telepon pintar merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh piranti lunak sistem operasi yang
menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, telepon
pintar hanyalah merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik),
internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik built-in
maupun eksternal) dan konektor VGA. Dengan kata lain, telepon pintar merupakan komputer mini yang
mempunyai kapabilitas sebuah telepon.

Pertumbuhan permintaan akan alat canggih yang mudah dibawa kemana-mana membuat kemajuan
besar dalam prosesor, memori, layar dan sistem operasi yang diluar dari jalur telepon genggam sejak
beberapa tahun ini.

Judul di atas akan mengupas penggunaan sistem operasi Android pada telepon pintar atau sering
disebut Smartphone.

Sistem Operasi

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Sistem operasi atau dalam bahasa Inggris:
operating system atau OS adalah perangkat lunak sistem yang bertugas untuk melakukan kontrol dan
manajemen perangkat keras serta operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan software aplikasi
seperti program-program pengolah kata dan browser web.

Secara umum, Sistem Operasi adalah software pada lapisan pertama yang ditaruh pada memori
komputer pada saat komputer dinyalakan. Sedangkan software-software lainnya dijalankan setelah
Sistem Operasi berjalan, dan Sistem Operasi akan melakukan layanan inti umum untuk software-
software itu. Layanan inti umum tersebut seperti akses ke disk, manajemen memori, skeduling task, dan
antar-muka user. Sehingga masing-masing software tidak perlu lagi melakukan tugas-tugas inti umum
tersebut, karena dapat dilayani dan dilakukan oleh Sistem Operasi. Bagian kode yang melakukan tugas-
tugas inti dan umum tersebut dinamakan dengan “kernel” suatu Sistem Operasi.

Sistem operasi-sistem operasi utama yang digunakan komputer sistem umum (termasuk PC, komputer
personal) terbagi menjadi 3 kelompok besar:

1. Keluarga Microsoft Windows – yang antara lain terdiri dari Windows Desktop Environment (versi 1.x
hingga versi 3.x), Windows 9x (Windows 95, 98, dan Windows ME), dan Windows NT (Windows NT 3.x,
Windows NT 4.0, Windows 2000, Windows XP, Windows Server 2003, Windows Vista, Windows 7
(Seven) yang dirilis pada tahun 2009, dan Windows Orient yang akan dirilis pada tahun 2014)).
2. Keluarga Unix yang menggunakan antarmuka sistem operasi POSIX, seperti SCO UNIX, keluarga BSD
(Berkeley Software Distribution), GNU/Linux, MacOS/X (berbasis kernel BSD yang dimodifikasi, dan
dikenal dengan nama Darwin) dan GNU/Hurd.
3. Mac OS, adalah sistem operasi untuk komputer keluaran Apple yang biasa disebut Mac atau Macintosh.
Sedangkan komputer Mainframe, dan Super komputer menggunakan banyak sekali sistem operasi yang
berbeda-beda, umumnya merupakan turunan dari sistem operasi UNIX yang dikembangkan oleh vendor
seperti IBM AIX, HP/UX, dll.

Sistem Operasi Android

Android adalah software untuk perangkat mobile yang mencakup sistem operasi, middleware dan aplikasi
kunci. Pengembangan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrograman Java.
Serangkaian aplikasi inti Android antara lain klien email, program SMS, kalender, peta, browser, kontak,
dan lain-lain.

Dengan menyediakan sebuah platform pengembangan yang terbuka, pengembang Android menawarkan
kemampuan untuk membangun aplikasi yang sangat kaya dan inovatif. Pengembang bebas untuk
mengambil keuntungan dari perangkat keras, akses informasi lokasi, menjalankan background services,
mengatur alarm, tambahkan pemberitahuan ke status bar, dan banyak lagi.

Android bergantung pada versi Linux 2.6 untuk layanan sistem inti seperti keamanan, manajemen
memori, manajemen proses, network stack, dan model driver. Kernel juga bertindak sebagai lapisan
abstraksi antara hardware dan seluruh software stack.

Sejarah Sistem Operasi Android

Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android menyediakan platform
terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh
bermacam peranti bergerak. Awalnya, Google Inc. membeli Android Inc., pendatang baru yang membuat
peranti lunak untuk ponsel. Kemudian untuk mengembangkan Android, dibentuklah Open Handset
Alliance, konsorsium dari 34 perusahaan peranti keras, peranti lunak, dan telekomunikasi, termasuk
Google, HTC, Intel, Motorola, Qualcomm, T-Mobile, dan Nvidia.

Pada saat perilisan perdana Android, 5 November 2007, Android bersama Open Handset Alliance
menyatakan mendukung pengembangan standar terbuka pada perangkat seluler. Di lain pihak, Google
merilis kode–kode Android di bawah lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan standar terbuka
perangkat seluler.

Di dunia ini terdapat dua jenis distributor sistem operasi Android. Pertama yang mendapat dukungan
penuh dari Google atau Google Mail Services (GMS) dan kedua adalah yang benar–benar bebas
distribusinya tanpa dukungan langsung Google atau dikenal sebagai Open Handset Distribution (OHD).

2007-2008: Produk awal

Sekitar September 2007 sebuah studi melaporkan bahwa Google mengajukan hak paten aplikasi telepon
seluler (akhirnya Google mengenalkan Nexus One, salah satu jenis telepon pintar yang menggunakan
Android pada sistem operasinya. Telepon seluler ini diproduksi oleh HTC Corporation dan tersedia di
pasaran pada 5 Januari 2010).

Pada 9 Desember 2008, diumumkan anggota baru yang bergabung dalam program kerja Android ARM
Holdings, Atheros Communications, diproduksi oleh Asustek Computer Inc, Garmin Ltd, Softbank, Sony
Ericsson, Toshiba Corp, dan Vodafone Group Plc. Seiring pembentukan Open Handset Alliance, OHA
mengumumkan produk perdana mereka, Android, perangkat mobile yang merupakan modifikasi kernel
Linux 2.6. Sejak Android dirilis telah dilakukan berbagai pembaruan berupa perbaikan bug dan
penambahan fitur baru.

Telepon pertama yang memakai sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang dirilis pada 22 Oktober
2008. Pada penghujung tahun 2009 diperkirakan di dunia ini paling sedikit terdapat 18 jenis telepon
seluler yang menggunakan Android.

Android versi 1.1

Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1. Android versi ini dilengkapi dengan pembaruan
estetis pada aplikasi, jam alarm, voice search (pencarian suara), pengiriman pesan dengan Gmail, dan
pemberitahuan email.

Android versi 1.5 (Cupcake)

Pada pertengahan Mei 2009, Google kembali merilis telepon seluler dengan menggunakan Android dan
SDK (Software Development Kit) dengan versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa pembaruan termasuk
juga penambahan beberapa fitur dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton video
dengan modus kamera, mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari telepon,
dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset Bluetooth, animasi layar,
dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.

Donut (versi 1.6) dirilis pada September dengan menampilkan proses pencarian yang lebih baik
dibanding sebelumnya, penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri
yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus; kamera, camcorder dan galeri
yang dintegrasikan; CDMA / EVDO, 802.1x, VPN, Gestures, dan Text-to-speech engine; kemampuan dial
kontak; teknologi text to change speech (tidak tersedia pada semua ponsel; pengadaan resolusi VWGA.

Android versi 2.0/2.1 (Eclair)

Pada 3 Desember 2009 kembali diluncurkan ponsel Android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair), perubahan
yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3.1.2, perubahan UI dengan
browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan flash untuk kamera 3,2 MP,
digital Zoom, dan Bluetooth 2.1.
Untuk bergerak cepat dalam persaingan perangkat generasi berikut, Google melakukan investasi dengan
mengadakan kompetisi aplikasi mobile terbaik (killer apps – aplikasi unggulan). Kompetisi ini berhadiah
$25,000 bagi setiap pengembang aplikasi terpilih. Kompetisi diadakan selama dua tahap yang tiap
tahapnya dipilih 50 aplikasi terbaik.

Dengan semakin berkembangnya dan semakin bertambahnya jumlah handset Android, semakin banyak
pihak ketiga yang berminat untuk menyalurkan aplikasi mereka kepada sistem operasi Android. Aplikasi
terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi Android adalah Shazam, Backgrounds, dan WeatherBug.
Sistem operasi Android dalam situs internet juga dianggap penting untuk menciptakan aplikasi Android
asli, contohnya oleh MySpace dan Facebook.

Android bagi komunitas sumber terbuka (open source)

Android memiliki berbagai keunggulan sebagai software yang memakai basis kode komputer yang bisa
didistribusikan secara terbuka (open source) sehingga pengguna bisa membuat aplikasi baru di
dalamnya. Android memiliki aplikasi native Google yang terintegrasi seperti pushmail Gmail, Google
Maps, dan Google Calendar.

Para penggemar open source kemudian membangun komunitas yang membangun dan berbagi Android
berbasis firmware dengan sejumlah penyesuaian dan fitur-fitur tambahan, seperti FLAC lossless audio
dan kemampuan untuk menyimpan download aplikasi pada microSD card. Mereka sering memperbaharui
paket-paket firmware dan menggabungkan elemen-elemen fungsi Android yang belum resmi diluncurkan
dalam suatu carrier-sanction firmware.

Telepon Pintar (Smartphone)

Belum ada kesepakatan dalam industri ini mengenai apa yang membuat telepon menjadi “pintar”, dan
pengertian dari telepon pintar itu pun berubah mengikuti waktu. Menurut David Wood, Wakil Presiden
Eksekutif PT Symbian OS, “Telepon pintar dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan dua
cara fundamental: bagaimana mereka dibuat dan apa yang mereka bisa lakukan.” Pengertian lainnya
memberikan penekanan berbedaan dari dua faktor ini.

Kebanyakan alat yang dikategorikan sebagai telepon pintar menggunakan sistem operasi yang berbeda.
Dalam hal fitur, kebanyakan telepon pintar mendukung sepenuhnya fasilitas surel dengan fungsi pengatur
personal yang lengkap. Fungsi lainnya dapat menyertakan miniatur papan ketik QWERTY, layar sentuh
atau D-pad, kamera, pengaturan daftar nama, penghitung kecepatan, navigasi piranti lunak dan keras,
kemampuan membaca dokumen bisnis, pemutar musik, penjelajah foto dan melihat klip video, penjelajah
internet, atau hanya sekedar akses aman untuk membuka surel perusahaan, seperti yang ditawarkan
oleh BlackBerry. Fitur yang paling sering ditemukan dalam telepon pintar adalah kemampuannya
menyimpan daftar nama sebanyak mungkin, tidak seperti telepon genggam biasa yang mempunyai
batasan maksimum penyimpanan daftar nama.
BAB III
A.KESIMPULAN
Pemakaian sistem operasi Android pada smartphone pada saat ini banyak digunakan oleh
perusahaan penghasil telepon seluler. Karena keunggulannya sebagai software yang
memakai basis kode komputer yang bisa didistribusikan secara terbuka (open source)
sehingga banyak sekali aplikasi-aplikasi yang bisa diunduh oleh penggguna smartphone
tanpa membayar biaya aplikasi tersebut. Diyakini smartphone yang menggunakan sistem
operasi Android akan lebih murah harganya dibanding smartphone yang menggunakan
sistem operasi yang berbayar.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai