operasi)
sistem operasi buatan Google
Android (/ˈæn.drɔɪd/; an-droyd) adalah sistem operasi berbasis Linux dengan kode sumber
terbuka dan berlisensi APACHE 2.0 yang dirancang beragam untuk perangkat bergerak layar
sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet.[1][2] Android awalnya dikembangkan oleh
Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun
2005.[3] Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan
didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat
keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka
perangkat seluler.[4] Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008.[5]
Android
Screenshot
Layar beranda Android 14 bawaan dengan
Pixel Launcher
Keluarga Unix-like
(DiubahLinux kernel)
Repositori android
.googlesource.com
(https://android.goog
lesource.com/)
Lisensi {{unbulleted
list|Apache License
2.0|GNU GPL v2
Untuk Linux kernel
modifikasi
Situs web resmi www.android.com (h
ttps://www.android.c
om/)
Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di bawah
Lisensi Apache.[2] Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada Android
memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh
para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android
memiliki sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas
fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman
Java.[7] Pada bulan Oktober 2013, ada lebih dari satu juta aplikasi yang tersedia untuk
Android, dan sekitar 50 miliar aplikasi telah diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama
Android.[8][9] Sebuah survei pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah
platform paling populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang aplikasi
bergerak.[10] Di Google I/O 2014, Google melaporkan terdapat lebih dari satu miliar pengguna
aktif bulanan Android, meningkat dari 583 juta pada bulan Juni 2013.[11]
Pada November 2013, Android menguasai pangsa pasar telepon pintar global, yang dipimpin
oleh produk-produk Samsung, dengan persentase 64% pada bulan Maret 2013.[16] Pada Juli
2013, terdapat 11.868 perangkat Android berbeda dengan beragam versi.[17] Keberhasilan
sistem operasi ini juga menjadikannya sebagai target ligitasi paten "perang telepon pintar"
antar perusahaan-perusahaan teknologi.[18][19] Hingga bulan Mei 2013, total 900 juta
perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia, dan 48 miliar aplikasi telah dipasang dari
Google Play.[20][21]
Sejarah
Andy Rubin
Android, Inc. didirikan di Palo Alto, California, pada bulan Oktober 2003 oleh Andy Rubin
(pendiri Danger),[22] Rich Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc.),[23] Nick Sears[24]
(mantan VP T-Mobile), dan Chris White (kepala desain dan pengembangan antarmuka
WebTV)[3] untuk mengembangkan "perangkat seluler pintar yang lebih sadar akan lokasi dan
preferensi penggunanya".[3] Tujuan awal pengembangan Android adalah untuk
mengembangkan sebuah sistem operasi canggih yang diperuntukkan bagi kamera digital.
Namun, disadari bahwa pasar untuk perangkat tersebut tidak cukup besar, dan
pengembangan Android lalu dialihkan bagi pasar telepon pintar untuk menyaingi Symbian
dan Windows Mobile (iPhone Apple belum dirilis pada saat itu).[25] Meskipun para
pengembang Android adalah pakar-pakar teknologi yang berpengalaman, Android Inc.
dioperasikan secara diam-diam, hanya diungkapkan bahwa para pengembang sedang
menciptakan sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan bagi telepon seluler.[3] Masih pada
tahun yang sama, Rubin kehabisan uang. Steve Perlman, seorang teman dekat Rubin
meminjamkan $10.000 tunai dan menolak tawaran saham di perusahaan.[26]
Google mengakuisisi Android Inc. pada tanggal 17 Agustus 2005, menjadikannya sebagai
anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Google. Pendiri Android Inc. seperti Rubin,
Miner dan White tetap bekerja di perusahaan setelah diakuisisi oleh Google.[3] Setelah itu,
tidak banyak yang diketahui tentang perkembangan Android Inc., tetapi banyak anggapan
yang menyatakan bahwa Google berencana untuk memasuki pasar telepon seluler dengan
tindakannya ini.[3] Di Google, tim yang dipimpin oleh Rubin mulai mengembangkan platform
perangkat seluler dengan menggunakan kernel Linux. Google memasarkan platform tersebut
kepada produsen perangkat seluler dan operator nirkabel, dengan janji bahwa mereka
menyediakan sistem yang fleksibel dan bisa diperbarui. Google telah memilih beberapa mitra
perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras, serta mengisyaratkan kepada operator
seluler bahwa kerja sama ini terbuka bagi siapapun yang ingin berpartisipasi.[27][28][29]
HTC Dream, ponsel Android pertama.
Spekulasi tentang niat Google untuk memasuki pasar komunikasi seluler terus berkembang
hingga bulan Desember 2006.[30] BBC dan Wall Street Journal melaporkan bahwa Google
sedang bekerja keras untuk menyertakan aplikasi dan mesin pencarinya di perangkat seluler.
Berbagai media cetak dan media daring mengabarkan bahwa Google sedang
mengembangkan perangkat seluler dengan merek Google. Beberapa di antaranya
berspekulasi bahwa Google telah menentukan spesifikasi teknisnya, termasuk produsen
telepon seluler dan operator jaringan. Pada bulan Desember 2007, InformationWeek
melaporkan bahwa Google telah mengajukan beberapa aplikasi paten di bidang telepon
seluler.[31][32]
Pada tanggal 5 November 2007, Open Handset Alliance (OHA) didirikan. OHA adalah
konsorsium dari perusahaan-perusahaan teknologi seperti Google, produsen perangkat
seluler seperti HTC, Sony dan Samsung, operator nirkabel seperti Sprint Nextel dan T-Mobile,
serta produsen chipset seperti Qualcomm dan Texas Instruments. OHA sendiri bertujuan
untuk mengembangkan standar terbuka bagi perangkat seluler.[4] Saat itu, Android
diresmikan sebagai produk pertamanya; sebuah platform perangkat seluler yang
menggunakan kernel Linux versi 2.6.[4] Telepon seluler komersial pertama yang
menggunakan sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang diluncurkan pada 22 Oktober
2008.[33]
Pada tahun 2010, Google merilis seri Nexus; perangkat telepon pintar dan tablet dengan
sistem operasi Android yang diproduksi oleh mitra produsen telepon seluler seperti HTC, LG,
dan Samsung. HTC bekerja sama dengan Google dalam merilis produk telepon pintar Nexus
pertama, yakni Nexus One.[34] Seri ini telah diperbarui dengan perangkat yang lebih baru,
misalnya telepon pintar Nexus 4 dan tablet Nexus 10 yang diproduksi oleh LG dan
Samsung.[35] Pada 15 Oktober 2014, Google mengumumkan Nexus 6 dan Nexus 9 yang
diproduksi oleh Motorola dan HTC.[36] Pada 13 Maret 2013, Larry Page mengumumkan dalam
postingan blognya bahwa Andy Rubin telah pindah dari divisi Android untuk mengerjakan
proyek-proyek baru di Google.[37] Ia digantikan oleh Sundar Pichai, yang sebelumnya
menjabat sebagai kepala divisi Google Chrome, yang mengembangkan Chrome OS.[35]
Sejak tahun 2008, Android secara bertahap telah melakukan sejumlah pembaruan untuk
meningkatkan kinerja sistem operasi, menambahkan fitur baru, dan memperbaiki bug yang
terdapat pada versi sebelumnya. Setiap versi utama yang dirilis dinamakan secara alfabetis
berdasarkan nama-nama makanan pencuci mulut atau camilan bergula; misalnya, versi 1.5
bernama Cupcake, yang kemudian diikuti oleh versi 1.6 Donut. Versi terbaru adalah 12, yang
dirilis pada 4 Oktober 2021.[38]
Fitur
Antarmuka
Ketika dihidupkan, perangkat Android akan memuat pada layar depan (homescreen), yakni
navigasi utama dan pusat informasi pada perangkat, serupa dengan desktop pada komputer
pribadi. Layar depan Android biasanya terdiri dari ikon aplikasi dan widget; ikon aplikasi
berfungsi untuk menjalankan aplikasi terkait, sedangkan widget menampilkan konten secara
langsung dan terbarui otomatis, misalnya prakiraan cuaca, kotak masuk surel pengguna, atau
menampilkan tiker berita secara langsung dari layar depan.[41] Layar depan bisa terdiri dari
beberapa halaman, pengguna dapat menggeser bolak balik antara satu halaman ke halaman
lainnya, yang memungkinkan pengguna Android untuk mengatur tampilan perangkat sesuai
dengan selera mereka. Beberapa aplikasi pihak ketiga yang tersedia di Google Play dan di
toko aplikasi lainnya secara ekstensif mampu mengatur kembali tema layar depan Android,
dan bahkan bisa meniru tampilan sistem operasi lain, misalnya Windows Phone.[42]
Kebanyakan produsen telepon seluler dan operator nirkabel menyesuaikan tampilan
perangkat Android buatan mereka untuk membedakannya dari pesaing mereka.[43]
Di bagian atas layar terdapat status bar, yang menampilkan informasi tentang perangkat dan
konektivitasnya. Status bar ini bisa "ditarik" ke bawah untuk membuka layar notifikasi yang
menampilkan informasi penting atau pembaruan aplikasi, misalnya surel diterima atau SMS
masuk, dengan cara tidak mengganggu kegiatan pengguna pada perangkat.[44] Pada versi
awal Android, layar notifikasi ini bisa digunakan untuk membuka aplikasi yang relevan.
Namun, setelah diperbarui, fungsi ini semakin disempurnakan, misalnya kemampuan untuk
memanggil kembali nomor telepon dari notifikasi panggilan tak terjawab tanpa harus
membuka aplikasi utama.[45] Notifikasi ini akan tetap ada sampai pengguna melihatnya, atau
dihapus dan di nonaktifkan oleh pengguna.
Aplikasi
Android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang
diperoleh dari toko aplikasi seperti Google Play, Amazon Appstore, ataupun dengan
mengunduh dan memasang berkas APK dari situs pihak ketiga.[46] Di Google Play, pengguna
bisa menjelajah, mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan
pengembang pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google.[47] Google Play
akan menyaring daftar aplikasi yang tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan
perangkat pengguna, dan pengembang dapat membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi
operator atau negara tertentu untuk alasan bisnis.[48] Pembelian aplikasi yang tidak sesuai
dengan keinginan pengguna dapat dikembalikan dalam waktu 15 menit setelah
pengunduhan.[49] Beberapa operator seluler juga menawarkan tagihan langsung untuk
pembelian aplikasi di Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian aplikasi pada
tagihan bulanan pengguna.[50] Pada bulan September 2012, ada lebih dari 675.000 aplikasi
yang tersedia untuk Android, dan perkiraan jumlah aplikasi yang diunduh dari Play Store
adalah 25 miliar.[51]
Aplikasi Android dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan menggunakan kit
pengembangan perangkat lunak Android (SDK). SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas
pengembangan,[52] termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak, emulator handset
yang berbasis QEMU, dokumentasi, kode sampel, dan tutorial. Didukung secara resmi oleh
lingkungan pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan plugin Android
Development Tools (ADT). Perkakas pengembangan lain yang tersedia di antaranya adalah
Native Development Kit untuk aplikasi atau ekstensi dalam C atau C++, Google App Inventor,
lingkungan visual untuk pemrogram pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler
lintas platform.
Dalam rangka menghadapi penyensoran Internet di Republik Rakyat Tiongkok, perangkat
Android yang dijual di RRT umumnya disesuaikan dengan layanan yang disetujui oleh
negara.[53]
Pengelolaan memori
Karena perangkat Android umumnya bertenaga baterai, Android dirancang untuk mengelola
memori (RAM) guna menjaga konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi
desktop yang bisa terhubung pada sumber daya listrik tak terbatas. Ketika sebuah aplikasi
Android tidak lagi digunakan, sistem secara otomatis akan menangguhkannya (suspend)
dalam memori–secara teknis aplikasi tersebut masih "terbuka", jika ditangguhkan maka
aplikasi tidak akan mengonsumsi sumber daya (misalnya daya baterai atau daya
pemrosesan), dan akan "diam" di latar belakang hingga aplikasi tersebut digunakan kembali.
Cara ini memiliki manfaat ganda, tidak hanya meningkatkan respon perangkat Android
karena aplikasi tidak perlu ditutup dan dibuka kembali dari awal setiap saat, tetapi juga
memastikan bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang tidak menghabiskan daya secara
sia-sia.[54]
Android mengelola aplikasi yang tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah,
sistem akan menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu,
aplikasi akan dinonaktifkan dalam urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir digunakan.
Proses ini tidak terlihat oleh pengguna, jadi pengguna tidak perlu mengelola memori atau
menonaktifkan aplikasi secara manual.[55] Namun, kebingungan pengguna atas pengelolaan
memori pada Android telah menyebabkan munculnya beberapa aplikasi task killer pihak
ketiga yang populer di Google Play.[56]
Platform perangkat keras utama pada Android adalah arsitektur ARM. Ada juga dukungan
untuk x86 dari proyek Android-x86,[58] dan Google TV menggunakan versi x86 khusus
Android. Pada tahun 2013, Freescale mengumumkan melibatkan Android dalam prosesor
i.MX buatannya, yakni seri i.MX5X dan i.MX6X.[60] Pada 2012, prosesor Intel juga mulai
muncul pada platform utama Android, misalnya pada telepon seluler.[61]
Beberapa komponen perangkat keras tidak diperlukan, tetapi sudah menjadi standar di
perangkat tertentu. Beberapa fitur awalnya dibutuhkan sebagai persyaratan, kemudian
ditiadakan. Setelah Android menjadi OS telepon pintar, beberapa perangkat keras, seperti
mikrofon, lambat laun berubah menjadi perangkat opsional. Selain itu, kamera ditetapkan
sebagai perangkat wajib bagi ponsel-ponsel Android.[62] Perangkat Android menggabungkan
berbagai komponen perangkat keras opsional, termasuk kamera video, GPS, sensor orientasi
perangkat keras, kontrol permainan, akselerometer, giroskop, barometer, magnetometer,
sensor proksimitas, sensor tekanan, termometer, dan layar sentuh.
Android mendukung OpenGL ES 1.1, 2.0, dan 3.0. Beberapa aplikasi secara eksplisit
mengharuskan versi tertentu dari OpenGL ES, sehingga perangkat keras GPU yang cocok
diperlukan bagi perangkat Android untuk menjalankan aplikasi tertentu.[59]
Pengembangan
Android dikembangkan secara pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan
pembaruan siap untuk dirilis, dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan
kepada publik.[63] Kode sumber ini hanya akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat
tertentu, biasanya pada seri Nexus.[64] Ada binari tersendiri yang disediakan oleh produsen
agar Android bisa beroperasi.[65]
Logo Android yang berwarna hijau awalnya dirancang untuk Google pada tahun 2007 oleh
desainer grafis Irina Blok.[66][67][68] Tim desain ditugaskan dengan sebuah proyek untuk
membuat sebuah ikon universal yang mudah dikenali dengan menyertakan ikon robot secara
spesifik dalam desain akhir. Setelah sejumlah perkembangan desain yang didasarkan pada
tema-tema fiksi ilmiah dan film luar angkasa, tim akhirnya mendapat inspirasi dari simbol
manusia yang terdapat di pintu toilet, dan memodifikasi bentuknya menjadi bentuk robot.
Karena Android adalah perangkat lunak sumber terbuka, disepakati bahwa logo tersebut juga
harus terbuka, dan sejak diluncurkan, logo hijau tersebut telah didesain ulang kembali dalam
berbagai variasi yang tak terhitung jumlahnya.[69]
Jadwal pembaruan
Google menyediakan pembaruan utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap
enam sampai sembilan bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan
melalui udara (OTA).[70] Pembaruan utama terbaru adalah Android 6.0 Marshmallow.[71]
Dibandingkan dengan sistem operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS, pembaruan
Android biasanya lebih lambat diterima oleh perangkat penggunanya. Untuk perangkat selain
merek Nexus, pembaruan biasanya baru bisa diterima dalam waktu berbulan-bulan setelah
dirilisnya versi resmi.[72] Hal ini disebabkan oleh banyaknya variasi perangkat keras Android,
sehingga setiap pembaruan harus disesuaikan secara khusus, misalnya: kode sumber resmi
Google hanya berjalan pada perangkat Nexus. Porting Android pada perangkat keras tertentu
yang dilakukan oleh produsen telepon seluler membutuhkan waktu dan proses, para
produsen ini umumnya mengutamakan perangkat terbaru mereka untuk menerima
pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat lama.[72] Oleh sebab itu, telepon pintar lama
sering kali tidak diperbarui jika produsen memutuskan bahwa itu hanya menghabiskan waktu,
meskipun sebenarnya perangkat tersebut mampu menerima pembaruan. Masalah ini
diperparah ketika produsen menyesuaikan Android dengan antarmuka dan aplikasi ciptaan
mereka, yang mana ini harus diterapkan kembali untuk setiap perilisan terbaru. Penundaan
lainnya juga bisa disebabkan oleh operator nirkabel; setelah menerima pembaruan dari
produsen ponsel, operator akan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka, misalnya
melakukan pengujian ekstensif terhadap jaringan sebelum mengirim pembaruan kepada
pengguna.[72]
Kurangnya dukungan pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan
kritikan dari para konsumen dan media teknologi.[73][74] Beberapa pengkritik menyatakan
bahwa industri memiliki motif keuangan untuk tidak memperbarui perangkat mereka, seperti
tidak adanya pembaruan bagi perangkat lama dan memperbarui perangkat yang baru dengan
tujuan meningkatkan penjualan,[75] sikap yang mereka sebut "menghina".[74] The Guardian
melaporkan bahwa metode pembaruan yang rumit terjadi karena produsen ponsel dan
operator-lah yang telah merancangnya seperti itu.[74] Pada 2011, Google, yang bekerja sama
dengan sejumlah perusahaan industri, membentuk "Android Update Alliance", dengan janji
bahwa mereka akan memberikan pembaruan secara tepat waktu bagi setiap perangkat
dalam jangka 18 bulan setelah dirilisnya versi resmi.[76] Sejak didirikan hingga tahun 2013,
organisasi ini tak pernah disebut-sebut lagi.[72] Google kemudian mulai memperbarui
aplikasinya, termasuk Google Maps dan Google Play Music, sebagai aplikasi independen
yang terpisah dari Android, dan juga memperkenalkan komponen tingkat-sistem yang
menyediakan API bagi aplikasi Google, yang terpasang otomatis dan diperbarui secara
langsung oleh Google melalui Google Play, serta mendukung hampir semua perangkat
Android dengan versi di atas 2.2.[77]
Kernel Linux
Diagram arsitektur
Hingga November 2013, Android menggunakan kernel yang berbasis kernel Linux versi 3.x
(versi 2.6 pada Android 4.0 Ice Cream Sandwich dan pendahulunya). Peranti tengah,
perpustakaan perangkat lunak, dan API ditulis dalam C, dan perangkat lunak aplikasi berjalan
pada kerangka kerja aplikasi, termasuk perpustakan kompatibel-Java yang berbasis Apache
Harmony. Android menggunakan mesin virtual Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk
menjalankan 'dex-code' Dalvik (Dalvik Executable), biasanya diterjemahkan dari bytecode
Java.[78]
Arsitektur kernel Linux pada Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus
pengembangan kernel Linux biasa.[79] Secara standar, Android tidak memiliki X Window
System asli ataupun dukungan set lengkap dari perpustakaan GNU standar. Oleh sebab itu,
sulit untuk memporting perpustakaan atau aplikasi Linux pada Android.[80] Dukungan untuk
aplikasi simpel C dan SDL bisa dilakukan dengan cara menginjeksi shim Java dan
menggunakan JNI,[81] misalnya pada port Jagged Alliance 2 untuk Android.[82]
Salah satu fitur yang coba disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur
manajemen daya yang disebut "wakelocks", tetapi fitur ini ditolak oleh pengembang kernel
utama karena mereka merasa bahwa Google tidak menunjukkan niatnya untuk
mengembangkan kodenya sendiri.[83][84][85] Pada bulan April 2010, Google mengumumkan
bahwa mereka akan menyewa dua karyawan untuk mengembangkan komunitas kernel
Linux.[86] Namun, Greg Kroah-Hartman, pengelola kernel Linux versi stabil, menyatakan pada
bulan Desember 2010; ia khawatir bahwa Google tak lagi berusaha untuk mengubah kode
utama Linux.[84] Beberapa pengembang Android di Google mengisyaratkan bahwa "tim
Android sudah mulai jenuh dengan proses ini", karena mereka hanyalah tim kecil dan dipaksa
untuk melakukan pekerjaan yang mendesak demi keberlangsungan Android.[87]
Pada Agustus 2011, Linus Torvalds menyatakan: "akhirnya Android dan Linux akan kembali
pada kernel umum, tetapi mungkin untuk empat atau lima tahun kedepan".[88] Pada
Desember 2011, Greg Kroah-Hartman mengumumkan dimulainya Android Mainlining Project,
yang bertujuan untuk mengembalikan beberapa pemacu, patch, dan fitur Android pada kernel
Linux, yang dimulai dengan Linux 3.3.[89] Setelah upaya sebelumnya gagal, Linux akhirnya
menyertakan fitur wakelocks dan autosleep pada kernel 3.5. Antarmukanya masih sama,
tetapi implementasi Linux yang baru memiliki dua mode suspend (penangguhan) berbeda:
penangguhan ke penyimpanan (penangguhan tradisional yang digunakan oleh Android), dan
penangguhan ke cakram (hibernasi, serupa dengan fitur yang ada pada desktop).[90]
Penyertaan fitur baru ini akan rampung pada Kernel 3.8, Google telah membuka repositori
kode publik yang berisi karya eksperimental mereka untuk mendesain ulang Android dengan
Kernel 3.8.[91]
Memori kilat (flash storage) pada perangkat Android dibagi menjadi beberapa partisi,
misalnya "/system" untuk sistem operasi, dan "/data" untuk pemasangan aplikasi dan data
pengguna.[92] Berbeda dengan distribusi desktop Linux, pemilik perangkat Android tidak
diberikan akses root pada sistem operasi, dan partisi sensitif seperti /system bersifat hanya-
baca. Namun, akses root dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan kelemahan keamanan
pada Android, cara ini sering digunakan oleh komunitas sumber terbuka untuk meningkatkan
kinerja perangkat mereka,[93] tetapi bisa juga dimanfaatkan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk menyebarkan virus dan perangkat perusak.[94]
Terkait dengan masalah apakah Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih
diperdebatkan secara luas.[95] Linux Foundation dan Chris DiBona,[96] kepala sumber terbuka
Google, mendukung hal ini. Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi Google Patrick Brady,
menentangnya, ia beralasan bahwa Android kurang mendukung sebagian besar perkakas
GNU, termasuk glibc.[97]
Secara historis, produsen perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung
pengembangan firmware oleh pihak ketiga. Produsen khawatir bahwa akan muncul fungsi
yang tidak sesuai jika perangkat menggunakan perangkat lunak yang tidak resmi, sehingga
akan menyebabkan munculnya biaya tambahan.[101] Selain itu, firmware modifikasi seperti
CyanogenMod kadang-kadang menawarkan fitur yang membuat operator harus
mengeluarkan biaya premium, misalnya tethering. Akibatnya, kendala teknis seperti
terkuncinya pengebutan (bootloader) dan terbatasnya akses root umumnya bisa ditemui di
kebanyakan perangkat Android. Namun, perangkat lunak buatan komunitas pengembang
semakin populer, dan setelah Kongres Pustakawan Amerika Serikat mengizinkan
"jailbreaking" perangkat seluler,[102] produsen ponsel dan operator mulai memperlunak sikap
mereka terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa produsen ponsel, termasuk HTC,[103]
Motorola,[104] Samsung[105][106] dan Sony,[107] mulai memberikan dukungan dan mendorong
pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai hasilnya, kendala pembatasan
perangkat keras untuk memasang perangkat tegar tidak resmi mulai berkurang secara
bertahap setelah meningkatnya jumlah perangkat yang memiliki kemampuan untuk
membuka bootloader, sama dengan seri ponsel Nexus, meskipun pengguna harus kehilangan
garansi perangkat mereka jika melakukannya.[101] Akan tetapi, meskipun produsen ponsel
telah menyetujui pengembangan perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler di
Amerika Serikat masih mewajibkan ponsel penggunanya untuk "dikunci".[108]
Kemampuan untuk membuka dan meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus
menjadi sumber perdebatan antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan
bahwa pengembangan tidak resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan
yang tepat waktu bagi pengguna, atau untuk tetap melanjutkan dukungan versi terbaru bagi
perangkat lama mereka.[108]
Keamanan dan privasi
Aplikasi Android berjalan di sandbox, sebuah area terisolasi yang tidak memiliki akses pada
sistem, kecuali izin akses yang secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika memasang
aplikasi. Sebelum memasang aplikasi, Play Store akan menampilkan semua izin yang
diperlukan, misalnya: sebuah permainan perlu mengaktifkan getaran atau menyimpan data
pada Kartu SD, tetapi tidak perlu izin untuk membaca SMS atau mengakses buku telepon.
Setelah meninjau izin tersebut, pengguna dapat memilih untuk menerima atau menolaknya,
dan bisa memasang aplikasi hanya jika mereka menerimanya.[109]
Sistem sandbox dan perizinan pada Android bisa mengurangi dampak kerentanan terhadap
bug pada aplikasi, tetapi ketidaktahuan pengembang dan terbatasnya dokumentasi telah
menghasilkan aplikasi yang secara rutin meminta izin yang tidak perlu, sehingga mengurangi
efektivitasnya.[110] Beberapa perusahaan keamanan perangkat lunak seperti Avast, Lookout
Mobile Security,[111] AVG Technologies,[112] dan McAfee,[113] telah merilis perangkat lunak
antivirus ciptaan mereka untuk perangkat Android. Perangkat lunak ini sebenarnya tidak
bekerja secara efektif karena sandbox juga bekerja pada aplikasi tersebut, sehingga
membatasi kemampuannya untuk memindai sistem secara lebih mendalam.[114]
Google baru-baru ini menggunakan pemindai perangkat perusak Google Bouncer untuk
mengawasi dan memindai aplikasi di Google Play.[119] Tindakan ini bertujuan untuk menandai
aplikasi yang mencurigakan dan memperingatkan pengguna atas potensi masalah pada
aplikasi sebelum mereka mengunduhnya.[120] Android versi 4.2 Jelly Bean dirilis pada tahun
2012 dengan fitur keamanan yang ditingkatkan, termasuk pemindai perangkat perusak yang
disertakan dalam sistem; pemindai ini tidak hanya memeriksa aplikasi yang dipasang dari
Google Play, tetapi juga bisa memindai aplikasi yang diunduh dari situs-situs pihak ketiga.
Sistem akan memberikan peringatan yang memberitahukan pengguna ketika aplikasi
mencoba mengirim pesan teks premium, dan memblokir pesan tersebut, kecuali jika
pengguna mengizinkannya.[121]
Telepon pintar Android memiliki kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi,
terutama jika pengguna sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang berisi lokasi
fisik dari ratusan juta titik akses tersebut. Basis data ini membentuk peta elektronik yang bisa
memosisikan lokasi telepon pintar. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menjalankan
aplikasi seperti Foursquare, Google Latitude, Facebook Places, dan untuk mengirimkan iklan
berbasis lokasi.[122] Beberapa perangkat lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi
saat informasi pribadi dikirim dari aplikasi ke server jarak jauh.[123][124] Sifat sumber terbuka
Android memungkinkan perusahaan keamanan untuk menyesuaikan perangkat dengan
penggunaan yang sangat aman. Misalnya, Samsung bekerja sama dengan General Dynamics
melalui proyek "Knox" Open Kernel Labs.[125][126]
Pada September 2013, terungkap bahwa badan intelijen Amerika Serikat dan Britania; NSA
dan Government Communications Headquarters (GCHQ), memiliki akses terhadap data
pengguna pada perangkat iPhone, Blackberry, dan Android. Mereka bisa membaca hampir
keseluruhan informasi pada telepon pintar, termasuk SMS, lokasi, surel, dan catatan.[127]
Lisensi
Kode sumber untuk Android tersedia di bawah lisensi perangkat lunak sumber terbuka dan
bebas. Google menerbitkan sebagian besar kode (termasuk kode jaringan dan telepon) di
bawah Lisensi Apache versi 2.0.[128][129][130] Sisanya, perubahan kernel Linux berada di bawah
GNU General Public License versi 2. Open Handset Alliance mengembangkan perubahan
kernel Linux dengan kode sumber terbuka yang dipubikasikan setiap saat. Selebihnya,
Android dikembangkan secara pribadi oleh Google, dengan kode sumber yang diterbitkan
untuk umum ketika versi baru diluncurkan. Biasanya Google bekerja sama dengan produsen
perangkat keras untuk mengembangkan sebuah perangkat "andalan" (misalnya seri Google
Nexus) yang disertai dengan versi baru Android, kemudian menerbitkan kode sumbernya
setelah perangkat tersebut dirilis.[131]
Pada awal 2011, Google memilih untuk menahan sementara kode sumber Android untuk
tablet yang dirilis dengan versi 3.0 Honeycomb. Menurut Andy Rubin dalam sebuah posting
blog resmi Android, alasannya karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola
Xoom,[132] dan Google tidak ingin pihak ketiga "memperburuk pengalaman pengguna" dengan
mencoba mengoperasikan versi Android yang ditujukan untuk tablet pada telepon pintar.[133]
Kode sumber tersebut akhirnya dipublikasikan pada bulan November 2011 dengan dirilisnya
Android 4.0 Ice Cream Sandwich.[134]
Meskipun bersifat terbuka, produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek dagang
Android Google seenaknya, kecuali Google menyatakan bahwa perangkat tersebut sesuai
dengan Compatibility Definition Document (CDD) mereka. Perangkat juga harus memenuhi
lisensi persyaratan aplikasi sumber tertutup Google, termasuk Google Play.[135] Richard
Stallman dan Free Software Foundation telah mengkritik mengenai rumitnya permasalahan
merek Android ini, dan merekomendasikan sistem operasi alternatif seperti Replicant.[136][137]
Mereka berpendapat bahwa pemacu peranti dan perangkat tegar yang diperlukan untuk
mengoperasikan Android bersifat eksklusif, dan Google Play juga menawarkan perangkat
lunak berbayar.
Penerimaan
Android disambut dengan hangat ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis
terkesan dengan perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk
membentuk Open Handset Alliance, masih diragukan apakah para produsen ponsel akan
bersedia mengganti sistem operasinya dengan Android.[138] Gagasan mengenai sumber
terbuka dan platform pengembangan berbasis Linux telah menarik minat para pakar
teknologi,[139] tetapi juga muncul kekhawatiran mengenai persaingan ketat yang akan
dihadapi Android dengan pemain mapan di pasar telepon pintar seperti Nokia dan
Microsoft.[140] Nokia menanggapinya dengan menyatakan: "kami tidak melihat ini sebagai
ancaman,"[141] sementara salah satu anggota tim Windows Mobile Microsoft menyatakan:
"Saya tidak mengerti, dampak apa yang akan mereka hasilkan."[141]
Android dengan cepat tumbuh menjadi sistem operasi telepon pintar yang paling banyak
digunakan,[14] dan menjadi "salah satu sistem operasi seluler tercepat yang pernah ada."[142]
Para peninjau memuji sifat sumber terbuka Android sebagai salah satu kekuatan yang
menentukan keberhasilannya, memungkinkan perusahaan-perusahaan seperti Amazon
(Kindle Fire), Barnes & Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan yang lainnya, untuk berbondong-
bondong merilis perangkat lunak dan perangkat keras yang bisa beroperasi pada versi
Android. Alhasil, situs teknologi Ars Technica menyebut Android sebagai "sistem operasi
standar untuk meluncurkan perangkat keras baru" bagi perusahaan tanpa harus memiliki
platform seluler sendiri.[14] Sifat Android yang terbuka dan fleksibel juga dinikmati oleh
pengguna: Android memungkinkan penggunanya untuk mengkustomisasi perangkatnya
secara ekstensif, dan aplikasi juga tersedia bebas di toko aplikasi non-Google dan di situs-
situs pihak ketiga. Faktor ini menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh ponsel Android
jika dibandingkan dengan ponsel lainnya.[14][143]
Meskipun Android sangat populer, dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi
dari iOS, ada laporan yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk
mereka secara maksimal, dan layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi
penghasil uang, seperti yang telah diperkirakan oleh para analis sebelumnya.[144] The Verge
berpendapat bahwa Google telah kehilangan kontrol terhadap Android karena luasnya
kustomisasi yang bisa dilakukan oleh pengembang dan pengguna, juga karena tingginya
proliferasi aplikasi dan layanan non-Google–misalnya Amazon Kindle Fire mengarahkan
pengguna untuk mengunjungi Amazon app store, yang bersaing langsung dengan Google
Play. SVP Google, Andy Rubin, yang posisinya sebagai kepala divisi Android digantikan pada
bulan Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam membangun kemitraan yang sehat dengan
para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk Android di pasar global adalah
Samsung; salah satu produknya, Galaxy, berperan penting dalam pengenalan merek Android
sejak tahun 2011.[145][146] Sedangkan produsen ponsel Android lainnya seperti LG, HTC, dan
Motorola Mobility milik Google, telah berjuang keras untuk memasarkan produknya sejak
tahun 2011. Ironisnya, di saat Google tidak mendapatkan apapun dari hasil penjualan produk
Android secara langsung, Microsoft dan Apple malah berhasil memenangkan gugatan atas
pembayaran royalti paten dari produsen perangkat Android.[145]
Android juga dikatakan sangat "terfragmentasi",[147] yaitu suatu kondisi saat berbagai
perangkat Android, baik dari segi variasi perangkat keras dan perbedaan perangkat lunak
yang berjalan, ditugaskan untuk mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan secara
konsisten, lebih rumit jika dibandingkan dengan iOS, yang aplikasinya kurang bervariasi.[148]
Sebagai contoh, menurut data OpenSignal pada Juli 2013, terdapat 11.868 model perangkat
Android dengan berbagai ukuran layar dan versi Android, sedangkan sebagian besar
pengguna iOS menggunakan perangkat iPhone dengan versi terbaru.[148][149]
Tablet
Meskipun sukses di telepon pintar, pengadopsian Android untuk komputer tablet awalnya
berjalan lambat.[150] Salah satu penyebab utamanya adalah adanya situasi yang dikenal
dengan "ayam atau telur", yaitu kondisi ketika konsumen ragu-ragu untuk membeli tablet
Android karena kurangnya aplikasi tablet yang berkualitas tinggi, sementara di sisi lain, para
pengembang juga ragu-ragu untuk menghabiskan waktu dan sumber daya mereka untuk
mengembangkan aplikasi tablet sampai tersedianya pasar yang signifikan bagi produk
tersebut.[151][152] Konten dan "ekosistem" aplikasi terbukti lebih penting jika dibandingkan
dengan spesifikasi perangkat keras setelah dimulainya penjualan tablet. Karena kurangnya
aplikasi untuk tablet pada 2011, tablet Android awalnya terpaksa harus memasang aplikasi
yang diperuntukkan bagi telepon pintar, sehingga ukuran layarnya tidak cocok dengan layar
tablet yang besar. Selain itu, lambannya pertumbuhan tablet Android juga disebabkan oleh
dominasi iPad Apple yang memiliki banyak aplikasi iOS yang kompatibel dengan
tablet.[152][153]
Pertumbuhan aplikasi tablet Android perlahan-lahan mulai meningkat. Pada saat yang
bersamaan, sejumlah besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP
TouchPad dan BlackBerry PlayBook juga dirilis ke pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan
iPad.[152] InfoWorld menjuluki bisnis ini dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang
investasi rendah jangka pendek yang memaksakan penggunaan OS telepon pintar Android
yang dioptimalkan (sebelum Android 3.0 Honeycomb untuk tablet dirilis) pada perangkat
dengan mengabaikan antarmuka pengguna. Pendekatan ini gagal meraih traksi pasar dengan
konsumen serta memperburuk reputasi tablet Android.[154][155] Terlebih lagi, beberapa tablet
Android seperti Motorola Xoom dibanderol dengan harga yang sama, atau lebih mahal dari
iPad, yang semakin memperburuk penjualan. Pengecualian ada pada Kindle Fire Amazon,
yang dijual dengan harga lebih murah dan kemampuan untuk mengakses konten dan
"ekosistem" aplikasi Amazon.[152][156]
Hal ini mulai berubah pada tahun 2012 dengan dirilisnya Nexus 7, dan adanya dorongan dari
Google kepada para pengembang untuk menciptakan aplikasi tablet yang lebih baik.[157]
Pangsa pasar tablet Android akhirnya berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012.[158]
Pangsa pasar
Perusahaan riset Canalys memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki
pangsa penjualan telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia.[159] Pada kuartal keempat
2010, jumlah ini melonjak menjadi 33%, menjadi platform telepon pintar terlaris di dunia.[12]
Hingga kuartal ketiga 2011, Gartner memperkirakan lebih dari setengah (52,5%) pasar
telepon pintar global dikuasai oleh Android.[160] Menurut IDC, pada kuartal ketiga 2012,
Android menguasai 75% pangsa pasar telepon pintar global.[161]
Pada bulan Juli 2011, Google mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android
baru yang diaktifkan setiap harinya,[162] meningkat dari 400.000 per hari pada bulan Mei,[163]
dan secara total, lebih dari 100 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia,[164]
dengan pertumbuhan 4,4% per minggu.[162] Pada bulan September 2012, 500 juta perangkat
Android telah diaktifkan, dengan 1,3 juta aktivasi per hari.[165][166] Pada Mei 2013, di Google
I/O, Sundar Pichai mengumumkan bahwa total perangkat Android yang telah diaktifkan
berjumlah 900 juta.[167]
Pangsa pasar Android bervariasi menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android
di Amerika Serikat adalah 52%,[168] dan meningkat hingga 90 % di RRT.[169] Selama kuartal
ketiga 2012, pangsa pasar telepon pintar Android di seluruh dunia adalah 75%,[161] dengan
total perangkat yang diaktifkan berjumlah 750 juta dan 1,5 juta aktivasi per hari.[166]
Pada bulan Maret 2013, pangsa Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-
produk Samsung, yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa
platform besutan Google menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan perangkat
telepon pintar di RRT selama periode ini. Masih pada periode yang sama, tingkat loyalitas
terhadap penggunaan produk-produk Samsung di Inggris (59%) adalah yang tertinggi kedua
setelah Apple (79%).[16]
Hingga November 2013, pangsa pasar Android dikabarkan telah mencapai 80%. Dari 261,1
juta telepon pintar yang terjual pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2013, sekitar
211 juta di antaranya adalah perangkat Android.[170]
Penggunaan platform
Nougat (0.04%)
Marshmallow (18.7%)
Lollipop (35.0%)
KitKat (27.7%)
Jelly Bean (15.6%)
Ice Cream Sandwich (1.4%)
Gingerbread (1.5%)
Froyo (0.1%)
Tabel di bawah ini menampilkan data mengenai persentase jumlah perangkat Android yang
mengakses Google Play baru-baru ini, dan menjalankan platform Android versi tertentu
hingga tanggal 9 September 2014. Android 4.1/4.2/4.3 Jelly Bean adalah versi Android yang
paling banyak digunakan, yakni sekitar 53,7% dari keseluruhan perangkat Android di seluruh
dunia.[171]
Level
Versi Nama kode Tanggal rilis Distribusi
API
14 14 4 Oktober 2023 34
13 13 15 Agustus 2022 33
12 12 14 Oktober 2021 31
11 11 8 September 2020 30
10 10 3 September 2019 29
Pada 2010, Google merilis sebuah alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk
digunakan dalam aplikasi, tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien.
Google menjawab bahwa alat tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para
pengembang untuk memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
mereka, bukan sebagai solusi untuk mengakhiri pembajakan.[177] Pada tahun 2012, Google
merilis sebuah fitur dalam Android 4.1 yang mengenskripsikan aplikasi berbayar sehingga
aplikasi tersebut hanya bisa berjalan pada perangkat tempat mereka dibeli, kemudian fitur ini
dinonaktifkan untuk sementara karena masalah teknis.[178]
Masalah hukum
Baik Android maupun produsen ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum
paten. Pada tanggal 12 Agustus 2010, Oracle menggugat Google atas tuduhan pelanggaran
hak cipta dan paten yang berhubungan dengan bahasa pemrograman Java.[179] Oracle
awalnya menuntut ganti rugi sebesar $6,1 miliar.[180] Namun, tuntutan ini ditolak oleh
pengadilan federal Amerika Serikat yang meminta Oracle untuk merevisi gugatannya.[181]
Sebagai tanggapan, Google mengajukan beberapa pembelaan, mengklaim bahwa Android
tidak melanggar paten atau hak cipta Oracle, bahwa paten Oracle tidak valid, dan beberapa
pembelaan lainnya. Pihak Oracle menyatakan bahwa Android berbasis pada Apache
Harmony, implementasi clean room perpustakaan kelas Java, dan secara independen
mengembangkan mesin virtual yang disebut Dalvik.[182] Pada bulan Mei 2012, juri dalam
kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar paten Oracle, dan hakim memutuskan
bahwa struktur API Java yang digunakan oleh Google tidak memiliki hak cipta.[183][184]
Selain tuntutan secara langsung terhadap Google, berbagai "perang proksi" juga dilancarkan
terhadap Android secara tidak langsung dengan menargetkan produsen perangkat Android,
dengan tujuan untuk memperkecil peluang produsen tersebut mengadopsi platform Android
dan meningkatkan biaya peluncuran produk Android ke pasaran.[185] Apple dan Microsoft
menggugat beberapa produsen perangkat Android terkait masalah pelanggaran paten;
tuntutan Apple yang berkepanjangan terhadap Samsung menjadi kasus yang sangat
terpublikasi. Pada Oktober 2011, Microsoft mengungkapkan bahwa mereka telah
menandatangani perjanjian lisensi paten dengan sepuluh produsen ponsel yang produk-
produknya menguasai 55% pasar global perangkat Android,[186] termasuk Samsung dan
HTC.[187] Kasus pelanggaran paten antara Samsung dan Microsoft berakhir dengan
kesepakatan bahwa Samsung akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk
mengembangkan dan memasarkan ponsel dengan sistem operasi Windows Phone besutan
Microsoft.[185]
Pada 2013, Fairsearch, sebuah organisasi yang didukung oleh Microsoft, Oracle, dan lainnya,
mengajukan keluhan terhadap Android pada Komisi Eropa, menyatakan bahwa distribusi
perangkat Android yang bebas biaya merupakan bentuk persaingan harga anti-kompetitif.
Free Software Foundation Europe, yang didonori Google, membantah tuduhan Fairsearch.[191]
Penggunaan di perangkat
lain
Sifat Android yang terbuka dan bisa dikustomisasi menyebabkan sistem operasi ini juga
digunakan pada perangkat elektronik lainnya, termasuk laptop dan netbook, smartbook,[192]
Smart TV (Google TV), dan kamera (Nikon Coolpix S800c dan Galaxy Camera).[193][194] Selain
itu, sistem operasi Android juga mengembangkan aplikasinya pada kacamata pintar (Google
Glass), jam tangan,[195] penyuara kuping,[196] CD mobil dan pemutar DVD,[197] cermin,[198]
pemutar media portabel,[199] jaringan tetap,[200] dan telepon VoIP.[201] Ouya, sebuah konsol
permainan video yang menggunakan sistem operasi Android, menjadi salah satu produk
Kickstarter yang paling sukses, didanai sebesar $8,5 juta untuk pengembangannya, yang
kemudian diikuti oleh konsol permainan video berbasis Android lainnya seperti Project Shield
besutan Nvidia.[202][203]
Pada tahun 2011, Google memperkenalkan "Android@Home", teknologi otomatis baru yang
memanfaatkan Android untuk mengontrol beberapa alat-alat rumah tangga seperti kontak
lampu, soket listrik, dan termostat.[204] Mengontrol lampu dikatakan dapat dikendalikan dari
ponsel atau tablet Android. Pimpinan Android Andy Rubin menegaskan bahwa "menyalakan
dan mematikan lampu bukanlah hal yang baru, Google berpikir lebih ambisius dan tujuannya
adalah untuk menggunakan posisinya sebagai penyedia jasa awan guna membawa produk-
produk Google ke rumah pelanggan."[205]
Pada bulan Agustus 2011, Parrot meluncurkan sistem stereo mobil dengan platform Android,
yang dikenal dengan Asteroid dan dilengkapi dengan perintah suara.[206][207] Pada September
2013, Clarion merilis sistem stereo mobil dengan platform Android yang lebih maju, yang
dikenal dengan AX1 dan Mirage, menggunakan Android 2.3.7 dan 2.2 (Gingerbread) dan
dilengkapi dengan navigasi berbasis GPS, layar 6,5 inci, dan berbagai pilihan untuk akses
data nirkabel.[208][209]
Berbagai perangkat lainnya, meskipun tidak menggunakan Android, juga dirancang dengan
antarmuka yang berfungsi sebagai pendamping atau pelengkap bagi perangkat Android,
misalnya SmartWatch Sony atau Galaxy Gear Samsung.[203]
Lihat juga
Catatan
Referensi
5. {{cite
web|url=http://www.gsmarena.com/t_mo
bile_g1-2533.php |title=T-Mobile G1
Spec|work=Infosite and
comparisons|publisher=GSM
Arena|accessdate=September 12, 2012}}
6. Manjoo, Farhad (May 27, 2015). "A Murky
Road Ahead for Android, Despite Market
Dominance" (http://www.nytimes.com/20
15/05/28/technology/personaltech/a-mur
ky-road-ahead-for-android-despite-market-
dominance.html) . The New York Times.
ISSN 0362-4331 (https://www.worldcat.or
g/issn/0362-4331) . Diarsipkan (https://w
eb.archive.org/web/20180212083337/htt
ps://www.nytimes.com/2015/05/28/tech
nology/personaltech/a-murky-road-ahead-
for-android-despite-market-dominance.ht
ml) dari versi asli tanggal 2018-02-12.
Diakses tanggal May 27, 2015.
7. Shankland, Stephen (November 12, 2007).
"Google's Android parts ways with Java
industry group" (https://web.archive.org/w
eb/20131228080028/http://news.cnet.co
m/8301-13580_3-9815495-39.html) .
CNET News. Diarsipkan dari versi asli (htt
p://news.cnet.com/8301-13580_3-981549
5-39.html) tanggal 2013-12-28. Diakses
tanggal 2012-02-15.
173. "Android for all and the new Nexus 5" (htt
p://officialandroid.blogspot.fr/2013/10/an
droid-for-all-and-new-nexus-5.html) .
Google. 31 Oktober 2013. Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2013110305055
5/http://officialandroid.blogspot.fr/2013/
10/android-for-all-and-new-nexus-5.html)
dari versi asli tanggal 2013-11-03.
Diakses tanggal 31 Oktober 2013.
174. Wired UK (2012-05-03). "Op-Ed: Android
Piracy Is Huge Problem for Game Devs |
Game|Life" (http://www.wired.com/gameli
fe/2012/05/wired-uk-android-game-pirac
y/) . Wired.com. Diarsipkan (https://web.a
rchive.org/web/20120906232033/http://
www.wired.com/gamelife/2012/05/wired-
uk-android-game-piracy) dari versi asli
tanggal 2012-09-06. Diakses tanggal
2012-09-15.
175. Yin, Wesley (2012-04-24). "Football
Manager dev hopes to stick with Android
despite 9:1 piracy rate" (http://www.eurog
amer.net/articles/2012-04-24-football-ma
nager-dev-hopes-to-stick-with-android-des
pite-9-1-piracy-rate) . Eurogamer.net.
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20120916013703/http://www.eurogamer.
net/articles/2012-04-24-football-manager
-dev-hopes-to-stick-with-android-despite-9
-1-piracy-rate) dari versi asli tanggal
2012-09-16. Diakses tanggal 2012-09-15.
176. Armasu, Lucian (July 30, 2012). "Wind-up
Kinght developer: Piracy rates on iOS and
Android are comparable, China is the
main source" (http://www.androidauthorit
y.com/piracy-rates-are-higher-ios-android-
wind-up-knight-developer-104305/) .
Androidauthority.com. Diarsipkan (https://
web.archive.org/web/20121020200141/h
ttp://www.androidauthority.com/piracy-rat
es-are-higher-ios-android-wind-up-knight-d
eveloper-104305/) dari versi asli tanggal
2012-10-20. Diakses tanggal 2012-10-06.
177. Paul, Ryan (2010-08-25). "Android
antipiracy cracked, Google says devs used
it wrong" (http://arstechnica.com/gadget
s/2010/08/google-cracked-android-anti-pi
racy-system-used-wrong-by-devs/) . Ars
Technica. Diarsipkan (https://web.archive.
org/web/20121113024411/http://arstech
nica.com/gadgets/2010/08/google-crack
ed-android-anti-piracy-system-used-wrong
-by-devs/) dari versi asli tanggal 2012-11-
13. Diakses tanggal 2012-09-15.
178. McAllister, Neil (August 8, 2012). "Android
app DRM quietly disabled due to bug" (htt
p://www.theregister.co.uk/2012/08/08/an
droid_drm_disabled/) . The Register.
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20120811005729/http://www.theregister.
co.uk/2012/08/08/android_drm_disable
d/) dari versi asli tanggal 2012-08-11.
Diakses tanggal 2012-06-10.
179. Niccolai, James (August 12, 2010).
"Update: Oracle sues Google over Java
use in Android" (http://www.computerworl
d.com/s/article/9180678/Update_Oracle_
sues_Google_over_Java_use_in_Androi
d) . Computerworld. International Data
Group Inc. Diarsipkan (https://web.archiv
e.org/web/20120106140213/http://www.
computerworld.com/s/article/9180678/U
pdate_Oracle_sues_Google_over_Java_us
e_in_Android) dari versi asli tanggal
2012-01-06. Diakses tanggal 2012-02-16.
180. "Oracle seeks up to $6.1 billion in Google
lawsuit" (https://web.archive.org/web/201
30922084113/http://www.reuters.com/ar
ticle/2011/06/18/us-oracle-google-lawsui
t-idUSTRE75H0FP20110618) . Reuters.
June 18, 2011. Diarsipkan dari versi asli (h
ttp://www.reuters.com/article/2011/06/1
8/us-oracle-google-lawsuit-idUSTRE75H0
FP20110618) tanggal 2013-09-22.
Diakses tanggal September 7, 2011.
181. "Judge tosses Oracle's $6.1 billion
damage estimate in claim against
Google" (http://www.mercurynews.com/n
ews/ci_18532705) . MercuryNews.com.
July 22, 2011. Diarsipkan (https://web.arc
hive.org/web/20120118213044/http://ww
w.mercurynews.com/news/ci_1853270
5) dari versi asli tanggal 2012-01-18.
Diakses tanggal September 7, 2011.
Pranala luar
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Android_(sistem_operasi)&oldid=25050442"