Anda di halaman 1dari 25

Android (sistem operasi)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Android

Logo Android

Layar depan Android 4.4 KitKat

Perusahaan /pengembang Google

Open Handset Alliance

Android Open Source Project (AOSP)

Diprogram dalam C (inti), C++, Java (UI)[1]


Keluarga Unix-like

Status terkini Aktif

Model sumber Sumber terbuka[2]

Rilis perdana 23 September 2008[3]

Rilis stabil terkini 4.4 KitKat / 31 Oktober 2013; 2 bulan yang

lalu[4]

Target pemasaran Telepon pintar

Komputer tablet

Ketersediaanbahasa Multi bahasa (46 bahasa)

Pengelola paket Google Play, APK

Dukungan platform ARM, MIPS,[5] x86[6]

Jenis kernel Monolitik (modifikasi kernel Linux)

Ruang pengguna Bionic libc,[7] shell dariNetBSD,[8] beberapa

utilitas asli dari NetBSD[9]

Antarmukabawaan Grafis (Multi sentuh)

Lisensi Lisensi Apache 2.0

Patch kernel Linuxberlisensi GNU GPL v2[10]

Situs web resmi www.android.com

Android ( /ˈæn.drɔɪd/; AN-droyd) adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat


seluler layar sentuh seperti telepon pintar dankomputer tablet.[11] Android awalnya dikembangkan oleh Android,
Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. [12] Sistem operasi
ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium
dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk
memajukan standar terbuka perangkat seluler.[13] Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober
2008.[14]

Antarmuka pengguna Android didasarkan pada manipulasi langsung, menggunakan masukan sentuh yang
serupa dengan tindakan di dunia nyata, seperti menggesek, mengetuk, mencubit, dan membalikkan cubitan
untuk memanipulasi obyek di layar. Android adalah sistem operasi dengansumber terbuka, dan Google merilis
kodenya di bawah Lisensi Apache.[11] Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada Android
memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat
perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar komunitas
pengembang aplikasi (apps) yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi
kustomisasi bahasa pemrograman Java.[15] Pada bulan Oktober 2012, ada sekitar 700.000 aplikasi yang
tersedia untuk Android, dan sekitar 25 juta aplikasi telah diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama
Android.[16][17] Sebuah survey pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah platform paling
populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang aplikasi seluler. [18]

Faktor-faktor di atas telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan Android, menjadikannya sebagai
sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan di dunia, [19] mengalahkan Symbian pada tahun
2010.[20] Android juga menjadi pilihan bagi perusahaan teknologi yang menginginkan sistem operasi berbiaya
rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk perangkat berteknologi tinggi tanpa harus mengembangkannya
dari awal.[21] Akibatnya, meskipun pada awalnya sistem operasi ini dirancang khusus untuk telepon pintar dan
tablet, Android juga dikembangkan menjadi aplikasi tambahan di televisi, konsol permainan, kamera digital,
dan perangkat elektronik lainnya. Sifat Android yang terbuka telah mendorong munculnya sejumlah besar
komunitas pengembang aplikasi untuk menggunakan kode sumber terbuka sebagai dasar proyek pembuatan
aplikasi, dengan menambahkan fitur-fitur baru bagi pengguna tingkat lanjut atau mengoperasikan Android pada
perangkat yang secara resmi dirilis dengan menggunakan sistem operasi lain. [22]

Pada November 2013, Android menguasai pangsa pasar telepon pintar global, yang dipimpin oleh produk-
produk Samsung, dengan persentase 64% pada bulan Maret 2013. [23] Pada Juli 2013, terdapat 11.868
perangkat Android berbeda dengan beragam versi.[24] Keberhasilan sistem operasi ini juga menjadikannya
sebagai target ligitasi paten "perang telepon pintar" antar perusahaan-perusahaan teknologi. [25][26] Hingga bulan
Mei 2013, total 900 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia, dan 48 miliar aplikasi telah
dipasang dari Google Play.[27][28] Pada tanggal 3 September 2013, 1 miliar perangkat Android telah diaktifkan. [29]

Daftar isi

  [sembunyikan] 

 1 Sejarah
 2 Fitur

o 2.1 Antarmuka

o 2.2 Aplikasi

o 2.3 Pengelolaan memori

 3 Persyaratan perangkat keras

 4 Pengembangan

o 4.1 Jadwal pembaruan

o 4.2 Kernel Linux

o 4.3 Komunitas sumber terbuka

 5 Keamanan dan privasi

 6 Lisensi

 7 Penerimaan

o 7.1 Tablet

o 7.2 Pangsa pasar

o 7.3 Penggunaan platform

o 7.4 Pembajakan aplikasi

 8 Masalah hukum

 9 Penggunaan di perangkat lain

 10 Lihat juga

 11 Referensi

 12 Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Sejarah versi Android


Andy Rubin

Android, Inc. didirikan di Palo Alto, California, pada bulan Oktober 2003 oleh Andy Rubin (pendiri Danger),
Rich Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc.),[31] Nick Sears[32] (mantan VP T-Mobile), dan Chris White
[30]

(kepala desain dan pengembangan antarmuka WebTV)[12] untuk mengembangkan "perangkat seluler pintar


yang lebih sadar akan lokasi dan preferensi penggunanya". [12] Tujuan awal pengembangan Android adalah
untuk mengembangkan sebuah sistem operasi canggih yang diperuntukkan bagi kamera digital, namun
kemudian disadari bahwa pasar untuk perangkat tersebut tidak cukup besar, dan pengembangan Android lalu
dialihkan bagi pasar telepon pintar untuk menyaingi Symbian dan Windows Mobile (iPhone Apple belum dirilis
pada saat itu).[33] Meskipun para pengembang Android adalah pakar-pakar teknologi yang berpengalaman,
Android Inc. dioperasikan secara diam-diam, hanya diungkapkan bahwa para pengembang sedang
menciptakan sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan bagi telepon seluler. [12] Masih pada tahun yang
sama, Rubin kehabisan uang. Steve Perlman, seorang teman dekat Rubin, meminjaminya $10.000 tunai dan
menolak tawaran saham di perusahaan.[34]

Google mengakuisisi Android Inc. pada tanggal 17 Agustus 2005, menjadikannya sebagai anak perusahaan
yang sepenuhnya dimiliki oleh Google. Pendiri Android Inc. seperti Rubin, Miner dan White tetap bekerja di
perusahaan setelah diakuisisi oleh Google. [12] Setelah itu, tidak banyak yang diketahui tentang perkembangan
Android Inc., namun banyak anggapan yang menyatakan bahwa Google berencana untuk memasuki pasar
telepon seluler dengan tindakannya ini.[12] Di Google, tim yang dipimpin oleh Rubin mulai mengembangkan
platform perangkat seluler dengan menggunakan kernel Linux. Google memasarkan platform tersebut kepada
produsen perangkat seluler dan operator nirkabel, dengan janji bahwa mereka menyediakan sistem yang
fleksibel dan bisa diperbarui. Google telah memilih beberapa mitra perusahaan perangkat lunak dan perangkat
keras, serta mengisyaratkan kepada operator seluler bahwa kerjasama ini terbuka bagi siapapun yang ingin
berpartisipasi.[35][36][37]
HTC Dream, ponsel Android pertama.

Spekulasi tentang niat Google untuk memasuki pasar komunikasi seluler terus berkembang hingga bulan
Desember 2006.[38] BBC dan Wall Street Journal melaporkan bahwa Google sedang bekerja keras untuk
menyertakan aplikasi dan mesin pencarinya di perangkat seluler. Berbagai media cetak dan media daring
mengabarkan bahwa Google sedang mengembangkan perangkat seluler dengan merek Google. Beberapa di
antaranya berspekulasi bahwa Google telah menentukan spesifikasi teknisnya, termasuk produsen telepon
seluler dan operator jaringan. Pada bulan Desember 2007, InformationWeek melaporkan bahwa Google telah
mengajukan beberapa aplikasi paten di bidang telepon seluler. [39][40]

Pada tanggal 5 November 2007, Open Handset Alliance (OHA) didirikan. OHA adalah konsorsium dari


perusahaan-perusahaan teknologi seperti Google, produsen perangkat seluler
seperti HTC, Sony dan Samsung, operator nirkabel seperti Sprint Nextel dan T-Mobile, serta produsen chipset
seperti Qualcomm dan Texas Instruments. OHA sendiri bertujuan untuk mengembangkan standar terbuka bagi
perangkat seluler.[13] Saat itu, Android diresmikan sebagai produk pertamanya; sebuah platform perangkat
seluler yang menggunakan kernel Linux versi 2.6.[13] Telepon seluler komersial pertama yang menggunakan
sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang diluncurkan pada 22 Oktober 2008. [41]

Pada tahun 2010, Google merilis seri Nexus; perangkat telepon pintar dan tablet dengan sistem operasi
Android yang diproduksi oleh mitra produsen telepon seluler seperti HTC, LG, dan Samsung. HTC
bekerjasama dengan Google dalam merilis produk telepon pintar Nexus pertama, yakni Nexus One.[42] Seri ini
telah diperbarui dengan perangkat yang lebih baru, misalnya telepon pintar Nexus 4 dan tablet Nexus 10 yang
diproduksi oleh LG dan Samsung.[43] Pada 13 Maret 2013, Larry Page mengumumkan dalam postingan
blognya bahwa Andy Rubin telah pindah dari divisi Android untuk mengerjakan proyek-proyek baru di Google.
 Ia digantikan oleh Sundar Pichai, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala divisi Google Chrome, yang
[44]

mengembangkan Chrome OS.[45]

Sejak tahun 2008, Android secara bertahap telah melakukan sejumlah pembaruan untuk meningkatkan kinerja
sistem operasi, menambahkan fitur baru, dan memperbaiki bug yang terdapat pada versi sebelumnya. Setiap
versi utama yang dirilis dinamakan secara alfabetis berdasarkan nama-nama makanan pencuci mulut atau
cemilan bergula; misalnya, versi 1.5 bernama Cupcake, yang kemudian diikuti oleh versi 1.6 Donut. Versi
terbaru adalah 4.4 KitKat, yang dirilis pada 31 Oktober 2013.[46][47]

Fitur[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Daftar fitur pada Android

Antarmuka[sunting | sunting sumber]

Layar notifikasi pada ponsel Android.

Antarmuka pengguna pada Android didasarkan pada manipulasi langsung,[48] menggunakan masukan sentuh


yang serupa dengan tindakan di dunia nyata, misalnya menggesek (swiping), mengetuk (tapping), dan
mencubit (pinching), untuk memanipulasi obyek di layar.[48] Masukan pengguna direspon dengan cepat dan
juga tersedia antarmuka sentuh layaknya permukaan air, seringkali menggunakan kemampuan getaran
perangkat untuk memberikan umpan balik haptikkepada pengguna. Perangkat keras internal
seperti akselerometer, giroskop, dan sensor proksimitas digunakan oleh beberapa aplikasi untuk merespon
tindakan pengguna, misalnya untuk menyesuaikan posisi layar dari potret ke lanskap, tergantung pada
bagaimana perangkat diposisikan, atau memungkinkan pengguna untuk mengarahkan kendaraan saat
bermain balapan dengan memutar perangkat sebagai simulasi kendali setir. [49]

Ketika dihidupkan, perangkat Android akan memuat pada layar depan (homescreen), yakni navigasi utama dan
pusat informasi pada perangkat, serupa dengandesktop pada komputer pribadi. Layar depan Android biasanya
terdiri dari ikon aplikasi dan widget; ikon aplikasi berfungsi untuk menjalankan aplikasi terkait, sedangkan
widget menampilkan konten secara langsung dan terbarui otomatis, misalnya prakiraan cuaca, kotak
masuk surel pengguna, atau menampilkan tiker berita secara langsung dari layar depan. [50] Layar depan bisa
terdiri dari beberapa halaman, pengguna dapat menggeser bolak balik antara satu halaman ke halaman
lainnya, yang memungkinkan pengguna Android untuk mengatur tampilan perangkat sesuai dengan selera
mereka. Beberapa aplikasi pihak ketiga yang tersedia di Google Play dan di toko aplikasi lainnya secara
ekstensif mampu mengatur kembali tema layar depan Android, dan bahkan bisa meniru tampilan sistem
operasi lain, misalnya Windows Phone.[51] Kebanyakan produsen telepon seluler dan operator nirkabel
menyesuaikan tampilan perangkat Android buatan mereka untuk membedakannya dari pesaing mereka. [52]

Di bagian atas layar terdapat status bar, yang menampilkan informasi tentang perangkat dan konektivitasnya.
Status bar ini bisa "ditarik" ke bawah untuk membuka layar notifikasi yang menampilkan informasi penting atau
pembaruan aplikasi, misalnya surel diterima atau SMS masuk, dengan cara tidak mengganggu kegiatan
pengguna pada perangkat.[53] Pada versi awal Android, layar notifikasi ini bisa digunakan untuk membuka
aplikasi yang relevan, namun setelah diperbarui, fungsi ini semakin disempurnakan, misalnya kemampuan
untuk memanggil kembali nomor telepon dari notifikasi panggilan tak terjawab tanpa harus membuka aplikasi
utama.[54] Notifikasi ini akan tetap ada sampai pengguna melihatnya, atau dihapus dan di nonaktifkan oleh
pengguna.

Aplikasi[sunting | sunting sumber]

Play Store di Nexus 4.

Lihat pula: Pengembangan perangkat lunak Android dan Google Play

Android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang diperoleh dari toko
aplikasi seperti Google Play, Amazon Appstore, ataupun dengan mengunduh dan memasang berkas APK dari
situs pihak ketiga.[55] Di Google Play, pengguna bisa menjelajah, mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang
diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google.
 Google Play akan menyaring daftar aplikasi yang tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat
[56]

pengguna, dan pengembang dapat membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara tertentu
untuk alasan bisnis.[57] Pembelian aplikasi yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dapat dikembalikan
dalam waktu 15 menit setelah pengunduhan.[58] Beberapa operator seluler juga menawarkan tagihan langsung
untuk pembelian aplikasi di Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian aplikasi pada tagihan
bulanan pengguna.[59] Pada bulan September 2012, ada lebih dari 675.000 aplikasi yang tersedia untuk
Android, dan perkiraan jumlah aplikasi yang diunduh dari Play Store adalah 25 miliar. [60]

Aplikasi Android dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan menggunakan kit pengembangan


perangkat lunak Android (SDK). SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas pengembangan,
 termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak, emulator handset yang berbasis QEMU, dokumentasi,
[61]

kode sampel, dan tutorial. Didukung secara resmi oleh lingkungan pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang
menggunakan plugin Android Development Tools (ADT). Perkakas pengembangan lain yang tersedia di
antaranya adalah Native Development Kit untuk aplikasi atau ekstensi dalam C atau C++, Google App
Inventor, lingkungan visual untuk pemrogram pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler
lintas platform.

Dalam rangka menghadapi penyensoran Internet di Republik Rakyat Cina, perangkat Android yang dijual di
RRC umumnya disesuaikan dengan layanan yang disetujui oleh negara. [62]

Pengelolaan memori[sunting | sunting sumber]


Karena perangkat Android umumnya bertenaga baterai, Android dirancang untuk mengelola memori (RAM)
guna menjaga konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi desktop yang bisa terhubung pada
sumber daya listrik tak terbatas. Ketika sebuah aplikasi Android tidak lagi digunakan, sistem secara otomatis
akan menangguhkannya (suspend) dalam memori – secara teknis aplikasi tersebut masih "terbuka", namun
dengan ditangguhkan, aplikasi tidak akan mengkonsumsi sumber daya (misalnya daya baterai atau daya
pemrosesan), dan akan "diam" di latar belakang hingga aplikasi tersebut digunakan kembali. Cara ini memiliki
manfaat ganda, tidak hanya meningkatkan respon perangkat Android karena aplikasi tidak perlu ditutup dan
dibuka kembali dari awal setiap saat, tetapi juga memastikan bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang
tidak menghabiskan daya secara sia-sia.[63]

Android mengelola aplikasi yang tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah, sistem akan
menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu, aplikasi akan dinonaktifkan dalam
urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir digunakan. Proses ini tidak terlihat oleh pengguna, jadi pengguna
tidak perlu mengelola memori atau menonaktifkan aplikasi secara manual. [64] Namun, kebingungan pengguna
atas pengelolaan memori pada Android telah menyebabkan munculnya beberapa aplikasi task killer pihak
ketiga yang populer di Google Play.[65]
Persyaratan perangkat keras[sunting | sunting sumber]

Hingga November 2013, versi terbaru Android membutuhkan setidaknya 512 MB RAM,[66] prosesor ARMv7 32-


bit, arsitektur MIPS, atau x86,[6] serta unit pemroses grafis (GPU) kompatibelOpenGL ES 2.0.[67]

Platform perangkat keras utama pada Android adalah arsitektur ARM. Ada juga dukungan untuk x86 dari
proyek Android-x86,[6] dan Google TV menggunakan versi x86 khusus Android. Pada tahun
2013, Freescale mengumumkan melibatkan Android dalam prosesor i.MX buatannya, yakni seri i.MX5X dan
i.MX6X.[68] Pada 2012, prosesor Intel juga mulai muncul pada platform utama Android, misalnya pada telepon
seluler.[69]

Beberapa komponen perangkat keras tidak diperlukan, namun sudah menjadi standar di perangkat tertentu.
Beberapa fitur awalnya dibutuhkan sebagai persyaratan, namun kemudian ditiadakan. Setelah Android menjadi
OS telepon pintar, beberapa perangkat keras, seperti mikrofon, lambat laun berubah menjadi perangkat
opsional. Selain itu, kamera ditetapkan sebagai perangkat wajib bagi ponsel-ponsel Android. [70] Perangkat
Android menggabungkan berbagai komponen perangkat keras opsional, termasuk kamera video, GPS, sensor
orientasi perangkat keras, kontrol permainan, akselerometer, giroskop, barometer, magnetometer, sensor
proksimitas, sensor tekanan, termometer, dan layar sentuh.

Android mendukung OpenGL ES 1.1, 2.0, dan 3.0. Beberapa aplikasi secara eksplisit mengharuskan versi
tertentu dari OpenGL ES, sehingga perangkat keras GPU yang cocok diperlukan bagi perangkat Android untuk
menjalankan aplikasi tertentu.[67]

Pengembangan[sunting | sunting sumber]

Android dikembangkan secara pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan pembaruan siap untuk
dirilis, dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan kepada publik. [71]Kode sumber ini hanya
akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat tertentu, biasanya pada seri Nexus.[72] Ada binari tersendiri
yang disediakan oleh produsen agar Android bisa beroperasi. [73]

Logo Android yang berwarna hijau awalnya dirancang untuk Google pada tahun 2007 oleh desainer grafis Irina
Blok.[74][75][76] Tim desain ditugaskan dengan sebuah proyek untuk membuat sebuah ikon universal yang mudah
dikenali dengan menyertakan ikon robot secara spesifik dalam desain akhir. Setelah sejumlah perkembangan
desain yang didasarkan pada tema-tema fiksi ilmiah dan film luar angkasa, tim akhirnya mendapat inspirasi
dari simbol manusia yang terdapat di pintu toilet, dan memodifikasi bentuknya menjadi bentuk robot. Karena
Android adalah perangkat lunak sumber terbuka, disepakati bahwa logo tersebut juga harus terbuka, dan sejak
diluncurkan, logo hijau tersebut telah didesain ulang kembali dalam berbagai variasi yang tak terhitung
jumlahnya.[77]

Jadwal pembaruan[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Sejarah versi Android

Dari kiri ke kanan: HTC Dream (G1), Nexus One, Nexus S, Galaxy Nexus.

Google menyediakan pembaruan utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap enam sampai
sembilan bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan melalui udara (OTA).[78] Pembaruan
utama terbaru adalah Android 4.4 KitKat.[79]

Dibandingkan dengan sistem operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS, pembaruan Android biasanya lebih
lambat diterima oleh perangkat penggunanya. Untuk perangkat selain merek Nexus, pembaruan biasanya baru
bisa diterima dalam waktu berbulan-bulan setelah dirilisnya versi resmi. [80] Hal ini disebabkan oleh banyaknya
variasi perangkat keras Android, sehingga setiap pembaruan harus disesuaikan secara khusus, misalnya: kode
sumber resmi Google hanya berjalan pada perangkat Nexus. Porting Android pada perangkat keras tertentu
yang dilakukan oleh produsen telepon seluler membutuhkan waktu dan proses, para produsen ini umumnya
mengutamakan perangkat terbaru mereka untuk menerima pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat
lama.[80] Oleh sebab itu, telepon pintar lama seringkali tidak diperbarui jika produsen memutuskan bahwa itu
hanya menghabiskan waktu, meskipun sebenarnya perangkat tersebut mampu menerima pembaruan.
Masalah ini diperparah ketika produsen menyesuaikan Android dengan antarmuka dan aplikasi ciptaan
mereka, yang mana ini harus diterapkan kembali untuk setiap perilisan terbaru. Penundaan lainnya juga bisa
disebabkan oleh operator nirkabel; setelah menerima pembaruan dari produsen ponsel, operator akan
menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka, misalnya melakukan pengujian ekstensif terhadap jaringan
sebelum mengirim pembaruan kepada pengguna.[80]

Kurangnya dukungan pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan kritikan dari para
konsumen dan media teknologi.[81][82] Beberapa pengkritik menyatakan bahwa industri memiliki motif keuangan
untuk tidak memperbarui perangkat mereka, seperti tidak adanya pembaruan bagi perangkat lama dan
memperbarui perangkat yang baru dengan tujuan meningkatkan penjualan, [83] sikap yang mereka sebut
"menghina".[82] The Guardian melaporkan bahwa metode pembaruan yang rumit terjadi karena produsen
ponsel dan operator-lah yang telah merancangnya seperti itu. [82] Pada 2011, Google, yang bekerjasama
dengan sejumlah perusahaan industri, membentuk "Android Update Alliance", dengan janji bahwa mereka
akan memberikan pembaruan secara tepat waktu bagi setiap perangkat dalam jangka 18 bulan setelah
dirilisnya versi resmi.[84] Sejak didirikan hingga tahun 2013, organisasi ini tak pernah disebut-sebut lagi.
Google kemudian mulai memperbarui aplikasinya, termasuk Google Maps dan Google Play Music, sebagai
[80]

aplikasi independen yang terpisah dari Android, dan juga memperkenalkan komponen tingkat-sistem yang
menyediakan API bagi aplikasi Google, yang terpasang otomatis dan diperbarui secara langsung oleh Google
melalui Google Play, serta mendukung hampir semua perangkat Android dengan versi di atas 2.2. [85]

Kernel Linux[sunting | sunting sumber]

Diagram arsitektur

Hingga November 2013, Android menggunakan kernel yang berbasis kernel Linux versi 3.x (versi 2.6 pada
Android 4.0 Ice Cream Sandwich dan pendahulunya). Peranti tengah, perpustakaan perangkat lunak,
dan API ditulis dalam C, dan perangkat lunak aplikasiberjalan pada kerangka kerja aplikasi, termasuk
perpustakan kompatibel-Java yang berbasis Apache Harmony. Android menggunakanmesin virtual
Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk menjalankan 'dex-code' Dalvik (Dalvik Executable), biasanya
diterjemahkan daribytecode Java.[86]

Arsitektur kernel Linux pada Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus pengembangan kernel
Linux biasa.[87] Secara standar, Android tidak memiliki X Window System asli ataupun dukungan set lengkap
dari perpustakaan GNU standar. Oleh sebab itu, sulit untuk memporting perpustakaan atau aplikasi Linux pada
Android.[88] Dukungan untuk aplikasi simpel C dan SDL bisa dilakukan dengan cara menginjeksi shim Java dan
menggunakan JNI,[89] misalnya pada port Jagged Alliance 2 untuk Android.[90]

Salah satu fitur yang coba disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur manajemen daya yang
disebut "wakelocks", namun fitur ini ditolak oleh pengembang kernel utama karena mereka merasa bahwa
Google tidak menunjukkan niatnya untuk mengembangkan kodenya sendiri. [91][92][93] Pada bulan April 2010,
Google mengumumkan bahwa mereka akan menyewa dua karyawan untuk mengembangkan komunitas
kernel Linux,[94] namun, Greg Kroah-Hartman, pengelola kernel Linux versi stabil, menyatakan pada bulan
Desember 2010; ia khawatir bahwa Google tak lagi berusaha untuk mengubah kode utama Linux. [92] Beberapa
pengembang Android di Google mengisyaratkan bahwa "tim Android sudah mulai jenuh dengan proses ini",
karena mereka hanyalah tim kecil dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang mendesak demi
keberlangsungan Android.[95]

Pada Agustus 2011, Linus Torvalds menyatakan: "akhirnya Android dan Linux akan kembali pada kernel
umum, tapi mungkin untuk empat atau lima tahun kedepan".[96] Pada Desember 2011, Greg Kroah-Hartman
mengumumkan dimulainya Android Mainlining Project, yang bertujuan untuk mengembalikan
beberapa pemacu, patch, dan fitur Android pada kernel Linux, yang dimulai dengan Linux 3.3. [97] Setelah upaya
sebelumnya gagal, Linux akhirnya menyertakan fitur wakelocks dan autosleep pada kernel 3.5. Antarmukanya
masih sama, namun implementasi Linux yang baru memiliki dua mode suspend (penangguhan) berbeda:
penangguhan ke penyimpanan (penangguhan tradisional yang digunakan oleh Android), dan penangguhan ke
cakram (hibernasi, serupa dengan fitur yang ada pada desktop). [98] Penyertaan fitur baru ini akan rampung
pada Kernel 3.8, Google telah membuka repositori kode publik yang berisi karya eksperimental mereka untuk
mendesain ulang Android dengan Kernel 3.8.[99]

Memori kilat (flash storage) pada perangkat Android dibagi menjadi beberapa partisi, misalnya "/system" untuk
sistem operasi, dan "/data" untuk pemasangan aplikasi dan data pengguna. [100]Berbeda dengan distribusi
desktop Linux, pemilik perangkat Android tidak diberikan akses root pada sistem operasi, dan partisi sensitif
seperti /system bersifat hanya-baca. Namun, akses root dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan
kelemahan keamanan pada Android, cara ini sering digunakan oleh komunitas sumber terbuka untuk
meningkatkan kinerja perangkat mereka,[101]namun juga bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk menyebarkan virus dan perangkat perusak.[102]

Terkait dengan masalah apakah Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih diperdebatkan
secara luas.[103] Linux Foundation dan Chris DiBona,[104] kepala sumber terbuka Google, mendukung hal ini.
Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi Google Patrick Brady, menentangnya, ia beralasan bahwa Android
kurang mendukung sebagian besar perkakas GNU, termasuk glibc.[105]

Komunitas sumber terbuka[sunting | sunting sumber]


Android memiliki komunitas pengembang dan penggemar aktif yang menggunakan kode sumber Android untuk
mengembangkan dan mendistribusikan versi modifikasi Android buatan mereka. [106] Komunitas pengembang ini
seringkali memberikan pembaruan dan fitur-fitur baru bagi perangkat lebih cepat jika dibandingkan dengan
produsen/operator, meskipun pembaruan tersebut tidak menjalani pengujian ekstensif atau tidak memiliki
jaminan kualitas.[22] Mereka berupaya untuk terus memberikan dukungan bagi perangkat-perangkat lama yang
tak lagi menerima pembaruan resmi, ataupun memodifikasi perangkat Android agar bisa berjalan dengan
menggunakan sistem operasi lain, misalnya HP TouchPad. Komunitas ini seringkali merilis pembaruan bagi
perangkat pra-rooted, dan berisi modifikasi yang tidak cocok bagi pengguna non-teknis, misalnya kemampuan
untuk overclock atau over/undervolt prosesor perangkat.[107] CyanogenMod adalah perangkat tegar (firmware)
komunitas yang paling banyak digunakan, dan menjadi dasar bagi sejumlah firmware lainnya.[108]

Secara historis, produsen perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung
pengembangan firmware oleh pihak ketiga. Produsen khawatir bahwa akan muncul fungsi yang tidak sesuai
jika perangkat menggunakan perangkat lunak yang tidak resmi, sehingga akan menyebabkan munculnya biaya
tambahan.[109] Selain itu, firmware modifikasi seperti CyanogenMod kadang-kadang menawarkan fitur yang
membuat operator harus mengeluarkan biaya premium, misalnya tethering. Akibatnya, kendala teknis seperti
terkuncinya pengebutan (bootloader) dan terbatasnya akses root umumnya bisa ditemui di kebanyakan
perangkat Android. Namun, perangkat lunak buatan komunitas pengembang semakin populer, dan setelah
Kongres Pustakawan Amerika Serikat mengijinkan "jailbreaking" perangkat seluler,[110] produsen ponsel dan
operator mulai memperlunak sikap mereka terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa produsen ponsel,
termasuk HTC,[109] Motorola,[111] Samsung[112][113] dan Sony,[114] mulai memberikan dukungan dan mendorong
pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai hasilnya, kendalapembatasan perangkat keras untuk
memasang perangkat tegar tidak resmi mulai berkurang secara bertahap setelah meningkatnya jumlah
perangkat yang memiliki kemampuan untuk membukabootloader, sama dengan seri ponsel Nexus, meskipun
pengguna harus kehilangan garansi perangkat mereka jika melakukannya.[109] Akan tetapi, meskipun produsen
ponsel telah menyetujui pengembangan perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler di Amerika
Serikat masih mewajibkan ponsel penggunanya untuk "dikunci".[115]

Kemampuan untuk membuka dan meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus menjadi sumber
perdebatan antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan bahwa pengembangan tidak
resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan yang tepat waktu bagi pengguna, atau untuk
tetap melanjutkan dukungan versi terbaru bagi perangkat lama mereka. [115]

Keamanan dan privasi[sunting | sunting sumber]


Izin aplikasi di Play Store

Lihat pula: Keamanan seluler

Aplikasi Android berjalan di sandbox, sebuah area terisolasi yang tidak memiliki akses pada sistem, kecuali izin
akses yang secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika memasang aplikasi. Sebelum memasang
aplikasi, Play Store akan menampilkan semua izin yang diperlukan, misalnya: sebuah permainan perlu
mengaktifkan getaran atau menyimpan data pada Kartu SD, tapi tidak perlu izin untuk membaca SMS atau
mengakses buku telepon. Setelah meninjau izin tersebut, pengguna dapat memilih untuk menerima atau
menolaknya, dan bisa memasang aplikasi hanya jika mereka menerimanya. [116]

Sistem sandbox dan perizinan pada Android bisa mengurangi dampak kerentanan terhadap bug pada aplikasi,
namun ketidaktahuan pengembang dan terbatasnya dokumentasi telah menghasilkan aplikasi yang secara
rutin meminta izin yang tidak perlu, sehingga mengurangi efektivitasnya. [117] Beberapa perusahaan keamanan
perangkat lunak seperti Avast, Lookout Mobile Security,[118] AVG Technologies,[119] dan McAfee,[120] telah merilis
perangkat lunak antivirus ciptaan mereka untuk perangkat Android. Perangkat lunak ini sebenarnya tidak
bekerja secara efektif karena sandbox juga bekerja pada aplikasi tersebut, sehingga membatasi
kemampuannya untuk memindai sistem secara lebih mendalam.[121]

Hasil penelitian perusahaan keamanan Trend Micro menunjukkan bahwa penyalahgunaan layanan premium


adalah tipe perangkat perusak (malware) paling umum yang menyerang Android; pesan teks akan dikirim dari
ponsel yang telah terinfeksi ke nomor telepon premium tanpa persetujuan atau sepengetahuan pengguna.
[122]
 Perangkat perusak lainnya akan menampilkan iklan yang tidak diinginkan pada perangkat, atau mengirim
informasi pribadi pada pihak ketiga yang tak berwenang.[122] Ancaman keamanan pada Android dilaporkan
tumbuh secara bertahap, namun teknisi di Google menyatakan bahwa perangkat perusak dan ancaman virus
pada Android hanya dibesar-besarkan oleh perusahaan antivirus untuk alasan komersial, [123][124] dan menuduh
industri antivirus memanfaatkan situasi tersebut untuk menjual produknya kepada pengguna. [123] Google
menegaskan bahwa keberadaan perangkat perusak berbahaya pada Android sebenarnya sangat jarang,
[124]
 dan survei yang dilakukan oleh F-Secure menunjukkan bahwa hanya 0,5% dari perangkat perusak Android
yang berasal dari Google Play.[125]

Google baru-baru ini menggunakan pemindai perangkat perusak Google Bouncer untuk mengawasi dan
memindai aplikasi di Google Play.[126] Tindakan ini bertujuan untuk menandai aplikasi yang mencurigakan dan
memperingatkan pengguna atas potensi masalah pada aplikasi sebelum mereka mengunduhnya. [127] Android
versi 4.2 Jelly Bean dirilis pada tahun 2012 dengan fitur keamanan yang ditingkatkan, termasuk pemindai
perangkat perusak yang disertakan dalam sistem; pemindai ini tidak hanya memeriksa aplikasi yang dipasang
dari Google Play, namun juga bisa memindai aplikasi yang diunduh dari situs-situs pihak ketiga. Sistem akan
memberikan peringatan yang memberitahukan pengguna ketika aplikasi mencoba mengirim pesan teks
premium, dan memblokir pesan tersebut, kecuali jika pengguna mengijinkannya. [128]

Telepon pintar Android memiliki kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi, terutama jika pengguna
sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang berisi lokasi fisik dari ratusan juta titik akses tersebut.
Basis data ini membentuk peta elektronik yang bisa memosisikan lokasi telepon pintar. Hal ini memungkinkan
pengguna untuk menjalankan aplikasi sepertiFoursquare, Google Latitude, Facebook Places, dan untuk
mengirimkan iklan berbasis lokasi.[129] Beberapa perangkat lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi
saat informasi pribadi dikirim dari aplikasi ke server jarak jauh. [130][131] Sifat sumber terbuka Android
memungkinkan perusahaan keamanan untuk menyesuaikan perangkat dengan penggunaan yang sangat
aman. Misalnya, Samsung bekerjasama dengan General Dynamics melalui proyek "Knox" Open Kernel Labs.
[132][133]

Pada September 2013, terungkap bahwa badan intelijen Amerika Serikat dan Britania; NSA dan Government
Communications Headquarters (GCHQ), memiliki akses terhadap data pengguna pada
perangkat iPhone, Blackberry, dan Android. Mereka bisa membaca hampir keseluruhan informasi pada telepon
pintar, termasuk SMS, lokasi, surel, dan catatan.[134]

Lisensi[sunting | sunting sumber]
Izin diperlukan untuk mengontrol akses aplikasi tertentu terhadap sistem.

Kode sumber untuk Android tersedia di bawah lisensi perangkat lunak sumber terbuka dan bebas. Google
menerbitkan sebagian besar kode (termasuk kode jaringan dan telepon) di bawah Lisensi Apache versi 2.0.[135]
 Sisanya, perubahan kernel Linux berada di bawah GNU General Public License versi 2.Open Handset
[136][137]

Alliance mengembangkan perubahan kernel Linux dengan kode sumber terbuka yang dipubikasikan setiap
saat. Selebihnya, Android dikembangkan secara pribadi oleh Google, dengan kode sumber yang diterbitkan
untuk umum ketika versi baru diluncurkan. Biasanya Google bekerjasama dengan produsen perangkat keras
untuk mengembangkan sebuah perangkat "andalan" (misalnya seri Google Nexus) yang disertai dengan versi
baru Android, kemudian menerbitkan kode sumbernya setelah perangkat tersebut dirilis. [138]

Pada awal 2011, Google memilih untuk menahan sementara kode sumber Android untuk tablet yang dirilis
dengan versi 3.0 Honeycomb. Menurut Andy Rubindalam sebuah posting blog resmi Android, alasannya
karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola Xoom,[139] dan Google tidak ingin pihak ketiga
"memperburuk pengalaman pengguna" dengan mencoba mengoperasikan versi Android yang ditujukan untuk
tablet pada telepon pintar.[140] Kode sumber tersebut akhirnya dipublikasikan pada bulan November 2011
dengan dirilisnya Android 4.0 Ice Cream Sandwich.[141]

Meskipun bersifat terbuka, produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek dagang Android Google
seenaknya, kecuali Google menyatakan bahwa perangkat tersebut sesuai dengan Compatibility Definition
Document (CDD) mereka. Perangkat juga harus memenuhi lisensi persyaratan aplikasi sumber tertutup
Google, termasuk Google Play.[142] Richard Stallman dan Free Software Foundation telah mengkritik mengenai
rumitnya permasalahan merek Android ini, dan merekomendasikan sistem operasi alternatif seperti Replicant.
 Mereka berpendapat bahwa pemacu peranti dan perangkat tegar yang diperlukan untuk
[143][144]

mengoperasikan Android bersifat eksklusif, dan Google Play juga menawarkan perangkat lunak berbayar.
Penerimaan[sunting | sunting sumber]

Eric Schmidt, Andy Rubin, and Hugo Barra pada konferensi pers peluncuran tablet Google Nexus 7.

Android disambut dengan hangat ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis terkesan dengan
perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk membentuk Open Handset Alliance, masih
diragukan apakah para produsen ponsel akan bersedia mengganti sistem operasinya dengan Android.
[145]
 Gagasan mengenai sumber terbuka dan platform pengembangan berbasis Linux telah menarik minat para
pakar teknologi,[146] tapi juga muncul kekhawatiran mengenai persaingan ketat yang akan dihadapi Android
dengan pemain mapan di pasar telepon pintar seperti Nokia dan Microsoft.[147] Nokia menanggapinya dengan
menyatakan: "kami tidak melihat ini sebagai ancaman," [148]sementara salah satu anggota tim Windows
Mobile Microsoft menyatakan: "Saya tidak mengerti, dampak apa yang akan mereka hasilkan." [148]

Android dengan cepat tumbuh menjadi sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan, [21] dan
menjadi "salah satu sistem operasi seluler tercepat yang pernah ada." [149] Para peninjau memuji sifat sumber
terbuka Android sebagai salah satu kekuatan yang menentukan keberhasilannya, memungkinkan perusahaan-
perusahaan seperti Amazon (Kindle Fire), Barnes & Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan yang lainnya, untuk
berbondong-bondong merilis perangkat lunak dan perangkat keras yang bisa beroperasi pada versi Android.
Alhasil, situs teknologi Ars Technica menyebut Android sebagai "sistem operasi standar untuk meluncurkan
perangkat keras baru" bagi perusahaan tanpa harus memiliki platform seluler sendiri. [21] Sifat Android yang
terbuka dan fleksibel juga dinikmati oleh pengguna: Android memungkinkan penggunanya untuk
mengkustomisasi perangkatnya secara ekstensif, dan aplikasi juga tersedia bebas di toko aplikasi non-Google
dan di situs-situs pihak ketiga. Faktor ini menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh ponsel Android jika
dibandingkan dengan ponsel lainnya.[21][150]

Meskipun Android sangat populer, dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi dari iOS, ada
laporan yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk mereka secara maksimal, dan
layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi penghasil uang, seperti yang telah diperkirakan oleh
para analis sebelumnya.[151] The Verge berpendapat bahwa Google telah kehilangan kontrol terhadap Android
karena luasnya kustomisasi yang bisa dilakukan oleh pengembang dan pengguna, juga karena tingginya
proliferasi aplikasi dan layanan non-Google – misalnya Amazon Kindle Fire mengarahkan pengguna untuk
mengunjungi Amazon app store, yang bersaing langsung dengan Google Play. SVP Google, Andy Rubin, yang
posisinya sebagai kepala divisi Android digantikan pada bulan Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam
membangun kemitraan yang sehat dengan para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk Android di
pasar global adalah Samsung; salah satu produknya, Galaxy, berperan penting dalam pengenalan merek
Android sejak tahun 2011.[152][153] Sedangkan produsen ponsel Android lainnya seperti LG, HTC, dan Motorola
Mobility milik Google, telah berjuang keras untuk memasarkan produknya sejak tahun 2011. Ironisnya, di saat
Google tidak mendapatkan apapun dari hasil penjualan produk Android secara
langsung, Microsoft dan Apple malah berhasil memenangkan gugatan atas pembayaran royalti paten dari
produsen perangkat Android.[154]

Android juga dikatakan sangat "terfragmentasi",[155] yaitu suatu kondisi saat berbagai perangkat Android, baik
dari segi variasi perangkat keras dan perbedaan perangkat lunak yang berjalan, ditugaskan untuk
mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan secara konsisten, lebih rumit jika dibandingkan dengan iOS, yang
aplikasinya kurang bervariasi.[156] Sebagai contoh, menurut dataOpenSignal pada Juli 2013, terdapat 11.868
model perangkat Android dengan berbagai ukuran layar dan versi Android, sedangkan sebagian besar
pengguna iOS menggunakan perangkat iPhone dengan versi terbaru. [157][158]

Tablet[sunting | sunting sumber]

Tablet Nexus 7 generasi pertama

Meskipun sukses di telepon pintar, pengadopsian Android untuk komputer tablet awalnya berjalan lambat.
[159]
 Salah satu penyebab utamanya adalah adanya situasi yang dikenal dengan "ayam atau telur", yaitu kondisi
ketika konsumen ragu-ragu untuk membeli tablet Android karena kurangnya aplikasi tablet yang berkualitas
tinggi, sementara di sisi lain, para pengembang juga ragu-ragu untuk menghabiskan waktu dan sumber daya
mereka untuk mengembangkan aplikasi tablet sampai tersedianya pasar yang signifikan bagi produk tersebut.
[160][161]
 Konten dan "ekosistem" aplikasi terbukti lebih penting jika dibandingkan dengan spesifikasi perangkat
keras setelah dimulainya penjualan tablet. Karena kurangnya aplikasi untuk tablet pada 2011, tablet Android
awalnya terpaksa harus memasang aplikasi yang diperuntukkan bagi telepon pintar, sehingga ukuran layarnya
tidak cocok dengan layar tablet yang besar. Selain itu, lambannya pertumbuhan tablet Android juga
disebabkan oleh dominasi iPad Apple yang memiliki banyak aplikasi iOS yang kompatibel dengan tablet.[161][162]

Pertumbuhan aplikasi tablet Android perlahan-lahan mulai meningkat, namun, di saat yang bersamaan,
sejumlah besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP TouchPad dan BlackBerry
PlayBook juga dirilis ke pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan iPad. [161] InfoWorldmenjuluki bisnis ini
dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang investasi rendah jangka pendek yang memaksakan
penggunaan OS telepon pintar Android yang dioptimalkan (sebelum Android 3.0 Honeycomb untuk tablet
dirilis) pada perangkat dengan mengabaikan antarmuka pengguna. Pendekatan ini gagal meraih traksi pasar
dengan konsumen serta memperburuk reputasi tablet Android. [163][164] Terlebih lagi, beberapa tablet Android
seperti Motorola Xoom dibanderol dengan harga yang sama, atau lebih mahal dari iPad, yang semakin
memperburuk penjualan. Pengecualian ada padaKindle Fire Amazon, yang dijual dengan harga lebih murah
dan kemampuan untuk mengakses konten dan "ekosistem" aplikasi Amazon. [161][165]

Hal ini mulai berubah pada tahun 2012 dengan dirilisnya Nexus 7, dan adanya dorongan dari Google kepada
para pengembang untuk menciptakan aplikasi tablet yang lebih baik. [166] Pangsa pasar tablet Android akhirnya
berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012.[167]

Pangsa pasar[sunting | sunting sumber]


Perusahaan riset Canalys memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki pangsa penjualan
telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia.[168] Pada kuartal keempat 2010, jumlah ini melonjak menjadi
33%, menjadi platform telepon pintar terlaris di dunia.[19] Hingga kuartal ketiga 2011, Gartner memperkirakan
lebih dari setengah (52,5%) pasar telepon pintar global dikuasai oleh Android. [169] Menurut IDC, pada kuartal
ketiga 2012, Android menguasai 75% pangsa pasar telepon pintar global. [170]

Pada bulan Juli 2011, Google mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android baru yang
diaktifkan setiap harinya,[171] meningkat dari 400.000 per hari pada bulan Mei, [172] dan secara total, lebih dari
100 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia, [173] dengan pertumbuhan 4,4% per minggu.
[171]
 Pada bulan September 2012, 500 juta perangkat Android telah diaktifkan, dengan 1,3 juta aktivasi per hari.
[174][175]
 Pada Mei 2013, di Google I/O, Sundar Pichai mengumumkan bahwa total perangkat Android yang telah
diaktifkan berjumlah 900 juta.[176]

Pangsa pasar Android bervariasi menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android di Amerika
Serikat adalah 52%,[177] dan meningkat hingga 90 % di RRC.[178] Selama kuartal ketiga 2012, pangsa pasar
telepon pintar Android di seluruh dunia adalah 75%, [170] dengan total perangkat yang diaktifkan berjumlah 750
juta dan 1,5 juta aktivasi per hari.[175]

Pada bulan Maret 2013, pangsa Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-produk Samsung,
yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa platform besutan Google
menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan perangkat telepon pintar di RRC selama periode ini. Masih
pada periode yang sama, tingkat loyalitas terhadap penggunaan produk-produk Samsung di Inggris (59%)
adalah yang tertinggi kedua setelah Apple (79%). [23]

Hingga November 2013, pangsa pasar Android dikabarkan telah mencapai 80%. Dari 261,1 juta telepon pintar
yang terjual pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2013, sekitar 211 juta di antaranya adalah
perangkat Android.[179]

Penggunaan platform[sunting | sunting sumber]


Tabel di bawah ini menampilkan data mengenai persentase jumlah perangkat Android yang mengakses
Google Play baru-baru ini, dan menjalankan platform Android versi tertentu hingga tanggal1 November 2013.
Android 4.1/4.2/4.3 Jelly Bean adalah versi Android yang paling banyak digunakan, yakni sekitar 50% dari
keseluruhan perangkat Android di seluruh dunia.[180]
Tampilan Android 1.5 Cupcake di HTC Hero dan Android 4.2 Jelly Bean diSamsung Galaxy S4.

Level AP
Versi Nama kode Tanggal rilis Distribusi
I

4.4 KitKat[181] 31 Oktober 2013[182] 19

4.3.x Jelly Bean 24 Juli 2013 18 2,3%

4.2.x Jelly Bean 13 November 2012 17 12,5%

4.1.x Jelly Bean 9 Juli 2012 16 37,3%

4.0.3–
Ice Cream Sandwich 16 Desember 2011 15 19,8%
4.0.4

3.2 Honeycomb 15 Juli 2011 13 0,1%

3.1 Honeycomb 10 Mei 2011 12 0,0%


Level AP
Versi Nama kode Tanggal rilis Distribusi
I

2.3.3–
Gingerbread 9 Februari 2011 10 26,3%
2.3.7

2.3–2.3.2 Gingerbread 6 Desember 2010 9 0%

2.2 Froyo 20 Mei 2010 8 1,7%

2.0–2.1 Eclair 26 Oktober 2009 7 0%

1.6 Donut 15 September 2009 4 0%

1.5 Cupcake 30 April 2009 3 0%

Pembajakan aplikasi[sunting | sunting sumber]


Ada beberapa kekhawatiran mengenai mudahnya aplikasi berbayar Android untuk dibajak.[183] Pada bulan Mei
2012, Eurogamer, pengembang Football Manager, menyatakan bahwa rasio pemain bajakan vs pemain asli
adalah 9:1 pada permainan buatan mereka.[184] Namun, tidak semua pengembang mempermasalahkan tingkat
pembajakan ini; pada Juli 2012, pengembang permainan Wind-up Knight mengungkapkan bahwa tingkat
pembajakan pada permainan mereka hanya 12%, dan sebagian besarnya berasal dari Cina, negara yang
pengguna Androidnya tidak bisa membeli aplikasi dari Google Play. [185]

Pada 2010, Google merilis sebuah alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk digunakan dalam
aplikasi, tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien. Google menjawab bahwa alat
tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para pengembang untuk memodifikasi dan
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan sebagai solusi untuk mengakhiri pembajakan.
[186]
 Pada tahun 2012, Google merilis sebuah fitur dalam Android 4.1 yang mengenskripsikan aplikasi berbayar
sehingga aplikasi tersebut hanya bisa berjalan pada perangkat tempat mereka dibeli, namun fitur ini
dinonaktifkan untuk sementara karena masalah teknis. [187]

Masalah hukum[sunting | sunting sumber]

Informasi lebih lanjut: Oracle v. Google, Perang telepon pintar, dan Patent troll


Baik Android maupun produsen ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum paten. Pada tanggal
12 Agustus 2010, Oracle menggugat Google atas tuduhan pelanggaran hak cipta dan paten yang
berhubungan dengan bahasa pemrograman Java.[188] Oracle awalnya menuntut ganti rugi sebesar $6,1 miliar,
[189]
 namun tuntutan ini ditolak oleh pengadilan federal Amerika Serikat, yang meminta Oracle untuk merevisi
gugatannya.[190] Sebagai tanggapan, Google mengajukan beberapa pembelaan, mengklaim bahwa Android
tidak melanggar paten atau hak ciptaOracle, bahwa paten Oracle tidak valid, dan beberapa pembelaan lainnya.
Pihak Oracle menyatakan bahwa Android berbasis pada Apache Harmony, implementasi clean
room perpustakaan kelas Java, dan secara independen mengembangkan mesin virtual yang disebut Dalvik.
[191]
 Pada bulan Mei 2012, juri dalam kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar paten Oracle, dan
hakim memutuskan bahwa struktur API Java yang digunakan oleh Google tidak memiliki hak cipta. [192][193]

Selain tuntutan secara langsung terhadap Google, berbagai "perang proksi" juga dilancarkan terhadap Android
secara tidak langsung dengan menargetkan produsen perangkat Android, dengan tujuan untuk memperkecil
peluang produsen tersebut mengadopsi platform Android dan meningkatkan biaya peluncuran produk Android
ke pasaran.[194] Apple dan Microsoft menggugat beberapa produsen perangkat Android terkait masalah
pelanggaran paten; tuntutan Apple yang berkepanjangan terhadap Samsung menjadi kasus yang sangat
terpublikasi. Pada Oktober 2011, Microsoft mengungkapkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian
lisensi paten dengan sepuluh produsen ponsel yang produk-produknya menguasai 55% pasar global
perangkat Android,[195]termasuk Samsung dan HTC.[196] Kasus pelanggaran paten antara Samsung dan
Microsoft berakhir dengan kesepakatan bahwa Samsung akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya
untuk mengembangkan dan memasarkan ponsel dengan sistem operasi Windows Phone besutan Microsoft.
[194]

Google secara terbuka menyatakan kefrustrasiannya dalam menghadapi gugatan pelanggaran paten di
Amerika Serikat, menuduh bahwa Apple, Oracle, dan Microsoft sedang berupaya untuk melemahkan
kedigjayaan Android melalui litigasi paten, alih-alih berinovasi dan bersaing dengan cara menciptakan produk
dan layanan yang lebih baik.[197] Pada 2011-2012, Google membeliMotorola Mobility seharga $12,5 miliar.
Upaya ini dipandang sebagai langkah pertahanan Google untuk melindungi Android, karena Motorola Mobility
memegang lebih dari 17.000 hak paten.[198]Pada Desember 2011, Google juga membeli lebih dari seribu paten
dari IBM.[199]

Pada 2013, Fairsearch, sebuah organisasi yang didukung oleh Microsoft, Oracle, dan lainnya, mengajukan
keluhan terhadap Android pada Komisi Eropa, menyatakan bahwa distribusi perangkat Android yang bebas
biaya merupakan bentuk persaingan harga anti-kompetitif. Free Software Foundation Europe, yang didonori
Google, membantah tuduhan Fairsearch.[200]

Penggunaan di perangkat lain[sunting | sunting sumber]


Sony SmartWatch: contoh perangkat pendamping Android.

Sifat Android yang terbuka dan bisa dikustomisasi menyebabkan sistem operasi ini juga digunakan pada
perangkat elektronik lainnya, termasuk laptop dannetbook, smartbook,[201] Smart TV (Google TV),
dan kamera (Nikon Coolpix S800c dan Galaxy Camera).[202][203] Selain itu, sistem operasi Android juga
mengembangkan aplikasinya pada kacamata pintar (Google Glass), jam tangan,[204] penyuara kuping,[205] CD
mobil dan pemutar DVD,[206] cermin,[207] pemutar media portabel,[208] jaringan tetap,[209] dan telepon VoIP.
[210]
 Ouya, sebuah konsol permainan video yang menggunakan sistem operasi Android, menjadi salah satu
produk Kickstarter yang paling sukses, didanai sebesar $8,5 juta untuk pengembangannya, yang kemudian
diikuti oleh konsol permainan video berbasis Android lainnya seperti Project Shield besutan Nvidia.[211][212]

Pada tahun 2011, Google memperkenalkan "Android@Home", teknologi otomatis baru yang memanfaatkan
Android untuk mengontrol beberapa alat-alat rumah tangga seperti kontak lampu, soket listrik, dan termostat.
[213]
 Mengontrol lampu dikatakan dapat dikendalikan dari ponsel atau tablet Android. Pimpinan Android Andy
Rubin menegaskan bahwa "menyalakan dan mematikan lampu bukanlah hal yang baru, Google berpikir lebih
ambisius dan tujuannya adalah untuk menggunakan posisinya sebagai penyedia jasa awan guna membawa
produk-produk Google ke rumah pelanggan." [214]

Pada bulan Agustus 2011, Parrot meluncurkan sistem stereo mobil dengan platform Android, yang dikenal
dengan Asteroid dan dilengkapi dengan perintah suara. [215][216] Pada September 2013, Clarion merilis sistem
stereo mobil dengan platform Android yang lebih maju, yang dikenal dengan AX1 dan Mirage, menggunakan
Android 2.3.7 dan 2.2 (Gingerbread) dan dilengkapi dengan navigasi berbasis GPS, layar 6,5 inci, dan
berbagai pilihan untuk akses data nirkabel.[217][218]

Berbagai perangkat lainnya, meskipun tidak menggunakan Android, juga dirancang dengan antarmuka yang
berfungsi sebagai pendamping atau pelengkap bagi perangkat Android,
misalnya SmartWatch Sony atau Galaxy Gear Samsung.[219]

Anda mungkin juga menyukai