Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI INTERMEDIATE

IDENTIFIKASI PELAKSANAAN SCREENING


PENYAKIT MENULAR BERDASARKAN
STUDI KASUS

HIV
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Harian Mata Kuliah Epidemiologi Intermediate
Dosen : Dr. Dyan Kunthi Nugrahaeni, SKM., MKM.

Disusun Oleh :
1. Eka Pertiwi 2350371001
2. Ryan Andika P 2350371002
3. Aina Mardiah 2350371016
4. Imas Ati Rosaidah 2350371014
5. Arie Sumarlin 2350371023
6. Eva Yuliana 2350371025

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT (S-2)


FAKULTAS ILMU DAN TEKHNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur yang sebesar-besarnya penyusun ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena
berkat Rahmat dan Karunia Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Identifikasi
Pelaksanaan Screening Penyakit Menular Berdasarkan Studi Kasus Pada HIV”. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Intermediate.
Upaya serta usaha telah kami berikan untuk makalah ini, namun kami sadar bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan waktu dan keadaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Atas bantuan dan bimbingan yang kami peroleh dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi pembacanya.

Cimahi, 13 November 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodefeciency Virus (HIV) merupakan virus yang menginvasi sel
darah putih (limfosit) yang berfungsi untuk melawan bibit penyakit di tubuh manusia.
HIV akan menginvasi kekebakalan tubuh seseorang dan bisa menyebabkan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Elisanti, 2018). Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) merupakan gabungan gejala sebuah penyakit yang hidup karena
menurunnya kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh jangkitan HIV. Akibat menurunnya
kekebalan tubuh maka akan sangat mudah terkena penyakit seperti tubercolusis,
candidiasis, kerusakan saluran pencernaan, paru, otak, kulit dan akan sangat rentan untuk
terpapar penyakit menular yang lain.(Widarma et al., 2017).
Orang yang terinfeksi HIV/AIDS dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
faktor pendidikan, pengetahuan, ekonomi, wilayah dan tradisi. HIV dapat ditularkan
melalui hubungan seks, penggunaan jarum suntik bergantian, kontak langsung dengan
cairan penderita HIV/AIDS dan juga transfusi darah dengan penderita HIV. Adapun
orang yang terkena penyakit HIV/AIDS memiliki gejala seperti, demam berkepanjangan,
dimensia, infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita, berat badan menurun dan juga
diare yang berkepanjangan (Nurwati & Rusyidi, 2019).
Menurut data UNAIDS 2023, diperkirakan 39,0 juta (33,1–45,7 juta) orang hidup
dengan HIV pada akhir tahun 2022. 1,5 juta (1,2–2,1 juta) anak (0–14 tahun). Kejadian
HIV 1,3 juta (1,0–1,7 juta) orang tertular HIV pada tahun 2022. Sejak tahun 2010, jumlah
orang yang tertular HIV telah berkurang sebesar 38%, dari 2,1 juta (1,6–2,8 juta),
sebanyak 130.000 (90.000–210.000) anak tertular HIV pada tahun 2022. Kematian terkait
HIV, pada tahun 2022, 630.000 (480.000–880.000) orang meninggal karena penyakit
terkait HIV secara global. Sejak tahun 2010, kematian terkait HIV telah berkurang sebesar
51%, dari 1,3 juta (970.000–1,8 juta). Epidemi HIV global merenggut 69% lebih sedikit
nyawa pada tahun 2022 sejak puncaknya pada tahun 2004. Sebanyak 84.000 (56.000–
120.000) anak meninggal karena penyebab terkait HIV pada tahun 2022. HIV terus
menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang utama, sejauh ini telah merenggut
40,4 juta (32,9–51,3 juta) nyawa.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah kasus HIV (human
immunodefiency virus) di Indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama Januari-
September 2023. Dari total tersebut, 454.723 kasus atau 88% sudah terkonfirmasi oleh
penderitanya atau orang dengan HIV (ODHIV). Kemenkes menyebut, baru 40% ODHIV
yang mendapatkan pengobatan HIV. Menurut usianya, pengidap HIV di Indonesia
mayoritas dari kelompok usia 25-49 tahun, yakni sebanyak 69,9% dari total kasus
tersebut. Kemudian kedua terbanyak dari kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 16,1%.
Diikuti oleh usia di atas 50 tahun sebanyak 7,7% dan 15-19 tahun 3,4%. Penderita
segmentasi anak-anak, yakni usia balita atau di atas 4 tahun sebanyak 1,9% dan usia 5-14
tahun 1%. (Kemenkes, 2023).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada periode Januari sampai dengan
Agustus tahun 2023 menunjukkan bahwa, jumlah penemuan kasus HIV sebanyak 6.379
kasus (SIHA, 2023).
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang pada tahun 2023 menunjukkan bahwa
kasus HIV di Kabupaten Karawang sebanyak 374 kasus. Adapun kejadian kasus HIV di
Puskesmas Telagasari sebanyak 8 orang, dengan rentang usia 20-45 tahun. Berdasarkan
jenis kelamin penderita HIV laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 4
orang. Serta aktif pengobatan ART di Puskesmas (SIHA, 2023).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Pelaksanaan Screening Penyakit HIV


Dalam upaya program Triple Eliminasi, UPTD Puskesmas Telagasari dalam
melaksanakan screening salah satunya pada kasus HIV dengan metode penjaringan pasien
di Pelayanan Kesehatan Umum, Pemeriksaan ibu hamil dan pasien TB Paru SO yang baru.
Adapun untuk ibu hamil dan pasien TB Paru SO yang baru, diwajibkan untuk
melaksanakan atau dilakukan test HIV.

Hasil Screening Kasus HIV


PKM Telagasari 2023

HIV Bukan HIV

200 170 158 148 147 147 146 147 147 147 148 148
150

100

50
0 1 0 1 1 2 1 1 1 0 0
0

Tabel. 1

Dari hasil Pelaksanaan Screening HIV di Puskesmas Telagasari pada pasien Pelayanan
Kesehatan Umum selama periode Januari-November 2023 didapatkan kasus HIV 4 orang,
dengan jenis kelamin laki-laki. Pada Pelayanan KIA didapatkan kasus HIV 4 orang ibu
hamil. Untuk pasien TB Paru SO yang baru setelah dilakukan screening HIV tidak
ditemukan kasus HIV (SIHA PKM Telagasari, 2023)

B. Validitas Hasil Pelaksanaan Screening HIV


Pengertian validitas adalah pengukuran dan pengamatan data sebagai prinsip
keandalan instrument dalam pengumpulan data. Dalam menentukan validitas harus relevan
isi instrument, sasaran subjek, dan cara pengukuran. Sebuah instrument yang valid
mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya jika instrument tidak valid maka validitas
suatu 46 penelitian akan rendah (Nursalam, 2013).
Dari hasil uji validitas di dapatkan hasil dari pemeriksaan Pelayanan Kesehatan
Umum, Pelayanan KIA dan pelayanan pasien TB Paru SO yang baru pada tahun 2023 di
Puskesmas Telagasari kejadian kasus HIV sebanyak 8 orang, dengan rentang usia 20-45
tahun. Berdasarkan jenis kelamin penderita HIV laki-laki sebanyak 4 orang dan
perempuan sebanyak 4 orang. Serta aktif pengobatan ART di Puskesmas (SIHA, 2023).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah kesehatan atau
persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain. Berdasarkan
sifat dan efeknya, sangatlah unik karena HIV mematikan kelompok yang paling produktif
dan paling efektif secara reproduksi dalam masyarakat, yang kemudian berdampak pada
mengurangi produktivitas dan kapasitas dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan HIV
terhadap masyarakat dapat bersifat permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.
HIV secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan yang
ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV karena sifatnya yang sangat mematikan sehingga
menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat yang kemudian akan mengiring
pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan, stigma, dan diskriminasi pada hampir
semua sendi kehidupan. Hampir semua orang yang diduga terinfeksi HIV tidak memiliki
akses terhadap tes HIV, inilah yang membuat usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan
menjadi sangat rumit.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang pada tahun 2023 menunjukkan bahwa kasus
HIV di Kabupaten Karawang sebanyak 374 kasus. Adapun kejadian kasus HIV di
Puskesmas Telagasari sebanyak 8 orang, dengan rentang usia 20-45 tahun. Berdasarkan
jenis kelamin penderita HIV laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 4 orang.
Serta aktif pengobatan ART di Puskesmas.

B. Saran
Bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS diharapkan untuk rutin memeriksan diri ke Rumah
Sakit sesuai jadwal yang telah ditentukan serta tetap patuh dalam menjalani pengobatan
Antiretroviral (ARV) sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko penularan HIV dari
ibu ke janin yang dikandung.
Dan bagi penderita HIV diharapkan untuk selalu patuh melakukan pemeriksaan
kesehatan. Sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko penularan HIV.

Anda mungkin juga menyukai