Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH :

ARIFKAH
(142.2023.0076)

CI INSTITUSI CI LAHAN

(Dr. Brajakson Siokal, S.Kep., Ns., (Badriah Basry, S.Kep., Ns)


M.Kep., Sp.Kep., Kom)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan
1. Definisi

Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah


diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri
maupun orang lain dan dapat merusak lingkungan sekitar (Pardede &
Hulu, 2020) . Resiko perilaku kekerasan (RPK) adalah tindakan
yangdapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan yaitu suka
mengamuk, merasa kesal dan marah merasa sakit hati dengan apa
yang orang lain ucapkan kepadanya, postur tubuh klien nampak kaku,
bicara kasar dan sedikit membentak, dan rahang mengeras.(Agustina et
al., 2022)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain(Kandar & Iswanti, 2019) .

2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan


pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri
maupun orang lain (Pardede & Hulu, 2020)

Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan perilaku kekerasan


sebagai berikut:
a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengancam
b) Mengumpat dengan kata-kata kasar
c) Suara keras
d) Bicara ketus
2) Objektif
a) Menyerang orang lain
b) Melukai diri sendiri/ orang lain
c) Merusak lingkungan
d) Perilaku agresif/ amuk
b. Minor
1) Objektif
a) Mata melotot atau Pandangan tajam
b) Tangan mengepal
c) Rahang mengatup
d) Wajah memerah
e) Postur tubuh kaku (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
3. Faktor Risiko
Adapun faktor risiko terhadap risiko perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:
a. Pemikiran waham / delusi
b. Curiga pada orang lain
c. Halusinasi
d. Berencana bunuh diri
e. Disfungsi sistem keluarga
f. Kerusakan kognitif
g. Disorientasi atau konfusi
h. Alam perasaan depresi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
4. Faktor-faktor penyebab perilaku kekerasan
Faktor penyebab perilaku kekerasan antara lain :
a. faktor predisposisi misalnya masa lalu yang tidak menyenangkan,
sering mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh dengan tindakan
agresif, timbulnya ketidakpercayaan pada diri sendiri.

b. Faktor presipitasi misalnya pernah mendapat kritikan dari orang lain,


pernah mengalami kekerasan fisik dan pernah merasa gagal dalam
pekerjaan(Liviana & Suem, 2019).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan
Menurut (Anggit Madhani, 2021), asuhan keperawatan meliputi dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
a. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS,
tangal pengkajian.
b. Alasan masuk Biasanya klien masuk dengan alasan sering
mengamuk tanpa sebab, memukul, membanting, mengancam,
menyerang orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan,
bersifat kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
kambuhkarena tidak mau minum obat secara teratur.
c. Faktor Predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu
dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan
jiwa (Parwati, 2018).
2) Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa
3) Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
4) Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan
perawatan.
5) Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa laluyang
tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina,
dianiaya, penolakan dari lingkungan
d. Pengkajian Fisik
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
2) Ukur tinggi badan dan berat badan.
3) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada
saat pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah)
4) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar
dan ketus).
e. Psikososial
1) Genogram Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi
ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupu
keluarg apa dasaat pengkajian.
2) Konsep diri Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak
disukai klien yang mempengaruhi keadaan klien saat
berhubungan dengan orang lain sehingga klien merasa terhina,
diejek dengan kondisinya tersebut.
3) Identitas Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak
puas dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik
disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
4) Harga diri Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan
hubungan dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata
terdapat penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina,
diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan
keluarga.
5) Peran diri Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau
tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau
masyarakat dan biasanya klien tidak mampu melaksanakan
tugas dan peran tersebut dan merasa tidak berguna.
6) Ideal diri Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap
tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat
kerja dan masyarakat.
f. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
2) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat
g. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak
mengalami gangguan jiwa.
2) Kegiatan ibadah Biasaya dalam selama sakit klien jarang
melakukan ibadah.
h. Status mental
1) Penampilan.
2) Biasanya penampilan klien kotor.
3) Pembicaraan. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat
dilakukan pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan
mudah tersinggung.
4) Aktivitas motorik Biasanya aktivitas motoric klien dengan
prilaku kekerasan akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot
muka berubah-ubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang
dengan kuat.
5) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
6) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah
tanpa sebab
7) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan
bicara dan mudah tersinggung.
8) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas
9) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
10)Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
11)Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang.
12)Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan
sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
13)Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
2) Biasanya klien tidak mengalami perubahan
3) BAB/BAK
4) Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada
gangguan
5) Mandi
6) Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang
mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat
bau dan kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika
disuruh.
7) Berpakaian
8) Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan
sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki
9) Istirahat dan tidur
10) Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,
seperti: menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur
seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan
menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang
nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
11) Penggunaan obat Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali
sehari dan klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika
putus minum obat.
12) Pemeliharaan kesehatan Biasanya klien tidak memperhatikan
kesehatannya, dan tidak peduli tentang bagaimana cara yang
baik untuk merawat dirinya.
13) Aktifitas didalam rumah Biasanya klien mampu merencanakan,
mengolah, dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.
j. Mekanisme koping Biasanya klien menggunakan respon maldaptif
yang ditandai dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-
marah bila keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota
keluarganya, dan merusak alat-alat rumah tangga.
k. Masalah psikologis dan lingkungan Biasanya klien merasa ditolak
dan mengalami masalah interaksi dengan lingkungan
l. Pengetahuan Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang
pengetahuan tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat
dari putus obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya (Siregar,
2022).

2. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan (diri


sendiri, orang lain, lingkungan, EFFECT
dan verbal)
CORE PROBLEM
Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah Kronis CAUSA

3. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan perubahan status mental
b. Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan gangguan perilaku
kegagalan berulang
c. Risiko Perilaku kekerasan dibuktikan dengan riwayat atau ancaman
kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti
orang lain
4. Rencana Keperawatan

No. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan Setelah dilakukaan Manajemen
berhubungan tindakan keperawatan Pengendalian
dengan perubahan selama 6x24 jam Marah (I.09290)
status mental maka kontrol diri Observasi
meningkat dengan 1) Identifikasi
kriteria hasil : penyebab atau
a. Verbalisasi pemicu
ancaman epada kemarahan
orang lain 2) Identifikasi
menurun harapan perilaku
b. Perilaku terhadap
menyerang ekspresi
menurun kemarahan
c. Perilaku melukai 3) Monitor potensi
diri sendiri/orang agresi tidak
lain menurun konstruktif
d. Perilaku merusak melakukan
lingkungan tindakan
sekitar menurun sebelum agresif
Terapeutik
1) Gunakan
pendekatan yang
senang atau
meyakinkan
2) Fasilitasi
mengekspresikan
marah sesuai
adaptif
3) Cegah kerusakan
fisik akibat
ekspresi marah
(mis.
menggunakan
senjata)
4) Cegah aktivitas
pemicu agresi
(mis. meninju
tas, mondar-
mandir,
berolahraga
berlebihan)
5) Lakukan kontrol
eksternal (mis.
pengekangan,
time-out, dan
seklusi), Jika
perlu
6) Dukung
menerapkan
strategi
pengendalian
marah dan
ekspresi amarah
adaptif
7) Berikan
penguatan atas
keberhasilan
penerapan
strategi
pengendalian
marah
Edukasi
1) Jelaskan makna
fungsi marah,
frustasi, dan
respons marah
2) Anjurkan
meminta bantuan
perawat atau
keluarga selama
ketegangan
meningkat
3) Ajarkan strategi
untuk mencegah
ekspresi marah
maladaptif
4) Ajarkan metode
untuk
memodulasi
pengalaman
emosi yang kuat
(mis. latihan
asertif, teknik
relaksasi, jurnal,
aktivitas
penyaluran
energi)
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian obat,
jika perlu
Sumber : (PPNI Tim Pokja SDLI, 2017, SLKI DPP, 2019 & SIKI DPP,

2018)

5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan atau perencenaan keperwatan adalah


tindakan yang dilakukan oleh perawat yang tujuannya untuk membantu
pasien dengan masalah kesehatan yang dihadapinya agar dalam keadaan
sehat. Pelaksanaan keperawatan merupakan pelaksanaan perencanaan
pekerjaan keperawatan. Tujuan dari fase ini adalah melakukan
perencanaan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berorientasi
pada klien (Induniasih & Sri, 2021).
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Ginting (2021) evaluasi adalah proses berkelanjutan
untuk menilai efekdari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi
dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons pasiendantujuan
khusus serta umum yang telah ditentukan
a. S ( subjektif ) : Informasi yang didassarkan pada keluhan yang
diungkapkanatau dilaporkan oleh pasien yang masih ada setelah
pengobatan diberikan
b. ( Objektif ) : Informasi didassarkan dari hasil pengukuran atau
pengamatanoleh perawat diberikan langsung pada klien serta
menunjukan bagaimanaperasaan klien setelah dilakukan
operawatan
c. A ( Analisis/ Assesment ) : Merupakan penafsiran dari data
subjektif dandatapbjektif. Masalah keperawatan berkelanjutan
disebut analisis, dan juga dapat merujuk pada masalah atau
diagnosis baru yang muncul
d. P ( Planning ) : Adalah rencana perawatan yang dilanjutkan,
dihentikan, diubah atau ditabahkan oleh perawat padda rencana
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. F., Restiana, N., & Saryomo. (2022). Penerapan Terapi Musik Klasik
Dalam Mengontrol Marah Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan:
Literature Review. Journal of Nursing Practice and Science, 1(1), 73–79.

Induniasih, & Hendrasih Sri. (2021). Metodologi Keperawatan (Pertama).


PUSTAKA BARU PRESS.

Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149.
https://doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226

Liviana, & Suem, T. (2019). Faktor predisposisi pasien resiko perilaku


kekerasaan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 1(1), 27–38.

Pardede, J. A., & Hulu, E. P. (2020). Pengaruh behaviour therapy terhadap risiko
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa Prof. dr.
Muhammad Ildrem Provsu Medan. Konferensi Nasional (Konas)
Keperawatan Kesehatan Jiwa, 4(1), 257–266.
https://journalpress.org/proceeding/ipkji/article/view/51/51

PPNI Tim Pokja Pedoman SPO DPP. (2021). Pedoman Standar Prosedur
Operasional Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.

PPNI Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.

PPNI Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesai
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.

PPNI Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Stabdar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat.

Siregar, S. L. (2022). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. D Dengan


Masalah Risiko Perilaku Kekerasan Melalui Strategi Pelaksanaan (SP 1-4):
Studi Kasus. https://osf.io/c9fde/download
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai