HALUSINASI
HALUSINASI
HALUSINASI
OLEH :
ARIFKAH
(142.2023.0076)
CI INSTITUSI CI LAHAN
5. Dampak Halusinasi
Dampak halusinasi yaitu resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Ini diakibatkan karena pasien berada dibawah
halusinasinya yang meminta pasien untuk melakukan sesuatu di luar
kesadarannya. Dampak halusinasi juga sering muncul hysteria, rasa
lemah dan tidak mencapai tujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran
yang buruk yang ketika sampai pada fase IV (fase conquering). Pasien
juga bisa kehilangan kontrol dirinya sehingga pasien bisa melakukan
bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide) dan bahkan
merusak lingkungan sekitar.(Tuti et al., 2022)
6. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran keluarga
sangat penting karena setelah mendapat perawat di rumah sakit jiwa
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting di dalam merawat pasien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat. Pengobatan
atau terapi sebagai berikut:
a. Farmakoterapi
a. Identitas
Terdiri dari nama klien, usia klien, jenis kelamin klien, alamat
tempat tinggal, agama, pekerjaan, tanggal/waktu masuk rumah sakit,
alasan/penyebab masuk, nomor rekam medis, contact person.
b. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RS biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, menarik
diri
c. Factor predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukanperawatan diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk
merawat diri.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu
perasaanditolak,dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
6) Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
kegagalan yangdapat menimbulkan frustasi
d. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan
adanya Riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur
otak, kekerasandalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam
keluarga atau masyarakat yang seringtidak sesuai dengan klien Serta
konflik antar masyarakat.
e. Pemeriksaan fisik
Periksa tanda-tanda vital, dari ujung kepala sampai ujung kaki.
f. Psikososial
1) Genogram Pada genogram Biasanya terlihat ada anggota
keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien
terganggu begitupun denganpengambilan Keputusan dan pola
asuh.
2) Konsep diri
a) Citra Tubuh Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien mengenai tubuh yang
disukai maupun tidak disukai (Nurhaini, 2018).
b) Identitas Diri Kaji status dan posisi pasien sebelum klien
dirawat, kepuasan paienterhadap status dan posisinya,
kepuasan klien sebagai laki- laki atauperempuan (Bunaini,
2020).
c) Peran Diri Meliputi tugas atau peran klien didalam
keluarga/ pekerjaan/ kelompok maupun masyarakat,
kemampuan klien didalammelaksanakan fungsi atupun
perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun
dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahanyang
terjadi (Ndaha, 2021).
d) Ideal Diri Berisi harapan paien akan keadaan tubuhnya yang
ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan/sekolah, harapan klien akanlingkungan
sekitar,dan penyakitnya (Grasela, 2021).
e) Harga Diri Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada klien yang berhubugan
dengan orang lain, fungsi peranyang tidak sesuai dengan
harapan, penilaian klien tentang pandanganatau
penghargaan orang lain (Safitri, 2020).
f) Hubungan Sosial Hubungan klien dengan orang lain akan
sangat terganggu karenapenampilan klien yang kotor yang
mengakibatkan orang sekitar menjauh dan menghidnari
klien. Terdapat hambatan dalamberhubungan dengan orang
lain (Bunaini, 2020).
g) Spiritual Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien
terganggudikarenakanklien mengalami gangguan jiwa.
h) Status Mental
(1) Penampilan
Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak mengetahui
caranyaberpakaian dan penggunaan pakaian tidak
sesuai (Putri, 2018).
(2) Cara bicara/Pembicaraan
Cara bicara klien yang lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan (Malle, 2021).
(3) Aktivitas motoric
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif (Putri, 2018).
(4) Alam perasaan
Klien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya,
rendahdiri dan merasa dihina (Malle, 2021).
(5) Afek
Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubah ubah,
kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas (Putri, 2018).
(6) Interaksi saat wawancara Respon klien saat wawancara
tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang
serta curiga yang menunjukkan sikap ataupun
perantidak percaya kepada pewawancara/orang lain.
(7) Persepsi
Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap hal-
hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,
penglihatan danperabaan yang membuat klien tidak
ingin membersihkan diri danklien mengalami
depersonalisasi.
(8) Proses pikir
Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik, sirkumtansial,
terkadangtangensial, kehilanagn asosiasi, pembicaraan
meloncat dari topic dan terkadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan Klien Pulang
(1) Makan
Klien kurang makan, cara makan klien yang terganggu
serta pasientidak memiliki kemampuan untuk
menyiapkan dan membersihkanalat makan
(2) Berpakaian
Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
memakai pakaianyang sesuai dan berdandan
(3) Mandi
Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok
gigi, mencuci rambut, menggunting kuku, tubuh klien
tampak kusan dan badanklien mengeluarkan aroma
bau.
(4) BAB/BAK
Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
temoat tidur danklien tidak dapat membersihkan
BAB/BAKnya.
(5) Istirahat
Istirahat klien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapunsetelah bangun tidur.
(6) Penggunaan obat
Jika klien mendapat obat, biasanya klien minum obat
tidak teratur (Laia & Pardede, 2022).
2. Pohon Masalah
CAUSA
Isolasi Sosial
3. Diganosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
b. Isolasi Sosial berhungan dengan perubahan status mental
c. Risiko Perilaku kekerasan dibuktikan dengan riwayat atau
ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain atau
destruksi properti orang lain
4. Rencana Keperawatan
DPP, 2018)
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan atau perencenaan keperwatan
adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang tujuannya untuk
membantu pasien dengan masalah kesehatan yang dihadapinya agar
dalam keadaan sehat. Pelaksanaan keperawatan merupakan
pelaksanaan perencanaan pekerjaan keperawatan. Tujuan dari fase ini
adalah melakukan perencanaan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang berorientasi pada klien (Induniasih & Sri, 2021).
6. Evaluasi
Menurut Ginting (2021) evaluasi adalah proses berkelanjutan
untuk menilai efekdari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi
dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons pasiendantujuan
khusus serta umum yang telah ditentukan
a. S ( subjektif ) : Informasi yang didassarkan pada keluhan yang
diungkapkanatau dilaporkan oleh pasien yang masih ada setelah
pengobatan diberikan
b. ( Objektif ) : Informasi didassarkan dari hasil pengukuran atau
pengamatanoleh perawat diberikan langsung pada klien serta
menunjukan bagaimanaperasaan klien setelah dilakukan
operawatan
c. A ( Analisis/ Assesment ) : Merupakan penafsiran dari data
subjektif dandatapbjektif. Masalah keperawatan berkelanjutan
disebut analisis, dan juga dapat merujuk pada masalah atau
diagnosis baru yang muncul
d. P ( Planning ) : Adalah rencana perawatan yang dilanjutkan,
dihentikan, diubah atau ditabahkan oleh perawat padda rencana
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Emulyani, E., & Herlambang. (2020). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan
Tanda Dan Gejala Halusinasi Pada Pasien Halusinasi. Health Care : Jurnal
Kesehatan, 9(1), 17–25. https://doi.org/10.36763/healthcare.v9i1.60
Oktaviani, S., Hasanah, U., & Utami, I. T. (2022). Penerapan terapi Menghardik
Dan Menggambar pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Journal Cendikia
Muda, 2(September), 407–415.
https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/viewFile/
365/226
PPNI Tim Pokja Pedoman SPO DPP. (2021). Pedoman Standar Prosedur
Operasional Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
PPNI Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
PPNI Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesai
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
PPNI Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Stabdar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat.
Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E., Aisah, S., & Hidayati, E. (2021).
Perawatan Halusinasi, Dukungan Keluarga Dan Kemampuan Pasien
Mengontrol Halusinasi : Literature Review. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(3), 271.
https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.