Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

KUISIONER TENTANG FLU BURUNG

Dosen Pembimbing :
Ikawati Setyaningrum,M.Kep

Disusun Oleh :
1. Aulia Maulidah (C1020057)
2. Bintang Jeksa (C1020060)
3. Bunga Rizki Mentari Dewi (C1020061)
4. Nimas Ganda Sari (C1020083)
5. Novia Ika Fitriana (C1020085)
6. Winalda Elandani Manik (C1020099)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan olehungg
as. Penyakit ini yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 padaunggas
dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,Kamboja,
Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi
burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae.
Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A
dapat berubah-ubah
bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.Berdasarkan sub tipenya
terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Padamanusia hanya terdapat jenis
H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-
N98. Strain yang sangat virulen/ganas danmenyebabkan flu burung adalah dari subtipe A
H5N1. Virus tersebut dapat bertahanhidup di air sampai 4 hari pada suhu 22ºC dan lebih dari
30 hari pada 30ºC. Virusakan mati pada pemanasan 60ºC selama 30 menit atau 56ºC selama
3 jam dandengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandungiodin (Aditama TY, 2004).
Konfirmasi Laboratorium WHO Reference (Juli 2005-23 Februari 2006)menyatakan
bahwa, Indonesia menempati urutan ke 2 dunia dengan angka fatalitaskasus (Case Fatality
Rate), yaitu sebesar 70,3% (dari 27 kasus, 19 meninggal).Kamboja menempati urutan
pertama dengan CFR 100%, RRC di urutan 3 denganCFR 66,6% (dari 12 kasus, 8
meninggal), Thailand di urutan 4 dengan CFR 63,6%(dari 22 kasus, 14 meninggal), Vietnam
di urutan 5 dengan CFR 45,16% (dari 93kasus, 42 meninggal), Turki di urutan 6 dengan
CFR 33,3% (dari 12 kasus, 4meninggal). Untuk jumlah cluster AI dalam keluarga (family
cluster), Indonesiamemiliki jumlah terbesar, sebanyak 5 cluster (WHO., 2004).
Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima wargaVietnam
tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enamorang tewas akibat
terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikanmenjadi orang Thailand
pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut Seorang Epidemiologis dari Pusat
Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski,mengatakan bahwa 80% kasus flu burung
menyerang anak-anak dan remaja.Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian atas10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO
menemukan bahwa dari10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh
dan seorang lagidalam kondisi kritis. Penyakit flu burung memiliki angka kematian
tinggi,disebabkan karakteristik virus H5N1 yang sangat ganas, hingga disebut
sangat patogenik, cepat merusak organ dalam (terutama paru-paru), cepat berkembang
danmenular pada unggas, dapat terjadi mutasi adaptif dan reasortment, serta mudahresisten
terhadap obat anti viral (WHO., 2004).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit flu burung?
2. Apakah penyebab dan ciri – ciri gejala flu burung?
3. Bagaimana cara penyembuhan penyakit flu burung?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?
5. Bagaimana kebijakan pada penyakit flu burung?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah "Keperawatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan".

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang penyakit flu burung.
b) Mengetahui penyebab dan ciri – ciri gejala flu burung.
c) Mengetahui Cara penyembuhan Penyakit Flu Burung.
d) Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Flu Burung.
e) Mengetahui kebijakan pada penyakit flu burung.

D. Manfaat Penelitian

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Flu Burung


Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak
unggas di areal usaha peternakan. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena
dapat menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu Burung
berbahaya karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal.
(Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, Mei 2005).
Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung,
bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda,
anjing laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di
burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat
juga menular ke manusia. (Mulyadi, 2005).
Avian Influenza (AI) yang juga dikenal sebagai fowl plague adalah penyakit virus
zoonotik yang ditandai dengan pernapasan, menemukan sistem pencernaan dan saraf dengan
tinggi morbiditas dan mortalitas pada spesies unggas. Burung, terutama burung air adalah
yang alami reservoir virus influenza A dan banyak spesies burung, peliharaan dan liar, dapat
terinfeksi dengan ini virus. (M.J. Mehrabanpour et al, 2007).
Karena semua virus influenza A memiliki nukleoprotein dan matriks yang mirip antigen
antigen, ini adalah target yang disukai dari metode serologi kelompok influenza A. Agar gel
tes immunodiffusion dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen ini. Virus
terkonsentrasi persiapan yang mengandung salah satu atau kedua jenis antigen digunakan
dalam tes tersebut. Tidak semua spesies burung mengembangkan antibodi pencetus yang
terbukti. Tes imunosorben terkait enzim memilik telah digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap influenza. Antigen jenis tertentu tergantung pada spesie (Tidak langsung) atau
format pengujian spesies kompetitif (kompetitif). Tes penghambatan Haemagglutination juga
telah digunakan dalam serologi diagnostik rutin, tetapi mungkin teknik ini mungkin gagal
beberapa infeksi tertentu karena haemagglutinin adalah subtipe spesifik.(Alexander et al,
2010).
Flu burung adalah penyakit menular pada spesies unggas yang disebabkan virus influenza
tipe A dengan berbagai subtipe. Burung liar/migratory waterfowl merupakan reservoir
alamiah virus avian influenza di dalam saluran cernanya dan tidak menimbulkan gejala
penyakit. Lain halnya dengan burung peliharaan, ternak domestik termasuk ayam dan kalkun
sangat rentan terhadap virus ini sampai menimbulkan kematian. Gejala penyakit bervariasi
dari ringan sampai berat. Bila virus avian influenza yang patogenitasnya rendah berulang kali
menginfeksi ternak, maka ia akan bermutasi menjadi sangat patogen dan dapat menular ke
manusia yang kemudian menyebabkan epidemik flu burung. (Kumala Widyasari, 2005).
Penyakit flu burung yang disebabkan virus avian influenza (AI) tipe A galur H5N1 telah
menimbulkan kerugian besar karena membunuh jutaan ternak unggas di Indonesia sampai
70% dan mempengaruhi industri peternakan ayam skala kecil maupun besar Virus yang
awalnya hanya menyerang unggas kini telah merebak menyerang babi, anjing, kucing dan
manusia. Hal yang paling ditakuti para ahli adalah apabila terjadi mutasi yang tidak
diinginkan pada virus H5N1 maka akan terjadi pandemi yang akan menelan korban jiwa
manusia sangat besar karena obatnya belum ditemukan. Di Indonesia, sampai dengan
November 2011, terdapat 182 kasus flu burung positif dan 150 orang (82,42 %) diantaranya
meninggal dunia (Anonim, 2012). Kondisi demikian telah menjadikan Indonesia sebagai
negara dengan resiko tertinggi penyebaran flu burung di dunia. Penyakit ini dianggap sangat
berbahaya karena resiko kematian pasien > 50%. (Setiyono Agus, 2013).
Influenza A disebabkan oleh virus tertentu yang merupakan anggota keluarga
Orthomyxoviridae dan ditempatkan di genus influenzavirus A. Ada tiga genera influenza - A,
B dan C; hanya influenza Virus diketahui dapat menginfeksi burung. Diagnosis adalah
dengan isolasi virus atau dengan deteksi dan karakterisasi fragmen genomnya. Ini karena
infeksi pada burung dapat menimbulkan berbagai macam tanda-tanda klinis yang dapat
bervariasi sesuai dengan tuan rumah, strain virus, kekebalan host status, keberadaan
organisme eksaserbasi sekunder dan kondisi lingkungan. (OIE Terrestrial Manual, 2015).
Influenza pada manusia adalah penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan infeksi
virus famili orthomyxoviridae dengan subtipe influenza A, B atau C. Influenza virus A dan B
dapat menyebabkan infeksi pada manusia; infeksi influenza A mengakibatkan risiko yang
lebih tinggi dan berpotensi menjadi epidemi dan pandemi. Virus influenza A dibagi menjadi
beberapa subtipe tergantung permukaan glikoproteinnya yang penting secara imunologi,
yaitu hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Beberapa glikoprotein sudah dapat
dikenali yaitu HA (Hl-H17) dan NA (N 1 -N9). Virus-virus influenza A dari semua tipe HA
dan NA ditemukan pada spesies unggas, dan didapati secara terbatas pada beberapa mamalia.
Pada manusia, sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus H 1 N 1, H2N2 dan H3N2. (R
Endang dkk, 2006).
Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan (virulensi) yang paling
membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya (HIV/AIDS, Malaria, dan lain-
lain). Tingkat kematian akibat penyakit flu burung angka kejadiannya sangat tinggi
dibandingkan dengan penyakit menular lainnya mencapai 81,7% di Indonesia. (Budiman
dkk, 2008).
Avian influenza (AI) mengacu pada infeksi burung dengan virus flu burung famili
Orthomyxoviridae. RNA inivirus tersebar luas, sangat menulardan sangat bervariasi. Virus
AI adalah paling sering dicatat dalam unggas air (didefinisikan untuk tulisan ini sebagai
anggota pesanan Anseriformes - bebek, angsa, dan angsa), yang dianggap menjadi reservoir
biologis dan genetik dari semua virus AI dan primordial reservoir semua virus influenza
untuk burung dan mamalia. (Surveillance, 2016).

B. Penyebab dan Ciri – Ciri Gejala Flu Burung


C. Cara Penyembuhan Penyakit Flu Burung
1. Pengobatan flu burung pada ternak
Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat
maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin
dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun
manusia di sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan
pengobatan flu burung antara lain sebagai berikut :
a. Biosekuriti
Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga
keamanan hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap
individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain :
1.) Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.
2.) Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.
3.) Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian
pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.
4.) Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar. ( Irianto, K., 2007)
b. Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan
yang tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit lebih luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah
menyembelih semua unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang
(peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar
dan mengubur unggas mati, sekam dan pakan yang tercemar, serta bahan dan
peralatan yang terkontaminasi. (Khairil A. Notodiputro, 2008)
c. Vaksinasi
Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada
virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang
resmi dari pemerintah. (Pranata Setia, 2011).

2. Pengobatan flu burung pada manusia


Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini
akan mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan untuk
mewaspadai flu burung :
a. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.
b. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan
kekebalan tubuh yang optimal.
c. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.
d. Hindari berkunjung ke peternakan.
e. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.
f. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.
g. Cukup istirahat.
Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil adalah :
a. Tidak panik, tapi tetap waspada.
b. Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.
c. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan
setempat supaya ditindaklanjuti.
d. Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu tertular.
Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia. ( Irianto, K.,
2007)
Penanggulangan di rumah sakit :
a. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).
b. Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %
c. Hidrasi
d. Antibiotika, anti inflamasi , obat –obatan imunomodulator.
e. Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan. (Soejoedono, D. Retno. 2006).

D. Cara Pencegahan Penyakit Flu Burung


Upaya sanitasi lingkungan dalam rangka pencegahan flu burung pada masyarakat di
Kecamatan Cikupa, Curug, Pasar Kemis, dan Sepatan, Kabupaten Tangerang tahun 2009
secara umum sudah baik. Beberapa hal masih yang tergolong buruk antara lain sanitasi
kandang unggas (57,1%). Kasus flu burung di Kabupaten Tangerang masih tinggi
kemungkinan karena daya beli masyarakat terhadap desinfektan masih rendah. Jumlah
pengeluaranbrata-rata masyarakat umumnya mendekati upah minimum regional (UMR)
Kabupaten Tangerang, sehingga biaya pengeluaran rumah tangga mungkin lebih
diprioritaskan untuk kebutuhan pokok.(Lestari Selfi Octaviani dkk, 2010).
Tanaman obat Sambiloto (A. paniculata), Temu Ireng (C. aeruginosa L.), Beluntas (P.
indica L.), Sirih Merah (Piper sp.) dan Adas (F. vulgare) secara umum masing-masing
memiliki potensi sebagai bahan pendukung (prekursor) untuk menangkal infeksi virus AI
H5N1 ke sel lestari Vero. Khusus Sambiloto dan Temu Ireng baik dalam komposisi tunggal
maupun kombinasi mampu menahan infeksi virus ke sel Vero hingga hari ke-3 setelah
infeksi. (Bermawie Nurliana dkk, 2013).
Secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan
menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan
oleh mereka yang kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular, penanganannya
kulit telur dan telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan
memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini, virus flu burung akan mati. Ada
anjuran: daging, daging unggas harus dimasak sampai suhu 700C atau 800C selama
sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu
lebih dari itu suhu dan lamanya memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau unggas
lainnya asal telah dimasak dengan baik. (WHO, 2010).
1. Pencegahan Luar
Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar tidak
masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah :
a. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas harus
menggunakan pelindung.
b. Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.
c. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.
d. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah flu burung.
e. Tetap terapkan pola hidup sehat.

2. Pencegahan Dalam
Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat
terhindar dari penyakit flu burung ini. ( Akoso, Budi Tri. 2006)

E. Kebijakan Pada Penyakit Flu Burung


Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat karena telahmenewaskan
banyak korban baik unggas maupun manusia, maka dari itu terdapat beberapa undang-
undang ataupun keputusan mengenai bagaimana seharusnya penepatan penyakit yang menim
mbulkan wabah tersebut. Berikut adalah bebebrapaundang-undang dan keputusan mengenai
flu burung :
a) Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular(Lembaran
Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor3273).
b) Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran NegaraTahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).
c) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan WabahPenyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3447).
d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis PenyakitTertentu
yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan danTata Cara
Penanggulangannya.
e) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang
PenetapanKondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung.
f) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang PenetapanFlu
Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta
PedomanPenanggulangannya.
g) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005 tentang
Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :1371/MENKES/SK/ix/2005
tentang penetapan flu burung (avian influenza
sebagai peyakit yang dapat menimbulkan wabah serta pedoman penangulangnya) adalahseba
gia berikut :
a.) Keputusan menteri kesehatan tentang penetapan flu bururng (avian influenza)sebagai
penyakit yang dapat menimbulkan wabah serta penangulanganya.
b.) Menetapkan penyakit flu burung sebgai penyakit yang dapat menimbulkan wabahsesuai
dengan undang-undang nomor 4 tahun 1984 tetang wabah penyakit menular.
c.) Pedoman penanggulangan penyakit flu burung sebagai mana tercantum dalmlampiran
keputusan ini.
d.) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam diktum ketiga agar digunakan sebagaiacuan
dalam penanggulangan penyakit flu burung bagi seluruh aparat kesehatan di pusat,
provinsi dan kabupaten atau kota.
e.) Sarana kesehatan rujukan yang dapat digunakan sebagai tempat pemberian pelayanan
kesehatan kepada orang yang diduga terjangkit flu burung sebagaimanaterlampir dalam
lampian dua keputusan ini.
f.) Aparat kesehatan dimaksud diktum ketiga dalam melaksanakan penanggulanan
flu burung agar bekerjasma mdan menjalin kemitraaan serta melibatakan sebagaiinstansi
pemerintah terkait, organisasi profesi LSM serta lembaga internasionalyang relevan.
g.) Dengan ditetapkanya keputusan menteri ini, keputusan menteri kesehatan
nomor1057/Menkes/SK/VII/2005 tentang penetapan flu burung sebagai penyakit
yangdapat menimbulkan wabah serta pedoman penanggulanganya dinyatakan
tidak berlaku lagi.
h.) Keputusan ini mulai berlaku setelah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai