Anda di halaman 1dari 3

2.

3 Faktor Predisposisi dan Epidemiologi Infeksi Jamur


Faktor predisposisi infeksi akibat jamur antara lain faktor lingkungan yaitu kur
angnya higiene, kelembapan yang tinggi, friksi, kurangnya ventilasi, selain dari adany
a penyakit komorbid yang menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Faktor
host juga sebagai faktor predisposisi terhadap infeksi jamur tersebut antara lain kondis
i hiperhidrosis, obesitas, penggunaan antibiotik, penggunaankortikosteroid jangka lam
a, terganggunya keseimbangan flora normal, adanya penyakit komorbid yang menyeb
abkan melemahnya sistem imun seperti diabetes melitus, infeksi HIV, orang dengan tr
ansplantasi organ, dan gagal ginjal kronik.
2.3.1 Dermatofita
Dermatofitosis atau dikenal dengan infeksi Tinea lazim terjadi di seluruh duni
a, tetapi lebih sering terjadi di daerah tropis dan negara-negara berkembang karena tin
gkat kelembapan yang tinggi, jumlah populasi yang lebih besar dan sanitasi yang buru
k. Transmisi dari agen penyebab dermatofitosis yang paling menular dalam populasi
masyarakat adalah tinea kapitis.1 Tinea kapitis umumnya dilaporkan banyak terjadi pa
da anak-anak dengan usia sekolah dan sebagian besar disebabkan oleh Microsporum c
anis, Trichophyton tonsurans, Trichophyton violaceum, Trichophyton soudanense, da
n Microsporum audouinii.2 Insidensi tinea kapitis di Ethiopia cukup tinggi yaitu sekit
ar 53,4% dan terbanyak terjadi pada usia < 14 tahun.3
Salah satu dermatofitosis yaitu tinea corporis atau Ringworm memiliki prevale
nsi infeksi sekitar 20-25% pada populasi global. Dermatofita juga merupakan penyeba
b terbanyak (90%) penyakit kuku akibat jamur atau onikomikosis di Amerika Serikat
dan Eropa. Infeksi dermatofita yang menyebabkan luka pada kulit memiliki prevalens
i sekitar 23,2% di Brazil, 3,4-55% di Nigeria dan 6,09% hingga 61.5% di India. 1,2 Seb
uah survei epidemiologi dermatofitosis di Swiss dari 2001 hingga 2018 mengungkapk
an bahwa agen etiologi utama yang diisolasi dari kasus tinea pedis dan unguium adala
h T. rubrum dan T. interdigitale.2
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu da
n kelembaban tinggi, dimana merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur,
higiene juga berperan untuk timbulnya penyakit ini. Sehingga jamur dapat ditemukan
hampir di semua tempat. Insidensi penyakit yang disebabkan oleh jamur di Indon
esia berkisar 2,93-27,6% untuk tahun 2009-2011. Di Indonesia dermatofitosis me
nempati urutan kedua setelah pityriasis versikolor. Dermatofitosis didapatkan sebany
ak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan tinea korporis.4
2.3.2 Non dermatofita
1. Candida sp
Kandidiasis dapat terjadi di seluruh dunia dan menyerang semua kelompok usi
a serta jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Candida sp merupakan etiolo
gi paling sering ketiga dari infeksi jamur yang menyrang anak-anak di Amerika Serik
at dan Eropa. Spesies Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak dijum
pai penyebab infeksi jamur Candida di seluruh dunia yang mencapai angka kejadian 6
6% dari seluruh Candida sp. Insidensi kandidiasis di Asia juga menyebutkan bahwa
Candida albicans adalah spesies yang paling sering diidentifikasi dari kasus kandidias
is yaitu sekitar 56%. 5
Prevalensi kejadian kandidiasis di Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit da
n Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2011-2013 adalah sebanyak 137 pasie
n (114 pasien infeksi pada kulit dan 23 pasien infeksi pada kuku), terbanyak pada jeni
s kelamin perempuan yaitu 56,6% dan jenis kandidiasis terbanyak pada kulit adalah k
andidiasis intertriginosa (62,2%). Pada periode tahun 2013-2016 di RSUD Dr. Soeto
mo Surabaya menunjukkan jenis kandidiasis yang memiliki prevalensi tertinggi adala
h kandidiasis intertriginosa (50,5%) dan kandidiasis kutis (28,9%).5

2. Malassezia sp
Prevalensi kasus infeksi kulit superfisial akibat jamur Malassezia sp di Marok
o menunjukkan angka 0,4%.6 Prevalensi Pitiriasis Versikolor di seluruh dunia mencap
ai 50% pada daerah panas, lembab dan hanya 1,1% pada daerah beriklim dingin dan
merupakan dermatomikosis terbanyak kedua di antara dermatofitosis lain di Indonesia.
Lingkungan yang hangat dan lembab diperkirakan menjadi salah satu faktor pencetus.
Indonesia terletak pada garis ekuator dengan temperatur sepanjang tahun sekitar 30°
C dan kelembaban 70%. PV lebih banyak dijumpai pada kelompok usia dewasa muda
baik laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki terbanyak dijumpai pada usia 21-25 t
ahun, sedangkan pada perempuan terbanyak dijumpai pada usia 26-30 tahun. Di daera
h tropis, laki-laki 4 cenderung lebih banyak menderita PV dibandingkan dengan pere
mpuan, yang dikaitkan dengan jenis pekerjaan.7

1. Alshehri BA, Alamri AM, Rabaan AA, Al-Tawfiq JA. Epidemiology of dermatoph
ytes isolated from clinical samples in a hospital in eastern Saudi Arabia: A 20-year sur
vey. Journal of Epidemiology and Global Health. 2021 Dec;11:405-12.
2. Martinez-Rossi NM, Peres NT, Bitencourt TA, Martins MP, Rossi A. State-of-the-a
rt dermatophyte infections: epidemiology aspects, pathophysiology, and resistance me
chanisms. Journal of Fungi. 2021 Aug 3;7(8):629.
3. Araya S, Tesfaye B, Fente D. Epidemiology of dermatophyte and non-dermatophyt
e fungi infection in Ethiopia. Clinical, cosmetic and investigational dermatology. 202
0 Apr 8:291-7.
4. Hidayatullah TA, Nuzula AF, Puspita R. Profil Dermatofitosis Superfisialis Periode
Januari–Desember 2017 Di Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang. Saintika Medika. 201
9 Jun 29;15(1):25-32.
5. Apriliana Puspitasari N. Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun
2013-2016 (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
6. Adadi S, Ben-saghroune H. Yeast Infections: Epidemiological and Mycological Pro
file of Different Yeasts Isolated at the Hassan II University Hospital of Fez. Afro-Egy
ptian Journal of Infectious and Endemic Diseases. 2022 Sep 1;12(3):245-51.
7. Verawaty L, Karmila D. Penatalaksanaan pityriasis versicolor. Bagian Kesehatan K
ulit Kelamin FK Universitas Udayana. 2017:3-10.

Anda mungkin juga menyukai