Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fieki Izzat Diani

NIM : 215030400111092
Kelas : Pemotongan Pemungutan Pajak - E

PPh Pasal 4 (2) atas jasa konstruksi mencakup: a) tata cara perhitungan, penyetoran dan
pelaporan, b) analisis isu aktual
Menyinggung sedikit tentang pasal yang mengatur tentang jasa konstruksi
Bagaimana ketentuan dua jenis pajak penghasilan dan perbedaan jasa konstruksi PPh 23
dan PPh 4 ayat 2 ini?

Kedua regulasi ini sama-sama mengatur ketentuan dalam pengenaan PPh dalam bidang jasa
konstruksi, namun juga terdapat perbedaan dalam pengenaannya berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam masing-masing pasal.

Jenis pasal yang mengatur tentang PPh Jasa Konstruksi ini terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yakni Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 23.

Akan tetapi detail untuk pelaksanaan ketentuan pasal dalam UU PPh tersebut lebih lanjut diatur
melalui peraturan perundang-undangan perpajakan sebagai regulasi turunannya.

Pengertian PPh Pasal 23 sendiri merupakan pajak atas jasa atau modal, sewa, royalti, bunga,
dividen, penyerahan jasa, maupun hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal
21.

Jenis jasa konstruksi yang dikenakan PPh 23 adalah?

Berikut jenis jasa konstruksi yang dikenakan PPh Pasal 23 sesuai Peraturan Menteri Keuangan
No. 141/PMK.03/2015:

1. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

2. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV


kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

Bagaimana dengan ketentuan dalam PPh Pasal 4 ayat 2?


Pengertian PPh Pasal 4 ayat 2 dalam UU PPh adalah pajak atas penghasilan yang dibayarkan
terkait usaha jasa dan sumber tertentu seperti jasa kontsruksi, sewa tanah/bangunan, pengalihan
hak atas tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya.

Apa Perbedaan PPh 23 Jasa Konstruksi dan PPh 4 ayat 2 ini?

Sekilas melihat definisinya, antara PPh 23 dan PPh 4 ayat 2 memang terkesan mirip dari sisi
objek yang dikenakannya, yakni salah satunya bidang jasa konstruksi.

Namun tetap saja, dengan adanya dua pengaturan tersebut maka ada sejumlah perbedaan meski
sama-sama mengatur pengenaan PPh pada jasa konstruksi.

Setidaknya ada beberapa perbedaan pengenaan pajak penghasilan pada jasa konstruksi untuk
jenis PPh 23 dan PPh 4 ayat 2.

Berikut beberapa perbedaan PPh 23 jasa konstruksi dan PPh 4 ayat 2 dalam UU PPh:

a. Perbedaan Jenis Aktivitas Subjek Pajak

Perbedaan pertama antara PPh 23 jasa konstruksi dan PPh 4 ayat 2 adalah jenis aktivitas subjek
pajaknya.

Apa yang dimaksud subjek pajak di sini adalah penggunaan frasa ‘jasa konstruksi’ pada kedua
regulasi tersebut. Pada pasal 4 ayat 2 huruf d, disebutkan dengan jelas bahwa yang digunakan
adalah frasa ‘usaha jasa konstruksi’. Sedangkan pada Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh,
disebutkan dengan menuliskan ‘jasa konstruksi’ tanpa ada kata ‘usaha’. Penulisan yang berbeda
pada kedua regulasi tersebut tentu jadi pembeda yang mendasar pada subjek pajaknya, meski
memang yang dimaksud nyaris sama, yakni sama-sama jasa konstruksi. Jadi, PPh 23 jasa
konstruksi ini artinya dikenakan pada badan usaha dalam negeri yang terdaftar sebagai
pengusaha di bidang jasa konstruksi. Sehingga penghasilan atau imbalan yang diperoleh wajib
pajak pengusaha jasa konstruksi dalam negeri tersebut dikenakan PPh 23 jasa konstruksi.

Bagaimana jika yang menerima penghasilan dari jasa konstruksi itu wajib pajak pribadi?

Apabila penerima penghasilan jasa konstruksi adalah orang pribadi, maka akan masuk pada
pengenaan PPh Pasal 21.
Sebaliknya, PPh 4 ayat 2 ini dikenakan pada bidang usaha jasa konstruksi. Artinya penghasilan
wajib pajak dari usaha jasa konstruksi ini akan dikenakan PPh 4 ayat 2.

“Singkatnya, perbedaan PPh 23 jasa konstruksi dan PPh 4 ayat 2 adalah jika PPh 23 pajak yang
dikenakan atas jasa konstruksi, sedangkan PPh 4 ayat 2 adalah pajak yang dikenakan atas usaha
jasa konstruksi.”

Note : jasa konstruksi merupakan layanan konsultasi atau jasa yang berkaitan dengan
kegiatan konstruksi, sedangkan usaha jasa konstruksi lebih kepada penyedia usaha yang
menjalankan jasa-jasa atas konstruksi tersebut.

b. Sifat Pengenaan PPh Jasa Konstruksi

Perbedaan berikutnya antara PPh 23 dan PPh 4 ayat 2 pada jasa konstruksi adalah sifat
pengenaan pajaknya. Pengenaan PPh 23 jasa konstruksi bersifat tidak final, sedangkan untuk
pengenaan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 ini bersifat final. Secara jelas sebenarnya
perbedaannya nampak jelas, yakni pengenaan PPh Pasal 4 Ayat 2 yang dilaksanakan dengan PP
Nomor 51 tahun 2008 bersifat final.

c. Sertifikasi dan Klasifikasi Usaha

Merujuk pada penggunaan frasa ‘usaha jasa konstruksi’ pada Pasal 4 Ayat 2 UU PPh, dapat
diartikan bahwa yang dimaksud frasa ini adalah subjek yang bidang usahanya secara formal,
merupakan jasa konstruksi. Artinya hanya pengusaha yang telah memperoleh sertifikasi terkait
bidang usaha jasa konstruksi dan mendapatkan kualifikasi tertentu saja yang masuk dalam pasal
ini.Pengusaha yang dimaksud kemudian adalah pengusaha yang telah mengantongi izin usaha di
bidang konstruksi, atau biasa disebut Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi ( SIUJK ). Sertifikat atau
berkas lain yang berlaku sebagai sertifikasi bisa berupa Sertifikat Badan Usaha ( SBU ) yang
diterbitkan secara langsung oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi ( LPJK ). SBU hanya
berlaku selama tiga tahun sejak tanggal diterbitkannya. Untuk perpanjangan, harus dilakukan
registrasi ulang pada tahun kedua dan ketiga.

Jika tidak diperpanjang, maka SBU yang dimiliki tidak berlaku dan dikenai sanksi berupa
pengenaan PPh Final lebih besar:

 4% untuk jasa pelaksanaan konstruksi

 6% untuk jasa perencanaan maupun pengawasan konstruksi

 2% atau 3% untuk jasa pelaksana konstruksi tergantung kualifikasi kecil/menengah/besar


 4% untuk jasa perencanaan dan pengawasan

Apabila kemudian hari wajib pajak pengusaha usaha jasa konstruksi tersebut tidak lagi memiliki
sertifikat, maka akan dikenai PPh 23 jasa konstruksi.

Sebab artinya wajib pajak pengusaha usaha jasa konstruksi tersebut dianggap sudah tidak
terdaftar di dalam LPJK.

Peraturan Baru PPh Usaha Jasa Konstruksi dalam PP No. 9 Tahun 2022

Ketentuan terbaru mengenai pengenaan PPh Jasa Konstruksi diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konsruksi.
Regulasi ini merupakan pembaruan peraturan pelaksana UU PPh terkait pengenaan PPh Pasal 4
ayat 2.

Dalam Pasal 2 PP No. 9/2022 disebutkan bahwa Usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.

Jenis usaha jasa konstruksi yang dikenakan PPh Final adalah yang memiliki kegiatan sebagai
berikut:

1. Konsultasi konstruksi

Layanan jasa konsultasi konstruksi ini mencakup layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan
yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan anajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.

2. Pekerjaan konstruksi

Layanan jasa pekerjaan konstruksi ini mencakup kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan
3. Pekerjaan konstruksi terintegrasi

Layanan jasa pekerjaan konstruksi terintegrasi ini mencakup gabungan pekerjaan konstruksi dan
jasa konsultasi konstruksi, termasuk di dalamnya penggabungan fungsi layanan dalam model
penggabungan perencanaan, pengadaaan, dan pembangunan serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan.

Usaha Jasa Konstruksi tersebut setidaknya harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

 Klasifikasi usaha jasa konsultansi konstruksi untuk sifat umum

 Klasifikasi usaha jasa konsultansi konstruksi untuk sifat spesialis

 Klasihkasi usaha pekerjaan konstruksi untuk sifat umum

 Ktasifikasi usaha pekerjaan konstruksi untuk sifat spesialis

 Klasifikasi usaha pekerjaan konstruksi terintegrasi

Tarif PPh Final Usaha Jasa Konstruksi


Merujuk Pasal 3 ayat 1 PP No. 9/2022 ini, tarif pajak penghasilan untuk Usaha Jasa Konstruksi
adalah:

 1,75% untuk pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa yang memiliki
sertifikat badan usaha kualifikasi kecil atau sertifikat kompetensi kerja untuk usaha orang
perseorangan.

 4% untuk pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
sertifikat badan usaha atau sertifikat kompetensi kerja untuk usaha orang perseorangan.

 2,65% untuk pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa selain Penyedia
Jasa yang punya sertifikat badan usaha kualifikasi kecil atau sertifikat kompetensi kerja
untuk usaha perorangan.

 2,65% untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki sertifikat badan usaha.
 4% untuk pekerjaan konstruksi terirrtegrasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
tidak memiliki sertifikat badan usaha.

 3,5% untuk jasa konsultansi konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa yang memiliki
sertifikat badan usaha atau sertifikat kompetensi kerja untuk usaha orang perseorangan.

 6% untuk jasa konsultansi konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa yang tidak
memiliki sertifikat badan usaha atau sertifikat kompetensi kerja untuk usaha orang
perseorangan.

Sedangkan bicara pajak final Pasal 4 ayat 2 jasa usaha konstruksi sendiri, ini terdiri dari beberapa
jenis usaha di bidang jasa konstruksi yang merupakan objek pajak ini, yakni:

a. Jasa Perencanaan Konstruksi

Jasa perancana konstruksi yaitu pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli profesional)
di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu membuat pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan fisik.

b. Jasa Pelaksana Konstruksi

Jasa pelaksana konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli profesional)
di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan kegiatannya untuk
merealisasikan suatu hasil perencanaan menjadi bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di
dalamnya pekerjaan konstruksi yang terintegrasi.

c. Jasa Pengawasan Konstruksi

Sedangkan jasa pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
(ahli profesional) di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melakukan aktivitas
pengawasan sejak awal hingga selesai dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi, termasuk di dalam
kelompok jasa ini adalah jasa penilaian.
Perhitungan

PT. Jaya Makmur merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa
Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Sub Bidang Bangunan-
bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi besar gred 6.

PT. Jaya Makmur pada tahun 2013 ditunjuk oleh CV Lukito selaku pemilik Rumah Sakit
Sentosa untuk membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai unit kesehatan ibu dan
anak dengan nilai kontrak sebesar Rp25.000.000.000 tidak termasuk PPN.

PT. Jaya Makmur menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada
tanggal 15 Juli 2013 sebesar Rp5.000.000.000. Termin pembayaran akan dilakukan sesuai
dengan tingkat penyelesaian, yaitu:

- Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 25%;


- Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 50%;
- Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 75%;

Sisa Rp5.000.000.000 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan Rumah Sakit Sentosa harus diselesaikan oleh PT. Jaya Makmur paling lama
tanggal 31 Desember 2015 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukan oleh CV Lukito terkait
pembayaran uang muka kontrak dan termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 31
Desember 2013?

Jawab :

Pembayaran uang muka kontrak:

Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah

3% x Rp5.000.000.000 = Rp150.000.000.

Pembayaran termin pertama:

Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah

3% x Rp5.000.000.000 = Rp150.000.000.
Penyetoran dan Pelaporan

Dalam mekanisme pembayaran atau penyetoran PPh Final PPh 4 Ayat 2 konstruksi, pembayaran
melalui pemotongan oleh pengguna jasa atau penyetoran sendiri oleh kontraktor.

Bila pengguna jasa bertindak sebagai pemotong PPh, maka ia juga akan melakukan pelunasan
PPh.

Namun jika status pengguna jasa bukan sebagai pemotong PPh, maka kontraktor yang wajib
membayar /menyetorkan sendiri PPh 4 ayat 2 terutang.

Kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan PPh 4 ayat 2 konstruksi?

Berikut adalah jadwal pembayaran atau pelaporan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 atas jasa
konstruksi:

a. Tanggal Pembayaran PPh 4 Ayat 2

Pembayaran PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas usaha jasa konstruksi dilakukan paling lambat pada:

 Tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh pengguna jasa, atau;

 Tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh pemberi jasa.

b. Tanggal Pelaporan PPh 4 Ayat 2

Sedangkan batas waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 di e Filing oleh pengguna jasa
dan penyedia jasa paling lama:

 20 hari setelah bulan dilakukan pemotongan pajak atau penerimaan pembayaran.

Demikian penjelasan seputar pajak final PPh Pasal 4 Ayat 2 atas usaha jasa konstruksi mulai dari
kategori, tarif dan cara pembayarannya.

Anda mungkin juga menyukai