Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA ANAK JALANAN

Disusun Oleh:

SAPRUDIN / 2720227068

IKE MARYANI / 2720227194

RISKI ALFI NUR HIDAYAH / 2720227195

DIAH EKAWATI / 2720227202

FEBRIANA EKA KURNIASIH / 2720227219

UNIVERSITAS ISLAM ASYAFI’IYAH

JAKARTA

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini yang
penulis kerjakan dapat diselesaikan dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Anak Jalanan”. Penyusunan makalah ini didasarkan dan diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Adapun kelancaran dalam makalah ini berkat
rahmat Allah SWT dan ridho Nya, serta kerjasama penulis dengan berbagai pihak
yang telah bersedia memberikan bantuan, bimbingan, dorongan, dan petunjukNya.
Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala dukungan yang
diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga amal dan niat baik semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna menyempurnakan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Jakarta, Maret 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, mencari
nafkah atau berkeliaran dijalan-jalan atau tempat umum lainnya (Sudarsono,
2009). Pengertian anak jalanan menurut dinas sosial propinsi DIY tahun 2010
adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan waktunya dijalanan sampai
dengan umur 18 tahun. Anak jalanan adalah anak yang penampilannya
kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 menyebutkan terdapat 154.861 jiwa
anak jalanan, pada tahun 2009 terdapat 230.000 anak jalanan, pada tahun 2010
jumlah anak jalanan di Indonesia diperkirakan mencapai 200.000 anak jalanan
dan Menurut Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri menyatakan bahwa pada tahun
2014 jumlah anak jalanan secara nasional 230.000. Anak-anak jalanan sering
melakukan tingkah laku yang meresahkan masyarakat, salah satu tingkah
lakunya yaitu tingkah laku agresi. Perilaku agresi yang muncul ini disebabkan
karena adanya tekanan-tekanan dari lingkungan dan ketidakberdayaan serta
ketidakmampuan anak untuk menangani permasalahan-permasalahannya yang
menimbulkan perasaan frustrasi di dalam diri anak, pada anak yang memiliki tipe
kepribadian tertentu yang tidak tahan terhadap perubahan berpotensi dengan
perilaku ( Ngelem Moci, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa
serta mengetahui bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di
masyarakat.

3
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Jiwa di masyarakat
khususnya pada anak jalanan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Anak jalanan adalah seorang anak yang berada di jalan untuk hidup
maupun bekerja dengan memasuki kegiatan ekonomi di jalan, seperti pedagang
asongan, semir sepatu, pedagang koran, pengamen, mengelap kaca mobil,
menyewakan payung di waktu hujan, dan sebagainya (Anonim, 2004 dalam
Pramuchita 2008).
B. Penyebab
Departemen Sosial (2001: 25-26) menyebutkan bahwa penyebab
keberadaan anak jalanan ada 3 macam, yakni faktor pada tingkat mikro
(immediate causes), faktor pada tingkat messo (underlying causes), dan faktor
pada tingkat makro (basic causes).
1. Tingkat Mikro (Immediate Causes)
Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anak
dan keluarganya. Departemen Sosial (2001: 25-26) menjelaskan pula bahwa
pada tingkat mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluarga
yang berkaitan tetapi juga berdiri sendiri, yakni:
a. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah
putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
b. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua
menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau
kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga atau
tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap
anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi
masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini dipengaruhi pula oleh
meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh kemiskinan

5
pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun kekerasan dalam
keluarga.
c. Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi
memebantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini disebabkan oleh
pergeseran nilai, kondisi ekonomi, dan kebijakan pembangunan
pemerintah.
d. Kesenjangan komunikasi antara orangtua dan anak, dimana orangtua
sudah tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak,
telah menyebabkan anak-anak mencari kebebasan.
2. Tingkat messo (underlying causes)
Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat messo ini yaitu
faktor yang ada di masyarakat. Menurut DepartemenSosial RI (2001: 25-26),
pada tingkat messo (masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi meliputi:
a. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu
peningkatan pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerjayang
menyebabkan drop out dari sekolah.
b. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi menjadi kebiasaan dananak-
anak mengikuti kebiasaan itu.
c. Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon criminal
d. Ikut-ikutan teman
e. Bermasalah dengan tetangga atau komunitas
f. Ketidakpedulian komunitas di sekitar tempat tinggal anak atauadanya
toleransi dari mereka terhadap keberadaan anak-anak dijalanan menjadi
situasi yang sangat mendukung bertambahnya anak-anak untuk turut ke
jalan.

6
3. Tingkat Makro (Basic Causes)
Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat makro yaitu
faktor yang berhubungan dengan struktur makro. Departemen Sosial RI
(2001: 25-26)
a. Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yangtidak
terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama dijalanan dan
meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dankota yang
mendorong urbanisasi. Migrasi dari desa ke kota mencari kerja, yang
diakibatkan kesenjangan pembangunan desakota, kemudahan transportasi
dan ajakan kerabat, membuat banyak keluarga dari desa pindah ke kota
dan sebagian dari mereka terlantar, hal ini mengakibatkan anak-anak
merekaterlempar ke jalanan.
b. Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka
dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin tidak berdaya
dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih
memguntungkan segelintir orang.
c. Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru
yangdiskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang
mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anakputus
sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian anak untuk
menjadi pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salah satu tempat untuk
mendapatkan uang.
d. Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan
antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan
kesejahteraan) dam pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai
trouble maker atau pembuat masalah (security approach / pendekatan
keamanan).

7
e. Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring
pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi
kesulitan.
f. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan,
taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-
daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai
ajang bermain dan bekerja.
g. Korban penculikan merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan anak-
anak berada di jalanan. Kasus penculikan menimpa anak-anak untuk
dijadikan sebagai anak jalanan hampirterjadi setiap tahun. Tampaknya
kasus ini luput dari perhatian mengingat jumlah kasusnya memang tidak
besar. Dari banyak uraian yang berasal dari berbagai sumber di atas
dapatdiketahui bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan anak-
anakpada akhirnya bisa turun ke jalan dan menjadikan jalanan sebagai
pusataktivitas mereka baik faktor pada tingkat mikro, messo, maupun
makro.Permasalahan yang mereka hadapi begitu kompleks, baik dari
segikeluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, hingga kebijakan-kebijakan
makro.

C. Tanda dan Gejala

1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali,

2. Rambutnya seperti sapu ijuk

3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang


berisi macam-macam barang

4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri

5. Sukar diajak berkomunikasi

8
6. Pribadi tidak stabil

7. Tidak memiliki kelompok

D. Klasifikasi
Berdasarkan hasil kajian di lapangan secara garis besar anak jalanan
dibedakan dalam tiga kelompok (Suyanto, 2010) :
1. Children on the street (anak jalanan yang bekerja di jalanan), yakni anak-anak
yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalanan, namun
masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tuanya. Fungsi anak
jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat ekonomi
keluarganya karena beban yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan
sendiri oleh kedua orang tuanya.
2. Children of the street (anak jalanan yang hidup di jalan), yakni anak-anak yang
berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa
mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tapi frekuensi
pertemuan mereka tidak menentu. Banyak dari mereka karena suatu sebab
biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap
perlakuan salah, baik secara sosial emosional, fisik maupun seksual.
3. Children from families of the street atau children in street, yakni anak-anak
yang berasal dari keluarga di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai
hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang
ambing dari satu tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting
dari kategori ini adalah pemampangan kehiduan jalan sejak anak masih bayi
bahkan sejak dalam kandungan.

9
E. Layanan yang dibutuhkan oleh anak jalanan
1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan
kesehatan
2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan
psikologis
3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja
dan penempatan dalam masyarakat.
5. Kebutuhan rohani

F. Pohon Masalah
Effect Harga Diri Rendah

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Menurunnya motivasi dalam perawatan diri

G. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Anak Jalanan


1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
 Genetik
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter

10
b. Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
c. Penilaian terhadap stressor

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Berfikir logis - Pemikiran sesekali - Gangguan pemikiran

- Persepsi akurat - Terdistorsi - Waham/halusinasi

- Emosi konsisten - Ilusi - Kesulitan pengolahan


denga pengalaman
- Reaksi emosi - Emosi
- Perilaku sesuai berlebih dan tidak
- Perilaku kacau dan
bereaksi
- Berhubungan sosial isolasi social
- Perilaku aneh

- Penarikan tidak
bisa
berhubungan
sosial

d. Sumber koping
 Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja

11
e. Mekanisme koping
 Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah tenaga besar dalam upaya mengelola
anxietas)
 Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Menarik diri
 Pengingkaran

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit perawatan diri
b. Harga Diri Rendah
c. Isolasi sosial

12
3. Intervensi Keperawatan

13
Diagnosa Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan Untuk
No. Tujuan
Keperawatan Pasien Keluarga
1. Klien tidak SP 1: SP 1:
Defisit
mengalami defisit 1. Identifikasi masalah perawatan 1. Diskusikan masalah yg dirasakan
perawatan diri
perawatan diri : diri: kebersihan diri, berdandan, dalam merawat pasien
kebersihan diri, makan/minum, BAB/BAK 2. Jelaskan pengertian, tanda &
berdandan, 2. Jelaskan pentingnya kebersihan gejala, dan proses terjadinya
makan, diri defisit perawatan diri (gunakan
BAB/BAK. 3. Jalaskan cara dan alat kebersihan booklet)
diri 3. Jelaskan cara merawat defisit
4. Latih cara menjaga kebersihan perawatan diri
diri: mandi dan ganti pakaian, 4. Latih dua cara merawat :
sikat gigi, cuci rambut, potong kebersihan diri dan berdandan
kuku 5. Anjurkan membantu pasien
5. Masukan pada jadwal kegiatan sesuai jadual dan memberikan
untuk latihan mandi, sikat gigi (2 pujian
kali per hari), cuci rambut (2 kali
per minggu), potong kuku (satu
kali per minggu)
SP 2: SP 2:
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
Beri pujian merawat/melatih pasien
2. Jelaskan cara dan alat untuk kebersihan diri. Beri pujian
berdandan 2. Latih dua (yang lain) cara
3. Latih cara berdandan setelah merawat : Makan & minum, BAB
kebersihan diri: sisiran, rias muka & BAK
untuk perempuan; sisiran, cukuran
14
untuk pria
4. Masukkan pada jadual kegiatan
untuk kebersihan diri dan
15
4. Implementasi
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan saling percaya dan saling membantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistemis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan
evaluasi (Anggit, 2021).
5. Evaluasi

Evaluasi kemampuan pasien mengatasi anak jalanan berhasil apabila:


Klien tidak mengalami defisit perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK, Klien mampu membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki, menilai kemampuan yang dapat
digunakan, menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan, memilih
kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan, merencanakan kegiatan yang telah
dipilih, dan Klien tidak terjadi gangguan menarik diri, mampu bersosialisasi
dengan orang lain.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak jalanan adalah anak yang dalam kesehariannya hidup dijalanan.
Mereka bermain, bergaul dan mencari nafkah dijalanan. Anak jalanan adalah
anak bangsa juga, kehadiranya tidak perlu dikucilkan, dijauhi, ataupun
ditelantarkan. Pada hakikatnya mereka tidak ingin menjadi anak jalanan, namun
kondisi sosial dan ekonomi yang membuat mereka menjadi seperti itu.
Mereka harus dibina, dididik, dirangkul, dirawat dan dipelihara oleh
negara. Anak jalanan memiliki potensi-potensi seperti layaknya anak-anak lain.
Mereka bisa berprestasi seperti anak anak yang lain namun karena keterbatasan
ekonomi mereka menjadi terlantar. Potensi yang ada pada diri mereka harus
diberdayakan. Dalam memberdayakan anak jalanan yang tersebar di seluruh
penjuru negeri ini tidaklah mudah. Dengan bertumpu pada peran pemerintah
untuk memberdayakan potensi anak jalanan tidaklah cukup . Untuk
memberdayakan potensi anak jalanan diperlukan sinergitas (penyatuan kekuatan
berbagai pihak).
B. Saran

Pemerintah, masyarakat, LSM dan pihak-pihak lain harus bersatu untuk


membantu memberdayakan anak jalanan. LSM melalui para pendampingnya
memiliki peranan yang sangat vital. Para pedamping anak jalanan adalah ujung
tombak pemberdayaan anak jalanan. Sukses atau tidak proses pemberdayaan di
LSM bergantung pada para pendamping selaku aktor utama dalam proses
pemberdayaan.

17
18

Anda mungkin juga menyukai