Anda di halaman 1dari 12

Buatkan 5 daftar inventarisasi masalah di kantor (untuk

skripsi)
1. …..
2. …..
3. ….
4. …..
5. …….

KENYATAAN TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN UU

USULAN PENELITIAN HUKUM

A. JUDUL :
“TINJAUAN YURIDIS SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK
PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA
GENG MOTOR DI SUKABUMI (Putusan No. 315/Pid.B/2022/PN
Cbd)”

B. PELAKSANA
NAMA : ADI KARYADI
NIM : 020330131

C. BIDANG ILMU : Hukum Pidana

D. BENTUK PENULISAN : Skripsi

E. LATAR BELAKANG PEMILIHAN


Di era modern sekarang ini, dapat dilihat berbagai hasil
yang berasal dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
yang mencakup aspek positif dan negatif. Pengaruh positif
terlihat jelas dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang secara signifikan membantu individu dalam kegiatan
sehari-hari. Namun, perkembangan yang pesat ini secara tidak

1
2

langsung juga menimbulkan dampak negatif, yang dapat dilihat


melalui media elektronik seperti TV dan Internet, yang
menampilkan beragam aplikasi, serta melalui media cetak
tradisional seperti koran 1.
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum,
sebagaimana dinyatakan secara eksplisit dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip ini
diuraikan dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum” 2, hal ini berarti Negara
Republik Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) dan
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat).
Negara yang menganut konsep negara hukum selalu
mengatur perilaku masyarakatnya berdasarkan hukum yang
berlaku, yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan
menjaga perdamaian dan kesejahteraan masyarakat. Hukum
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
bermasyarakat karena menjadi pedoman perilaku manusia, dan
tanpa hukum sulit untuk membayangkan bentuk negara
Indonesia di masa depan.
Peran hukum menjadi semakin krusial dalam mencegah
eskalasi kejahatan yang dapat terus berkembang dengan metode
dan teknologi yang canggih. Penghargaan yang tinggi terhadap
supremasi hukum membuat Indonesia disebut sebagai negara
hukum. Hukum sendiri merupakan kumpulan norma atau
peraturan yang mengikat masyarakat, dengan sanksi yang
berlaku dimanapun manusia berada.
Dalam konteks bernegara, hukum berfungsi sebagai
1
Idham, Skripsi: Kajian Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku
Pembunuhan Yang Dilakukan oleh Geng Motor Perspektif Hukum Pidana Islam
(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar), (Makassar: UIN Alauddin
Makassar, 2022), hlm. 2.
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945.
3

instrumen yang menggambarkan kewenangan bagi setiap warga


negara dalam hidup bermasyarakat. Dari sisi fungsinya, hukum
menjamin hak-hak setiap warga negara, termasuk hak atas rasa
aman dan nyaman dari berbagai ancaman kejahatan yang dapat
membahayakan kehidupan individu. Hal ini tercermin dalam
Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan hak
setiap individu untuk hidup serta mempertahankan hidup dan
kehidupannya3. Oleh karena itu, keberadaan hukum memegang
peranan penting dalam melindungi masyarakat.
Dalam konteks negara hukum, penilaian terhadap
tindakan masyarakat berdasarkan peraturan hukum menjadi ciri
khas tersendiri. Artinya, aturan hukum mengatur setiap
tindakan dan perilaku masyarakat dengan tujuan untuk
menciptakan kehidupan yang damai sesuai dengan norma-
norma yang diamanatkan 4.
Meskipun berada dalam naungan suatu negara hukum,
tetapi tindak kejahatan masih sering terjadi di kehidupan
bernegara, salah satu diantarnya adalah kasus pembunuhan
yang utamanya dilakukan oleh anggota geng motor di kabupaten
Sukabumi. Keberadaan hukum di dalam masyarakat pada
dasarnya sangat penting, oleh karena itu masyarakat perlu
memiliki kesadaran hukum. Kesadaran hukum masyarakat
bervariasi dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara
lain pengetahuan umum masyarakat, pemahaman terhadap
norma hukum, sikap terhadap asas-asas hukum, dan perilaku
hukum. Jika masyarakat menginginkan kedamaian, keamanan,
keadilan, dan kesejahteraan, syarat utamanya adalah mematuhi
3
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945.
4
Saharuddin, Tesis: Kekuatan Alat Bukti pada Proses Hukum Tindak
Pidana Pembunuhan Pasal 340 KUHP (Analisis Putusan Hakim MA Nomor: 1282
K/Pid/2020 Berdasarkan KUHAP), (Jakarta: Universitas Nasional, 2023), hlm.
2.
4

norma hukum yang didukung oleh sikap-sikap yang


mendukung. Namun demikian, kesadaran akan kepatuhan
hukum tidak dapat dicapai tanpa adanya dorongan atau
motivasi, seperti motivasi psikologis atau spiritual, motivasi
untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang tinggi dalam
masyarakat, motivasi dalam upaya memperoleh perlindungan
hukum, dan motivasi untuk menghindari sanksi hukum.
Apabila terjadi pelanggaran oleh anggota masyarakat,
maka kepentingan yang dirugikan harus diperbaiki dan
peraturan harus ditegakkan. Para pelanggar juga harus dikenai
sanksi hukum oleh pihak yang berwenang. Soedjono menyatakan
bahwa tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan
individu dan masyarakat secara keseluruhan5. Oleh karena itu,
untuk menjamin kelangsungan dan kepastian hukum, maka
pelaksanaan dan penegakan hukum harus dilakukan secara
efektif dalam kehidupan masyarakat.
Dalam upaya penegakan hukum, aparat bersama
masyarakat harus berupaya untuk meminimalisir pelanggaran
hukum agar tidak mengganggu keamanan dan ketentraman
masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah secara konsisten
berupaya untuk mencegah terjadinya kejahatan dan segera
menindak kejahatan yang telah terjadi.
Hukum yang diikuti oleh masyarakat pada dasarnya
berasal dari berbagai sumber hukum, yang pada umumnya
berasal dari hukum formal. Secara umum, sumber hukum
material meliputi sumber hukum dalam arti sejarah, sosiologi,
dan filsafat.
Selanjutnya, sumber hukum formal, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdiri dari undang-undang, kebiasaan,
5
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007,
hlm. 2.
5

traktat, yurisprudensi, doktrin, dan hukum agama. Salah satu


pendekatan untuk menanggulangi kejahatan adalah melalui
hukum pidana dengan sanksi pidana. Namun, upaya ini sering
kali menjadi kontroversi. Perbedaan pandangan mengenai peran
hukum pidana dalam mengatasi masalah kejahatan telah
berlangsung selama berabad-abad, dan menurut Inkeri Anttila 6
dan Herbert L. Packer7, pengendalian perilaku anti-sosial dengan
menerapkan sanksi pidana bagi pelaku kejahatan merupakan
masalah sosial yang berdimensi hukum.
Penggunaan upaya hukum, termasuk hukum pidana,
sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum termasuk
dalam ranah kebijakan sosial. Upaya ini bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu, kebijakan penegakan hukum juga dapat dipandang
sebagai bagian dari kebijakan sosial, yang mencakup semua
upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Sebagai suatu kebijakan, penggunaan hukum pidana tidak
bersifat mutlak. Oleh karena itu, penanggulangan kejahatan
melalui hukum pidana tidak hanya merupakan masalah sosial
(social problem), tetapi juga merupakan masalah kebijakan (the
problem of policy).
Kejahatan atau tindak pidana, selain merupakan masalah
kemanusiaan, juga merupakan masalah sosial dan bahkan
diakui sebagai masalah sosial yang paling tua. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk menanggulangi masalah ini, dan upaya-
upaya tersebut masuk dalam kerangka kebijakan kriminal. Pada
hakekatnya upaya-upaya tersebut merupakan bagian dari

6
Inked Anttila, A New Trend in Criminal Law in Finland, dalam
Criminology Between the Rule of Law and The Outlaws, Edited by Jasperse,
van Leeuwen Burow and Toornvilet, Kluwer Deventer, 1976, hlm. 145.
7
Herbert L. Packer, The Limits of Criminal Sanction, Standford
University Press, California, 1968, hlm.3.
6

perlindungan masyarakat (social defence planning) dengan


tujuan untuk mencapai kesejahteraan.
Kejahatan, sebagai perwujudan dari perbuatan negatif,
selalu memunculkan respon dari masyarakat, baik berupa
respon formal maupun respon informal. Dalam konteks respon
formal, hal ini menjadi bahan kajian untuk memahami
bagaimana hukum pidana berinteraksi dengan kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain, penelitian ini akan mendalami
proses-proses operasional hukum pidana ketika terjadi
pelanggaran terhadap norma-norma hukum pidana. Tahapan-
tahapan tersebut melibatkan tahapan-tahapan dalam sistem
peradilan pidana, mulai dari penyidikan oleh kepolisian, peran
kejaksaan, proses pengadilan, hingga pelaksanaan putusan
pengadilan yang berujung pada hukuman penjara atau lembaga
pemasyarakatan8.
Analisis terhadap respon informal atau reaksi masyarakat
terhadap kejahatan tidak hanya terkait dengan kejahatan yang
telah diatur oleh hukum pidana (yang menghasilkan respon
formal) dan berpotensi menyulut tindakan penegakan hukum
sendiri oleh masyarakat (eigenrichting), tetapi juga respon
terhadap tindak pidana yang belum diatur oleh hukum pidana.
Singkatnya, masyarakat dapat saja menganggap suatu
perbuatan sebagai tindak pidana, meskipun belum diatur oleh
hukum pidana. Hal ini kemudian dapat mempengaruhi
kebijakan "kriminalisasi" suatu perbuatan, serta relevansi
konsep "dekriminalisasi" dan "depenalisasi" .
Kejahatan memiliki dampak yang serius dan langsung
terhadap kehidupan masyarakat, sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan dan pemberantasan, terutama dengan
8
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa
Media, 2010, hlm. 20.
7

meningkatnya angka kriminalitas yang signifikan akhir-akhir ini,


terutama dalam kasus-kasus pembunuhan yang marak terjadi.
Tingginya angka kriminalitas, khususnya pembunuhan,
terlihat jelas melalui media sosial yang mengekspos berbagai
kejadian yang banyak melibatkan anggota geng motor.
Penyebabnya antara lain karena kecemburuan sosial, dendam,
dan faktor psikologis individu. Kejahatan yang melibatkan geng
motor, terutama dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan
adanya peningkatan modus baru, termasuk perampokan dan
pembunuhan, sehingga menimbulkan kekhawatiran besar di
kalangan masyarakat.
Dalam konteks supremasi hukum, aparat penegak hukum
telah menerapkan berbagai strategi pencegahan dan
penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh geng motor.
Namun, reaksi sosial masih sering terjadi, dan dalam beberapa
tahun terakhir, telah terjadi peningkatan angka kejahatan
pembunuhan, khususnya di kota Makassar.
Meskipun hukum memainkan peran penting dalam
mengatur kehidupan masyarakat, lembaga penegak hukum dan
seluruh masyarakat harus mematuhi norma-norma hukum.
Meskipun sanksi pidana pada dasarnya bertujuan untuk
melindungi masyarakat dan berfungsi sebagai pencegah
kejahatan, sanksi ini terkadang memiliki dua sisi yang berbeda.
Terlepas dari asumsi yang masuk akal di atas, masalah
sanksi pidana merupakan hal yang krusial dalam upaya
penanggulangan dan pencegahan kejahatan. Tanpa adanya
sanksi pidana, penegakan hukum tidak akan berjalan secara
optimal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengangkat dan meneliti permasalahan ini dengan memilih judul
8

“TINJAUAN YURIDIS SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK


PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA
GENG MOTOR DI SUKABUMI (Putusan No. 315/Pid.B/2022/PN
Cbd)”

F. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan identifikasi masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan hukum terhadap tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh anggota Geng Motor di
Makassar dalam Putusan Perkara Pidana No.
315/Pid.B/2022/PN.Cbd?
2. Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan pidana dalam Putusan Perkara Pidana No. No.
315/Pid.B/2022/PN.Cbd?

G. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk menganalisis masalah tersebut diatas, peneliti akan
menggunakan beberapa teori hukum.

H. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka maksud dan
tujuan penelitian ini adalah :

I. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang hukum, kegunaan
penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
9

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan


wawasan dan pemikiran bagi pengembangan ilmu
hukum khususnya yang berkaitan dengan tindak
pidana pembunuhan yang dilakukan oleh geng motor.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
kepustakaan di dalam bidang hukum pada fakultas
hukum STH pasundan.
2. Kegunaan Praktis
Memberikan bukti-bukti empiris mengenai teori digunakan.
Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pegangan dan
rujukan bagi mahasiswa khususnya dalam bidang hukum
mengenai putusan tindak pidana pembunuhan yang
dilakukan oleh geng motor serta sebagai sumbangan
pemikiran bagi pihak pihak yang terkait dengan masalah
dalam penelitian ini.

J. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis
Normatif, yaitu suatu jenis penelitian hukum yang
menggunakan sumber data sekunder. Pendekatan ini
menekankan pada aspek yuridis dengan fokus utama pada
penelitian kepustakaan, yang melibatkan analisis data
sekunder seperti surat-surat pribadi, buku-buku, dan
dokumen-dokumen resmi pemerintah. Penelitian ini bersifat
deskriptif-analitis, dimana peraturan-peraturan hukum yang
ada dianalisis dalam konteks teori-teori hukum dan praktek
pelaksanaan hukum positif yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti 9.
9
Ramadhan Zaky Alfath dan Chepi Ali Firman Z., Tinjauan Yuridis
Pemidanaan Sanksi Pidana terhadap Tindak Pidana Penganiayaan yang
10

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis


deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan analisis
terhadap data-data yang terkumpul dengan didukung oleh
peraturan-peraturan yang relevan dan studi kepustakaan.
Hasil analisis ini kemudian disusun secara sistematis dan
dianalisis secara kualitatif untuk memberikan pemahaman
yang lebih jelas mengenai permasalahan yang akan dibahas.
Data selanjutnya dianalisis secara interpretatif dengan
menggunakan teori-teori dan hukum positif yang relevan, dan
ditarik kesimpulan secara induktif untuk menjawab
permasalahan yang ada.

2. Bahan Penelitian
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat,
seperti peraturan dasar, peraturan perundang-
undangan, jurnal, dan bahan hukum tidak tertulis yang
tentunya berhubungan dengan tema penulisan skripsi
ini.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang
menjelaskan bahan hukum primer misalnya buku-
buku mengenai literatur, jurnal hukum yang berkaitan
dengan tema penelitian ini.
b. Bahan Hukum Tersier
Menurut Pendapat Nico Ngani :
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer

Dilakukan oleh Kelompok Geng Motor, dalam “Bandung Conference Series: Law
Studies”, Bandung: Universitas Islam Bandung, 2022.
11

dan sekunder. Contohnya adalah kamus, ensiklopedia,


dan majalah hukum yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas oleh penulis.10
3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Pendapat P. Joko Subagyo:
Teknik dalam melakukan pengumpulan data dalam
skripsi ini adalah studi literatur atau studi kepustakaan
yang merupakan bagian penting yang tidak terlupakan
dalam penulisan skripsi. Studi Kepustakaan (library
research) adalah kegiatan penelusuran kepustakaan
untuk mengetahui lebih detil dan memberikan
kerangka berfikir, khususnya referensi relevan yang
berasal dari teori-teori tanpa memperdulikan apakah
penelitian yang dilakukannya menggunakan data
primer atau sekunder.11

K. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN


3. Waktu Penelitian
Dalam rangka penyusunan skripsi ini langkah-langkah yang
akan dipergunakan dalam penelitian diperkirakan akan
selesai selama 3 (tiga) bulan atau selama 90 (sembilan
puluh) hari yaitu dengan rincian dibawah ini :
a) Tahap persiapan dan tahap pengumpulan data selama
30 (tiga puluh) hari kerja;
b) Tahap pengelolaan data selama 30 (tiga puluh) hari
kerja;
c) Tahap penulisan laporan penelitian selama 30 (tiga
puluh) hari kerja.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Cibadak, Jl. Jend.
Sudirman Blok Jajaway No.2, Citepus, Kec. Pelabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

10
Nico Ngani, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Hukum , Pustaka
Yustisia, Jakarta, 2012, hlm. 7.
11
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek , Jakarta:
PT.Rineka Cipta, Cetakan keempat, 2004, hlm.109.
12

L. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Anda mungkin juga menyukai