Tugas Ii Kelompok Ekspor Impor - Meja Rias
Tugas Ii Kelompok Ekspor Impor - Meja Rias
Meja Rias
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekspor Impor
Dosen Pengampu Bapak Entis Sutisna, SE., M.M.
Disusun oleh:
Dhea Shilomita 6214072
Ilham Miftah Farid 6214081
Amelia Safitri 6214088
Naufal Edwin Junior 6214121
LOGISTIK BISNIS
UNIVERSITAS LOGISTIK & BISNIS INTERNASIONAL
BANDUNG
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas II Kelompok Ekpor Impor ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari Tugas II Kelompok Ekpor Impor ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Entis Sutisna, SE., M.M. pada mata kuliah Ekspor Impor. Selain itu, tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Entis Sutisna, SE., M.M. selaku dosen
Ekspor Impor yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari, tugas yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan tugas ini.
Bandung, 2023
Penulis
MEJA RIAS
• SNI (Standar Nasional Indonesia) Meja Rias
SK Penetapan 170/KEP/BSN/7/2017
Jumlah Halaman 21
• Standar internasional yang harus dipenuhi untuk tujuan ekspor meja rias
- Standar Wajib Meja Rias
Standar wajib meja rias sesuai dengan SNI 8412:2017 terkait furnitur meja rias
dipersyaratkan dengan tinggi meja antara 600 mm – 800 mm, dan lebar minimal
600 mm. Oleh karena itu, produsen akan berusaha mendesain dan memproduksi
meja rias dengan tinggi sesuai persyaratan tersebut karena menjadi salah satu syarat
utama produk untuk mendapatkan sertifikat SNI.
Untuk bahan baku meja rias yang terbuat dari kayu harus memenuhi standar wajib
berupa SVLK. SVLK atau sering disebut juga sebagai sistem, standard, maupun
sertifikasi terkait Verifikasi Legalitas Kayu. Fungsi dari sertifikasi ini adalah untuk
memastikan produk kayu dan bahan bakunya diperoleh atau berasal dari sumber
yang asal-usulnya dan pengelolaannya memenuhi aspek legalitas. Kayu disebut
legal bila asal-usul kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan,
pengangkutan, pengolahan, dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat
dibuktikan memenuhi semua persyaratan legal yang berlaku. SVLK disusun
bersama oleh sejumlah pihak atau yang disebut dengan parapihak. SVLK memuat
standar, kriteria, indikator, verifier, metode verifikasi, dan norma penilaian yang
disepakati parapihak.
Pemerintah RI menerapkan SVLK untuk memastikan agar semua produk kayu yang
beredar dan diperdagangkan di Indonesia memiliki status legalitas yang
meyakinkan. Dengan SVLK, konsumen di luar negeri pun tak perlu lagi meragukan
legalitas kayu yang berasal dari Indonesia. Dengan SVLK, para petani dari hutan
rakyat dan masyarakat adat dapat menaikkan posisi tawar dan tak perlu risau hasil
kayunya diragukan keabsahannya ketika mengangkut kayu untuk dijual. Para
produsen mebel yakin akan legalitas sumber bahan baku kayunya sehingga lebih
mudah meyakinkan para pembelinya di luar negeri. Indonesia memberlakukan
langkah bertahap dalam penerapan SVLK. Ini sebagai langkah awal yang harus
menunjukkan sertifikat legalitas sebelum menuju ke sertifikat pengelolaan hutan
lestari (sustainability).
Pemberlakuan SVLK dilakukan untuk memberikan kepastian legalitas produk kayu
Indonesia pada pasar global. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing
produk perkayuan Indonesia, mengurangi praktek illegal logging dan perdagangan
ilegal. Lebih dari itu, SVLK juga menyiratkan komitmen dalam upaya serius dan
konsisten memperbaiki tata kelola kepemerintahan kehutanan Indonesia. SVLK
memiliki prinsip-prinsip perbaikan tata kelola lebih baik (governance),
keterwakilan para pihak dalam pengembangan sistem maupun pemantauan
(representativeness) serta transparansi (transparent) yaitu sistem terbuka untuk
diawasi oleh semua pihak.
Pemerintah di beberapa negara importir memberlakukan peraturan untuk
membuktikan legalitas produk kayu yang beredar, termasuk yang berasal dari
impor, di masing-masing negara. Sebagai contoh, Pemerintah Amerika Serikat (AS)
memberlakukan Lacey Act, Uni Eropa (EU) dengan Timber Regulation, Australia
dengan Illegal Logging Prohibition Act, dan Jepang dengan Green Konyuho (GoHo
Wood).
SVLK mulai berlaku pada Juni 2009 sejak Pemerintah RI menerbitkan Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 . Itu terjadi ketika Menteri
Kehutanan pada saat itu, MS Kaban, menyetujui dan mengadopsi usulan parapihak
menjadi mandatory Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK). Dalam
perjalanannya, SVLK terus disempurnakan dengan revisi P.38/Menhut-
II/2009 menjadi Permenhut No. P.68/Menhut-II/2011 dan ditambah revisi
Permenhut No. P.45/Menhut-II/2012 serta Permenhut No. P.42/Menhut-II/2013 .
Tuntutan tentang legalitas produk dan bahan kayu sebenarnya bukan hal baru.
SVLK hadir sebagai sebuah sistem yang bersifat wajib untuk memastikan
dipenuhinya semua peraturan terkait dengan peredaran dan perdagangan kayu di
Indonesia. Dan untuk perdagangan keluar/izin ekspor produk kayu salah satunya
mensyaratkan penggunaan Dokumen V-Legal (Verified Legal), seperti disyaratkan
pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/2012.
- Standar Umum Meja Rias
Standar umum meja rias yaitu dengan panjang 1,2 meter persegi, lebar 50-70 cm,
dan tinggi 65-70 cm.
- Standar Khusus
Tidak ada standar khusus meja rias.
No 1 s/d 15 untuk meja polos, No 1 s/d 19 untuk meja dengan tempat penyimpanan
No 4 s/d 12 untuk meja rias dengan cermin terpasang
- Penerapan gaya uji
Gaya uji statis harus dilakukan cukup perlahan untuk memastikan bahwa gaya
dinamis diabaikan. Kecuali dinyatakan lain, setiap gaya harus diatur dengan periode
(20 ± 10) detik.
Gaya pada uji ketahanan harus digunakan pada kecepatan yang tidak menghasilkan
panas yang berlebihan. Kecuali dinyatakan lain, setiap gaya harus diatur untuk
periode (2 ± 1) detik.
CATATAN Gaya dapat digantikan dengan massa dengan nilai 10 N setara 1 kg.
- Rangkaian pengujian
Semua pengujian harus dilakukan pada contoh uji yang sama dan dalam urutan yang
sama seperti yang ditampilkan dalam standar ini. Semua uji yang dikhususkan
untuk komponen tertentu harus dilakukan pada contoh uji yang sama.
1) Prosedur uji
a) Konstruksi
Letakkan meja pada lantai uji, amati dan teliti, komponen harus bebas dari cacat
yang dapat mempengaruhi penggunaan secara visual.
b) Keamanan
Letakkan meja pada lantai uji, amati dan raba dengan tangan pada bagian yang
berhubungan langsung dengan badan atau pakaian orang.
c) Tinggi meja
a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Ukur tinggi meja pada keempat sisi dari atas permukaan lantai sampai daun meja
kemudian hasilnya dirata-ratakan.
d) Ukuran cermin
a. Ukur tinggi cermin diukur dari atas permukaan daun meja sampai cermin bagian
atas;
b. Ukur lebar cermin diukur searah panjang daun meja.
Gambar 1 Tinggi meja dan ukuran cermin
Gambar 3 Kekuatan dengan gaya statis horizontal (arah pertama dan kedua)
Gambar 4 Kekuatan dengan gaya statis horizontal (arah ketiga dan keempat)
Keterangan gambar: DA, DB, DC, DD : besar penyimpangan FA, FB, FC,FD : arah
gaya; b : beban
l) Uji jatuh
a. Letakkan meja pada lantai uji yang dilapisi karet;
b. Angkat meja pada sisi lebar (Gambar 9) sehingga kaki meja naik sesuai tabel;
c. Lepaskan meja hingga jatuh ke lantai;
d. Ulangi butir l.b dan 7.12.c sebanyak 6 kali;
e. Lakukan juga seperti pada butir l.b, l.c dan l.d untuk sisi lebar yang lain;
f. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.
b. Beri beban pada laci dengan kantong yang berisi gotri seberat 0,2 kg/dm3;
c. Buka dan tutup laci perlahan tanpa diangkat 20.000 kali;
d. Buka laci dari posisi tertutup ke posisi sepertiga tetap tinggal di dalam atau lebih
kurang 100 mm (Gambar 11);
e. Buka dan tutup laci dengan kecepatan (0,25 ± 0,1) m/detik atau 6 sampai 15 kali
(buka dan tutup) setiap menit;
f. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.
b. Isilah laci dengan kantong yang berisi gotri atau kelereng seberat 0,2 kg/dm3;
c. Pasang bantalan beban 25 mm di atas dasar laci di tengah pada bingkai depan
dan belakang;
d. Berikan gaya tekan pada bantalan beban ke arah bingkai depan dan belakang
sebesar 40 N selama 10 detik, 10 kali ulangan;
e. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.
2) Syarat lulus uji
Meja rias dinyatakan lulus uji apabila memenuhi syarat mutu dari meja rias (sesuai SNI)
pada tabel syarat mutu meja rias.
BSN, H. (2021, 01 12). Pengukuran, di Balik Layar Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian.
Retrieved from bsn.go.id: https://www.bsn.go.id/main/berita/detail/11720/pengukuran-di-
balik-layar-penerapan-standar-dan-penilaian-kesesuaian-standardisasi-untuk-mendukung-
pelaksanaan-grc
Nasional, B. S. (2017, 05 10). Furniture Meja Rias. Retrieved from bsn.go.id: https://www.bsn.go.id/