Anda di halaman 1dari 18

TUGAS II KELOMPOK EKSPOR IMPOR

Meja Rias

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekspor Impor
Dosen Pengampu Bapak Entis Sutisna, SE., M.M.

Disusun oleh:
Dhea Shilomita 6214072
Ilham Miftah Farid 6214081
Amelia Safitri 6214088
Naufal Edwin Junior 6214121

LOGISTIK BISNIS
UNIVERSITAS LOGISTIK & BISNIS INTERNASIONAL
BANDUNG
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas II Kelompok Ekpor Impor ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari Tugas II Kelompok Ekpor Impor ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Entis Sutisna, SE., M.M. pada mata kuliah Ekspor Impor. Selain itu, tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Entis Sutisna, SE., M.M. selaku dosen
Ekspor Impor yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari, tugas yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Bandung, 2023

Penulis
MEJA RIAS
• SNI (Standar Nasional Indonesia) Meja Rias

Nomor Standar SNI 8412:2017

Judul Standar Funitur – Meja Rias

Status Standar Berlaku

Komite Teknis 97-02 Furnitur berbahan kayu, rotan, dan bambu

SK Penetapan 170/KEP/BSN/7/2017

Tanggal Penetapan 03-Juli-2017

Jumlah Halaman 21

• Standar internasional yang harus dipenuhi untuk tujuan ekspor meja rias
- Standar Wajib Meja Rias
Standar wajib meja rias sesuai dengan SNI 8412:2017 terkait furnitur meja rias
dipersyaratkan dengan tinggi meja antara 600 mm – 800 mm, dan lebar minimal
600 mm. Oleh karena itu, produsen akan berusaha mendesain dan memproduksi
meja rias dengan tinggi sesuai persyaratan tersebut karena menjadi salah satu syarat
utama produk untuk mendapatkan sertifikat SNI.
Untuk bahan baku meja rias yang terbuat dari kayu harus memenuhi standar wajib
berupa SVLK. SVLK atau sering disebut juga sebagai sistem, standard, maupun
sertifikasi terkait Verifikasi Legalitas Kayu. Fungsi dari sertifikasi ini adalah untuk
memastikan produk kayu dan bahan bakunya diperoleh atau berasal dari sumber
yang asal-usulnya dan pengelolaannya memenuhi aspek legalitas. Kayu disebut
legal bila asal-usul kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan,
pengangkutan, pengolahan, dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat
dibuktikan memenuhi semua persyaratan legal yang berlaku. SVLK disusun
bersama oleh sejumlah pihak atau yang disebut dengan parapihak. SVLK memuat
standar, kriteria, indikator, verifier, metode verifikasi, dan norma penilaian yang
disepakati parapihak.
Pemerintah RI menerapkan SVLK untuk memastikan agar semua produk kayu yang
beredar dan diperdagangkan di Indonesia memiliki status legalitas yang
meyakinkan. Dengan SVLK, konsumen di luar negeri pun tak perlu lagi meragukan
legalitas kayu yang berasal dari Indonesia. Dengan SVLK, para petani dari hutan
rakyat dan masyarakat adat dapat menaikkan posisi tawar dan tak perlu risau hasil
kayunya diragukan keabsahannya ketika mengangkut kayu untuk dijual. Para
produsen mebel yakin akan legalitas sumber bahan baku kayunya sehingga lebih
mudah meyakinkan para pembelinya di luar negeri. Indonesia memberlakukan
langkah bertahap dalam penerapan SVLK. Ini sebagai langkah awal yang harus
menunjukkan sertifikat legalitas sebelum menuju ke sertifikat pengelolaan hutan
lestari (sustainability).
Pemberlakuan SVLK dilakukan untuk memberikan kepastian legalitas produk kayu
Indonesia pada pasar global. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing
produk perkayuan Indonesia, mengurangi praktek illegal logging dan perdagangan
ilegal. Lebih dari itu, SVLK juga menyiratkan komitmen dalam upaya serius dan
konsisten memperbaiki tata kelola kepemerintahan kehutanan Indonesia. SVLK
memiliki prinsip-prinsip perbaikan tata kelola lebih baik (governance),
keterwakilan para pihak dalam pengembangan sistem maupun pemantauan
(representativeness) serta transparansi (transparent) yaitu sistem terbuka untuk
diawasi oleh semua pihak.
Pemerintah di beberapa negara importir memberlakukan peraturan untuk
membuktikan legalitas produk kayu yang beredar, termasuk yang berasal dari
impor, di masing-masing negara. Sebagai contoh, Pemerintah Amerika Serikat (AS)
memberlakukan Lacey Act, Uni Eropa (EU) dengan Timber Regulation, Australia
dengan Illegal Logging Prohibition Act, dan Jepang dengan Green Konyuho (GoHo
Wood).
SVLK mulai berlaku pada Juni 2009 sejak Pemerintah RI menerbitkan Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 . Itu terjadi ketika Menteri
Kehutanan pada saat itu, MS Kaban, menyetujui dan mengadopsi usulan parapihak
menjadi mandatory Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK). Dalam
perjalanannya, SVLK terus disempurnakan dengan revisi P.38/Menhut-
II/2009 menjadi Permenhut No. P.68/Menhut-II/2011 dan ditambah revisi
Permenhut No. P.45/Menhut-II/2012 serta Permenhut No. P.42/Menhut-II/2013 .
Tuntutan tentang legalitas produk dan bahan kayu sebenarnya bukan hal baru.
SVLK hadir sebagai sebuah sistem yang bersifat wajib untuk memastikan
dipenuhinya semua peraturan terkait dengan peredaran dan perdagangan kayu di
Indonesia. Dan untuk perdagangan keluar/izin ekspor produk kayu salah satunya
mensyaratkan penggunaan Dokumen V-Legal (Verified Legal), seperti disyaratkan
pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/2012.
- Standar Umum Meja Rias
Standar umum meja rias yaitu dengan panjang 1,2 meter persegi, lebar 50-70 cm,
dan tinggi 65-70 cm.
- Standar Khusus
Tidak ada standar khusus meja rias.

• Alat yang digunakan untuk pengujian mutu meja rias


Alat yang digunakan untuk pengujian mutu meja rias adalah sebagai berikut:
- Peralatan uji
a. Kecuali dinyatakan khusus, pengujian dapat dilakukan dengan alat yang
sesuai karena hasil uji hanya tergantung pada ketelitian penggunaan gaya,
beban dan tidak tergantung pada peralatan ujinya;
b. Peralatan tidak boleh menghambat perubahan bentuk dari benda
uji/komponen selama pengujian, dan alat uji harus dapat bergerak, sehingga
dapat mengikuti perubahan bentuk benda uji/komponen selama pengujian.
Gaya dan beban harus dipasang pada titik yang telah ditentukan dan pada
arah yang telah ditentukan pula;
c. Semua bantalan beban harus dapat bergerak dalam kaitannya dengan arah
gaya yang diterapkan. Titik pusat harus sedekat mungkin ke permukaan
beban.
1) Permukaan lantai uji
Permukaan lantai harus kuat, datar dan rata. Untuk uji jatuh lantai uji harus
dilapisi karet dengan ketebalan 3 mm dengan kekerasan (85 ± 10) IRHD
(International Rubber Hardness Degrees).
2) Penahan
Penahan disesuaikan dengan kekuatan agar meja tidak bergeser. Apabila
menggunakan penahan yang tebalnya lebih dari 12 mm harus dicatat.
3) Bantalan beban
Bantalan beban berbentuk piringan kaku berdiameter 100 mm, dengan
permukaan datar dan bagian depan melengkung dengan radius pingulan 12 mm.
4) Massa
Massa yang digunakan sebagai beban uji direncanakan sedemikian rupa
sehingga pada saat digunakan tidak memperkuat struktur atau pemusatan
penekanan.
5) Penggaris
Penggaris dengan skala 1 mm.
6) Beban
Beban uji direncanakan sedemikian rupa sehingga pada saat digunakan tidak
memperkuat struktur atau pemusatan penekanan.
Bentuk dan ukuran:
a. Beban uji berbentuk silinder dengan berat 50 kg;
b. Beban uji dengan berat 0,5 kg untuk luas penampang 1 dm²;
c. Beban uji dengan berat 1 kg untuk luas penampang 1 dm²;
d. Beban uji dengan berat 2,5 kg untuk luas penampang 1 dm²;
e. Beban untuk bagian yang tidak diuji pada saat pengujian bagian
penyimpanan (laci) sebesar 0,25 kg/dm2;
f. Beban berbentuk kantong diameter 200 mm berisi gotri atau kelereng.
Bagian penyimpanan
Pada saat pengujian stabilitas, kekuatan dan ketahanan meja pada bagian

penyimpanan (laci) diberi beban sebesar 0,5 kg/dm3.


7) Cairan berupa :
a. Benda uji pertama diolesi larutan asam cuka 4,4 %;
b. Benda uji kedua diolesi larutan amonia (NH4OH) 10 %.
• Cara/Langkah-langkah dalam pengujian mutu meja rias
Sebelum membahas mengenai cara/langkah-langkah dalam pengujian mutu meja rias
adapula syarat mutu dari meja rias (sesuai SNI), yaitu:

No Parameter Syarat mutu Cara uji


1 Konstruksi bagian yang menempel dan a)
melekat harus terpasang
sempurna, tidak ada yang cacat
2 Keamanan bagian yang bersentuhan dengan b)
pengguna tidak ada yang tajam
3 Tinggi meja 600 mm sampai 800 mm c)
4 Ukuran cermin : d)
1.3 Tinggi di atas daun meja 680 mm sampai 1.080 mm
1.4 Lebar minimum 600 mm
5 Kestabilan terhadap gaya vertikal tidak terguling e)
6 Kekuatan terhadap gaya statis normal f)
vertikal
7 Kekuatan terhadap gaya statis normal g)
horizontal
8 Ketahanan terhadap gaya vertikal normal h)
9 Ketahanan terhadap gaya normal i)
horizontal
10 Kekakuan meja (stiffness) maksimum 34 mm/m dari tinggi j)
meja
11 Defleksi daun meja maksimum 0,4 % k)
12 Uji jatuh normal l)
13 Ketahanan permukaan terhadap tidak berubah m)
cairan dingin
14 Ketahanan lekat lapisan lapisan terkelupas maksimum 15 n)
permukaan*) %
15 Emisi formaldehida**) maksimum 1,5 mg/L o)
16 Kekuatan laci dan rel normal p)
17 Ketahanan laci dan rel normal q)
18 Buka tutup laci normal r)
19 Perubahan bentuk laci normal s)
CATATAN:
Normal : tidak terjadi kerusakan yang dapat mempengaruhi keamanan, fungsi dan penampilan meja
rias (termasuk bingkai cermin)
*)Hanya untuk meja dengan permukaan yang dilapisi bahan finishing
**) Untuk produk yang dibuat dari kayu komposit

No 1 s/d 15 untuk meja polos, No 1 s/d 19 untuk meja dengan tempat penyimpanan
No 4 s/d 12 untuk meja rias dengan cermin terpasang
- Penerapan gaya uji
Gaya uji statis harus dilakukan cukup perlahan untuk memastikan bahwa gaya
dinamis diabaikan. Kecuali dinyatakan lain, setiap gaya harus diatur dengan periode
(20 ± 10) detik.
Gaya pada uji ketahanan harus digunakan pada kecepatan yang tidak menghasilkan
panas yang berlebihan. Kecuali dinyatakan lain, setiap gaya harus diatur untuk
periode (2 ± 1) detik.
CATATAN Gaya dapat digantikan dengan massa dengan nilai 10 N setara 1 kg.
- Rangkaian pengujian
Semua pengujian harus dilakukan pada contoh uji yang sama dan dalam urutan yang
sama seperti yang ditampilkan dalam standar ini. Semua uji yang dikhususkan
untuk komponen tertentu harus dilakukan pada contoh uji yang sama.
1) Prosedur uji
a) Konstruksi
Letakkan meja pada lantai uji, amati dan teliti, komponen harus bebas dari cacat
yang dapat mempengaruhi penggunaan secara visual.
b) Keamanan
Letakkan meja pada lantai uji, amati dan raba dengan tangan pada bagian yang
berhubungan langsung dengan badan atau pakaian orang.
c) Tinggi meja
a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Ukur tinggi meja pada keempat sisi dari atas permukaan lantai sampai daun meja
kemudian hasilnya dirata-ratakan.
d) Ukuran cermin
a. Ukur tinggi cermin diukur dari atas permukaan daun meja sampai cermin bagian
atas;
b. Ukur lebar cermin diukur searah panjang daun meja.
Gambar 1 Tinggi meja dan ukuran cermin

Keterangan gambar: a : tinggi meja; b : tinggi cermin; c : panjang cermin

e) Kestabilan terhadap gaya vertikal


a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Berikan gaya vertikal sebesar 400 N melalui bantalan uji, 100 mm dari tepi daun
meja pada titik paling mungkin untuk menggulingkan meja (Gambar 2);
c. Catat apakah meja terguling.
f) Kekuatan penyangga palang gantungan
a. Letakkan meja pada lantai uji;

b. Beri beban pada laci sebesar 0,5 kg/dm3 kemudian tutup;


c. Berikan gaya vertikal 1.000 N melalui bantalan beban pada jarak 100 mm dari
tepi daun meja sebanyak 10 kali (Gambar 2);
d. Bila meja terguling sebelum gaya sepenuhnya diterapkan, geser posisi
pembebanan sedekat mungkin dengan titik seharusnya, sedemikian sehingga
meja tidak terguling. Bila posisi lebih dari 100 mm, catat lokasi titik
pembebanan;
e. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.

Gambar 2 Titik lokasi pemberian gaya vertikal


Keterangan gambar: F : arah gaya; a : jarak pengujian

g) Kekuatan terhadap gaya statis horizontal


a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Pasang penahan pada kaki meja;
c. Letakkan beban sebesar 50 kg pada bagian tengah daun meja;
d. Berikan gaya horizontal sebesar 350 N melalui bantalan beban pada jarak 50
mm dari tepi daun meja (Gambar 3);
e. Ulangi butir g.d pada arah yang berlawanan. Satu kali penggunaan gaya pada
setiap arah menentukan satu siklus. Lakukan sebanyak 10 kali;
f. Berikan gaya horizontal sebesar 350 N melalui bantalan beban pada titik tengah
tepi daun meja (Gambar 4);
g. Ulangi butir g.d pada arah yang berlawanan. Satu kali penggunaan gaya pada
setiap arah menentukan satu siklus. Lakukan sebanyak 10 kali;
h. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.

Gambar 3 Kekuatan dengan gaya statis horizontal (arah pertama dan kedua)

Keterangan gambar : F : arah gaya; a : jarak pengujian b : beban; c : penahan

Gambar 4 Kekuatan dengan gaya statis horizontal (arah ketiga dan keempat)

Keterangan gambar: F : arah gaya; b : beban


h) Ketahanan terhadap gaya vertikal
a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Beri beban pada laci sebesar 0,5 kg/dm3 kemudian tutup;
c. Pasang penahan di kaki meja;
d. Pasang bantalan beban di titik tengah tepi meja pada jarak 100 mm dari tepi
daun meja;
e. Berikan gaya vertikal 400 N pada bantalan beban sebanyak 5.000
siklus, dengan frekuensi tidak lebih dari 10 kali tiap menit (Gambar 5);
f. Bila meja terguling saat gaya diterapkan, geser titik pembebanan sedikit ke arah
dalam sampai meja tidak terguling;
g. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.

Gambar 5 Ketahanan terhadap gaya vertikal


Keterangan gambar : F : arah gaya; a : jarak pengujian
i) Ketahanan terhadap gaya horizontal
a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Pasang penahan di kaki meja;
c. Letakkan beban 50 kg pada bagian tengah daun meja;
d. Berikan gaya horizontal secara bergantian pada keempat sisi meja sebesar 230
N sebanyak 2.500 kali melalui bantalan beban pada jarak 50 mm dari tepi daun
meja, dengan frekuensi tidak lebih dari 10 kali per menit (Gambar 6);
e. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.

Gambar 6 Ketahanan terhadap gaya horizontal


Keterangan gambar: F : arah gaya; a: jarak pengujian; b : beban
j) Kekakuan meja (stiffness)
a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Pasang penahan di kaki meja;
c. Letakkan beban 50 kg pada bagian tengah daun meja;
d. Berikan gaya horizontal ke arah FA sebesar 300 N melalui bantalan beban
selama 2 detik, ukur penyimpangan yang terjadi (Gambar 7);
e. Ulangi butir j.d untuk arah gaya pada FB, FC dan FD;
f. Hitung kekakuan dengan rumus :
Kekakuan = DA + DB / Tinggi Meja
Keterangan: Kekakuan dalam satuan mm/m tinggi meja D adalah besar
penyimpangan (mm); Tinggi meja dalam satuan meter
g. Ulangi butir j.f untuk Dc dan DD;
h. Hasil uji dinyatakan dari hasil perhitungan yang paling besar .

Gambar 7 Kekauan meja (stiffness)

Keterangan gambar: DA, DB, DC, DD : besar penyimpangan FA, FB, FC,FD : arah
gaya; b : beban

k) Defleksi daun meja


a. Letakkan meja pada lantai uji;
b. Ukur panjang garis diagonal permukaan daun meja (ℓ);
c. Ukur defleksi awal (d1) pada bagian tengah permukaan meja;
d. Ukur luas permukaan daun meja (L);
e. Untuk daun meja yang terbuat dari kayu, berikan beban 1 kg untuk luas
permukaan 1 dm2 secara tersebar merata pada permukaan daun meja selama 1
minggu (Gambar 8);
f. Untuk daun meja yang terbuat dari selain kayu (kaca, logam, batu atau berbahan
masif lainnya) berikan beban 1 kg untuk luas permukaan 1 dm2 secara merata
pada permukaan daun meja selama 1 jam;
g. Besar pembebanan dihitung dengan rumus: M = k x L
Keterangan: M adalah beban (kg); k adalah 1 kg/dm2; L adalah luas permukaan
daun meja (dm2).
h. Ambil semua beban setelah waktu yang ditentukan selesai;
i. Ukur defleksi akhir (d2) pada bagian tengah permukaan daun meja;
j. Hitung defleksi dengan menggunakan rumus:
Defleksi (%) = ((d2 + d1) / ℓ) x 100
Keterangan: d1 adalah defleksi awal sebelum diberi beban (mm) d2 adalah
defleksi akhir setelah diberi beban (mm); ℓ adalah panjang garis diagonal
permukaan daun meja (mm).

Gambar 8 Defleksi daun meja

Keterangan gambar: d1 : defleksi awal; d2 : defleksi akhi; a : garis diagonal


permukaan daun meja (ℓ); b : beban

l) Uji jatuh
a. Letakkan meja pada lantai uji yang dilapisi karet;
b. Angkat meja pada sisi lebar (Gambar 9) sehingga kaki meja naik sesuai tabel;
c. Lepaskan meja hingga jatuh ke lantai;
d. Ulangi butir l.b dan 7.12.c sebanyak 6 kali;
e. Lakukan juga seperti pada butir l.b, l.c dan l.d untuk sisi lebar yang lain;
f. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.

Gaya angkat sisi lebar N Tinggi nominal meja jatuh mm


0 - < 200 100
200 – 400 100 – {70 x (N-200)/200}
> 400 30
Gambar 9 Uji jatuh
Keterangan gambar: t : jarak kaki dari lantai
m) Ketahanan permukaan terhadap cairan dingin
a. Persiapkan benda uji;
b. Benda uji pertama diolesi larutan asam cuka 4,4 %;
c. Benda uji kedua diolesi larutan amonia (NH4OH) 10 %;
d. Semua contoh dibiarkan selama 1 jam lalu bersihkan larutan ujinya dengan lap
basah;
e. Amati ada tidaknya perubahan permukaan.
n) Ketahanan lekat lapisan permukaan
a. Persiapkan benda uji;
b. Buat segi empat ukuran 20 mm x 20 mm pada benda uji;
c. Tarik garis membujur dan melintang pada segi empat tersebut dengan pisau
tajam (cutter) sebanyak 11 goresan dengan jarak 2 mm;
d. Tempel pita perekat pada segi empat tersebut;
e. Tarik ke atas dengan cepat;
f. Amati jumlah bagian lapisan terkelupas.
o) Emisi formaldehida
Cara uji emisi formaldehida sesuai SNI ISO 12460-4.
p) Kekuatan laci dan rel
a. Pasang penahan di sekitar kaki atau bawah meja;
b. Tarik laci sampai sepertiga bagian atau tidak kurang dari 100 mm tetap tinggal
di dalamnya (Gambar 10);
c. Beri beban vertikal 100 N pada salah satu ujung atas bagian depan laci selama
10 detik, ulangi 10 kali;
d. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.
Gambar 10 Kekuatan laci dan rel
Keterangan gambar: a : 1/3 panjang laci; l : panjang laci; F : arah gaya
q) Ketahanan laci dan rel
a. Pasang penahan di kaki atau bagian bawah meja;

b. Beri beban pada laci dengan kantong yang berisi gotri seberat 0,2 kg/dm3;
c. Buka dan tutup laci perlahan tanpa diangkat 20.000 kali;
d. Buka laci dari posisi tertutup ke posisi sepertiga tetap tinggal di dalam atau lebih
kurang 100 mm (Gambar 11);
e. Buka dan tutup laci dengan kecepatan (0,25 ± 0,1) m/detik atau 6 sampai 15 kali
(buka dan tutup) setiap menit;
f. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.

Gambar 11 Ketahanan laci dan rel


Keterangan gambar: a : 1/3 panjang laci; l : panjang laci; F : arah gaya
r) Buka tutup laci
a. Pasang penahan di kaki atau bagian bawah meja;
b. Beri beban kelereng di dalam kantong seberat 5 kg pada laci;
c. Tarik laci sampai 300 mm atau tidak kurang dari 100 mm tetap tinggal di
dalamnya;
d. Buka tutup laci dengan kecepatan membuka dan menutup 1,4 meter/detik,
lakukan sebanyak 10 kali;
e. Penarikan harus dihentikan pada saat bagian sisi laci 10 mm dari titik
terjauhnya;
f. Beban diberikan pada pegangan atau di tengah antara dua pegangan;
g. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.
s) Perubahan bentuk laci
a. Letakkan laci pada relnya atau dibuatkan rel dengan kondisi yang sama sesuai
dengan rel pada meja tersebut;

b. Isilah laci dengan kantong yang berisi gotri atau kelereng seberat 0,2 kg/dm3;
c. Pasang bantalan beban 25 mm di atas dasar laci di tengah pada bingkai depan
dan belakang;
d. Berikan gaya tekan pada bantalan beban ke arah bingkai depan dan belakang
sebesar 40 N selama 10 detik, 10 kali ulangan;
e. Amati adanya ketidaknormalan yang terjadi.
2) Syarat lulus uji
Meja rias dinyatakan lulus uji apabila memenuhi syarat mutu dari meja rias (sesuai SNI)
pada tabel syarat mutu meja rias.

• Cara pengemasan meja rias yang kuat, menarik, dan efisien


Cara pengemasan meja rias yang kuat,baik, dan efesien:
1. Membuat desain kemasan: Desain yang baik adalah desain yang tidak menyisakan
ruang kosong sehingga meminimalisir pergerakan dari meja rias tersebut.
2. Memilih bahan untuk kemasan: Kardus, karton, plastik, kayu salah satu pemilihan
bahan untuk pengemasan meja rias yang efektif.
3. Memisahkan bagian-bagian kecil: baut, skerup dipisahkan dari bagian-bagian besar
meja rias, gunanya agar tidak tercecer dan hilang.
4. Bungkus ditiap sudut barang: Menggunakan kardus/ruangan karton yang
bergelombang untuk menutupi sudut, dan bisa menggunakan bubble warp agar tiap
sudut dari meja rias aman.
5. Bungkus bagian lain meja rias secara berlapis: Lapisan 1 = plastik/bubble warp.
Lapisan 2 = styrofoam.
6. Pasang stiker untuk peringatan: Ditempel pada lapisan terluar meja rias.
Pengemasan dan Penandaan Meja Rias (SNI)
- Pengemasan meja rias
Meja rias dikemas dengan menggunakan kertas atau karton atau bahan lain yang tidak
merusak struktur dan permukaan serta aman saat pengangkutan.
Pengemasan meja rias siap pasang dilakukan pada setiap komponennya dan disertai
petunjuk perakitan.
- Penandaan pada meja rias dan pada kemasan meja rias
Pada meja rias
Tanda yang dicantumkan pada meja rias adalah: jenis produk; kode produksi; nama
perusahaan; dan merek dagang.
Pada kemasan
Tanda yang dicantumkan pada kemasan adalah: negara produsen; nama barang; kode
produksi; nama perusahaan; dan merk dagang.
Daftar Pustaka

BSN, H. (2021, 01 12). Pengukuran, di Balik Layar Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian.
Retrieved from bsn.go.id: https://www.bsn.go.id/main/berita/detail/11720/pengukuran-di-
balik-layar-penerapan-standar-dan-penilaian-kesesuaian-standardisasi-untuk-mendukung-
pelaksanaan-grc

Endit, N. P. (2022, 12 14). Potensi Ekspor Furniture. Retrieved from ukmindonesia.id:


https://www.ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/potensi-ekspor-furniture

Nasional, B. S. (2017, 05 10). Furniture Meja Rias. Retrieved from bsn.go.id: https://www.bsn.go.id/

Anda mungkin juga menyukai