Anda di halaman 1dari 17

MPPH

“PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP TERHADAP PEREDARAN MAKANAN


DAN MINUMAN YANG TIDAK BERSERTIFIKAT HALAL’

Dosen Pengampu:

Aprinisa, S.H., M.H

Disusun Oleh:

Wiryadi (21211230)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITA BANDAR LAMPUNG

2023/2034
DAFTAR ISI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 3

1. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

2. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitiaan........................................................................ 4

1. Tujuan Penelitiaan.......................................................................................... 4

2. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 4

D. Kerangka Konsepsional ....................................................................................... 5

E. Metode Penelitiaan ............................................................................................... 5

1. Pendekatan Masalah....................................................................................... 5

2. Sumber dan Jenis Data ................................................................................... 5

a. Data Primer ..................................................................... 5

b. Data Skunder ................................................................... 5

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................... 5

4. Analisis Data .................................................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Makanan dan minuman adalah kebutuhan utama untuk keberlangsungan kehidupan, baik
berupa bahan mentah maupun siap saji (instan), telah beredarnya luas dipasaran.
Beredarnya produk makanan dan minuman ini memerlukan kontrol yang kuat dari
pemerintah maupun pihak terkait untuk memastikan bahwa produk makanan yang beredar
di pasaran memenuhi standart dan layak untuk dikonsumsi. Pengendalian ini berfungsi
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen terhadap produk yang dikonsumsi.
Banyak produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya.
Sementara itu, berbagai peraturan perundang-undangan yang memiliki keterkaitan dengan
pengaturan Produk Halal belum memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi
masyarakat muslim. saat ini banyak makanan dan minuman, beredar luas di pasaran .
Konsumen seringkali kurang mengetahui apakah produk yang digunakannya halal ataukah
haram. Tanda halal sering disalahgunakan oleh pelaku usaha untuk menarik minat
konsumen dalam membeli suatu produk, walaupun produk dimaksud belum pernah
diperiksa lembaga pemeriksa halal dan belum memiliki sertifikat halal sehingga konsumen
merasa dirugikan karena barang haram diberi tanda halal. Hal inilah yang perlu untuk
segera diatasi, salah satunya adalah dengan mengeluarkan Undang-undang No. 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Perlindungan ini menjadi dorongan bagi para produsen untuk mendistribusikan
makanan dan minuman yang seusuai dengan standar yang sangat perlu dipenuhi tingkat
keamananya. Hal ini karena produk yang distribusikan akan diserap oleh pasar konsumen
yang mayoritas islam diwajibkan mengkonsumsi makanan tertentu.
Misalkan umat Islam yang diwajibkan mengkonsumsi produk makanan yang halal
atau umat Hindu yang tidak dibolehkan memakan olahan dari daging sapi. Oleh sebab itu,
informasi tentang kandungan produk makanan serta informasi kehalalan produk menjadi
standar makanan yang halal sebelum didistribusikan ke kalangan masyarakat.
Dalam pendistribusian produk-produk tersebut produsen terlebih dahulu wajib memenuhi
hak-hak konsumen agar supaya setiap produk yang di edarkan tidak memiliki dampak
negative terhadap konsumen. Di dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
1
perlindungan konsumen pasal 4 telah menetapkan ada 9 (sembilan) hak konsumen yaitu
ssebagai berikut:2
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan
atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila
barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
Lainnya.

Dari hak konsumen yang diberikan di atas, hal yang paling mendasar ialah
masalah keamanan, keselamatan dan kenyamanan konsumen merupakan hal yang paling
utama dalam masalah perlindungan konsumen.
Mengingat kebutuhan konsumen yang sangat tidak terbatas dengan strata yang sangat
bervariasi sehingga menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan
pendistribusian produk barang atau jasa dengan cara yang tidak efektif.

Perlindungan terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk kepastian


hukum yang menjadi hak konsumen.
Mengigat bahwasanya Indonesia adalah negara dengan penduduk agama islam terbesar di
dunia, serta menjunjung tinggi Syariat islam. Maka oleh sebab itu pemerinta wajib
memberikan perlindungan bagi penduduknya yang beragama Islam. Maka pada tahun 2014
lahirlah suatu aturan yang bertujuan untuk memberikan perlindugan Hukum bagi
penduduknya yang beragama Islam , yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal, di dalam Undang-Undang tersebut pemerintah dengan tegas
melarang peredaran suatu produk yang tidak memiliki sertifikat halal (berlabel halal) yaitu

11
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan produk Halal.
2
Jenis sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Citra Bakti Bandung, 2010, hlm.6 Undang Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
tertera pada pasal 4 yang berbunnyi “produk yang masuk beredar, dan diperdagangkan
diwilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.
Undang-Undang Nomor 33 Tahunn 2014 tentang jaminan produk halal adalah
sebagai landasan Hukum yang bertujuan memberikan perlindungan Hukum terhadap
konsumen muslim terhadap ketidakpastian berbagai produk, terutama makanan, dan
minuman yang tidak memiliki label halal.

Saat ini terdapat banyak para pelaku usaha yang menjual produk seperti makanan
yang tergolong haram untuk dikonsumsi umat muslim namun tidak memberitahukan halal
tau tidakya produk tersebut bahkan terdapat pelaku usaha yang mencantumkan label halal
pada kemasan produkya meskipun terdapat unsur haram pada produknya itu. Sebagai
contoh yaitu pada bulan Desember tahun 2023 tepatnya di Kota Bandar Lampung Provinsi
Lampung, Dinas Peternakan bersama Dinas Kesehatan, Satuan Polisi among Praja,
Kepolisian Kota Metro melakukan inspeksi mendadak terhadap ketiga pelaku usaha mie
pangsit yang telah dinyatakan dalam penjualan mie yang dilakukannya terbukti
mengandung unsur haram dalam mie yang dijualnya setelah melalui uji laboratorium yang
dilakukan oleh Dinas Peternakan Kota Bandar Lampung.

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal tau yang biasa disingkat dengan BPJPH telah
menetapkan bahwa setiap resto, rumah makan, kedai kopi dan sejenisnya hendaknya
mengajukan sertifikasi halal begitu juga keseluruhan menu yang dihidangkan harus diuji
kehalalannya. Penetapan tau pengesahan label halal oleh BPJPH terdapat dalam Pasal 37
Undang-Undang Jaminan Produk Halal.
Banyaknya produk yang tidak berlabel halal (Jl) sangatlah meresahkan masyarakat, karena
pencantuman label halal (Ja) meniadi tolak ukur masyarakat muslim untuk memakai,
menggunakan tau mengkonsumsi produk tersebut. Banyak produk makanan dalam neger
maupun luar neger yang beredar di Indonesia namun belum dicantumkannya label halal
tau tidaknya produk tersebut walaupun makanan tersebut memang haram dikonsumsi
masyarakat muslim di Indonesia.

Tujuan pemberian label pada barang dan jasa adalah agar masyarakat yang membeli
dan atau mengkonsumsi produk tersebut dapat memperoleh informasi yang benar dan jelas
tentang setiap produk makanan dan minuman yang di kemas, baik menyangkut asal,
kemasan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum
memutuskan akan membeli dan atau mengkonsumsi barang tersebut. Ketentuan ini berlaku
bagi produk yang telah melalui proses pengemasan akhir dan siap untuk diperdagangkan
(prepackaged), tetapi tidak berlaku bagi perdagangan makanan dan minuman yang di
bungkus di hadapan pembeli. Penggunaan label dalam kemasan selalu berkaitan dengan
aspek perdagangan.
Walaupun telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang jaminan
produk halal belum sepenuhnya memberikan perlindungan hukum bagi konsumen muslim
terhadap produk makanan dan minuman yang tidak berlabel halal. Karena karena Undang-
Undang ini belum efektif, contohnya masih banyak produk-produk makanan dan minuman
yang telah diedarkan kalangan masyarakat tidak memiliki label halal.

Pemenuhan Standar Kualitas dan Keamanan Sertifikasi halal bukan hanya tentang
aspek keagamaan, tetapi juga dapat menunjukkan pemenuhan standar kualitas dan
keamanan tertentu dalam proses produksi pangan. Oleh karena itu, bagi beberapa
konsumen, label halal menjadi indikator bahwa produk tersebut memenuhi standar tertentu.

Pencegahan Penipuan Konsumen adanya sertifikasi halal dapat mencegah penipuan


konsumen dalam peredaran makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan klaim atau
label yang diberikan.

Peran Pemerintah dan Regulasi Pemerintah memiliki peran dalam memastikan bahwa
konsumen dilindungi dari produk-produk yang tidak bersetifikat halal dengan menerapkan
regulasi yang ketat terkait sertifikasi dan labelisasi halal dalam peredaran makanan dan
minuman.

Perlindungan konsumen terhadap makanan dan minuman yang tidak bersetifikat


halal tidak hanya penting dari sudut pandang agama, tetapi juga sebagai bagian dari hak
konsumen untuk mendapatkan informasi yang jelas dan hak untuk keamanan pangan yang
memadai. Hal ini membutuhkan kerja sama antara pemerintah, produsen, dan organisasi
sertifikasi untuk memastikan transparansi dan kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan.
3

3
Krisyant, Celina Tri siswi, 2014 Hukum Perlindungan Konsumen. Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia
Nomor 518 Tahun 2001 Tentang Lembaga Pemeriksaan Pangan Halal
B. RUMUSAN MASALAH DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka permasalahan yang akan dibahas
antara lain:

1. Bagaiamana ketentuan hukum terhadap pencantuman sertifikat halal terhadap produk


makanan dan minuman yang tidak bersertifikat halal.

2. Bagaiamana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen atas produk makanan


dan minuman yang tidak bersertifikat halal

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini untuk mengetahui perlindungan hukum konsumen


terhadap hak-hak konsumen dan kewajiban para pelaku usaha khususnya untuk:

1. Dasar hukum perlindungan konsumen dalam rangka menjamin hak-hak


konsumen dan kewajiban pelaku usaha
2. Sistem ganti kerugian yang diperoleh konsumen terhadap makanan dan
minuman yang tidak bersertifikat halal

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis perlindungan hukum
konsumen terhadap mkanan dan minuman yang tidak bersertifikat halal.
2. Untuk mengetahui dan memahami sitsem ganti kerugian yang diperoleh
konsumen terhadap makanan dan minuman yang tidak bersertifikat halal.

1.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penilitiaan ini dapat menjadi bentuk terhadap ilmu pengetahuan secara
umum, kemudian secara khusus dapat memberikan pandangan teoritis. Dan praktis
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu
hukum yang berguna dalam peningkatan kompetensi dan wawasasan teori
teori dibidang hukum khususnya perlindungan konsumen.

2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan


referensi dalam menyelesaikan permasalahan hak konsumen khususnya
perlindungan hukum konsumen terhadap makanan dan minuman yang
tidak bersertifikat halal.

D. KERANGKA KONSEPSIONAL

Pada hakikatnya kerangka pemikiran merupakan sumber dan landasan untuk


menganalisis masalah yang akan dibahas. Umumnya kerangka pemikiran berisi
teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang bersangkutan. Dalam kerangka
pemikiran dapat digunakan kerangka konseptual. Konseptual adalah uraian yang
menggambarkan hubungan antar konsep-konsep khusus yang akan diteliti.°

1. Kerangka Teoritis
Teori adalah serangkaian proposisi tau keterangan yang saling berhubungan dan
tersusun dalam suatu sistem deduksi yang mengemukakan penjelasan atas suatu
gejala. Pada suatu penelitian, tori memiliki fungi sebagai pemberi arahan
kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk mengkaji suatu tori
permasalahan hukum yang lebih mendalam diperlukan teori-teori yang berupa
serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proporsi untuk menerangkan fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep." Tujuan
teori dalam penelitian in adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan
meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
2. Perlindungan hukum
Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu
tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana
perlindungan hukum.
Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami, sebagai
berikut:
A. Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang
didasarkan pada kebebasan bertindak arena
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yangdidasarkan pada diskresi.

B. Sarana Perlindungan Hukum Represif’

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa,


Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi
di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum
terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan
dan perlindungan tethadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat,
lahimya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban
masyarakat dan pemerintah, Asas perlindungan hukum dikaitkan dapat dikaitkan
dengan konsep perlindungan konsumen berdasarkan ketentuan Pasal I Angka 1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan Perlindungan kepada konsumen. Rumusan di atas
merupakan upaya pembentuk peraturan untuk melindungi konsumen dari tindakan
sewenang-wenang para pelaku usaha. Undang-Undang Perlindungan Konsumen di
Indonesia

erangka Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan
dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan definisi tersebut, maka konseptualisasi
dalam penelitian in adalah sebagai berikut:
A.Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di
bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai
variasi barang dan atau jasa yang dapat dikonsumsi.
B.Globalisasi dan perdagangan bebas yang mendukung kemajuan teknolgi memperluas
ruang gerak transaksi barang dan jasa.
C.Kondisi dan fenoma itu menyebabkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen tidak
seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah.
Faktor utama kelemahan konsumen adalah rendahnya akan hak sebagai konsumen.
Oleh karena itu, UUPK menjadi landasan hukum yang kuat bagi konsumen.
Perlindungan hukum konsumen dapat dikatakan sebagai hukum yang mengatur tentang
pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhannya
sebagai konsumen. Perlindungan konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen,
hak dan kewajiban produsen, seta cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan
kewajiban itu. " Berkaitan dengan perlindungan konsumen, khususnya dengan
tanggung jawab produk, perlu dijelaskan beberapa istilah terlebih dahulu untuk
memperoleh kesatuan persepsi.
4

4
Sudikmo Metrukusumo, Teori Hukum (eidisi Revisi) Cahaya Alam atma pustaka, Yogyakarta 1999. Hlm87. Odtji
salam teori Hukum. Mengingat, Mengumpul, Dan Membuka Kembali Jakarta Raditama 2009. Hlm19.
E. METODE PENELITIAN

1.1 Pendekatan Masalah


Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normative. Menurut
Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan
adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder belaka dengan pendekatan yuridis empiris sebagai penunjang.

Pendekatan yuridis normatif adalah melihat masalah hukum sebagai kaidah teori-
teori dan perundang-rundangan yang diangggap sesuai dengan penelitian yuridis
normatif. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh
kejelasan dan pemahaman darin permasalahan dalam penelitian berdasarkan
realitas yang ada.

1.2 Sumber dan Jenis Data


Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan bahan hukum dasar
yang dalam(ilmu) penelitian digolongkan sebagai bahan hukum.
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitiaan ini adalah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen; Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang jaminan
produk halal; Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan.
Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum bersifat mengikat. Dalam penulisan
ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945.


2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (HIR/RBG)
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang. Perlindungan
5 . Undang-Undang Nomor I$ Tahun 2012 tentang Pangan
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk halal
7. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
pangan,
8. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor $18 Tahun 2001
tentang Pedoman Dan Tata Cara Pemeriksaan Dan Penetapan Pangan Halal
9. SK LPPOM MUI Nomor: SKIM/Dir/LPPOM MULIA tentang Revisi
Ketentuan Kelompok Produk Bersenifikat Halal MUI Berdasarkan
SKOS/Dir/LPPOM MULIVI3 5

b. Data Sekunder
Dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka dari studi kepustakaan (libary
research). Data ini diperoleh dengan cara mempelajari, membaca, mengutif
literatur-literatur atau praturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pokok permasalahan ini.

1.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan terhadap bahan
hukum. Teknik analisis data adalah dengan metode preskriptif melalui penelaahan
dan pendeskripsian aturan yang berlaku dan memberikan justifikasi terhadap objek
yang diteliti.
A. Prosedur pengumpulan data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau
interview berupa daftar pertanyaan yang bersifat terbuka. Di mana wawancara
ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan responder
yang akan diwawancara berkaitan dengan objek penelitian dengan wawancara
kepada responden yang memahami objek penelitian dan permasalahan yan.
dihadapi dalam yang bersifat substantif dalam penelitian. Penulis memaka
teknik purposive sampling dengan alasan kriteria sampel yang diperoleh
benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Responden dipilih sesuai
dengan lokasi penelitian yaitu di Kota Bandar lampung.

2. Data Sekunder
Melalui Studi Kepustakaan, dalam hal ini penulis melakukan serangkaiai
kegiatan dengan cara membaca dan mengutip serta mencatat dari berbaga
literatur, meliputi buku-buku, makalah, dokumen dan informasi lainnya ad
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

B. Prosedur Pengolahan Data


Data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahapan-tahapan :

55
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Kencana, Jakarta 2006, hlm35.
Abdulkhadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian hukum. PT Citra Aditya Bakti Bandung 2007. Hlm65.
1. Editing yaitu memeriksa dan mengoreksi kembali data yang berguna atau
tidak sehingga data yang telah terkumpul benar-benar bermanfaat untuk
menjawab permasalahan yang relevan dengan tujuan penelitian.

2. Klasifikasi Data yaitu penempatan data dan pengelompokan data ata


penggolongan data sesuai dengan pokok bahasan yang kan dibahas dalam
penelitian.

2. Penyusunan data yaitu data yang telah diperiksa dan telah diklasifikasikan
dan kemudia disusun secara sistematis sesuai urutanya sehingga
mempermudah pembasan, analisis dan interprestasi terhadap pokok
pembahasan pilihan.

F. Analisis Data
Dalam penulisan proposal ini, penulis meninjau semua data yang tersedia tentang
subjek penelitian dari berbagai sumber dan meninjau kembali semua data tersebut
sebelum membahas hasil penelitian dalam penulisan proposal ini. Kemudian akan
dilakukan tarik kesimpulan induktif, yang berarti berpikir dan menghasilkan
kesimpulan yang umum untuk menjawab masalah. Data kemudian dianalisis secara
kualitatif. Analisis kualitatif adalah jenis analisis yang ditemukan dalam laporan
penelitian kualitatif.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah dan memahami isi penelitian ini maka secara garis besarnya
dibedakan dalam bab berurutan yang saling berkaitn hubunganya.

BAB I. PENDAHULUAN.

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,


permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
konsepsional dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.

Bab ini berisi tentang teori-teori hukum perdata dan acara perdata sebagai pembuktian
pembahasan permasalahan yang akan dibahas yaitu terdiri dari pengertian dan dasar
hukum konsumen/pelaku usaha, pengertian dan dasar hukum produk halal
BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang dipakai untuk memperoleh dan mengolah
data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari pendekatan masalah,
sumber dan jenis data, prosedur pengmpulan dan pengolahan data serta analisis data.

BAB IV. TINJAUAN YURIDIS

Bab ini berisi tentang hasil jawaban permasalahan yang terdiri bagaimana teori
permasalahan yang sudah dibuat

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisi dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang merupakan alternatif dari
penyelesaian permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amin, Ma'ruf, 2011, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta, Elsas.

Ashsofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta.

Atho, Mudzhar H.M., 1998, "Membaca Gelombang Itihad ; Antara Tradisi dan
Liberasi", Yogyakarta, Titian Ilahi Press.

Djumhana, Muhammad, 1994, Hukum Ekonomi Sosial Indonesia, Bandung, PT.


Citra Aditya Bakti.

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Direktorat Urusan Agama Islam, 2011. Al-Quran Dan Terjemahnya, PT.

Adhi Aksara Abadi Indonesia, Jakarta.

H. Salim, Hs, Erlies Septiana Nurbani, 2016, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar
Grafika.
Marzuki, Peter Mahmud, 2006, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana.

Mertokusumo, Sudikno, 1999, Teori Hukum (Edisi Revisi), Yogyakarta, Cahaya


Atma Pustaka.

Miru, Ahmadi, 2008, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Jakarta, PTRaja
Grafindo Persada:
Muhammad, Abdulkadir, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, PT.Citra
Aditya Bakti.

-------, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Nasution, Az., 2014, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta,


Diadit Media.

Praditya, 2008. Penyelesaian Sengketa Konsumen, Garuda, Jakarta.

Prayogi, Engga, dan RN Superteam, 2011. 233 Tanya Jawab Seputar Hukum
Bisnis, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Rajagukguk, Erman, Dkk, 2003, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta,


Mandar Maju.

A. PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERATURAN LAINYA

Al-quran dan hadits.

Undang-Undang Dasar 1945Kitab Undang-Undang.

Hukum PerdataKitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (HIR/RBG).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pagan


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan.

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 519 Tahun 2001 tentang
Lembaga Pelaksana Pemeriksaan Pangan Halal.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 518 Tahun 2001 tentang
Pedoman Dan Tata Cara Pemeriksaan Dan Penetapan Pagan Halal.

SK LPPOM MUI Nomor: SK11/Dir/LPPOM MUI/II/14 tentang Revisi Ketentuan.

Kelompok Produk Bersertifikat Halal MUI berdasarkan SK08/Dir/LPPOM


MUI/II/13.

SK LPPOM MUI Nomor:


SK50/Dir/LPPOM MUI/XII/13 tentang Penetapan
Pedoman Pemenuhan Kriteria Sistem Jaminan Halal di Industri
Pengolahan (HAS 23101).

SK LPPOM MUI Nomor: SK13/Dir/LPPOM MUI/III/13 tentang Ketentuan


Sistem Jaminan Halal.

Anda mungkin juga menyukai