Konsumen
Konsumen
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Wiryadi (21211230)
FAKULTAS HUKUM
2023/2034
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan
1. Tujuan Penelitiaan.......................................................................................... 4
1. Pendekatan Masalah....................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makanan dan minuman adalah kebutuhan utama untuk keberlangsungan kehidupan, baik
berupa bahan mentah maupun siap saji (instan), telah beredarnya luas dipasaran.
Beredarnya produk makanan dan minuman ini memerlukan kontrol yang kuat dari
pemerintah maupun pihak terkait untuk memastikan bahwa produk makanan yang beredar
di pasaran memenuhi standart dan layak untuk dikonsumsi. Pengendalian ini berfungsi
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen terhadap produk yang dikonsumsi.
Banyak produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya.
Sementara itu, berbagai peraturan perundang-undangan yang memiliki keterkaitan dengan
pengaturan Produk Halal belum memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi
masyarakat muslim. saat ini banyak makanan dan minuman, beredar luas di pasaran .
Konsumen seringkali kurang mengetahui apakah produk yang digunakannya halal ataukah
haram. Tanda halal sering disalahgunakan oleh pelaku usaha untuk menarik minat
konsumen dalam membeli suatu produk, walaupun produk dimaksud belum pernah
diperiksa lembaga pemeriksa halal dan belum memiliki sertifikat halal sehingga konsumen
merasa dirugikan karena barang haram diberi tanda halal. Hal inilah yang perlu untuk
segera diatasi, salah satunya adalah dengan mengeluarkan Undang-undang No. 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Perlindungan ini menjadi dorongan bagi para produsen untuk mendistribusikan
makanan dan minuman yang seusuai dengan standar yang sangat perlu dipenuhi tingkat
keamananya. Hal ini karena produk yang distribusikan akan diserap oleh pasar konsumen
yang mayoritas islam diwajibkan mengkonsumsi makanan tertentu.
Misalkan umat Islam yang diwajibkan mengkonsumsi produk makanan yang halal
atau umat Hindu yang tidak dibolehkan memakan olahan dari daging sapi. Oleh sebab itu,
informasi tentang kandungan produk makanan serta informasi kehalalan produk menjadi
standar makanan yang halal sebelum didistribusikan ke kalangan masyarakat.
Dalam pendistribusian produk-produk tersebut produsen terlebih dahulu wajib memenuhi
hak-hak konsumen agar supaya setiap produk yang di edarkan tidak memiliki dampak
negative terhadap konsumen. Di dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
1
perlindungan konsumen pasal 4 telah menetapkan ada 9 (sembilan) hak konsumen yaitu
ssebagai berikut:2
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan
atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila
barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
Lainnya.
Dari hak konsumen yang diberikan di atas, hal yang paling mendasar ialah
masalah keamanan, keselamatan dan kenyamanan konsumen merupakan hal yang paling
utama dalam masalah perlindungan konsumen.
Mengingat kebutuhan konsumen yang sangat tidak terbatas dengan strata yang sangat
bervariasi sehingga menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan
pendistribusian produk barang atau jasa dengan cara yang tidak efektif.
11
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan produk Halal.
2
Jenis sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Citra Bakti Bandung, 2010, hlm.6 Undang Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
tertera pada pasal 4 yang berbunnyi “produk yang masuk beredar, dan diperdagangkan
diwilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.
Undang-Undang Nomor 33 Tahunn 2014 tentang jaminan produk halal adalah
sebagai landasan Hukum yang bertujuan memberikan perlindungan Hukum terhadap
konsumen muslim terhadap ketidakpastian berbagai produk, terutama makanan, dan
minuman yang tidak memiliki label halal.
Saat ini terdapat banyak para pelaku usaha yang menjual produk seperti makanan
yang tergolong haram untuk dikonsumsi umat muslim namun tidak memberitahukan halal
tau tidakya produk tersebut bahkan terdapat pelaku usaha yang mencantumkan label halal
pada kemasan produkya meskipun terdapat unsur haram pada produknya itu. Sebagai
contoh yaitu pada bulan Desember tahun 2023 tepatnya di Kota Bandar Lampung Provinsi
Lampung, Dinas Peternakan bersama Dinas Kesehatan, Satuan Polisi among Praja,
Kepolisian Kota Metro melakukan inspeksi mendadak terhadap ketiga pelaku usaha mie
pangsit yang telah dinyatakan dalam penjualan mie yang dilakukannya terbukti
mengandung unsur haram dalam mie yang dijualnya setelah melalui uji laboratorium yang
dilakukan oleh Dinas Peternakan Kota Bandar Lampung.
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal tau yang biasa disingkat dengan BPJPH telah
menetapkan bahwa setiap resto, rumah makan, kedai kopi dan sejenisnya hendaknya
mengajukan sertifikasi halal begitu juga keseluruhan menu yang dihidangkan harus diuji
kehalalannya. Penetapan tau pengesahan label halal oleh BPJPH terdapat dalam Pasal 37
Undang-Undang Jaminan Produk Halal.
Banyaknya produk yang tidak berlabel halal (Jl) sangatlah meresahkan masyarakat, karena
pencantuman label halal (Ja) meniadi tolak ukur masyarakat muslim untuk memakai,
menggunakan tau mengkonsumsi produk tersebut. Banyak produk makanan dalam neger
maupun luar neger yang beredar di Indonesia namun belum dicantumkannya label halal
tau tidaknya produk tersebut walaupun makanan tersebut memang haram dikonsumsi
masyarakat muslim di Indonesia.
Tujuan pemberian label pada barang dan jasa adalah agar masyarakat yang membeli
dan atau mengkonsumsi produk tersebut dapat memperoleh informasi yang benar dan jelas
tentang setiap produk makanan dan minuman yang di kemas, baik menyangkut asal,
kemasan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum
memutuskan akan membeli dan atau mengkonsumsi barang tersebut. Ketentuan ini berlaku
bagi produk yang telah melalui proses pengemasan akhir dan siap untuk diperdagangkan
(prepackaged), tetapi tidak berlaku bagi perdagangan makanan dan minuman yang di
bungkus di hadapan pembeli. Penggunaan label dalam kemasan selalu berkaitan dengan
aspek perdagangan.
Walaupun telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang jaminan
produk halal belum sepenuhnya memberikan perlindungan hukum bagi konsumen muslim
terhadap produk makanan dan minuman yang tidak berlabel halal. Karena karena Undang-
Undang ini belum efektif, contohnya masih banyak produk-produk makanan dan minuman
yang telah diedarkan kalangan masyarakat tidak memiliki label halal.
Pemenuhan Standar Kualitas dan Keamanan Sertifikasi halal bukan hanya tentang
aspek keagamaan, tetapi juga dapat menunjukkan pemenuhan standar kualitas dan
keamanan tertentu dalam proses produksi pangan. Oleh karena itu, bagi beberapa
konsumen, label halal menjadi indikator bahwa produk tersebut memenuhi standar tertentu.
Peran Pemerintah dan Regulasi Pemerintah memiliki peran dalam memastikan bahwa
konsumen dilindungi dari produk-produk yang tidak bersetifikat halal dengan menerapkan
regulasi yang ketat terkait sertifikasi dan labelisasi halal dalam peredaran makanan dan
minuman.
3
Krisyant, Celina Tri siswi, 2014 Hukum Perlindungan Konsumen. Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia
Nomor 518 Tahun 2001 Tentang Lembaga Pemeriksaan Pangan Halal
B. RUMUSAN MASALAH DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka permasalahan yang akan dibahas
antara lain:
Kegunaan penilitiaan ini dapat menjadi bentuk terhadap ilmu pengetahuan secara
umum, kemudian secara khusus dapat memberikan pandangan teoritis. Dan praktis
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu
hukum yang berguna dalam peningkatan kompetensi dan wawasasan teori
teori dibidang hukum khususnya perlindungan konsumen.
D. KERANGKA KONSEPSIONAL
1. Kerangka Teoritis
Teori adalah serangkaian proposisi tau keterangan yang saling berhubungan dan
tersusun dalam suatu sistem deduksi yang mengemukakan penjelasan atas suatu
gejala. Pada suatu penelitian, tori memiliki fungi sebagai pemberi arahan
kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk mengkaji suatu tori
permasalahan hukum yang lebih mendalam diperlukan teori-teori yang berupa
serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proporsi untuk menerangkan fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep." Tujuan
teori dalam penelitian in adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan
meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
2. Perlindungan hukum
Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu
tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana
perlindungan hukum.
Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami, sebagai
berikut:
A. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang
didasarkan pada kebebasan bertindak arena
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yangdidasarkan pada diskresi.
erangka Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan
dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan definisi tersebut, maka konseptualisasi
dalam penelitian in adalah sebagai berikut:
A.Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di
bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai
variasi barang dan atau jasa yang dapat dikonsumsi.
B.Globalisasi dan perdagangan bebas yang mendukung kemajuan teknolgi memperluas
ruang gerak transaksi barang dan jasa.
C.Kondisi dan fenoma itu menyebabkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen tidak
seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah.
Faktor utama kelemahan konsumen adalah rendahnya akan hak sebagai konsumen.
Oleh karena itu, UUPK menjadi landasan hukum yang kuat bagi konsumen.
Perlindungan hukum konsumen dapat dikatakan sebagai hukum yang mengatur tentang
pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhannya
sebagai konsumen. Perlindungan konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen,
hak dan kewajiban produsen, seta cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan
kewajiban itu. " Berkaitan dengan perlindungan konsumen, khususnya dengan
tanggung jawab produk, perlu dijelaskan beberapa istilah terlebih dahulu untuk
memperoleh kesatuan persepsi.
4
4
Sudikmo Metrukusumo, Teori Hukum (eidisi Revisi) Cahaya Alam atma pustaka, Yogyakarta 1999. Hlm87. Odtji
salam teori Hukum. Mengingat, Mengumpul, Dan Membuka Kembali Jakarta Raditama 2009. Hlm19.
E. METODE PENELITIAN
Pendekatan yuridis normatif adalah melihat masalah hukum sebagai kaidah teori-
teori dan perundang-rundangan yang diangggap sesuai dengan penelitian yuridis
normatif. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh
kejelasan dan pemahaman darin permasalahan dalam penelitian berdasarkan
realitas yang ada.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka dari studi kepustakaan (libary
research). Data ini diperoleh dengan cara mempelajari, membaca, mengutif
literatur-literatur atau praturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pokok permasalahan ini.
2. Data Sekunder
Melalui Studi Kepustakaan, dalam hal ini penulis melakukan serangkaiai
kegiatan dengan cara membaca dan mengutip serta mencatat dari berbaga
literatur, meliputi buku-buku, makalah, dokumen dan informasi lainnya ad
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.
55
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Kencana, Jakarta 2006, hlm35.
Abdulkhadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian hukum. PT Citra Aditya Bakti Bandung 2007. Hlm65.
1. Editing yaitu memeriksa dan mengoreksi kembali data yang berguna atau
tidak sehingga data yang telah terkumpul benar-benar bermanfaat untuk
menjawab permasalahan yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Penyusunan data yaitu data yang telah diperiksa dan telah diklasifikasikan
dan kemudia disusun secara sistematis sesuai urutanya sehingga
mempermudah pembasan, analisis dan interprestasi terhadap pokok
pembahasan pilihan.
F. Analisis Data
Dalam penulisan proposal ini, penulis meninjau semua data yang tersedia tentang
subjek penelitian dari berbagai sumber dan meninjau kembali semua data tersebut
sebelum membahas hasil penelitian dalam penulisan proposal ini. Kemudian akan
dilakukan tarik kesimpulan induktif, yang berarti berpikir dan menghasilkan
kesimpulan yang umum untuk menjawab masalah. Data kemudian dianalisis secara
kualitatif. Analisis kualitatif adalah jenis analisis yang ditemukan dalam laporan
penelitian kualitatif.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dan memahami isi penelitian ini maka secara garis besarnya
dibedakan dalam bab berurutan yang saling berkaitn hubunganya.
BAB I. PENDAHULUAN.
Bab ini berisi tentang teori-teori hukum perdata dan acara perdata sebagai pembuktian
pembahasan permasalahan yang akan dibahas yaitu terdiri dari pengertian dan dasar
hukum konsumen/pelaku usaha, pengertian dan dasar hukum produk halal
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang dipakai untuk memperoleh dan mengolah
data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari pendekatan masalah,
sumber dan jenis data, prosedur pengmpulan dan pengolahan data serta analisis data.
Bab ini berisi tentang hasil jawaban permasalahan yang terdiri bagaimana teori
permasalahan yang sudah dibuat
BAB V. PENUTUP
Bab ini berisi dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang merupakan alternatif dari
penyelesaian permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Amin, Ma'ruf, 2011, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta, Elsas.
Atho, Mudzhar H.M., 1998, "Membaca Gelombang Itihad ; Antara Tradisi dan
Liberasi", Yogyakarta, Titian Ilahi Press.
H. Salim, Hs, Erlies Septiana Nurbani, 2016, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar
Grafika.
Marzuki, Peter Mahmud, 2006, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana.
Miru, Ahmadi, 2008, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Jakarta, PTRaja
Grafindo Persada:
Muhammad, Abdulkadir, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, PT.Citra
Aditya Bakti.
-------, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.
Prayogi, Engga, dan RN Superteam, 2011. 233 Tanya Jawab Seputar Hukum
Bisnis, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 519 Tahun 2001 tentang
Lembaga Pelaksana Pemeriksaan Pangan Halal.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 518 Tahun 2001 tentang
Pedoman Dan Tata Cara Pemeriksaan Dan Penetapan Pagan Halal.