Anda di halaman 1dari 21

PAPER

FILSAFAT HUKUM

“TENTANG BIOGRAFI PLATO’’

Disusun Oleh:

Wiryadi (21211230)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITA BANDAR LAMPUNG

2023/2034
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................. i

A. PENDAHULUAN................................................................................................. ii
Biografi plato......................................................................................................... 4

B. PEMBAHASAN.................................................................................................... 12
A. Pendidikan Dan Pengaruh Plato...................................................................... 12
B. Perjalanan Ke Italia Dan Timur....................................................................... 13
C. Pendirian Akademi........................................................................................... 14
D. Teori Ide........................................................................................................... 15
E. Politik Ideal...................................................................................................... 15
F. Pandangan Plato Tentang Negara Hukum........................................................ 16

PENUTUP

C. KESIMPULAN...................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
Abstrak

Plato terlahir di Athena, Yunani sekitar tahun 429 SM dengan ayah yang bernama Ariston dan
ibunya bernama Perictione. Dalam catatan, Plato diketahui meninggal di usia 80 tahun, atau
tepatnya sekitar tahun 347 SM. Oleh orangtuanya, ia diberi nama sebagai Aristokles. Nama Plato
sendiri diberikan oleh gurunya karena perawakan yang tinggi, dengan wajah rupawan dan bahu
yang lebar. Semasa kecilnya, Plato mendapatkan banyak ilmu pengetahuan diantaranya tentang
pelajaran menggambar, musik serta puisi. Sementara di masa Plato terlahir di Athena, Yunani
sekitar tahun 429 SM dengan ayah yang bernama Ariston dan ibunya bernama Perictione. Dalam
catatan, Plato diketahui meninggal di usia 80 tahun, atau tepatnya sekitar tahun 347 SM. Oleh
orangtuanya, ia diberi nama sebagai Aristokles. Nama Plato sendiri diberikan oleh gurunya karena
perawakan yang tinggi, dengan wajah rupawan dan bahu yang lebar. Semasa kecilnya, Plato
mendapatkan banyak ilmu pengetahuan diantaranya tentang pelajaran menggambar, musik serta
puisi. Sementara di masa remaja, Plato dikenal sebagai pemuda yang ahir membuat sajak. Sebelum
ia menjadi seorang filsuf terkenal, Plato sempat menerima pendidikan dari para filsuf sebelumnya.
Pelajaran filsuf pertamanya didapat dari seseorang yang bernama Kratylos yang merupakan murid
Herakleitos. Ajaran filsuf Herakleitos yang diberikan pada Kratylos menjelaskan tentang segala
sesuatu akan berlalu ibarat seperti air. Sayangnya, ilmu tersebut sepertinya kurang begitu diminati
oleh Plato yang belakangan justru semakin penasaran tentang Sokrates. Plato pun berusaha untuk
terus mempelajari dan memahami filosofi Sokrates lebih jauh. Kemampuan Plato dalam
menyatukan unsur seni, filosofi, puisi dan ilmu, menjadikannya sebagai sosok yang begitu
istimewa karena sanggup mengikuti jejak Sokrates yang sanggup menggabungkan berbagai unsur
ini menjadi sebuah kesatuan. Dalam pemikirannya, Plato menolak adanya hukuman. Baginya,
hukuman adalah suatu bentuk kezaliman serta perilaku yang tak bertanggungjawab yang
ditunjukan kepada orang lain.

Inilah yang kemudian membuat Plato berpikir lebih baik menjadi korban kezaliman ketimbang
melakukan perbuatan zalim. Pasca meninggalnya Sokrates, Plato kemudian melakukan perjalanan
menuju ke Atena. Selama perjalanan 12 tahun itu, Plato tak sekedar menjalani langkah dengan apa
adanya. Ia menyempatkan diri untuk menulis dialog, buku dan terus memperdalam ilmu
matematikanya. Salah satu pemikiran Plato yang terkenal dan terus berkembang adalah tentang
idea. Ide diawali dari logika rasional, atau bisa diterima oleh akal sehat lalu berkembang menjadi
suatu pandangan hidup. Tak hanya menjadi sebuah pandangan hidup saja, bisa saja ide tersebut
semakin berkembang menjadi dasar ilmu yang lain, seperti ilmu politik, ilmu sosial ataupun ilmu
agama.

Kata Kunci: Biografi plato dan pemikiranya


BIOGRAFI PLATO

Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan


meninggal disana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun.
Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun
memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun
bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara.
Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi
kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang
diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama

plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar.

Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya
yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan
harmoni meliputi seluruh perawakannya. Dalam tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula
pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi
dunia yang lahir ini dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecilnya, selain dari
pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi.
Sebelumdewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersanjak. Sebagaimana biasanya
dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran
filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang
mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air.

Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di dalam kalbu aristocrat yang tertpengaruh oleh tradisi
keluarganya. Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates. Pelajaran itulah yang
memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi
murid sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam
segala karangann ya yang berbentuk dialog, bersoal jawab, sokrates kedudukannay sebagai
pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran plato tergambar keluar melalui mulut
sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari
pandangan gurunya, ia terus berbuat begitu. Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati
rakyat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang
meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang
tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi
dan ilmu., seni dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekalipun dapat dilukiskannya
dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya dapat menandinginya
dalam hal ini. Juga sesudahnya tak ada. Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya suatu
perbuatan zalim meminum racun besar sekali pengaruhnya atas pandangan hidup plato. Sokrates
dimatanya adalah seorang yang sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, orang yang tak pernah berbuat
salah. Hukumn yang ditimpakan itu dipandangnya sebagai suatu perbuatan zalim semata-mata,
yang dilakukan oleh orang yang moril tidak bertanggung-jawab. Ia sangat sedih dan menamakan
dirinya seorang anak yang kehilangan bapak. Ia sedih tetapi terpaku karena pendirian sokrates
yang menolak kesempatan yang diberikan untuk melarikan diri dari penjara, dengan
memperingatkan ajarannya “lebih baik menderita kezaliman dari berbuat zalim”. Tak lama sesudah
sokrates meninggal, plato pergi dari Atena. Itulah permulaan ia mengembara 12 tahun lamanya
dari tahun 399 S.M. mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya.
Beberapa lama ia disana tidak diketahui betul. Ada cerita yang mengatakan, bahwa ia disitu
mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup,
berdasarkan ajaran sokrates. Dari Megara ia pergi ke kyrena, dimana ia memperdalam
pengetahuannya ten tang matematik pada seorang guru ilmu itu yang bernama Theodoros. Disana
ia juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku-buku. Kemudian ia pergi ke Italia selatan dan
terus ke sirakusa dipulau sisiria, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran, yang bernama
Dionysios. Dionysios mengajak plato tinggal di istananya.

Ia merasa bangga kalau diantara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga dari dunia
Grik yang kesohor namanya. Disitu plato belajar kenal dengan ipar radja Dionysios yang masih
muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Diantara mereka berdua terdapat
kata sepakat, supaya plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya., agar supaya
tercapai suatu perbaikan social. Seolah-olah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang
pemerintah yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam di dalam kalbunya, bahwa kesengsaraan
di dunia tidak akan berakhir sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Tetapi
ajaran plato yang dititik-beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan, lambat-laun
menjemukan Dianysios. Pada tahun 367 S.M. setelah plato 20 tahun menetap dalam akademia,
diterimanya undangan dan desakan dari Dion untuk datang ke sirakusa. Dianysios yang jahat sudah
meninggal. Ia digantikan sebagai raja oleh anaknya dengan nama Dionysios II. Dion berharap
supaya plato dapat mendidik dan mengajarkan kepada raja yang masih muda itu “pandangan
filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat plato ”. tertarik oleh cita-citanya untuk
melaksanakan teori pemerintahannya di dalam praktik, plato berangkat ke sirakusa. Ia disambut
oleh raja dengan gembira. Tetapi bagi raja itu, filosofi tidak begitu menarik. Akhirnya intrige,
fitnah, dan hasutan merajalela dalam istana itu. akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang keluar
Sisilia. Segala ikhtiar plato untuk membelanya tidak berhasil. Dia sendiri dengan bersusah payah
baru dapat kembali ke Atena. Tetapi 6 tahun kemudian pada tahun 361 S.M. hati plato terpikat lagi
untuk datang ketiga kalinya ke sirakusa. Raja Dionysios II dengan sahabatnya Dion dan berusaha,
supaya dia boleh pulang kembali ke sirakusa. Tetapi maksudnya itu tidak berhasil. Dan harapannya
untuk mencoba sekali lagi melaksanakan cita-citanya ten tang pemerintahan yang baik dalam
praktik gagal sama sekali. Dengan kesabaran hati seorang filosof ia kembali ke Atena. Sejak itu ia
memusatkan perhatiannya pada Akademi9a sebagai guru dan pengarang. Seorang filosof menulis
ten tang dia szebai berikut : “plato pandai berbuat. Ia dapat belajar seperti solon dan mengajar
seperti sokrates. Ia pandai mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat memikat hati dan
perhatian sahabat-sahabat pada dirinya. Murid-muridnya begitu saying padanya seperti ia sayang
kepada mereka. Dia itu bagi mereka adalah sahabat, guru dan penuntun”. Tatkala seorang
muridnya merayakan pernikahannya, plato yang sudah berumur 80 tahun datang juga pada malam
perjamuan itu. ia turut riang dan gembira setelah agak larut malam, ia mengundurkan diri kepada
suatu sudut yang sepi dalam rumah itu. disana ia tertidur dan tidur untuk selama-lamanya dengan
tiada bangkit lagi. Esok harinya seluruh Atena mengantarkannya ke kubur. Plato tidak pernah
menikah dan tidak punya anak. Kemenakannya SPEUSIPPOS menggantikannya mengurus
Akademia.

Pemikiran yang dicetuskan PLATO : Intisari dari pada filosofi plato ialah pendapatnya tentang
idea. Itu adalah suatu ajaran yang sangat sulit memahamkannya. Salah satu sebab ialah bahwa
pahamnya ten tang idea selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika.
Kemudian meluas menjadi pandangan hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik social
dan mencakup pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang
lahir, dimana berlaku pandangan Herakleitos, dan alam pengertian yang abstrak dimana berlaku
pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya kiraan. Sebab kalau
semuanya mengalir dengan tidak berhenti-hentinya, tiap barang bagi tiap orang pada setiap waktu
hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya. Maka manusia menjadi ukuran dari segalanya,
seperti dikatakan oleh protagoras. Tetapi pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap adanya,
yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak.
Ia timbul semata-mata karena kecerdasan berfikir. Pengertian yang dicari engan pikiran ialah idea.
Idea pada hakikatnay sudah ada, tinggal mencarinya saja. Pokok tinjauan filosofi plato ialah
mencari pengetahuan ten tang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang
mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran
tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi
ukuran bagi plato. Pengertian yang mengandung didalamnya pengetahuan dan budi, yang
dicarinya bersama-sama dengan sokrates, pada hakekat dan asalnya berlainan sama sekali dari
pemandangan. Sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk
menuju pengertian. Ia diperoleh atas usaha akal sendiri. Idea menurut paham plato tidak saja
pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu
pikiran, melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak
berubah-ubah. Tetapi yang baru dalam ajaran plato ialah pendapatnya ten tang suatu dunia yang
tidak bertubuh. Filosofi grik sebelumnya dia tidak mengenal gambaran dunia dunia semacam itu.
juga adanya dalam pikiran Parmenides, yang mengisi yang sepenuh-penuhnya, sehingga di sebelah
adanya tidak ada lagi tempat yang kosong, masih merupakan sesuatu yang bertubuh.

Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman.
Dalam semua itu semuanya bergerak dan berubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan kekal. Dari
pandangan dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian. Berhadapan
engan itu terdapat dunia yang tidak

bertubuh dari pada idea, yang lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi obyek dari pengetahuan
pengertian apabila pengertian yang dituju itu memperoleh bentuknya yang tepat, ia tidak berubah-
ubah lagi dan bertempat didalam dunia idea. Idea itulah yang melahirkan pengetahuan yang
sebenarnya. Pada gambaran plato tentang dunia yang dua itu terdapat tingkat yang mempertalikan
buah pikiran filosofi yang lama. Ajaran herakleitos ten tang semuanya mengalir dimana tak ada
yang tak tetap dapat ditampung dalam dunia plato yang bertubuh. Dunia yang kelihatan berisikan
badan-badan yang bertubuh. Dunia yang kelihatan berisikan badan-badan yang bertubuh, yang
menjadi obyek pemandangan dan pengalaman yang berjenis rupa dan berubah senantiasa
disebutnyadunia herakleitos yang selalu dalm kejadian. Disitu didapati terus-meneris timbul dan
hilang dengan tidak ada yang tetap. Pikiran parmeides yang bersendi pada adanya satu dan tetap
yang meniadakan yang kelihatan banyak dan berubah-ubah dapat ditempatkan dalam dunia plato
yang tidak bertubuh, dunia idea. Dalam konsepsi plato dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak
bertubuh terpisah sama sekali. Ini kelanjutan daripada pendapatnya ten tang perbedaan antara
pikiran dan pandangan. Pengetahuan dengan pengertian hanya mengenal dunia yang ada dan tidak
menjadi. Pandangan dan pengalaman mengenal dunia yang selalu menjadi. Tetapi dunia yang
bertubuh tidaklah semata-mata berdiri sendiri. Ada hubungannya dimana-mana dengan dunia yang
tidak bertubuh, dunia idea, yang memberikan makna dan tujuan kepada dunia yang lahir.

Menurur plato pengertian yang sebanyak itu menunjukkan banyaknya jenis idea. Terhadap tiga
pengertian yang bersangkutan dengan barang, sifat, hubungan, ada idea yang bertepatan. Tetapi
seluruh dunia idea itu merupakan satu kesatuan yang didalamnya terdapat pertingkatan derajat.
Idea yang tertinggi ialah idea kebaikan, sebagai Tuhan yang membentuk dunia. Plato
menyamakannya dengan matahari yang menyinari semuanya. Idea kebaikan tidak saja sebab
timblnya tujuan pengetahuan dalam dunia yang lahir, tetapi juga sebab tumbuh dan kembang
segala-galanya. Idea kebaikan dalah pokok. Karena dunia idea tersusun menurut sistem teleology
“suatu susunan yang teratur tepat menurut tujuan yang sudah tertentu. Karena sinar yang
memancar dari idea kebaikan, semuanya tertarik padanya dank arena itu ia jadi sebab tujuan dari
segala-galanya. Dalam dunia yang asal ia sebab dari adanya daripengetahuan. Tetapi sebab itu
pada hakekatnya tidak lain dari pada tujuan”. Dalam sistem hirarki itu dibawah idea kebaikan
berada jiwa dunia yang tidak bertubuh masukke dunia dan menggerakkannya. Kemudian idea
keindahan yang rapat sekali hubungannya dengan idea yang tertinggi. Ia adalah suatu bentuk yang
terutama daripada bayangan yang baik dalam dunia yang nyata. Cahaya dari yang indah itulah
yang menjadikan jiwa tajub dan rindu hendak kembali ke dunia yang asal. Yang indah menjadi
penghubung yang bekerja kuat antara dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang lahir. Jiwa yang
indah yang menjelma dalam perbuatan menyelenggarakan adab, seni, dan ilmu, pendidikan dan
usaha politik, akhirnya naik ke atas dalam bentuk indah dan murni, ketempat asalnya dalam dunia
yang tidak bertubuh. Demikianlah seterusnya tersusun idea berturut-turut dalam urutan yang
diliputi oleh kesatuan. Dalam ajaran plato tentang idea ada satu kosepsi yang ganjil rupanya, tetapi
tetap duduknya, jika ditinjau dari caranya berpikir. Antara dunia yang bertubuh dan dunia yang
tidak bertubuh dibentangkannya suatu daerah perpisahan yang netral. Daerah itu ialah daerah
lukisan matematik : angka-angka dan bangunan ilmu ukur. Lukisan itu berbeda dengab dunia yang
berubah-ubah dan sementara karena ia berlaku tetap untuk selama-lamanya. Sifatnya sama dengan
idea. Ia berbeda dengan idea, karena bangunannya itu dapat dilihat dan berulang-ulang dilukiskan.
Dalam hal ini ia serupa dengan barang-barang yang bertubuh. Lukisan matematik itu ada
maknanya. Plato menggambarkan dengan itu suatu cara, bagaimana jiwa naik ke atas, dari dnia
yang lahir kelihatan ke dunia idea. Yang tinggi-tinggi tidak dapat dicapai sekaligus dengan sekali
lompat. Matematik adalah alat yang baik untuk meningkat berangsur-angsr dengan urutan yang
tepat. Bimbingannya menuju dunia idea begitu baik menurut plato, sehingga diatas pintu masuk
ke Akademia disuruhnya rekamkan kalimat : “orang yang tidak tahu matematik jangan masuk
disini”.

Etik Plato : Pendapat plato seterusnya tentang etik bersendi ada ajarannya tentang idea. Dualisme
dunia dalam teori pengetahuan diteruskannya ke dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan
seorang bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan pula oleh pendapat itu.
dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektik timbul budi yang lebih tinggi
daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Jadinya, menurut plato ada 2 macam
budi. Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua, budi biasa
yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan,
melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari. Negara Ideal :
Pandangan plato tentang negara dan luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang
kebelakang dari pada kemuka. Negara Grik di masa itu ialah kota. Jumlah penduduknya tidak lebih
daripada dua atau tiga ribu jiwa. Penduduk kota ialah orang-orang merdeka, yang mempunyai
milik tanah terletak diluar kota yang dikerjakan oleh budak-budaknya. Diantara mereka terdapat
saudagar, tukang, pandai seni dan pejabat negara. Menurut kebiasaan di waktu itu pekerjaan yang
kasar dikerjakan oleh budak belian. Mereka itu tidak dianggap sebagai penduduk sebab tidak
merdeka. Plato berpemdapat bahwa dalam tiap-tiap negara segala golongan dan segala orang-
orang seorang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semua itulah
yang menjadi tujuan yang sebenarnya. Dan itu pulalah yang menentukan nilai pembagian
pekerjaan. Dalam negara yang ideal itu glongan pengusaha menghasilkan, tetapi tidak memerintah.
Golongan penjaga melindungi, tetapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai, diberi makan
dan dilindungi, dan mereka memerintah. Ketiga macam budi yang dimiliki oleh masing-
masinggolongan, yaitu bijaksana, berani dan menguasai diri dapat menyelenggarakan dengan
kerjasama budi keempat bagi masyarakat, yaitu keadilan. Sumbangan bagi Perkembangan Logika
: Pertama, karangan-karangan yang ditulisnya dalam masa mudanya yaitu waktu sokrates masih
hidup sampai tak lama sesudah ia meninggal. Buku-buku yang di tulisnya pada masa itu adalah
Apologie, Kriton, Ion, Protagoras, Laches, Politeia Buku I, Lysis, Charmides dan Euthyphron.
Dalam seluruh dialog itu plato berpegang pada pendirian gurunya sokrates. Dalam buku-buku itu
tidak terdapat buah pikiran plato yang timbul kemudian yang menjadi corak filosofinya., yaitu
ajaran tentang idea. Cita-cita yang dikemukakan dalam tulisannya di masa itu ialah pembentukan
pengertian dalam daerah etik. Kedua, buah tangan yang ditulisnya dalm masa yang terkenal
sebagai “masa peralihan”. Masa itu disebut juga masa Megara, yaitu waktu plato tinggal sementar
disitu. Dialog-dialog yang diduga ditulisnya dalam masa itu ialah Gorgias, Kratylos, Menon,
Hippias dan beberapa lainnya. Perkembangan pikiran plato keluar garis sokrates. Pada vajaran
sokrates, yang mencari pengertian disambungkan pendapat filosofi sebelumnya terutama pendirian
orfisisme dan Pythagoras. Dalam beberapa dialog tergambar pendapat plato ten tang hidup
sebelum lahir ke dunia dan tentang jiwa yang hidup selama-lamanya. Disini terdapat permulaan
pikirannya ke jurusan idea, yang kemudian menjadi pusat pandangan filosofinya. Ketiga, buah
tangan yang disiapkannya di masa matangnya. Tulisannya yang terkenal dari waktu itu dan
kesohor sepanjang masa ialah Phaidros, Symposion, Phaidon dan Politeia Buku II-X. ajaran
tentang idea menjadi pokok pikiran plato dan menjadi dasar bagi teori pengetahuan, metafisika,
fisika, psikologi, etik, politik, dan estetika. Terutama dalam Phaidros menjadi perkembangan
pikiran yang terang. Berdasarkan pandangan agama yang terpengaruh oleh ajaran orfisme dan
phytagoras, ia menggambarkan sifat dan nasib jiwa manusia. Dalam bukunya politea (republik)
yang diciptakannya dari masa ke masa tergambar perkembangan filosofinya dari mencari
penetapan ten tang pengertian sampai pad memahamkan keadaan dalam dunia yang lahir dari
jurusan idea yang kekal. Keempat, buah tangan yang ditulis pada hari tuanay. Dialog-dialog yang
dikarangnya pada masa itu sering disebut Theaitetos, Parmenides, Sophistos, Politicos, Philibos,
Timaios, Kritias, dan Nomoi. Tetapi ada ahli-ahli yang menyaksikan keaslian dari beberapa dialog
itu. apakah dialog no.2,3,4 dan 5 dalam urutan ini benar-benar ditulis oleh plato?. Mungkin dialog-
dialog itu dikarang oleh murid-muridnya berdasarkan uraian dan pelajaran yang diberikannya. Ada
suatu perubahan yang nyata dalam uraiannya pada masa itu. idea, yang biasanya meliputi
seluruhnya, terletak sedikit kebelakang. Kedudukan logika lebih terkemuka. Perhatian kepada
keadaan yang lahir dan kejadian dalam sejarah bertambah besar. Untuk memahamkan isi Timaios
seluruhnya orang harus mempunyai pengetahuan lebih dahulu ten tang ilmu-ilmu special, terutama
ilmu alam dan ilmu kesehatan. Dengan uraian yang terbentang dalam dialog itu plato membawa
pembacanya ke daerah kosmologi dan filosofi alam. Dialog itu menunjukkan bahwa plato bukan
saja seorang filosof yang menguasai seluruh filosofi Grik sebelumnya, tetapi juga mempelajari
berbagai ilmu special yang diketahui pada masanya. Dalam pikirannya semua itu tersusun kea rah
satu tujuan.. Timaios boleh dikatakan suatu ajaran teologi tentang lahirnya dunia dan pemerintahan
dunia. Paham plato ten tang pembentukan dunia ini berdasar pada pendapat Empedokles, bahwa
ala mini tersusun dari empat anasir yang asal, yaitu api, udara, air, dan tanah. Tetapi ten tang proses
pembangunan seterusnya berlanan pendapatnya. Menurut platop Tuhan sebagai pembangun alam
menyusur anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan. Kedalam bentuk
yang satu itu Tuhan memasaukjkan jiwa dunia yang akan menguasai dunia ini. Oleh karena itu
pembangunan dunia sekaligus menentukan sikap hidup manusia dalam dunia ini.
B. PEMBAHASAN

Plato lahir dari keluarga bangsawan di Athena. Ayahnya, Ariston, adalah keturunan dari
Codrus, raja legendaris Athena, sementara ibunya, Perictione, berasal dari keluarga
Solon, salah satu penguasa terkenal di Athena. Dalam usia muda, Plato bercita-cita
untuk menjadi seorang politisi, namun ia akhirnya memilih untuk mengabdikan
hidupnya untuk filsafat setelah bertemu dengan Socrates.

A. Pendidikan dan Pengaruh Socrates


Ketika Plato berusia dua puluh tahun, ia memiliki kehormatan untuk bertemu dengan
sosok yang sangat penting dalam hidupnya, yaitu Socrates. Socrates bukan hanya sosok
yang terkenal pada masanya, tetapi juga seorang filsuf yang sangat dihormati dan
diakui oleh banyak orang. Pertemuan ini menjadi titik balik dalam kehidupan Plato,
karena dari sinilah ia memulai perjalanan intelektualnya yang luar biasa. Socrates
dengan rendah hati menerima Plato sebagai muridnya dan menjadi guru serta mentor
baginya. Ia melihat potensi besar dalam diri Plato dan berusaha untuk mengembangkan
bakat serta pemikirannya. Socrates membimbing Plato dengan penuh kesabaran,
mengajarkannya tentang pentingnya mempertanyakan segala hal, bahkan hal-hal yang
dianggap sebagai kebenaran yang sudah mapan. Dalam dialog dan diskusi filosofis
yang intens antara Socrates dan Plato, mereka berbicara tentang berbagai topik, mulai
dari politik, etika, hingga kehidupan dan kematian. Socrates mengajak Plato untuk
berpikir secara kritis, merenungkan argumen-argumen yang diajukan, dan mencari
kebenaran yang mendasarinya. Pengalaman ini sangatlah berharga bagi Plato. Ia
menjadi semakin terpesona dengan kecerdasan dan kepintaran Socrates dalam
mengajukan pertanyaan yang tajam dan memprovokasi. Plato belajar bahwa tidak ada
satu pun jawaban yang pasti atau kebenaran yang mutlak, tetapi bahwa kebenaran itu
sendiri terletak dalam proses berpikir dan penjelajahan yang tak berujung. Ia juga
menyadari bahwa tidak ada satu pun manusia yang memiliki pemahaman sempurna
tentang dunia ini, dan inilah yang mendorongnya untuk terus belajar dan berkembang.
Berkat pengaruh Socrates, Plato mengembangkan pemikiran yang menjadi fondasi
Platonisme. Platonisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa ide-ide
konsep abstrak adalah hal yang paling mendasar dalam realitas ini, sedangkan dunia
nyata hanyalah bayangan dari ide-ide tersebut. Plato meyakini bahwa manusia harus
mencari pengetahuan dan kebijaksanaan melalui refleksi dan introspeksi, serta dengan
mempertanyakan segala hal yang ada di sekitar kita. Pertemuan antara Plato dan
Socrates tidak hanya memberikan pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran
Plato, tetapi juga dalam sejarah filsafat secara keseluruhan. Keduanya menjadi tokoh
yang sangat berpengaruh dalam dunia filsafat, dan pemikiran mereka yang mendalam
masih terus dipelajari dan diperdebatkan hingga saat ini. Kisah ini mengingatkan kita
akan pentingnya hubungan guru dan murid dalam proses pembelajaran. Plato adalah
contoh nyata bagaimana seorang mentor yang baik dapat menginspirasi dan
membimbing seseorang untuk mencapai potensi terbaiknya. Kita semua dapat belajar
dari pengalaman Plato dan Socrates, bahwa mencari kebenaran dan terus belajar adalah
perjalanan seumur hidup yang tak pernah berakhir.

B. Perjalanan ke Italia dan Timur Jauh

Setelah kematian Socrates pada tahun 399 SM, Plato merasa terancam oleh
pemerintahan Athena yang tidak menyukai pengaruh Socrates. Ia merasa perlu
melarikan diri dari kota untuk menjaga dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan
penindasan yang sama dari pemerintah Athena. Oleh karena itu, dengan hati berat,
Plato memutuskan untuk meninggalkan Athena dan melakukan perjalanan jauh ke
Italia dan Timur Jauh. Perjalanan Plato dimulai dari Italia, di mana ia bertemu dengan
para filsuf terkemuka pada masanya. Dia belajar tentang berbagai aliran pemikiran,
filosofi, dan kebudayaan yang bermekaran di sana. Perjumpaannya dengan orang-
orang bijak ini membuka mata Plato terhadap keragaman pengetahuan dan pemikiran
yang ada di dunia. Namun, Plato tidak berhenti hanya di Italia. Ia melanjutkan
perjalanannya ke Timur Jauh, khususnya India. Di India, Plato berinteraksi dengan para
filsuf dan brahmana, orang-orang yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang
kehidupan, spiritualitas, dan filsafat. Mereka berbagi pengetahuan dan wawasan yang
berharga kepada Plato, yang memperluas pemahamannya tentang manusia dan alam
semesta. Selama beberapa tahun di India, Plato menjadi saksi langsung dari praktik
spiritual dan kehidupan sehari-hari masyarakat India kuno. Ia belajar tentang yoga,
meditasi, dan konsep-konsep filosofis yang menghubungkan pikiran dan jiwa. Semua
ini sangat mempengaruhi pemikiran Plato tentang manusia dan bagaimana kita bisa
mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan. Setelah meninggalkan
India, Plato juga dikatakan mengunjungi Mesir. Di sana, ia mempelajari kebijaksanaan
kuno Mesir dan mendalami pengetahuan tentang matematika, astronomi, dan ilmu pasti
lainnya. Semua pengalaman ini tidak hanya membuka pikiran Plato, tetapi juga
memperkaya pengetahuannya tentang dunia dan pengetahuan. Ketika Plato kembali ke
Athena setelah perjalanan panjangnya, ia membawa pulang gagasan-gagasan baru dan
wawasan yang mendalam tentang kehidupan. Pengalaman ini mempengaruhi
pemikiran Plato dan mendorongnya untuk mengembangkan teori-teori filosofis yang
revolusioner, seperti ide-ide tentang bentuk-bentuk ideal dan alam ide yang abadi.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh petualangan ini, Plato telah menjadi bukti
nyata bahwa melampaui batas-batas yang dikenal dan berinteraksi dengan berbagai
budaya dan pemikiran dapat memperkaya kehidupan kita. Ia telah memberikan
kontribusi besar bagi dunia filsafat dengan pemikiran-pemikirannya yang berani dan
inovatif, yang tak lekang oleh waktu.
C. Pendirian Akademi

Setelah Plato kembali ke Athena setelah perjalanannya yang panjang, ia merasa


terinspirasi untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang akan menjadi tempat
bagi para pemikir dan peneliti untuk mengembangkan pemikiran filosofis mereka.
Dengan semangat ini, ia mendirikan Akademi, sebuah sekolah filsafat yang terkenal di
kota tersebut. Akademi Plato segera menjadi tempat yang sangat terkenal dan dicari
oleh banyak mahasiswa dari seluruh Yunani. Para siswa yang datang ke Akademi
datang dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan mereka tentang berbagai topik
yang luas. Mereka belajar tentang politik, matematika, dan metafisika, antara lain. Plato
adalah seorang guru yang sangat berbakat dan berpengetahuan luas. Ia menggunakan
metode pengajaran yang unik dan inovatif untuk membantu siswanya memahami topik
yang rumit. Ia mendorong siswanya untuk berpikir kritis dan melihat masalah dari
berbagai sudut pandang. Plato juga sering mengadakan diskusi dan debat yang
membangun di kelasnya, memberikan siswa kesempatan untuk berbagi pendapat
mereka dan mencari pemahaman yang lebih mendalam. Salah satu siswa paling
terkenal Plato di Akademi adalah Aristoteles. Aristoteles adalah seorang pemikir yang
brilian dan memiliki bakat alami dalam pemikiran logis. Di bawah bimbingan Plato,
Aristoteles mengembangkan pemikirannya sendiri dan menjadi salah satu tokoh besar
dalam sejarah pemikiran Barat. Selama bertahun-tahun, Akademi Plato terus
berkembang dan menjadi pusat kegiatan intelektual yang sangat penting di Athena.
Banyak filsuf terkenal dan pemikir besar lainnya datang dan belajar di Akademi.
Mereka memperdalam pengetahuan mereka tentang filsafat, sains, dan seni, dan
membantu memperluas pemahaman manusia tentang dunia. Selain menjadi pusat
pembelajaran, Akademi juga menjadi tempat berkumpulnya berbagai sarjana dan
peneliti. Mereka melakukan eksperimen dan penelitian yang mendalam untuk
memperluas pengetahuan kita tentang alam semesta dan manusia. Banyak penemuan
penting dibuat di Akademi yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan
ilmu pengetahuan di masa depan. Akademi Plato tidak hanya menghasilkan para
pemikir besar dan peneliti yang mengubah dunia, tetapi juga menjadi simbol penting
dari pendidikan dan intelektualisme. Hingga hari ini, nama Akademi Plato tetap
terkenal dan dihormati di dunia akademik. Dengan mendirikan Akademi, Plato telah
menciptakan titan intelektual yang terus menginspirasi generasi setelahnya. Pendidikan
dan penelitian yang dilakukan di sini telah membantu membuka jalan bagi kemajuan
ilmiah dan pemikiran baru. Jasa Plato dalam mendirikan Akademi tidak bisa diragukan
lagi, dan warisannya akan terus ada dan mengilhami kita semua untuk terus mencari
pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam.
D. Teori Ide

Salah satu konsep terpenting yang dipopulerkan oleh Plato adalah Teori Ide. Plato,
seorang filsuf besar dari Yunani kuno, meyakini bahwa dunia yang kita lihat di sekitar
kita hanya merupakan bayangan atau salinan dari Ide yang sempurna. Bagi Plato, Ide-
ide ini ada dalam dunia yang lebih tinggi dan konstan, menjadi dasar bagi realitas yang
kita alami. Plato mengemukakan bahwa manusia harus mencari pengetahuan tentang
Ide-ide ini melalui refleksi dan pemikiran filosofis. Menurutnya, dunia yang kita lihat
dengan pancaindera hanya merupakan representasi yang tidak sempurna dari dunia ide.
Dia percaya bahwa dunia fisik yang kita alami hanyalah bayangan dari Ide yang
sempurna. Contohnya, ketika kita melihat sebuah meja di dunia nyata, itu hanya
merupakan bayangan dari Ide meja yang sempurna. Meja yang kita lihat di dunia fisik
dapat berbeda dalam bentuk, ukuran, dan materi, tetapi Ide meja yang sempurna tetap
ada dalam dunia ide. Plato mengajarkan bahwa melalui refleksi dan pemikiran filosofis,
manusia dapat mencapai pengetahuan tentang Ide yang sempurna ini. Dia percaya
bahwa jiwa manusia adalah bagian dari dunia ide, dan dengan menggunakan akal budi,
manusia dapat memahami keberadaan Ide yang sempurna. Dalam pandangan Plato,
pengetahuan tentang Ide-ide ini sangat penting dalam mencapai kebijaksanaan dan
kebahagiaan sejati. Dia berpendapat bahwa manusia yang hanya mengandalkan indra
dan pengalaman dunia fisik akan terjebak dalam ketidaktahuan dan kesalahan. Hanya
dengan memahami Ide-ide yang sempurna, manusia dapat mencapai pemahaman yang
lebih mendalam tentang realitas dan menghindari kesalahan. Namun, tidak semua
orang setuju dengan pandangan Plato tentang Teori Ide. Kritikus berpendapat bahwa
Ide adalah konsep abstrak yang sulit dipahami dan sulit untuk diterapkan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka juga berpendapat bahwa fokus terlalu banyak pada
dunia ide dapat mengabaikan pentingnya pengalaman nyata dalam pemahaman realitas.
Meskipun demikian, Teori Ide Plato tetap menjadi salah satu konsep filosofis yang
paling berpengaruh dalam sejarah. Konsep ini telah mempengaruhi pemikiran dan
filosofi banyak orang, dan masih menjadi topik diskusi yang relevan hingga saat ini.

E. Politik Ideal

Plato, seorang filsuf besar dalam sejarah pemikiran manusia, juga menunjukkan
pandangan yang kuat tentang politik. Baginya, negara ideal adalah negara yang
dipimpin oleh seorang filosof-raja yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang
Ide yang sempurna. Konsep ini tertuang dalam karyanya yang terkenal, “Republik”, di
mana Plato menggambarkan secara rinci bagaimana struktur ideal dari sebuah negara.
Dalam “Republik”, Plato menjelaskan bahwa filosof-raja adalah individu yang bukan
hanya memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang kebenaran dan keadilan,
tetapi juga mampu memahami dunia yang lebih tinggi dan realitas yang abstrak.
Mereka adalah para pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan dan mampu
mengambil keputusan yang adil dan bijaksana untuk kebaikan semua warga negara.
Plato percaya bahwa pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh filosof-raja
tentang Ide yang sempurna sangat penting dalam mengelola negara. Mereka akan
mampu melihat melampaui kepentingan individu atau kelompok tertentu dan
mengupayakan kepentingan yang lebih besar. Dengan memahami konsep kebenaran
dan keadilan yang mendasar, filosof-raja akan bertindak dengan bijaksana dan adil
dalam membuat kebijakan-kebijakan yang akan mempengaruhi kehidupan seluruh
warga negara. Namun, Plato juga menyadari bahwa filosof-raja tidak akan lahir begitu
saja. Untuk mencapai tingkat pemahaman yang mendalam tentang Ide yang sempurna,
individu harus menjalani pendidikan khusus yang melibatkan studi filsafat dan
pemerolehan pengetahuan yang luas. Plato mengusulkan sistem pendidikan yang ketat
dan selektif untuk menciptakan filosof-raja yang berkualitas. Selain itu, Plato juga
menekankan pentingnya pembagian kerja yang tepat dalam masyarakat. Ia berpendapat
bahwa setiap individu memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda, dan masyarakat
harus memungkinkan setiap orang untuk mengembangkan potensi mereka sesuai
dengan bakatnya. Plato mengusulkan sistem kasta, di mana individu ditempatkan
dalam kelompok sosial yang sesuai dengan kemampuan dan kecakapan mereka. Dalam
sistem ini, semua orang akan memiliki peran yang jelas dan berguna dalam masyarakat.
Konsep Plato tentang negara ideal dan filosof-raja ini telah menjadi sumber inspirasi
bagi banyak pemikir politik dan filsafat di masa depan. Meskipun beberapa konsepnya
mungkin terdengar idealis atau sulit diterapkan dalam praktiknya, tetapi pandangannya
tentang pentingnya pemahaman dan kebijaksanaan dalam kepemimpinan tetap relevan
hingga saat ini. Bagi Plato, negara ideal adalah negara yang dipimpin oleh pemimpin
yang bijaksana, yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kebenaran dan
keadilan

F. Pandangan Plato Tentang Negara Hukum

Salah satu pemikiran Plato yang sangat fenomenal yakni ajaran tentang ide-ide.
Ajaran tentang ide-ide ini merupakan inti dasar seluruh filsafat Plato. Namun, arti
ide yang dimaksud oleh Plato berbeda dengan pengertian orang-orang modern
sekarang, yang hanya mengartikan bahwa kata ide adalah suatu gagasan atau
tanggapan yang hanya terdapat dalam pemikiran. Dengan demikian, orang-orang
akan menganggap bahwa ide merupakan sesuatu yang bersifat subjektif belaka.
Plato mengartikan kata ide sebagai sesuatu yang objektif. Menurut Plato, ada ide-
ide yang terlepas dari subjek yang berpikir. Plato juga mengatakan bahwa semua
yang ada di entitas ini ada di alam ide tersebut. Alam tersebut dianalogikan seperti
cetakan kue dan kue-kuenya adalah entitas-entitas ini. Menurut Plato, ide-ide tidak
bergantung pada pemikiran; sebaliknya, pemikiran bergantung pada ide-ide. Justru
karena ada ide-ide yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran
itu tidak lain adalah menaruh perhatian kepada ide-ide itu.

1. Adanya Ide-ide
Munculnya pemikiran Plato tentang ide-ide terinspirasi dari gurunya, yakni
Socrates. Dalam hal ini, Socrates dikisahkan bahwa ia berusaha mencari definisi-
definisi. Ia tidak puas dengan menyebut satu per satu perbuatan-perbuatan yang adil
atau tindakan-tindakan yang berani. Ia ingin menyatakan perihal keadilan atau
keberanian itu sendiri, atau bisa dikatakan bahwa Socrates mencoba mencari
hakikat atau esensi keadilan dan keutamaan-keutamaan lain tersebut. Karena
pemikiran gurunya inilah, Plato kemudian meneruskan usaha gurunya tersebut
lebih jauh lagi. Menurut dia, esensi mempunyai realitas, terlepas dari segala
perbuatan konkret. Ide keadilan, ide keberanian, dan ide-ide lain itu ada. Adapun
asal-usul yang lain dari ajaran Plato tentang ide-ide ialah berkaitan dengan ilmu
pasti. Sebagaimana kita ketahui, bahwa ilmu pasti sangat diutamakan dalam
akademi Plato, dan di bidang ini Plato terpengaruh oleh kaum Pythagorean.
Menurut Plato, ilmu pasti berbicara tentang segitiga, namun segitiga yang
dimaksud itu bukan segitiga yang konkret, melainkan segitiga yang ideal, maka
Plato menarik kesimpulan bahwa segitiga itu memiliki realitas juga, biarpun tidak
dapat ditangkap oleh indra. Tidak mungkin bahwa ilmu pasti membahas sesuatu
yang tidak ada. Jadi, mesti terdapat suatu ide “segitiga”

2. Ajaran Tentang Jiwa


Plato menganggap jiwa sebagai pusat atau intisari kepribadian manusia. Dalam
anggapannya tentang jiwa, Plato tidak saja dipengaruhi oleh Socrates, tetapi juga
oleh Orfisme dan Mazhab Pythagorean. Dengan mempergunakan semua unsur itu,
Plato menciptakan suatu ajaran tentanng jiwa yang berhubungan erat dengan
pendiriannya mengenai ide-ide.

3. Bagian Bagian Jiwa


Jiwa terdiri dari tiga bagian. Kata “bagian” ini harus dipahami sebagai “fungsi”
sebab Plato sama sekali tidak memaksudkan bahwa jiwa mempunyai keluasan yang
dapat dibagi-bagi. Pendirian Plato tentang tiga fungsi jiwa tentu merupakan
kemajuan besar dalam pandangan filsafat tentang manusia. Bagian pertama ialah
bagian rasional (to logistikon). Bagian kedua ialah “bagian keberanian” (to
thymoeides). Bagian ketiga ialah “bagian keinginan” (to epithymetikon). Pada
“bagian keberanian” dapat dibandingkan dengan kehendak, sedangkan “bagian
keinginan” menunjukkan hawa nafsu. Plato menghubungkan ketiga bagian jiwa
masing-masing dengan salah satu keutamaan tertentu. Bagian keinginan
mempunyai pengendalian diri (sophorosyne) sebagai keutamaan khusus. Untuk
“bagian keberanian” keutamaan yang spesifik (andreia). Sementara, “bagian
rasional” dikaitkan dengan keutamaan kebijaksanaan (phronesis atau sophia).
Dikatakan bahwa, karena hukumlah sehingga jiwa dipenjarakan dalam tubuh.
Secara mitologis, kejadian ini diuraikan dengan pengibaratan jiwa laksana sebuah
kereta yang bersais (fungsi rasional), yang ditarik oleh dua kuda bersayap, yaitu
kuda kebenaran, yang lari ke atas, ke dunia ide, dan kuda keinginan atau nafsu,
yang lari ke bawah, ke dunia gejala. Dalam tarik-menarik itu akhirnya nafsulah
yang menang, sehingga kereta itu jatuh ke dunia gejala dan dipenjarakanlah jiwa.
Agar jiwa dapat dilepaskan dari penjaranya, orang harus mendapatkan
pengetahuan, yang menjadikan orang dapat melihat ide-ide, melihat ke atas. Jiwa
yang di dalam ini berusaha mendapatkan pengetahuan itu kelak setelah orang mati.
Jiwa akan menikmati kebahagiaan melihat ide-ide, seperti yang telah dia alami
sebelum dipenjarakan di dalam tubuh. Plato berpendapat bahwa ada praeksistensi
jiwa, dan jiwa tidak dapat mati. Hidup di dunia bersifat sementara saja. Sekalipun
demikian, manusia begitu terpikat kepada dunia gejala yang dapat diamati,
sehingga sukar baginya untuk naik ke dunia ide. Hanya orang yang benar-benar
mau mengerahkan segala tenaganyalah yang akan berhasil.

PENUTUP

C. KESIMPULAN

Plato adalah seorang filsuf yang berpengaruh dan memiliki pemikiran yang mendalam
tentang berbagai topik seperti pengetahuan, realitas, politik, dan moral. Pemikirannya
yang mencolok tentang Teori Ide dan politik ideal telah memberikan kontribusi besar
terhadap perkembangan filsafat Barat. Meskipun tidak semua pemikirannya diterima
oleh para filsuf setelahnya, warisannya tetap terus hidup dan menginspirasi banyak
generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Austin Jhon, 1995, The Province Of Jurispudence Determined, Cambrridge, Wilfred


E. Rumble Ed, University Press Atmasadmita Romli, 1996,Sistem Peradilan Pidana
Perspektif Eksistensialisme Dan Abolisionism, Binacipta, Bandung.

Ahmad Rifai, 2010,Penemuan Hukum Oleh Hakim Prespektif Hukum Profresif, Sinar
Grafika, Jakarta.

Arief Sidharta, 1994, Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya,Remaja Rosda Karya,
Bandung

Avianti Fransiska,2008,Kebijakan Perundang-Undangan Mengenai Badan Penyidik


Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Indonesia, MIH UNDIP, Semarang. Agus
Santoso H.M., 2012, Hukum, Moral dan Keadilan, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.

Asshiddiqie Jimly , 2010, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Sinar Grafika, jakarta.


Ahmad Ali, 1993,Menguak Tabir hukum, suatu kajian sosilogis filosofis, Citra
pratama, jakarta

A.A.G. Peters dan Koesrini Siswosoebroto, 1990, Hukum dan Perkembangan Sosial,
Buku Teks Sosiologi Hukum (Buku III), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Bambang
Waluyo, 2008, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta.

Bagir Manan, 2004, Sistem Peradilan Berwibawa (Suatu Pencarian), FH-UI Press,
Jakarta.

C.S.T. Kansil Dan Chritine S.T. Kansil, 1996, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum,
Pradnya Pramita Jakarta.

Chayadi Antonius dan Manulang E. Fernando M,2007,Pengantar ke Filsafat Hukum,


Jakarta kencana.

Dwi Widodo Putro, 2011,Kritik terhadap paradikma positivisme hukum, Genta


Publishing, Yogyakarta.
Darmoko Yuti Witanto dan Arya Putra Negara Kutawaringin, 2013, Diskresi Hakim
Sebuah Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dalam Perkara-Perkara Pidana,
Alfabeta, Bandung.

Darmodiharjo Darji dan Shidarta, 1995, Pokok-pokok Filsafat Hukum (apa dan
bagaimana filsafat hukum di Indonesia, PT Gramendia Pustaka, Jakarta.

Djaya Darumurti Krisna , 2016, Diskresi, Kajian Teori Hukum, Genta Publishing,
Yogyakarta
Eddy Hiariej, 2009, Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum Dalam Hukum Pidana,
Erlangga,jakarta.

Esmi Warrasih Pujirahayu, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT.
Suryandaru Utama, Semarang.

Effendi Tolib, Sistem Peradilan Pidana Perbandingan Komponen Dan Proses Sistem
Peradilan Pidana Dibeberapa Negara, Pustaka Yustitia, Yogyakarta.

EikemeVan Hommes, 1999,Logica en Rechtsvinding (reneografie), Vrije Universiteit


Frans Magnis Suseno, 1995, Mencari Sosok Demokrasi; Sebuah Telaah Filosofis, :
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Frans Magnis Suseno, 1991, Etika Politik : Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern , Gramedia, Jakarta

Franz Magnis Suseno,1987, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,


Pustaka Filsafat, Jakarta.

Franz Magnis-Suseno, 1997, 13 Tokoh Etika (Sejak Yunani Sampai Abad Ke-19),
Kanesius, Yogyakarta.

Hamzah Andi, 1996, Hukum Acara Pidana Indonesia Sapta Artha Jaya, Jakarta.

Huijbers Theo,1995, Filsafat Hukum,Yogyakarta, PT Kanasius

Hommes Van Eikeme, 1999, Logica en Rechtsvinding(reneografie), Vrije


Universiteit,

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab VI
    Bab VI
    Dokumen7 halaman
    Bab VI
    kiyay Kiyay
    Belum ada peringkat
  • Pengantar
    Pengantar
    Dokumen24 halaman
    Pengantar
    kiyay Kiyay
    Belum ada peringkat
  • OUTLINE
    OUTLINE
    Dokumen1 halaman
    OUTLINE
    kiyay Kiyay
    Belum ada peringkat
  • Konsumen
    Konsumen
    Dokumen17 halaman
    Konsumen
    kiyay Kiyay
    Belum ada peringkat
  • Klinik Hukum 2
    Klinik Hukum 2
    Dokumen10 halaman
    Klinik Hukum 2
    kiyay Kiyay
    Belum ada peringkat
  • Susunan Berkas
    Susunan Berkas
    Dokumen28 halaman
    Susunan Berkas
    kiyay Kiyay
    Belum ada peringkat