Anda di halaman 1dari 37

KONSEP KESETARAAN GENDER MENURUT FATIMA

MERNISSI DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN


PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-
Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :
SELVIANA CHINTIA DEWI
NPM : 1811010522

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022 M
KONSEP KESETARAAN GENDER MENURUT FATIMA
MERNISSI DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas Dan Untuk
Diseminarkan Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh :

SELVIANA CHINTIA DEWI


NPM: 1811010522

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Prof. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D.

Pembimbing II : Dr. Safari, S.Ag.M.Sos.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022 M

i
ABSTRAK

KONSEP KESETARAAN GENDER MENURUT FATIMA


MERNISSI DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM

Oleh
Selviana Chintia Dewi

Pendidikan adalah aspek yang begitu penting dalam


kehidupan karena pendidikan adalah kunci utama dalam usaha
meningkatkan kualitas kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Pendidikan juga dianggap sebagai aspek paling strategis dalam
melakukan perubahan khususnya pendidikan Islam diharapkan
mampu menjawab tantangan tersebut, dimana terdapat wacana bahwa
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi budaya patriarki, yang
memunculkan aktivis perempuan dalam Islam, salah satunya adalah
Fatima Mernissi, merupakan tokoh feminis muslim modern yang
berasal dari maroko yang gencar membicarakan kesetaraan gender dan
berupaya menafsirkan adanya bias gender dalam kitab suci.

Adapun jenis penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam


penelitian studi pustaka (library research). Penelitian ini bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-
macam materi yang terdapat dalam kepustakaan seperti pada buku-
buku, catatan-catatan, makalah-makalah, jurna-jurnal, dan lain
sebagainya yang memiliki hubungan dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Metode yang digunakan menganilisis data adalah
contcent analysis, yaitu mengeksplorasi Konsep Kesetaraan Gender
Menurut Fatima Mernissi dan Relevansinya dengan Tujuan
Pendidikan Islam yang disajikan berupa analisis deskriptif.

Kata Kunci : Kesetaraan Gender, Fatima Mernissi, Tujuan


Pendidikan Islam

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Selviana Chintia Dewi


NPM : 1811010522
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Konsep Kesetaraan Gender


Menurut Fatima Mernissi dan Relevansinya Dengan Tujuan
Pendidikan Islam ” adalah benar-benar hasil karya penyusun sendiri,
bukan duplikasi ataupun saduran dari karya orang lain kecuali pada
bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam footnote atau daftar
pustaka. Apabila dilain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam
karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusunan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 1 Juni 2022


Penulis,

Selviana Chintia Dewi


1811010522

iii
MOTTO

‫ا ِذي ا ْنقُسْ هتً َوََ ُْ ههً َع ٍِ ا ْنفَحْ َش ۤا ِء‬


ِ ‫اْلحْ َعا ٌِ َواِ َْت َۤا‬ ّ ‫۞ اِ ٌَّ ه‬
ِ ْ ‫ّللاَ ََأْ ُي ُس تِا ْن َع ْد ِل َو‬
٠ٓ ٌَ ‫َوا ْن ًُ ُْ َك ِس َوا ْنثَ ْغ ٍِ ََ ِعظُ ُك ْى نَ َعهَّ ُك ْى تَ َر َّكس ُْو‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat
kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga)
melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.”

iv
PERSEMBAHAN

Yang paling utama adalah rasa Syukur kepada Allah SWT


yang senantiasa memberikan kelimpahan serta mencukupkan segara
hal yang dibutuhkan dalam menuntut ilmu dan beramal ma‟ruf.
Dengan semangat perjuangan, dukungan dan do‟a pada akhirnya
skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu dengan penuh rasa
syukur Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahandaku Muhtar Rahman,


S.E yang selalu mencurahkan segala kasih sayangnya,
memberikan semangat dan dukungan doa serta tenaga
kepada penulis agar selalu kuat menjalani hal apa pun
dalam kehidupan.
Ibundaku Nelia Darma, S.Pd yang selalu sabar dalam
membimbing, mengajarkan kebaikan dan mengingatkan
untuk selalu sabar. Serta ketulusan do‟a yang mengiringi
setiap perjalanan sehingga menghantarkan penulis agar
dapat menyelesaikan Pendidikan di UIN Raden Intan
Lampung.
2. Adik-adikku tersayang Elza Yolanda Putri dan Andika
Yuda Prawira serta keluarga lainnya, yang senantiasa
memberikan dukungan motivasi kepada penulis.
3. Kepada sahabat ku Miftah Rosanika, Siti Nurjannah,
Selsa Oktavia, Ahmad Fauzan Rafli, Nurul Alfia yang
banyak berperan serta kerap menemani keseharian,
memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis.
4. Teruntuk Heri Aulia Rahman yang selalu memotivasi,
mendukung dan menemani dalam pengerjakan skripsi ini.

v
RIWAYAT HIDUP

Selviana Chintia Dewi di lahirkan pada tanggal 15 September


2000 di Kotabumi Lampung Utara, Putri pertama dari 3 bersaudara
dari pasangan Bapak Muhtar Rahman dan Ibu Nelia Darma yang
bertempat tinggal di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Kotabumi
Selatan, Kabupaten Lampung Utara.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak di RA Raudhatul Athfal
pada tahun 2006 kemudian melanjutkan sekolah dasar di SDN 1
Sumber Alam Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat
diselesaikan pada tahun 2012, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 1 Air Hitam Kecamatan Air Hitam
Kabupaten Lampung Barat selesai pada tahun 2015 dan selanjutnya
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Kotabumi lulus
pada tahun 2018. Di tahun 2018 ini juga penulis melanjutkan
Pendidikan di Universitas Negri (UIN) Raden Intan Lampung
Program Srata Satu (S1) Fakultas Tabiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam.
Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata dari Rumah KKN-DR
di Desa Suka Merindu Kecamatan Talang Padang, Kabupaten
Tangggamus. Selain itu penulis juga telah mengikuti Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) di MA Al-Hikmah Bandar Lampung .
Selama kuliah penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa,
Organisasi Eksternal yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) maupun Organisasi Intra Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ).
Penulis

Selviana Chintia Dewi


NPM.1811010522

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan nikmat petunjuk dan kemudahan dalam mencari
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kaum muslimin kejalan
terang.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelasaikan
skrispi ini dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih
kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Ibu Dr. Umi Hijriah, S.Ag. M.Pd selaku Ketuan Jurusan
Agama Islam dan Bapak Dr. Heru Juabdin Sada. M.Pd.I.
selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Prof. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D. selaku
pembimbing akademik I dan Bapak Dr.Safari, S.Ag.M.Sos.I
selaku pembimbing akademik II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh rasa
ikhlas dan sabar hingga akhir menyusun skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen FakultasTarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan Lampung yang memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
5. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, tempat menempuh studi dan menimba ilmu
pengetahuan, semoga menjadi Perguruan Tinggi yang lebih
baik lagi kedepannya Aamiin.
6. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam,tempat belajar dalam berorganisasi semoga
HMJ menjadi lebih baik kedepanya

vii
7. Keluarga Besar Pergerakan Magasiswa Islam Indonesia
(PMII) RayonTarbiyah Komisariat UIN Raden Intan
Lampung.
8. Teman-teman Mahasiswa PAI Kelas B Angkatan 2018 UIN
Raden Intan Lampung dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Penulis berharap kepada Allah SWT Semoga apa yang telah


mereka berikan dengan segala kemudahan dan keikhlasannya akan
menjadikan pahala dan amal perbuatan.
Skripsi dengan judul “Konsep Kesetaraan Gender Menurut
Fatima Mernissi dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam”
penulis menyadari banyak sekali kekurangan dan kekeliruan karena
ketebatasan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membagun bagi pembaca.
Akhirnya penulis memohon Taufik dan Hidayah kepada Allah
SWT dan semoga Skirpsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Bandar Lampung, 1 Juni 2022
Penulis

Selviana Chintia Dewi


NPM.1811010522

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


ABSTRAK ........................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................... iii
PERSETUJUAN .................................................................................. vi
PENGESAHAN ................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ......................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................... 1
B. Latar Belakang ...................................................................... 2
C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian............................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
G. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
H. Metode Penelitian ................................................................. 7
I. Sistematis Pembahasan ......................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Gender ...................................................................... 10
1. Pengertian Gender .......................................................... 10
2. Kesetaraan Gender .......................................................... 11
3. Ketidakadilan Gender ..................................................... 12
B. Pendidikan Islam ................................................................... 13
1. Pengertian Pendidikan Islam .......................................... 13
2. Dasar-dasar Pendidikan Islam ........................................ 15
3. Kurikulum Pendidikan Islam .......................................... 17
C. Tujuan Pendidikan Islam ......................................................... 18
1. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam................................. 18
2. Prinsip Tujuan Pendidikan Islam ...................................... 20
ix
3. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional ...... 21

BAB III BIOGRAFI FATIMA MERNISSI


1. Fatima Mernissi .............................................................. 24
2. Asal Usul Keluarga ......................................................... 24
3. Perjalanan Karir .............................................................. 24
4. Masa Senja dan Akhir Hayat ......................................... 26
5. Karya-Karya .................................................................. 26
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS KESETARAAN
GENDER MENURUT FATIMA MERNISSI DAN
RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Konsep Kesetaraan Gender Menurut Fatima Mernissi ............. 28
1. Kesamaan Posisi Menurut Fatima Mernissi ....................... 28
2. Peran Kesempatan Bagi Perempuan................................... 28
3. Ruang Politik ..................................................................... 30
4. Metode Pendidikan Menurut Fatima Mernissi ................... 30
B. Analisis Relevansi Kesetaraan Gender Menurut Fatima
Mernissi dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam . 32

DAFTAR RUJUKAN

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Dalam penelitian ini mengambil sebuah judul “Konsep
Kesetaraan Gender Menurut Fatimah Mernissi dan Relevansinya
Dengan Tujuan Pendidikan Islam”. Untuk menghindari
kesalahpahaman dalam mengartikan dan memahami judul
penelitian ini maka terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan arti
daripada judul ini, sebagai berikut :

1. Konsep
Secara etimologis, kata konsep berasal dari bahasa latin,
yakni conceptum yang diartikan bermakna sesuatu yang bisa
dipahami. Konsep merupakan kerangka acuan dalam
mendesain penelitian. Agar segala kegiatan berjalan dengan
sistematis dan lancar, dibutuhkan sesuatu perencanaan yang
mudah dipahami dan dimengerti termasuk dalam merancang
penelitian.1 Pada dasarnya konsep merupakan abstraksi dari
suatu gambaran ide, atau menurut Kan yang dikutip oleh
Harifudin Cawidu yaitu gambaran bersifat umum atau abstrak
tentang sesuatu.2

2. Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana porsi
dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi,
seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud
apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan
laki-laki. Penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus
memperhatikan masalah kontekstual dan situasional, bukan
berdasarkan perhitungan secara matematis dan tidak
bersifat universal.

1
Ma‟ruf Abdullah, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta :
Aswaja Pressindo, 2015) h.133
2
Harifudin Cawidu, Konsep Kufr Dalam al-Qur‟an, Suatu Kajian Teologis
Dengann Pendekatan Tematik (Jakarta : Bulan Bintang, 1991) h.13
2

Kesetaraan gender berarti bahwa semua orang dari segala


umur dan jenis kelamin harus memiliki kesempatan yang
sama untuk berhasil dalam hidup. Ini berarti bahwa semua
manusia harus memiliki akses dan kontrol terhadap sumber
daya dan manfaat yang setara, dengan kata lain secara adil
sehingga semua orang dapat mengambil manfaat dan
berpartisipasi dalam pembangunan. 3

3. Fatima Mernissi
Fatima Mernissi adalah seorang feminis Muslim lahir
pada tahun 1940 di Timur Tengah. Ia merupakan sarjana yang
sangat terkenal pada masanya ia memulai karirnya sejak lulus
kuliah dari Universitas Muhammad V. Dan ia mengajar di
Universitas tersebut pada 1974 sampai 1980.4
Mernissi merupakan generasi pertama perempuan Maroko
yang mendapat kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Ia
lahir dalam lingkungan harem, dan menghadapi dua kultur
keluarga yang berbeda, yaitu lingkungan keluarga ayahnya di
kota Fez, harem disimbolkan dengan dinding- dinding yang
tinggi. Sementara dari keluarga ibunya, yaitu rumah neneknya
Lalla Yasmina, yang berada jauh dari
perkotaan, harem diwujudkan dalam bentuk rumah yang
dikelilingi oleh kebun yang luas. Di rumah neneknya ini,
Fatima Mernissi mendapat pengalaman berharga tentang
kesetaraan sesama manusia, arti keterkungkungan
dalan harem, serta hubungan sebab akibat antara kekalahan
politik yang dialami kaum muslim dengan keterpurukan yang
dialami perempuan. 5

4. Relevansi

3
Nelien Haspeis, Busakorn Suriyasarn, Meningkatkan Kesetaraan
Gender dalam Aksi Penanggulangan Pekerja Anak serta Perdagangan Perempuan
dan Anak, (Jakarta: Kantor Perburuan Internasional, 2005) h 6.
4
Fatima Mernissi, Pemberontakan Wanita, Peran Intelektual Kaum Wanita
dalam Sejarah Muslim (Bandung : Mizan, 1999) h 5
5
Ibid. h 69
3

Relevansi secara bahasa berarti berhubungan, memiliki


keterkaitan atau kecocokan atau saling berhubungan. 6 Secara
umum konsep relevansi diartikan sebagai suatu cara
bagaimana kita mencoba menghubungkan konsep atau suatu
topik dengan konsep lainnya secara bersamaan. Menurut
Sukamdinata, relevansi terdiri dari relevansi internal dan
eksternal, relevansi internal adalah adanya kesesuaian atau
konsistensi antara komponen-komponen seperti tujuan, isi,
proses penyampaian dan evaluasi atau dengan kata lain
relevansi internal menyangkut keterpaduan antara
komponen-komponen, sedangkan relevansi eksternal adalah
kesesuaian dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan
dalam masyarakat.7

Oleh karena itu, relevansi yang di maksud dalam


penelitian ini adalah mencari keterkaitan antara konsep
kesetaraan gender perspektif Fatima Mernissi dengan tujuan
Pendidikan Islam.

5. Tujuan Pendidikan Islam


Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu system
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam menjadi
pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi
maupun ukhrawi.

Pendidikan Islam jika dilihat dari segi kultural umat


manusia, merupakan salah satu alat pembudayaan
(enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu alat,
pendidikan dapat berfungsi untuk mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan hidup manusia kepada titik optimal
kemampuannya dalam memperoleh kesejahteraan hidup di

6
Puis Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, h 673.
7
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h 150- 151.
4

dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat. 8 Tujuan


pendidikan islam dalam penelitian kali ini mengambil
sudut pandang dari sistem pendidikan nasional yang
termaktub dalam UU Sisdiknas no.20 tahun 2003.

B. Latar Belakang Masalah


Diskursus pembahasan gender dalam kesetaraan bukan suatu
yang asing lagi di Indonesia. Banyak sekali buku yang mengulas
tentang hal ini dalam perspektif yang berbeda. Bahkan bisa
dikatakan bahwa kajian gender menjadi sangat kaya karna
mencakup aspek sosial, budaya dan agama. Isu-isu tentang
penyetaraan gender memang selalu menjadi hal yang biasa
dibicarakan dalam kalangan akademisi maupun nonakademisi dari
zaman-kezaman.9

Dari sekian kritik wacana ada hal yang paling banyak


diperbincangkan belakangan ini adalah soal posisi kaum
perempuan, karna dalam kurun waktu yang sangat lama, posisi
mereka masih tetap tidak berubah. Mayoritas masyarakat masih
memandang kaum perempuan sebagai makhluk Tuhan kelas dua
setelah laki-laki. Kebudayaan patriarki (serba laki-laki) masih
berlangsung secara massif. Akibatnya mereka bukan saja
tersubordinasi, tetapi juga terpinggirkan dalam proses kehidupan
sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Akan tetapi, disadari pula bahwa ada realitas lain dan juga
tidak mungkin dinafikan oleh siapa pun, bahwa kaum perempuan
semakin banyak yang tampil ke permukaan dan mengambil posisi
yang biasanya ditempati oleh kaum laki-laki dalam wilayah-
wilayah publik. Bahkan, ada banyak kaum perempuan yang
menempati posisi lebih tinggi dari laki-laki. Sayangnya, oleh
kaum konservatif, realitas semacam ini tetap saja dianggap tidak

8
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Bumi Kasara, 2015 ) h 8
9
Azyumardi Azra, Realita dan Cita Kesetaraan Gender di UIN Jakarta,
(Jakarta:McGill IAIN, 2004) h 104
5

sah atas nama agama. Ini karena superioritas perempuan dianggap


bertentangan dengan agama.

Pandangan konservatisme terhadap persoalan tersebut


dibangun di atas basis-basis argument keagamaan sebagaimana
yang dipahaminya serta penafsiran yang bias gender .10
Penafsiran yang tidak adil gender, bagaimanapun telah
membagi peran laki-laki dan perempuan. Laki-laki berperan di
ruang publik (kemasyarakatan) dan perempuan berperan di ruang
domestik (rumah tangga). Proses patriarki terhadap perempuan
terus berkembang dengan justifikasi keagamaan. Ketika kita
mengatakan bahwa perbedaan gender bersifat kodrat, maka ia
akan berarti menempatkan peran-peran dan fungsi-fungsi tersebut
sebagai sesuatau yang normatif, tetap berlaku kapan pun dan di
mana pun.

Kekuasaan dan kekuatan laki-laki yang memperoleh dasar


legitimasi keagamaan secara tidak disadari ternyata menimbulkan
perlakuan yang tidak adil terhadap kaum perempuan, semata-mata
karena ia memiliki tubuh dan jenis kelamin perempuan. Pada
selanjutnya, hal ini memberi dampak yang lebih luas bagi
langkah-langkah perempuan di tengah-tengah kehidupan sosial
mereka. Maka, mereka tidak boleh keluar rumah kecuali atas izin
suami, namun tidak sebaliknya. Aktivitas perempuan dalam dunia
pendidikan dan peningkatan kecerdasan intelektual dibatasi. Laki-
laki boleh belajar setinggi-tinggi nya, tapi tidak bagi perempuan.
Inferioritas dan rendahnya tingkat intelektualitas perempuan
akhirnya menjegal atau menghalangi mereka untuk menduduki
posisi-posisi kekuasaan publik, karena jika tidak, permpuan
dianggap menyalahi kodrat dan dengan begitu menentang
kehendak Tuhan. 11

10
Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, (Yogyakarta :
IRCiSoD, 2021 ) h 122
11
Ibid, h 124
6

Terjadinya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan


perempuan di dalam masyarakat, diakibatkan ada perbedaan
gender yang dikontruksikan baik secara sosial maupun kultural di
dalam masyarakat. Seringkali dirasa perbedaan gender menjadi
persoalan ketidakadilan bagi kaum laki-laki maupun kaum
perempuan, terutama bagi perempuan. Padahal sebenarnya
perbedaan gender tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan gender. 12

Diantara kasus dari manifestasi sistem patriarki adalah


pelecehan seksual yang kini marak terjadi, pemahaman dimana
laki-laki lebih dianggap berkuasa dan dimana keyakinan dalam
masyarakat mendukung anggapan tersebut hingga tertanam lama
dalam pikiran masyarakat. Selama ini masyarakat cenderung
memberikan reward kepada laki-laki untuk berprilaku seksual
yang bersifat agresif dan mendominasi, sedangkan perempuan
diharapkan untuk bertindak pasif dan pasrah. Akibat dari reward
tersebut, masing-masing jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan peran
yang telah di tentukan tersebut.

Pelecehan seksual tidak hanya terjadi dalam ranah domestik


maupun publik, dalam institusi pendidikan yang seharusnya
menjadi tempat belajar justru menjadi tempat dimana nilai-nilai
kemanusiaan dilanggar. Kasus seorang pimpinan pesantren yang
memperkosa santrinya di Bandung hingga hamil, dan pada bulan
November 2021 adanya kasus dosen yang melecehkan
mahasiswanya saat bimbingan terjadi di salah satu perguruan
tinggi tepatnya di Riau, dari beberapa kasus tersebut mungkin
hanya segelintir yang terekspos ke publik, masih banyak kasus
lainnya yang tidak di angkat dan di publikasikan melalui media
massa karena korban merasa takut. Ini menunjukan bahwa adanya
relasi kuasa yang disalah gunakan, ketika korban kekerasan
seksual merasa terpaksa, tidak berani menolak atau hanya diam

12
Mansoer Fakih, Analisis Gender Transformasi Sosial, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2000) h 12
7

ketika mengalami pelecehan seksual lantaran pelaku biasanya


adalah seseorang yang memiliki kedudukan dan kuasa.

Pandangan egalitarianism Islam dan penolakannya atas


praktik-praktik kekerasan yang dilakukan manusia, dalam
kaitannya dengan relasi laki-laki dan perempuan, dibicarakan
secara luas oleh teks-teks suci Islam, baik Al-Qur‟an maupun
Hadist. Secara religious maupun sosial, laki-laki dan perempuan.
Sumber-sumber otoritatif Islam sangat banyak menegaskan
tentang prinsip-prinsip kemanusiaan, terutama penghormatan atas
martabat manusia, antara lain dinyatakan bahwa manusia adalah
makhluk terhormat pada QS. Al-Israa‟ ayat 70 :

ٍَ ‫۞ َونَقَ ۡد َكسَّيۡ َُا تَُِ ٍٓ َءا َد َو َو َح ًَ ۡه هَُهُىۡ فٍِ ۡٱنثَسِّ َو ۡٱنثَ ۡح ِس َو َزش َۡق هَُهُى ِّي‬
٠ٓ ‫ض اُٗل‬ ِ ‫ُس ِّي ًَّ ٍۡ َخهَ ۡقَُا ت َۡف‬ ‫ۡه‬ ِ َ‫ٱنطَُِّّ هث‬
ٖ ِ‫ت َوفَضَّهَُهُىۡ َعهًَه َكث‬
Artinya : “ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.”

Pembahasan mengenai status laki-laki dan perempuan


tercantum di dalam Al-Qur‟an sebagai rahmat bagi semesta alam
(rahmatan lil „alamin) diturunkan untuk memberikan pencerahan.
Ayat-ayat Al-Qur‟an berobsesi untuk mewujudkan keadilan dan
permasalahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, setiap
penafsiran yang telah melahirkan diskriminasi gender harus di
tinjau kembali, karena tidak sejalan dengan misi utamanya. 13

Islam adalah ajaran yang menyeluruh dan terpadu, ia


mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam urusan-
urusan kehidupan maupun hal-hal yang menyangkut keakhiratan.

13
Nasaruddin Umar, Teologi Gender : Antara Mitos Teks Kitab Suci
(Jakarta : Pustaka Cicero, 2003) h 24
8

Pendidikan adalah bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam


secara keseluruhan.

Al-Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam,


mengandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi
kehidupan umat manusia baik pada masa lalu, kini ataupun masa
yang akan dating. Nilai-nilai universal tersebut antara lain berupa
nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, kemerdekaan, dan lain
sebagainya. Berkaitan dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan,
Islam tidak pernah mentolelir adanya perbedaan atau perlakuan
yang diskriminatif di antara umat manusia. Hal ini ditegaskan
dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

‫هََٓأََُّهَا ٱنَُّاضُ إََِّا َخهَ ۡق هَُ ُكى ِّيٍ َذ َك ٖس َوأَُثًَه َو َج َع ۡه هَُ ُكىۡ ُشعُىتا ا َوقَثَآ ِئ َم‬
ْۚ
ٖٔ ‫ُس‬ ٞ ‫ٱَّللَ َعهُِ ٌى َخ ِث‬ ِ َّ ‫نِتَ َعا َزفُ ٓى ْا ِإ ٌَّ أَ ۡك َس َي ُكىۡ ِعُ َد‬
َّ ٌَّ ‫ٱَّلل أَ ۡتقَ هى ُكىْۡۚ ِإ‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Dari ayat di atas jelaslah bahwa perbedaan yang ditegaskan


dan yang kemudian bisa meninggikan ataupun merendahkan
martabat seseorang adalah nilai pengabdian dan ketakwaannya
terhadap Allah SWT, karena pada dasarnya manusia diciptakan
sama meskipun mereka berasal dari bangsa maupun suku yang
berbeda.14

14
Dwi Ratnasari, Gender Dalam Perspektif Al-Quran, dalam jurnal
humanika, Th. XVII, No. 1 Maret 2018
9

Allah memuliakan hamba-hambanya baik laki-laki maupun


perempuan Islam menempatkan antara mereka dalam satu
kedudukan seperti yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 97 :

ٗۖ
‫ٍ فَهَُُ ۡح ََُُُِّ ۥهُ َحَُىه اج طَُِّثَ اح‬ٞ ‫صهِ احا ِّيٍ َذ َك ٍس أَ ۡو أَُثًَه َوهُ َى ُي ۡؤ ِي‬ َ ‫َي ٍۡ َع ًِ َم ه‬
ْ َُ‫َونَُ َۡج ِصَََُّهُىۡ أَ ۡج َسهُى تِأ َ ۡح َع ٍِ َيا َكا‬
‫ىا‬

َ ُ‫ََ ۡع ًَه‬
٠٠ ٌ‫ى‬
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”

Dalam mewujudkan keadilan gender dalam masyarakat,


dibutuhkan peran daripada pendidikan. Pendidikan disamping
sebagai instrument untuk mentransfer norma-norma masyarakat,
kemampuan dan pengetahuan manusia juga sebagai instrument
dalam mengkaji dan menyampaikan ide-ide nilai baru. Namun
pada praktiknya secara khusus, prakterk-prakter marginalisasi ini
juga merambat pada praktik pendidikan Islam.15

Pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam


mewujudkan kesetaraan gender, karena dalam pendidikan Islam
memiliki prinsip-prinsip demokrasi dan juga kebebasan dalam hal
pendidikan. Yaitu adanya prinsip persamaan dan kesempatan yang
sama dalam belajar tanpa dibedakan stratifikasi sosialnya, apakah
mereka dari kelas bawah, kelas menegah, maupun kelas atas.
Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, jenis kelamin laki-

15
Yutimaalatuzaka, Gender dan Pengembangan Pemikiran Islam,
dalam Jurnal Pendidikan Islam Vol III, No 02, Desember 2016
10

laki maupun perempuan, semuanya memiliki hak yang sama


untuk belajar16

Salah satu tokoh perempuan Muslimah yang gencar dan


sangat peduli dengan adanya kesetaraan gender ialah Fatima
Mernissi. Ia berasal dari Mez Maroko yang sejak kecil memang
sudah merasakan adanya diskriminasi perlakuan antara laki-laki
dan perempuan, Fatima Mernissi berusaha mengkontruksikan
kembali ayat-ayat yang ditafsirkan dengan bias patriarki, terutama
hadist-hadist misoginis. Hal ini sebagai akibat dari faktor
masyarakat Islam yang menganut system petriarki dan secara
aspek internal mayoritas penafsir adalah laki-laki.

Sesuai dengan apa yang sudah dijabarkan seperti di atas,


dalam hal ini penulis tertarik untuk menganalisis atau mengkaji
tentang “Konsep Kesetaraan Gender Menurut Fatima Mernissi
dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam”. Karena
menurut pandangan dan asumsi dari penulis, bahwa kesetaraan
gender adalah isu yang menarik untuk dikaji dan kesetaraan
gender adalah tanggung jawab kita bersama baik itu laki-laki
maupun perempuan. Kesetaraan gender bukanlah suatu ambisi
yang menjadikan perempuan harus berada diatas laki-laki dan
begitupun sebaliknya, tetapi ini adalah sebuah cara untuk
memanusiakan manusia, yang artinya tidak ada yang boleh
mendominasi dan tidak ada yang merasa didominasi. Karena
sejatinya semua manusia itu dihadapan Allah SWT adalah sama
yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.

C. Fokus Penelitian dan sub-Fokus Penelitian


1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini merupakan batasan masalah, karena
adanya keterbatasan, baik berupa tenaga, dana, waktu dan

16
M. Athiyah Al-Abrasyi, “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam.”,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 5
11

suapaya lebih terfokus lagi .17Mengingat keterbatasan dan


kemampuan yang di miliki oleh peneliti, maka penelitian
ini difokuskan pada Konsep Kesetaraan Gender Menurut
Fatima Mernissi Dan Relevansinya Dengan Tujuan
Pendidikan Islam.

2. Sub Fokus Penelitian


a) Konsep Kesetaraan Gender Menurut Fatima Mernissi
b) Relevansi Dengan Tujuan Pendidikan Islam

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sebuah bentuk pernyataan yang
akan diteliti dan dijawab melalui berbagai metode seperti
pengumpulan data. Secara umum suatu rumusan masalah akan
menggarisbawahi fakta-fakta dasar dari masalahnya, menjelaskan
alasan masalah itu penting dan menentukan solusinya.

Berangkat dari latar belakang masalah sebagaimana yang


telah di paparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan
di ajukan oleh penulis adalah “Bagaimana Konsep Kesetaraan
Gender Menurut Fatima Mernissi Dan Relevansinya Dengan
Tujuan Pendidikan Islam?”

E. Tujuan Penelitian
Seperti yang sudah diungkapkan oleh Sutrisno Hadi, bahwa
research bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji suatu pengetahuan.18 Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui “Konsep Kesetaraan Gender Menurut
Fatima Mernissi Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam”

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memiliki manfaat, diantaranya:

17
Sugiono, Metode penelitian, kuantitatif, kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta2018), h.290
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andioffset, 1993) h 7
12

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan (S1)


2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangsih sebagai
bahan untuk pengembangan khazanah pengetahuan
3. Sebagai acuan bahan reflektif dan konstruksi dalam
pengembangan keilmuan di Indonesia, khususnya
pengembangan keilmuan pendidikan Islam yang di
dalamnya juga mencakup Gender menurut Fatima
Mernissi dalam pendidikan Islam.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
perumusan konsep pendidikan Islam yang berkeadilan
gender.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Dalam memandang kajian pendidikan, sudah banyak yang
melakukan penelitian Fatima Mernissi. Untuk memperluas
pengetahuan mengenai konsep kesetaraan gender menurut Fatima
Mernissi, baik lingkup formal maupun nonformal. Berikut
beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis :

a) Jurnal yang ditulis oleh Eko Setiawan meneliti Studi


Pemikiran Fatima Mernissi tentang Kesetaraan
Gender dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam
Lingkup Panggung Politik, 2019. Dalam penelitian ini
peneliti mencoba memaparkan minimnya partisipasi
perempuan disektor publik dan banyaknya halangan
kaum perempuan untuk berkecimpung diwilayah
politik serta pandangan perempuan dalam politik
menurut Fatima Mernissi.19

b) Jurnal yang ditulis oleh Dadah meneliti Metode Kritik


Matan Hadist Misogini Menurut Fatima Mernissi.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba

19
Eko Setiawan, Studi Pemikiran Fatima Mernissi tentang Kesetaraan
Gender dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Lingkup Panggung Politik.
Jurnal Studi Islam, Gender dan Anak, Vol. 14 No. 2 Desember 2019
13

mengungkapkan bagaimana metode Fatima Mernissi


dalam menilik hadist-hadist yang misogini. Perlu
pemahaman yang komperhemsif (kaffah) terhdapa al-
Qur‟an dan hadist dalam memahami ajaran Islam
tentang wanita, supaya tidak adanya kesalahpahaman
dalam memahami. 20

c) Jurnal yang ditulis oleh Widyastini meneliti Gerakan


Feminisme Islam Dalam Perspektif Fatima Mernissi.
Dalam penulisan ini banyak memberikan pengarahan
tentang pemberontakan yang membuat sebuah
gerakan feminisme untuk mendapatkan keadilan
bagi kaum wanita danmensetarakan kedudukan
wanita dari segi manapun. Dalam penulisan ini juga
membahas bahwa ajaran Islam secara tegas
menjelaskan bahwa pria dan wanita di hadapan Allah
adalah sama kedudukannya, terutama dalam
melakukan perbuatan baik, hal ini sebagaimana
tercermin dalam firman Allah surat An Nahl ayat 97
yang artinya: “Barangsiapa mengerjakan amal saleh
baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih dari apa yang telah mereka kerjakan”. Ayat
tersebut mengandung makna bahwa Allah SWT
memerintahkan umat manusia (tanpa memandang
pria atau wanita) agar selalu berusaha melakukan
kebaikan kepada siapa saja, sehingga dapat mencapai
kedudukan yang mulia dan terhormat di hadapan
Allah SWT.21

20
Dadah, Metode Kritik Matan Hadis Misogini Menurut Fatima Mernissi,
Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 1 September 2018
21
Widyastini, Gerakan Feminisme Islam Dalam Perspektif Fatima
Mernissi, Jurnal Filsafat Vol. 18 No. 1
14

H. Metode Penelitian
Dalam menjelaskan dan menyampaikan sebuah penelitian
yang terarah dan dapat difahami, maka diperlukan sebuah metode
penelitian.

Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan


metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian
pustaka (library research), yaitu penelitian yang menjadikan
pustaka sebagai sumber utama. Karena penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan (library research) maka
yang dijadikan objek kajian ini adalah hasil karya tulis yang
merupakan hasil pemikiran dari Fatima Mernissi yang
bersumber dari buku-buku, artikel maupun dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu
sumber data premier dan data sekunder. Sumber data primer
adalah data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Adapun sumber data
primer dalam penelitian ini adalah buku “Wanita di Dalam
Islam Karya Fatima Mernisi”

Selain itu, penelitian nantinya menggunakan


literature-literatur lain yang berkaitan dengan data primer
yaitu data sekunder. Sumber sekunder dapat diartikan juga
sebagai rujukan kepustakaan yang mendukung permasalahan
yang sedang dibahas oleh peneliti. Sumber data sekunder
dalam penelitian ini antara lain :
15

a. Buku Fatima Mernissi, Pemberontakan Wanita, Peran


Intelektual Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim,
Bandung : Mizan, 1999
b. Buku karya Mansour Fakih yang berjudul “Analisis
Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, cet. 15, November 2013
c. Dadah, Metode Kritik Matan Hadis Misogini Menurut
Fatima Mernissi, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 1
September 2018
d. Eko Setiawan, Studi Pemikiran Fatima Mernissi tentang
Kesetaraan Gender dan Diskriminasi terhadap
Perempuan dalam Lingkup Panggung Politik. Jurnal
Studi Islam, Gender dan Anak, Vol. 14 No. 2 Desember
2019
e. Fatima Mernissi, Islam dan Demokrasi Antalogi
Ketakutan. Diterjemahkan oleh Amirudin ar-Rany,
Yogyakarta: LkiS, 1994
f. Fatima Mernissi, Beyond the Veil, Seks dan Kekuasaan
(Dinamika Wanita Pria dalam Masyarakat muslim
Modern), Cet. I, Surabaya: Al Fikr, 1997
g. Albin Michel S.A, Fatimah Mernissi Forgotten Of
Queen Of Islam, Polity Press: 1993

3. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
dokumentasi sebagai alat untuk pengumpulan data. Menurut
suharsimi Arikunto, Dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel-variabel berupa catatan, transkrip, buku-
nuku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger dan
sebagainya.22

Metode ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang


diperlukan pada penelitian yang bersumber pada dokumen. Dalam
penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan adalah dalam

22
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2018) h 257
16

bentuk pengumpulan data tentang kesetaraan gender menurut


Fatima Mernissi dalam pendidikan Islam.

4. Teknik Analisis Data


Karena jenis penelitian ini adalah kajian kepustakaan (Library
Research) dan metode dokumentasi, maka teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content
analysis). Analisis ini adalah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap suatu informasi tertulis atau tercetak dimedia
masa.23 Dengan menggunakan analisis isi, akan diperoleh suatu
hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang
disampaikan oleh media masa, kitab suci, atau sumber informasi
lain secara objektif, sistematis, dan relevan.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah gambaran yang termuat serta
tercakup dalam penelitian skripsi,dimana salaing terkait antara
satu dengan yang lain serta tidak dapat dipisahkan. Untuk
mencapai suatu tujuan yang diharapkan, maka sistematika
pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu:

Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini dalam penulisan berisi gambaran umum dalam
penulisan skripsi, yang mencakup : penegasan judul, Alasan
memilih judul, latar belakang masalah, fokus dan sub fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan, metode
penelitian, dan sistematika penelitian. Pada bab I ini, penulis
mendeskripsikan masalah yang melatarbelakangi perlunya
penelitian ini untuk dilakukan berkaitan dengan konsep
kesetaraan gender menurut Fatima Mernissi dalam pendidikan
Islam.

Bab II Landasan Teori

23
Afifudin, et.al, Metodeologi Penelitian Kualitatif (Pustaka Setia:
Bandung, 2012), 165
17

Bab ini sebagai pengurai dari kerangka latar belakang membahas


singkat tentang masalah-masalah penelitian dalam penulisan yang
berisi masalah-masalah untuk diteliti. Berisi teori-teori penguat
yang berasal dari literatur-literatur. Pada penulisan ini, teori yang
dibahas tentang kesetaraan gender dan pendidikan Islam.

Bab III Biografi Fatima Mernissi


Bab ini peneliti memaparkan mengenai biografi dari tokoh yaitu
Fatima Mernissi mulai dari latar belakang kehidupan, pemikiran
dan karya-karya.

Bab IV Penyajian dan Analisis


Bab ini bagian tahap penelitian yaitu menyajikan data mengenai
bagaimana konsep kesetaraan gender menururt Fatima mernissi
dan menganalisa konsep kesetaraan gender menurut Fatima
Mernissi serta relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam.

Bab V Penutup
Bab ini sebagai bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Kesimpulan berupa hasil dari penelitian secara garis besar dengan
menyimpulkan semua pembahasan sedangkan saran diberikan pada
penulis setelah melakukan penelitian untuk pembaca.
85

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada bab-bab


sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

Wacana gender bukan suatu hal yang asing lagi dalam


pendidikan Islam, mengingat pendidikan Islam yang berpedoman
pada al-Qur‟an dan hadis, pada hakikatnya membawa prinsip
keadilan, persamaan dan kebebasan, yang mana Islam datang
bukan untuk menindas kaum yang lemah (perempuan) justru
sebaliknya Islam mengangkat harkat martabat perempuan itu
sendiri. Adanya kesenjangan antara teori dan praktek ketidak
adilan gender dalam pendidikan Islam kesemuanya itu bukanlah
watak dari agama tetapi karena tercipta oleh system ideology,
kultur sosial dan system politik. Dengan melihat pemikiran Fatima
Mernissi yang menyatakan bahwa meskipun agama pada
hakekatnya merupakan sebuah kebenaran yang nyata namun pada
penafsirannya merupakan suatu hal yang relative, terutama ayat-
ayat yang misoginis. Maka dari itu, diharapkan pendidikan Islam
terus berupaya melakukan riview terhadap ayat-ayat yang
berkenaan tentang bias gender. Serta meninjau kembali
kurikulum, system pembelajaran dan demi terciptanya pendidikan
yang berkeadilan gender.

Fatima Mernissi juga mengatakan bahwa pendidikan adalah


suatu tahap awal dalam pendidikan Islam. Dimana orangtua
berperan sebagai guru pertama dirumah. Dalam hal ini Mernissi
menjelaskan bahwa antara kaum perempuan dan laki-laki,
keduanya adalah seorang pendidik dan peserta didik, mereka
mempunyai kesempatan belajar yang sama karena mereka
memiliki tanggung jawab yang sama. Pemikiran Mernissi tentang
kesetaraan dan pendidikan memiliki relevansi dengan ajaran Islam
yang menempatkan perempuan dalam posisi yang sama dengan
86

laki-laki hal ini sudah termaktub pada Undang-Undang Sistem


Pendidikan Nasional tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1 dan 5 yang
menjelaskan bahwa setiap warga Negara berhak memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan
setiap warga Negara berhak mendapatkan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian pada skripsi ini, maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang
mungkin dapat berguna bagi para pembaca.

1. Kajian yang sederhana ini kiranya dapat membawa


wawasan baru bagi kita semua dalam mengenal sosok
perempuan Fatima Mernissi dengan mendalam dan
dengan pemikiran tentang kesetaraan yang dilator
belakangi oleh ketimpangan gender dan diskriminasi.
Serta diharapkan kajian gender tidak hanya sebatas
teori namu praktik dalam dunia nyata, terutama
pendidikan. Agar pendiskriminasian terhadap
perempuan berupa subordinasi, marginalisasi
pembagian kerja dan berbagai bentuk kekerasan yang
lainnya dapat diminimalisir.

2. Bagi para penulis atau peneliti selanjutnya diharapkan


dapat melakukan penelitian berikutnya dapat melatih
kompetensi analisis mengenai pendidikan berbais
gender lewat pemikiran tokoh Fatima Mernissi.
87

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Ma‟ruf, Metodologi Penelitian Kuantitatif,


Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2015

Afifudin, Metodeologi Penelitian Kualitatif, Pustaka Setia:


Bandung, 2012

Ahmad, Bunyan Wahib, Peran Perempuan Dalam Islam,


(Studi Atas Pemikiran Fatima Mernissi), dalam Jurnal Asy-Syir‟ah,
Vol. 35, No. II

Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2007

Al-Abrasyi, Muhammad Attiyah, Prinsip-prinsip Dasar


Pendidikan Islam, Bandung:Puataka Setia, 2008

Al-Abrosy, Athiya, Dasar Pokok Pendidikan Islam, Alih


bahasa, Frop. H Bustami, Jakarta: Bulan Bintang, 1970

Aljamaly, Muhammad Fadhli, Filsafat Pendidikan dalam Al-


Qur‟an, Surabaya: Bina Ilmu, 1986

Anshori, Aan dkk, Inspirasi Keadilan Relasi, Cirebon:


Mubaadalah Media, 2018

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta : PT. Bumi Kasara,


2015

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2018

Ashila, Bestha Inatsan dan Silalahi Artha Debora, Buku Saku:


Pedoman Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan dengan Hukum,
MaPPI FHUI, 2018

Ash-Shidiqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist,


Jakarta: Bulan Bintang, 1974
88

Azyumardi, Azra, Realita dan Cita Kesetaraan Gender di


UIN Jakarta, Jakarta:McGill IAIN, 2004

Cawidu, Harifudin, Konsep Kufr Dalam al-Qur‟an, Suatu


Kajian Teologis Dengann Pendekatan Tematik , Jakarta : Bulan
Bintang, 1991

Dadah, Metode Kritik Matan Hadis Misogini Menurut Fatima


Mernissi, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 1 September 2018

Dadang, Jaya. Gender Dan Feminisme: Sebuah Kajian Dari


Perspektif Ajaran Islam Gender and Feminism: A Research from the
Perspective of Islamic Studies‟. At-Tatbiq: Jurnal Ahwal Al-
Syakhsiyyah (JAS) 04: 19–41.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi


Aksara, 1992

Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Fauziyah, Resti, Nandang Mulyana, dan Santoso Tri Raharjo,


Pengetahuan Masyarakat Desa Tentang Kesetaraan Gender, Prosiding
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Hadi, Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andioffset,


1993

Haspeis, Nelien , Busakorn Suriyasarn, Meningkatkan


Kesetaraan Gender dalam Aksi Penanggulangan Pekerja Anak
serta Perdagangan Perempuan dan Anak, Jakarta: Kantor Perburuan
Internasional, 2005

Hidayat, Rahmat, Ilmu Pendidikan Islam (Menuntun Arah


Pendidikan Islam Indonesia), Medan: LPPPI, 2016

http://www.bbc.com/news/world-africa-34968022, diakses 25
November 2021
89

https://www.britannica.com/topic/harem, diakses 23
November 2021; B. Lewis, dkk. “Harim”, dalam B. Lewis, dkk. (eds)
Encyclopedia of Islam Vol. 03 (Leiden: Brill, 1991)

Imam, jamaludin Abdurahman bin Abi Bakr al-Shayuti, al-


Shaghr fi ahadist al-basyir al-Nazhir, Kairo:Dar al-Katib al-Arabi,
1967

John, M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris


Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1983

Lihat “Pioneering Muslim Feminist Writer Fatima Mernissi


Dies”,

Lisdamayatun, Pandangan Islam terhadap Kesetaraan


Gender, Jurnal, 2018

M. Athiyah Al-Abrasyi, “Dasar-dasar Pokok Pendidikan


Islam.”, Jakarta: Bulan Bintang, 1970

Mernissi, Fatima, Beyon the Veil Seks dan Kekuasaan


Dinamika Pria-Wanita dalm Masyarakat Muslim Modern, Surabaya:
ALFIKRI

Mernissi, Fatima, Beyond the Veil, Seks dan Kekuasaan


(Dinamika Wanita Pria dalam Masyarakat muslim Modern), Cet. I,
Surabaya: Al Fikr, 1997

Mernissi, Fatima, Islam dan Demokrasi Antalogi Ketakutan.


Diterjemahkan oleh Amirudin ar-Rany, Yogyakarta: LkiS, 1994

Mernissi, Fatima, Pemberontakan Wanita, Peran Intelektual


Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim Bandung : Mizan, 1999

Mernissi, Fatima, Ratu-ratu Islam Yang Terlupakan,


Bandung: Mizan

Mernissi, Fatima, Wanita di Dalam Islam. Diterjemahkan oleh


Yaizar Radianti. Bandung: Pustaka, 1994
90

Mernissi, Fatima, Women and Islam: An Historical and


Theological Inquiry. Bandung: Pustaka, 1991

Michel, S.A Albin , Fatimah Mernissi Forgotten Of


Queen Of Islam, Polity Press: 1993

Muhammad, Husein, Islam Agama Ramah Perempuan,


Yogyakarta : IRCiSoD, 2021

Rahim, Husni, Arah Baru Pendidikan Islam


Indonesia,Jakarta: Logos, 2001

Rahminawati, Nan, Isu Kesetaraan Laki-laki dan


Perempuan (Bias Gender), Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembanguan

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,


2015

Rassam, dan Worthington, "Mernissi, Fatima",


http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t236/e0527, diakses
25 November 2021

Ratnasari, Dwi, Gender Dalam Perspektif Al-Quran, dalam


jurnal humanika, Th. XVII, No. 1 Maret 2018

Rofiah, Nur, Nalar Kritis Muslimah, Bandung: Afkaruna,


2020

Rokhmansyah, Alfian, Pengantar Gender dan Feminisme


(Paham Awal Kritik Sastra Feminisme), Yogyakarta: Garudhawaca,
2016

Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan


Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat) ,
Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2016

Sahih Bukhari no. 4425; Sunan Tirmidzi no. 2188; Musnad


Ahmad no. 19507

Sahih Muslim, no. 510; Sahih Bukhari no. 487


91

Setiawan, Eko, Studi Pemikiran Fatima Mernissi tentang


Kesetaraan Gender dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam
Lingkup Panggung Politik. Jurnal Studi Islam, Gender dan Anak,
Vol. 14 No. 2 Desember 2019

Sugiono, Metode penelitian, kuantitatif, kualitatif dan R&D,


Bandung : Alfabeta2018

Sukri, Sri Suhadjadi, Ensiklopedia Islam dan Perempuan dari


Aborsi Hingga Misogini, Bandung: Nuansa, 2009

Syafe‟i. Imam , Tujuan Pendidikan Islam, Al-Tadzkiyyah:


Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015

Syafe‟I, Imam, Subordinasi Perempuan Implikasi Terhadap


Rumah Tangga, Jurnal Al-Tadzkiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung, Vol 15 No. 1, 2015

Tauhid, Abu dan Budianto Mangun, Beberapa Aspek


Pendidikan Islam, Yogyakarta: Rineka, 1990

Umar, Nasrudin, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-


Quran, Jakarta: Paramadina,1999

Umur, Nasaruddin, Teologi Gender : Antara Mitos Teks Kitab


Suci Jakarta : Pustaka Cicero, 2003

Widyastini, Gerakan Feminisme Islam Dalam Perspektif


Fatima Mernissi, Jurnal Filsafat Vol. 18 No.1

Yutimaalatuzaka, Gender dan Pengembangan Pemikiran


Islam, dalam Jurnal Pendidikan Islam Vol III, No 02, Desember 2016

Puis Partant dan M.Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,


Surabaya: Arkola Surabaya,2001.

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori


dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Anda mungkin juga menyukai