Artikel Rita Zahara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Pelaksanaan Program Keluarga Berencana untuk Menekan Angka

Kelahiran di Polindes Kapuak Koto Panjang Nagari Barulak


UPT Puskesmas Tanjung Baru

Rita Zahara, A.Md, Keb


NIP. 19861123 201704 2 009
UPT Puskesmas Tanjung Baru

Abstract

The Family Planning Program or KB is a program from the government


in order to reduce the birth rate and also control the population growth in
Indonesia. The family planning program is better designed with the aim of
bringing progress and prosperity to the Indonesian people so as to help achieve a
stable state.
This family planning program was implemented well in Polindes Kapuak
Koto Panjang Nagari Barulak UPT Puskesmas Tanjung Baru. In 2022 the family
planning program will be attended by 215 mothers. With details of injection
contraception there were 80 people, 68 people with implant contraceptives, 2
people with Mow, 0 people with Mop, 5 people with condoms, and 10 people with
pill contraception.
Key word: family planning, birthrate

Abstrak

Program Keluarga Berencana atau KB merupakan salah satu program dari


pemerintah agar dapat menekan angka kelahiran dan juga mengendalikan adanya
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Program KB dirancang lebih baik
dengan tujuan dapat membawa kemajuan dan juga kesejahteraan bagi masyarakat
Indonesia sehingga membantu mencapai sebuah keadaan yang stabil.
Program KB ini terlaksana dengan baik di Polindes Kapuak Koto Panjang
Nagari Barulak UPT Puskesmas Tanjung Baru. Pada tahun 2022 program KB
diikuti oleh 215 ibu. Dengan rincian kontrasepsi suntik berjumlah 80 orang,
kontrasepsi implant berjumlah 68 orang, Mow berjumlah 2 orang, Mop berjumlah
0 orang, kondom berjumlah 5 orang, dan kontrasepsi pil berjumlah 10 orang.

Kata kunci: keluarga berencana, angka kelahiran

A. Pendahuluan

Di Indonesia salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan
jumlah penduduk adalah dengan dicanangkannya program KB atau Keluarga
Berencana. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana (KB) adalah usaha peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera.

Terlaksananya program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya


peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga menjadi salah satu landasan hukum program KB
(Keluarga Berencana). Dalam undang- undang tersebut pada Bab VI
Perkembangan Kependudukan paragraf kedua tentang Keluarga Berencana yang
terdiri dari pasal 20 hingga pasal 29. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa
landasan hukum program KB, yakni pemerintah menetapkan kebijakan keluarga
berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Kebijakan
keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri
dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung
jawab.

B. Metodologi

Artikel ini menggunakan metode kualitatif karena menjabarkan data di


lapangan mengenai penggunaan program KB di Polindes Kapuak Koto Panjang
Nagari Barulak UPT Puskesmas Tanjung Baru. Jenis atau pendekatan yang
digunakan, yaitu studi kepustakaan. Menurut Zed (2014) studi kepustakaan
diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat konsep-konsep tentang topik
atau masalah yang dibahas. Sumber studi pustaka diambil dari buku, jurnal
penelitian, dan internet.

C. Pembahasan
1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau


merencanakan jumlah kehamilan dengan mengunakan kontrasepsi (Sulistyawati,
2011). Alat kontrasepsi memiliki fungsi untuk menghalangi terjadinya pembuahan
dalam rahim sehingga mencegah terjadina kehamilan. Menurut World Health
Organitation (WHO) Keluarga Berencana (KB) merupakan sebuah tindakan yang
dapat membantu keluarga atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif
tertentu, seperti mengatur interval di antara kehamilan, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami
istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Liwang, 2018). Dengan keikut
sertaan pasangan suami istri dalam program KB dapat membantu perencaaan
kehamilan maupun meminnimalisir terjadinya komplikasi dalam proses
kehamilan.
2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan dari keluarga berencana adalah menciptakan keluarga kecil sesuai


dengan kekuatan sosial ekonomi keluarga, melalui pengaturan kelahiran anak
untuk memperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Menurut Sulistyawati (2011) tujuan keluarga berencana
adalah mengatur kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga.

3. Pelayanan Keluarga Berencana

Pelayanan KB untuk mendukung percepatan penurunan jumlah kematian


ibu melalui pencegahan kehamilan “4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering dan terlalu banyak)” dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) dapat terjadi pada; Pasangan Usia Subur dengan
kebutuhan alakon yang tidak terpenuhi, kegagalan dan Drop Out KB (akseptor
KB yang tidak menggunakan alakon lebih dari tiga bulan); kasus perkosaan dan
remaja seks sebelum menikah. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
meningkatkan adanya tindakan aborsi yang tidak aman yang dapat berakibat
membahayakan ibu dan janin. Tingginya jumlah kematian ibu salah satunya
disebabkan adanya aborsi. Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui: 1) Mengatur
waktu kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah kehamilan 2) Mencegah terjadinya
seseorang perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa
atau janin selama kehamilan, persalinan, dan nifas. 3) Mencegah terjadinya
kematian pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi selama proses
kehamilan, persalinan dan nifas (Kemenkes, 2014).

4. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi berasal dari kata kontra “melawan” atau “mencegah” dan


konsepsi adalah pertemuan antar sel yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel telur yang matang dengan
sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan konsepsi adalah pasangan yang
aktiv melakukan hubungan intim/seks dan keduaduanya memiliki kesuburan
normal namun tidak menghendaki kehamilan (Farida, 2017). Kontrasepsi
hormonal kombinasi (KHK) mengacu pada produk kontrasepsi yang mengandung
estrogen yang dikombinasikan dengan progestin (WHO, 2016) Kontrasepsi
hormonal adalah kontrasepsi yang cara kerjanya bersifat hormonal bisa berupa pil
KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya,
suntikan, susuk/implant yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB atau spiral
berhormon (Sari, 2015). Kontrasepsi hormonal terdiri dari:

a) Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap
hari yang memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi) bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam
tahun pertama penggunaan). Kontrasepsi oral yang paling banyak digunakan yaitu
kombinasi estrogen dan progestin. Keuntungan utama pil adalah keefektifannya
yang sangat tinggi apabila digunakan dengan tepat dan benar. Pil memenuhi unsur
sederhana, mudah penggunaannya, tidak memerlukan intervensi medis, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam bagi pemakainya, tidak menggangu senggama.
Penelitian tentang pil sudah cukup banyak sehingga pil diyakini melindungi
wanita terhadap penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan oleh beberapa
mekanisme antara lain pil mengurangi jumlah darah menstruasi sehingga
mengurangi medium kultur untuk beberapa jenis kuman. Pil juga menjadikan
siklus haid lebih teratur mengurangi rasa sakit (dismenorea) dan menurunkan
jumlah darah yang hilang sehingga mengurangi insidensi anemia (Rompas, 2019).

b) Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan mengandung hormone sintetik. Cara pemakaiannya


dengan menyuntikkan zat hormonal yang terkandung dalam caira suntikkan dapat
mencegah kehamilan dalam wakt tertentu. Biasanya penyuntikan ini dilakukan 2-
3 kali dalam sebulan. KB suntik adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang cara
penggunaannya disuntikkan secara intramuscular (IM). Cara kerja KB suntik
menurut Saifudin, diantaranya adalah: menekan ovulasi, mengentalkan lendir
servik sehingga menurunkan kemampuan penitrasi sperma, menjadikan selaput
lendir rahim tipis dan atropi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.

c) Kontrasepsi Implan KB susuk

Dalam medis dikenal sebagai KB implan, adalah tabung plastik kecildan


fleksibel seukuran korek api, yang berisi hormon progestin untuk
mencegahkehamilan. Tabung ini (yang sering disebut susuk) akan dimasukkan
atau diimplan kedalam kulit lengan atas. Dengan pemakaian yang benar, sekali
pasang KB implan sudahdapat mencegah kehamilan selama tiga tahun bahkan
hingga lima tahun (Mukhoyyaroh, 2017). Implant terdiri dari 6 kapsul silastik,
setiap kapsulnya berisi levornorgestel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4
cm dan diameter 2,4 cm. kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang akhir
masa 5 tahu. Terdapat dua jenis Implan yaitu Norplant dan Implanon (Sari, 2015).
5. Pelaksanaan Program KB di Polindes Kapuak Koto Panjang Nagari
Barulak UPT Puskesmas Tanjung Baru

Program Keluarga Berencana atau KB ini terlaksana dengan baik di Polindes


Kapuak Koto Panjang Nagari Barulak UPT Puskesmas Tanjung Baru. Pada tahun
2022 program KB diikuti oleh 215 ibu. Dengan rincian kontrasepsi suntik
berjumlah 80 orang, kontrasepsi implant berjumlah 68 orang, Mow berjumlah 2
orang, Mop berjumlah 0 orang, kondom berjumlah 5 orang, dan kontrasepsi pil
berjumlah 10 orang.

D. Kesimpulan

Keluarga berencana adalah upaya dalam mengatur tentang tumbuh


kembangnya kelahiran anak, jarak dan usia ideal ibu melahirkan.
Keberlangsungan ber-KB dalam program keluarga berencana sangat banyak
karena program keluarga berencana ini sangat cocok sekali dengan menggunakan
alat kontrasepsi seperti suntik dan pil KB.

Daftar Pustaka

Farida, (2017). Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap


Peningkatan Alat Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap Peningkatan Berat Badan
pada Ibu Pasangan Usia Subur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. STRADA.
Kemenkes (2014). Pedoman Menajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta.
Mukhoyyaroh (2017). KB Susuk Dalam Perspektif Islam. Jurnal Studi Al-Qur’an.
Universitas Pamulang Suntik Ulang 1 Bulan. Jurnal Sains dan Aplikasi Volume
VII No.1 April 2019
Liwang, Firdy dkk (2018). Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan
Non Hormonal di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tampak Siring 1. Jurnal Intisari
Sains Medis, Volume 9 No. 3 2018 41-46.
Rompas, Stefi (2019). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil KB Kombinasi
dengan Perubahan Sikluas Menstruasi di Puskesmas Sonder Kecamatan Sonder
Kabupaten Minahasa. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam RatulangiTarwoto,
Sari, Novalia Ratna (2015). Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo
Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan
Berat Badan. Universitas Lampung.
Soleha, Siti. 2016. “Studi Tentang Dampak Program Keluarga Berencana Di Desa
Bangun Mulya Kabupaten Penajam Paser Utara”. eJournal Ilmu Pemerintahan, 4
(1), 2016: 39-52.
Sulistyawati, Ari (2011). Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga.
WHO (2016). Rekomendasi Praktik Terpilih Pada Penggunaan Kontrasepsi.
Swiss: Pelayanan Produksi Dokumen WHO.
Zed, Mestika. 2014. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai