PTK Pipin Cahaya
PTK Pipin Cahaya
Oleh:
Mengesahkan
Mengetahui
ii
Abstrak
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan empat tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi dan data tes evaluasi. Hasil penelitian
menemukan tahap observasi Pra Siklus sebanyak 10 siswa yang tuntas sedangkan sisanya
33 tidak tuntas. Selain itu, hasil asesmen gaya belajar menujukkan gaya 12 siswa gaya
belajar visual dan 31 siswa lainnya visual auditori. Pada Siklus I didapat nilai terendah
yaitu 33,3 tertinggi 83,3 rata rata 60,5, selain itu terdapat 26 siswa yang telah mencapai
kriteria kelulusan atau sebesar 60,5 % dan terdapat 17 siswa yang masih belum mencapai
kriteria kelulusan sebesar 39,5%. Sedangkan pada siklus II nilai terendah yaitu 50 dan nilai
tertinggi 100 dengan nilai rata rata yaitu 79,2 dimana terdapat 37 orang siswa yang
mencapai kriteria kelulusan atau sebesar 86% dan juga 6 orang siswa yang belum mencapai
kelulusan sebesar 14%. Temuan lain pada siklus III didapat nilai terendah yaitu 50 dan nilai
tertinggi 100 kemudian didapat nilai rata rata yaitu 83,3 dimana ada 40 orang siswa yang
mencapai KKTP atau sebesar 93% dan juga 3 orang siswa yang belum mencapai KKTP
atau sebesar 7%. Secara keseluruhan persentase keberhasilan aktivitas siswa untuk siklus I
terlihat masih rendah yaitu 56,16% mengalami peningkatan pada siklus II dan III menjadi
75,23% dan 89,19 %. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan
matematika siswa kelas X.8 di SMA Negeri 2 Palembang.
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Abstrak ................................................................................................................... iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi...................................................................................................................v
Daftar Tabel ........................................................................................................... vii
Daftar Gambar...................................................................................................... viii
BAB I Pendahuluan ...............................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................3
C. Rumusan Masalah .......................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
E. Manfaat Penelitian .......................................................................................4
BAB II Kajian Literatur ........................................................................................6
A. Deskripsi Teori .............................................................................................6
1. Pembelajaran Berdiferensiasi .................................................................6
a. Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi .............................................6
b. Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi .............................................7
c. Pendekatan Pembelajaran Berdiferensiasi .......................................8
d. Tantangan dan Kelebihan Pembelajaran Berdiferensiasi .................8
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning ....................................10
a. Definisi Pembelajaran Problem Based Learning ...........................10
b. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning ................... 11
c. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning..................12
d. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning ...........................12
e. Prosedur Pembelajaran Problem Based Learning ..........................13
f. Keunggulan and Kelemahan Pembelajaran Problem Based
Learning .........................................................................................13
3. Hasil Belajar .........................................................................................15
a. Definisi Hasil Belajar .....................................................................15
b. Karakteristik Hasil Belajar .............................................................15
c. Faktor yang Bepengaruh terhadap Hasil Belajar ...........................16
4. Penelitian terdahulu .............................................................................17
5. Kerangka berpikir.................................................................................18
BAB III Metodelogi Penelitian .........................................................................21
A. Rancangan Penelitan ..................................................................................21
a. Penelitian Pendahuluan (Pra siklus) .....................................................23
b. Siklus Pertama......................................................................................23
c. Siklus Kedua ........................................................................................25
d. Siklus Ketiga ........................................................................................27
B. Lokasi dan Subjek Penelitian .....................................................................29
C. Waktu Penelitian ........................................................................................29
D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................30
E. Teknik Analisis Data ..................................................................................31
v
BAB IV Hasil dan Pembahasan .................................................................. 34
A. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ........................................ 34
1. Hasil Observasi tahap awal (Pra Siklus) ..................................... 34
2. Deskripsi Pelaksanaan tindakan siklus I .................................... 36
3. Deskripsi Pelaksanaan tindakan siklus II ................................... 43
4. Deskripsi Pelaksanaan tindakan siklus III .................................. 49
5. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Siklus I, Siklus II dan Siklus III ........................... 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 57
BAB V Kesimpulan dan Saran .................................................................... 61
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
observasi juga menunjukan siswa mengalami kesulitan dalam menguasai
matematika dasar, siswa merasa tidak dilibatkan dalam proses
pembelajaran, siswa juga mengemukakan bahwa pembelajaran diskusi
dikelas membosankan karena jalanya diskusi saat guru berhalangan hadir,
serta ada juga siswa yang merasa pembawaan guru dikelas tidak memotivasi
mereka untuk belajar karena hanya duduk saja saat proses pembelajaran.
Selain itu untuk pemahaman materi, siswa kesulitan dalam memahami soal
cerita karena kurangnya pembiasaan dari guru dalam menggunakan dan
mengaplikasikan soal-soal cerita pada pembelajaran matematika.
Masalah dalam belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu
ketidakmampuan belajar yang terletak dalam perkembangan kognitif Siswa
tersebut dan penyebab kesulitan belajar di luar anak atau masalah lain pada
Siswa. Dari permasalahan tersebut penulis menyimpulkan bahwa guru
belum sepenuhnya faham tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi
di kelas dimana pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan
pembelajaran paradigma baru yang berpusat kepada peserta didik dan
diterapkan pada kurikulum merdeka saat ini, Model pembelajaran
berdiferensiasi menganggap semua siswa adalah unik (Faiz, Pratama, &
Kurniawaty, 2022). Pembelajaran berdiferensiasi mengakomodir kebutuhan
peserta didik, ada perbedaan antara masing-masing siswa yang harus
diperhitungkan karena peserta didik berada pada lingkungan dan budaya
masing-masing. (Wahyuningsih, 2020) menambahkan pembelajaran
berdiferensiasi dapat diterapkan dan dilakukan tidak lain adalah untuk
menggali minat dan bakat siswa itu sendiri.
Selain itu juga guru belum memaksimalkan model pembelajaran
yang mendukung kemampuan pemecahan masalah pada saat menyelesaikan
soal cerita misalnya menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL). Arend dalam (Al-Tabany, 2017) menyatakan bahwa
problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dengan menggunakan masalah dalam
dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun pengetahuan peserta didik,
2
melatih kemandirian dan rasa percaya diri dan mengembangkan
keterampilan berpikir peserta didik dalam pemecahan masalah. (Al-Tabany,
2017) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui
aktivitas, praktik dan pengalaman. Melalui problem based learning (PBL)
yang pengajarannya berawal dari persoalan dalam dunia nyata, diharapkan
pembelajaran matematika dapat menjadi bermakna bagi peserta didik,
dengan demikian selain diharapkan dapat menarik minat peserta didik
terhadap pelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian (Muslimin, et al., 2022) yaitu disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran berdiferensiasi melalui model Pembelajaran
Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII
SMP Negeri X dapat meningkatkan hasil belajar murid dan aktivitas belajar
murid.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika di kelas X.8 SMA Negeri 2 Palembang
dengan menggunakan model problem based learning dan pembelajaran
berdiferensiasi.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini mengenai penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik, berdasarkan latar
belakang masalah penelitian diatas dari hasil pengamatan yang dilakukan
penulis bersama guru didapat identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pemilihan model pembelajaran dan pendekatan oleh guru dalam
penyampaian materi pembelajaran belum melibatkan peserta didik
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga rendahnya motivasi
belajar peserta didik yang juga menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik.
2. Kurangnya pembiasaan dari guru dalam menggunakan dan
mengaplikasikan soal-soal cerita pada pembelajaran matematika
3
sehingga peserta didik kesulitan memahami dan menyelesaikan soal
cerita.
3. Peserta didik kurang memiliki rasa ingin tahu tentang hal hal baru,
cenderung hanya menerima semua yang diberikan oleh guru.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar
matematika Siswa?
2. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan
pembelajaran Berdiferensiasi dapat meningkatkan akktivitas belajar
matematika Siswa?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yaitu :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model
Problem Based Learning (PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi.
2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model
Problem Based Learning (PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pendidik untuk
memanfaatkan model Problem Based Learning (PBL) dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai salah satu solusi efektif untuk
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Adapun secara khusus
manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi sekolah
Menjadi bahan masukan untuk para guru dalam mengembangkan
kompetensinya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar
peserta didik dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL)
dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam pembelajaran matematika.
4
2. Bagi guru
Menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan khususnya guru
matematika dalam penggunaan model Problem Based Learning (PBL)
dengan Pembelajaran Berdiferensiasi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar matematika peserta didik
3. Bagi peserta didik
Bagi peserta didik penelitian ini dapat membantu mereka lebih
mengaktifkan dirinya dalam proses belajar mengajar sehingga
keinginan peserta didik untuk belajar meningkat. Selain itu, dengan
menggunakan model problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan pemahaman mereka dalam permasalahan soal cerita serta
pembelajaran berdiferensiasi yang diharapkan dapat meningkatkan
keterlibatan atau aktivitas mereka dalam proses pembelajaran sehingga
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti sendiri bermanfaat untuk mengenalkan dan memanfaatkan
model Problem Based Learning (PBL) dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi kepada peserta didik sebagai alternatif pembelajaran
yang efektif dan juga peneliti dapat memahami lebih jauh penggunaan
model Problem Based Learning (PBL) dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi sebagai upaya memperbaiki dan memudahkan dalam
mengajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
5
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Berdiferensiasi
a. Definisi pembelajaran berdiferensiasi
Menurut (Tomlinson, 2014) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik sebagai individu. Atau bisa dikatakan juga bahwa
pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan
dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan
potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar
peserta didik yang berbeda-beda. Sedangkan Menurut (Andini, 2016)
pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai
pendekatan (multiple approach) dalam konten, proses dan produk
Pada LMS mata kuliah pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang”
peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan
belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di
kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang
prosesnya.
2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara
jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran,
namun juga peserta didiknya.
3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi
yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk
dapat menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan, atau
6
sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan
belajar yang ditetapkan.
4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta
didiknya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia
perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan
penugasan serta penilaian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran berdiferensiasi adalah
sebuah pembelajaran yang memberikan kebutuhan-kebutuhan yang
dibutuhkan oleh siswa yaitu dengan mempertimbangkan aspek konten,
proses dan produk. Perbedaan yang ada pada individu siswa harus menjadi
perhatian karena siswa tumbuh dibesarkan pada lingkungan dan budaya
yang berbeda, oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan cara yang
beragam untuk memahami minat dan bakat siswa.
b. Ciri-ciri pembelajaran berdiferensiasi
Menurut (Tomlinson, 2014)pembelajaran berdiferensiasi memiliki empat
ciri, yaitu:
1. Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Harus berfokus
pada kompetensi dasar pembelajaran.
2. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar peserta didik diakomodasi ke
dalam kurikulum. Di sini perlu adanya pemetaan kebutuhan peserta didik
kemudian dimasukan kedalam strategi pembelajaran.
3. Pengelompokan peserta didik dilakukan secara fleksibel; misalnya, bisa
secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan,
berkelompok berdasarkan modalitas belajar, dll.
4. Peserta Didik secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan
guru. Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat kepada Peserta Didik
7
c. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi
Menurut (Andini, 2016) pembelajaran berdiferensiasi menggunakan
berbagai pendekatan dalam konten, proses dan produk. Dalam kelas
diferensiasi, guru akan memperhatikan 3 elemen penting dalam
pembelajaran diferensiasi dikelas yaitu 1) konten (Input) mengenai apa yang
dipelajari murid, 2) proses bagaimana murid mendapatkan informasi dan
membuat ide mengenai hal yang dipelajarinya, 3) produk bagaimana murid
akan mendemonstrasikan apa yang sudah mereka pelajaro. Ketiga elemen
tersebut diatas akan dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen
yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid. Terdapat 3 elemen
penting yang dilakukan diferensiasi antara lain:
1. Content : konten berhubungan dengan apa yang akan murid-muird ketahui,
pahami dan yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru akan memodifikasi
bagaimana setiap murid akan mempelajari suatu topik pembelajaran.
2. Process : proses merupakan cara murid mendapatkan informasi atau
bagaimana ia belajar. Dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam
mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berdasarkan
konten yang akan dipelajari. Aktivitas akan dikatakan efektif apabila
berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan
murid. Murid akan bisa mengerjakan dengan sendirinya dan berguna bagi
diri mereka sendiri.
3. Product : produk merupakan bukti apa yang sudah mereka pelajari dan
pahami. Murid murid akan mendemostrasikan atau mengaplikasikan
mengenai apa yang sudah mereka pahami. Produk akan merubah murid
dari “consumers of knowledge to producer with knowledge”.
d. Tantangan dan kelebihan pembelajaran berdiferensiasi
Didalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat tantangan dan
kelebihan yang akan dihadapi guru nantinya. Dijelaskan (Suprayogi &
Baydhowi, 2022) terdapat beberapa kelebihan dan tantangan dalam
menjalankan pembelajaran diferensiasi ini, yaitu:
1. Kelebihan Pembelajaran Berdiferensiasi
8
a. Memenuhi kebutuhan peserta didik
Memaksimalkan kualitas pembelajaran peserta didik. Apabila
pembelajaran yang peserta didik terima sesuai dengan kebutuhannya,
maka peserta didik pasti akan dapat memperoleh pengetahuan secara
maksimal. Peserta didik akan mendapatkan kualitas belajar yang baik
bila pengajarnya memiliki pengertian mengenai kebutuhan belajarnya
dan dapat mengarahkannya dalam membuat pilihan-pilihan terkait
pembelajaran.
b. Meningkatkan motivasi peserta didik.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi
adalah student-centered. Student-centered adalah pendekatan dimana
pengajar tidak langsung mengajar kepada peserta didik, melainkan
peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
Peserta didik menjadi lebih terlibat dan fokus di kelas. Jika strategi
pengajaran tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik, maka peserta
didik dapat kehilangan fokus. Sebaliknya, peserta didik akan terpicu
dan terlibat di kelas apabila tugas dan aktivitas yang dilakukan
merupakan pilihannya sendiri.
c. Peserta didik dapat merelasikan pelajaran dengan kehidupan.
Peserta didik dapat menghubungkan pelajaran dengan nilai-nilai yang
mereka miliki apabila pembelajaran dilakukan berdasarkan minat
peserta didik
d. Peserta didik dapat mengasah self management skill.
Self-management skill adalah kemampuan seseorang mengatur diri
sendiri dan mengidentifikasi langkah-langkah serta strategi yang perlu
diambil untuk mencapai suatu target tertentu
e. Meningkatkan prestasi peserta didik.
Peserta didik akan mampu mendapatkan prestasi yang baik apabila
menerima pengajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.
2. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
9
a. Persiapan yang memakan waktu
Guru harus dihadapkan dengan berbagai macam perangkat
pembelajaran dan juga perangkat evaluasi yang banyak. Sehingga
tak jarang guru kurang memiliki waktu persiapan yang cukup untuk
menerapkannya.
b. Terbatasnya waktu di kelas. Ada berbagai aktivitas yang
dikerjakan, dan pengajar harus dapat mendampingi serta
menangani semua peserta didik dalam kelasnya
c. Guru harus memiliki management skills yang baik Bukan hanya
peserta didik yang dituntut untuk memiliki management skill yang
baik, seperti yang tertuang pada kelebihan pembelajaran
berdiferensiasi di atas. Guru juga dituntut untuk mengatur diri
sendiri dan mengidentifikasi langkah-langkah serta strategi yang
perlu diambil untuk mencapai suatu target tertentu dalam
pembelajaran.
d. Kurangnya bahan pembelajaran, Peserta didik diberikan beragam
pilihan bahan pembelajaran yang didasarkan pada tingkat kesiapan
dan gaya belajar mereka. Artinya, pengajar harus dapat
mengumpulkan beragam bahan pembelajaran untuk
mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik terpenuhi.
e. Kurangnya pelatihan bagi pengajar mengenai penggunaan
pembelajaran berdiferensiasi, Meskipun diferensiasi didasari pada
banyak teori, ternyata pengimplementasiannya masih kurang
dimengerti. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dapat
mengalami hambatan apabila pengajar tidak memiliki pemahaman
yang tepat mengenai pembelajaran diferensiasi.
10
membantu Peserta Didik menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong mereka
mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh
mereka sendiri serta menyelesaikan tugas - tugas tersebut secara mandiri.
Sedangkan menurut (Rahmat, 2018) Problem based learning adalah suatu
model pembelajaran yang diawali dengan adanya suatu permasalahan,
sehingga dalam proses pembelajaran siswa harus aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
Selain itu (Suyadi, 2013) menyebut bahwa Problem based learning adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dengan kata lain model pembelajaran Problem
based learning adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara
sistematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan tertentu, dan fungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar
mengajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa Problem based learning merupakan
model pembelajaran berbasis masalah dimana pendekatan pembelajarannya
menggunakan masalah faktual sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka
memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi
pembelajaran sehingga masalah yang dijadikan fokus pembelajaran dapat
diselesaikan siswa melaui kerja kelompok dan dapat memberi pengalaman-
pengalaman belajar yang beragam pada siswa.
b. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut (Rusman, 2014) karakteristik model pembelajaran problem
based learning (PBL) adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata
yang tidak berstruktur
3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda
11
4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh Peserta Didik,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutukan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar
5. Belajar mengarahkan diri menjadi hal yang utama
6. Pemafaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL
7. Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan koopratif
8. Pengembangan kemampuan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.
9. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar, dan PBL melibatkan evaluasi dan rivew pengalaman
Peserta Didik dan proses belajar.
c. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
(Al-Tabany, 2017) model pembelajaran problem based learning
memiliki tujuan yakni 1) Membuat Peserta Didik mengembangkan
kemampuan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, 2) Menjadi
pelajar yang mandiri. Berdasarkan pendapat di atas maka penulis berharap
dengan diterapkannya model pembelajaran problem based learning dapat
membantu perkembangan berpikir Peserta Didik sehingga Peserta Didik
cepat dewasa dan mandiri. Selain itu problem based learning (PBL) adalah
model pembelajaran yang prosesnya memerlukan pemikiran kritis dan kreatif
untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah. Pemikiran kreatif ini
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi namun berpikir tingkat
tinggi yang dimaksud masih tetap memperhatikan kemampuan dasar. Tujuan
yang ingin dicapai adalah kemampuan Peserta Didik untuk berpikir kritis,
analistus dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
d. Manfaaat Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Dalam model Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran ada
pada masalah yang dipilih sehingga Peserta Didik tidak saja mempelajari
12
konsep konsep yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pusat
perhatian tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.
Oleh sebab itu peserta didik tidak saja harus memahami konsep yang relevan
dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh
pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menggunakan
metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir
kritis. Penggunaan problem based learning dapat meningkatkan pemahaman
peserta didik tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka
dapat menerapkannya dalam kondisi yang nyata pada kehidupan sehari-hari.
e. Prosedur Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Ada beberapa prosedur dalam penerapan model pembelajaran
problem based learning. Berikut ini penulis akan menjelaskan alur proses
pembelajaran problem based learning, menurut (Rusman, 2014)
13
1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang
menemukan konsep tersebut.
2. Siswa terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah.
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa.
4. Siswa dapat merasakan manfaaat pembelajaran karena masalah-
masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.
5. Siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sifat sosial yang
positif dengan siswa lainnya.
6. Saat belajar kelompok siswa saling berinteraksi terhadap pembelajaran
dan temannya sehingga dapat menumbuhkembangkan kemampuan
berpikir siswa.
Selain memiliki kelebihan pembelajaran problem base learning juga
memiliki beberapa kekurangan (Suyadi, 2013) menyebut teradapat tiga
kelemahan model pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu sebagai
berikut:
1. Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai
kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyesaikan masalah yang
dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut
salah.
2. Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat
menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik.
3. Proses pembelajaran problem based learning (PBL) membutuhkan
waktu yang lebih lama atau panjang. Itu pun belum cukup, karena
sering kali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan untuk
menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaan
model pembelajaran problem based learning harus disesuaikan dengan
kurikulum yang ada.
14
3. Hasil Belajar
a. Definisi
(Rusmono, 2012) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh oleh siswa setelah
melakukan perbuatan belajar kemudian (Purwanto, 2013) menyebutkan
bahwa Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan
dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Sedangkan
menurut (Slameto, 2013) bahwa belajar adalah merupakan suatu proses yang
ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil
dari pengalaman dan latihan. Perubahan ini sebagai hasil belajar dapat
ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan: pengetahuan,
pemahaman, sikap, tingkah laku, dan kecakapan serta kemampuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkatan
penguasaan yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. berupa
perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Karakteristik Hasil Belajar
Hasil belajar, merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Ranah kognitif meliputi tujuan-
tujuan belajar yang berhubungan dengan menggali kembali pengetahuan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam yang
jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a. C1) Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali atau mengenal kembali tentang nama,
istilah, ide, rumuus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya.
b. C2) Pemahaman (comprehension), adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
15
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapatmelihatnya dari berbagai segi. Seseorang Peserta
Didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberikan uraianyang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakkan kata-katanya sendiri.
c. C3) Penerapan (application), adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip dan sebagainya dalam situasi yang
rumit
d. C4) Analisis (analysis), adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan antara bagian-
bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
e. C5) Sintesis (syntesis), adalah kemampuan berfikir yang merupakan
kebalikan dari proses analisis. Sistensis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola
baru.
f. C6) Evaluasi (evaluation), adalah merupakan jenjang berfikir paling
tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi blom. Evaluasi disini
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang
ada.
c. Faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan
pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar itu sendiri. Menurut (Sugiarta, 2019) menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
16
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
eksternal meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa
penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan
pembelajaran berdiferensiasi.
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti yang lain, dimana penelitiannya memiliki kesesuaian dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Berikut hasil penelitian yang
dilakukan terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan model
problem based learning untuk menignkatkan hasil belajar siswa :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Atik (Windarti, Pambudi, & Asiyah,
2020) dengan judul Penerapan Model Problem-Based Learning (Pbl)
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Di Kelas Iva
Sd Unggulan ‘Aisyiyah Bantul. Hasil penelitian menunjukan bahwa
aktivitas dan hasil belajar melalui model Problem-based Learning
(PBL) pada siswa kelas IVA SD Unggulan ‘Aisyiyah Bantul tahun
pelajaran 2020/2021 mengalami peningkatan yang cukup tinggi
dengan persentase ketuntasan aktivitas belajar sebesar 75,4% dan
persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 86%.
b. Penelitian yang dilakukan oleh (Sriwati, 2021) dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat di simpulan bahwa penerapan model
pembelajaran problem base learning dapat meningkatkan hasil belajar
17
matematika pada materi himpunan siswa kelas VII.A semester I SMP
Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2018/2019.
c. Penelitian yang dilakukan oleh (Muslimin, et al., 2022) dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Mewujudkan Merdeka Belajar. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran berdeferensiasi melalui model
Pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran
Matematika di kelas VIII SMP Negeri X dapat meningkatkan hasil
belajar murid dan aktivitas belajar murid. Pelaksanaan pembelajaran
berdeferensiasi melalui model Pembelajaran Problem Based Learning
mengalami peningkatan. Rata-rata persentase ketuntasan hasil belajar
murid pada siklus I sebesar 92 %, meningkat menjadi 96% pada siklus
II. Sedangkan persentase aktivitas belajar murid pada siklus I
mencapai 90,25 %, meningkat 92% pada siklus II. Secara
keseluruhan, indikator keberhasilan murid dengan menggunakan
pembelajaran berdeferensiasi melalui model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dapat dikatakan berhasil dan optimal
Perbedaan penelitian yang menjadi rujukan diatas dengan penelitian
yang dilaksanakan terletak pada lokasi, waktu, subjek dan objek
penelitian. Meskipun demikian penelitian-penelitian tersebut dapat
menjadi rujukan untuk melaksanakan penelitian ini.
5. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti terlihat bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika masih rendah, sehingga hasil belajar siswa juga rendah, hal ini
disebabkan belum optimalnya pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pembelajaran hal ini sesuai dengan penelitian (Kosilah, 2020); (Slameto,
2013), Belum optimalnya pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga
ditemukan permasalahan kurangnya motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika sehingga hasil belajar yang mereka dapatkan
18
juga rendah. Hasil observasi juga menunjukan siswa mengalami kesulitan
dalam menguasai matematika dasar, siswa merasa tidak dilibatkan dalam
proses pembelajaran, siswa juga mengemukakan bahwa pembelajaran
diskusi dikelas membosankan karena jalanya diskusi saat guru berhalangan
hadir, serta ada juga siswa yang merasa pembawaan guru dikelas tidak
memotivasi mereka untuk belajar karena hanya duduk saja saat proses
pembelajaran. Selain itu untuk pemahaman materi, siswa kesulitan dalam
memahami soal cerita karena kurangnya pembiasaan dari guru dalam
menggunakan dan mengaplikasikan soal-soal cerita pada pembelajaran
matematika.
Oleh karena itu menurut penulis dari permasalahan tersebut penulis
menyimpulkan bahwa guru belum sepenuhnya faham tentang penerapan
pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu juga guru belum memaksimalkan
model pembelajaran yang mendukung kemampuan pemecahan masalah
pada saat menyelesaikan soal cerita misalnya menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL). Dengan demikian penulis
melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
dengan model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran matematika dikelas X
SMAN 2 Palembang.
Model ini dipilih karena pembelajaran berdiferensiasi pada
pembelajaran matematika di kurikulum merdeka menjelaskan bahwa: 1)
pendekatan berdiferensiasi bisa diintegrasikan dengan beberapa model
pembelajaran seperti Problem Based Learning (PBL) yang disesuaikan
dengan gaya belajar siswa; (2) pembelajaran berdiferensiasi lebih menarik
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa; (3) pembelajaran
berdiferensiasi bisa dipakai dalam pembelajaran matematika karena dapat
mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang disesuaikan dengan minat,
gaya belajar, profil dan kesiapan belajar siswa (Gusteti & Neviyami, 2022)
19
Adapun alur kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada
bagan berikut ini :
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(classroom action research) menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi penulis mencoba untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di dalam kelas tersebut. Menurut
(Arikunto, 2021) “Penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal dengan
Action Research adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di
kelas”.
Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang
dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, prosedur langkah-langkah
pelaksanaan penelitian ini akan mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian
tindakan yang telah umum dilakukan, penelitian ini juga menggunakan
empat langkah, sebagaimana disarankan oleh (Kemmis & Taggart,
1988) yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting). Adapun model siklus rancangan
penelitian tindakan kelas, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan
pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan dilakukan.
b. Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan
pada tahap perencanaan.
21
c. Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada Peserta Didik selama proses
belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
d. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah
diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang direncanakan.
Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk
merencanakan tindak selanjutnya. Keempat tahapan kegiatan
tersebut dapat di ilustrasikan sebagai berikut:
22
a. Penelitian Pendahuluan (Prasiklus)
• Wawancara antara peneliti dan guru serta peneliti dan peserta didik
tentang motivasi belajar dan hasil belajar yang mereka dapatkan
selama ini dan juga respon terhadap pembelajaran matematika
• Observasi proses pembelajaran, pada kegiatan ini peneliti
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika
dikelas X.8 SMA Negeri 2 Palembang. Peneliti mengamati aktivitas
maupun proses pembelajaran dikelas tersebut dengan guru pamong.
• Peneliti melaksanakan Asesmen Diagnosis non kognitif (gaya
belajar) dan Asesmen kognitif materi eksponen untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik
b. Siklus Pertama (Siklus 1)
Tabel 3.1 Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
No Tahapan Kegiatan
1 Perencanaan • Membuat rencana pembelajaran berupa
Modul Ajar
• Mempersiapkan media yang akan digunakan
untuk pembelajaran yang berupa PPT, LKPD
dan Bahan Ajar Peserta didik sebagai sumber
belajar (diferensiasi Proses)
• Mempersiapkan lembar observasi kegiatan
pembelajaran yang akan digunakan.
• Mempersiapkan soal tes akhir pembelajaran
yang digunakan untuk melihat hasil akhir
peserta didik pada setiap siklus.
2 Pelaksanaan • Guru memberikan penjelasan mengenai
materi dan langkah langkah model Problem
Based Learning (PBL) dan Pembelajaran
Berdiferensiasi kepada peserta didik
23
• Guru melakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi dalam
memahami permasalahan yang ada pada
LKPD
• Guru memonitor kegiatan-kegiatan peserta
didik pada saat proses pembelajaran
• Pada akhir pembelajaran guru dan peserta
didik bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran
• Guru memberikan tugas kepada peserta didik
pada materi dengan memberikan pilihan
sesuai minat mereka (Diferensiasi Produk)
• Guru memberikan soal evaluasi sebanyak 5
soal esai untuk melihat hasil belajar peserta
didik
3 Pengamatan Melakukan kegiatan pengamatan terhadap
pembelajaran yaitu :
• Observer mencatat secara detail aktivitas guru
dan Peserta Didik di kelas pada format
observasi.
• Wawancara kepada beberapa Peserta Didik
untuk mengetahui tanggapan tentang proses
pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
yang telah dilaksanakan
4 Refleksi • Melakukan kegiatan evaluasi tindakan yang
akan dilakukan yaitu untuk evaluasi mutu
serta jumlah dan waktu dari tindakan yang
telah dilakukan.
24
• Melakukan kegiatan pembahasan hasil
evaluasi dari materi pembelajaran yang telah
dilakukan
• Selanjutnya memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai dengan hasil evaluasi
25
• Guru memonitor kegiatan-kegiatan peserta
didik pada saat proses pembelajaran
• Pada akhir pembelajaran guru dan peserta
didik bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran
• Guru memberikan tugas kepada peserta didik
pada materi dengan memberikan pilihan
sesuai minat mereka
• Guru memberikan soal evaluasi sebanyak 5
soal esai untuk melihat hasil belajar peserta
didik
3 Pengamatan Melakukan kegiatan pengamatan terhadap
pembelajaran yaitu :
• Observer mencatat secara detail aktivitas guru
dan Peserta Didik di kelas pada format
observasi.
• Wawancara beberapa Peserta Didik untuk
mengetahui tanggapan tentang proses
pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
yang telah dilaksanakan
4 Refleksi • Mengolah dan menganalisis data yang telah
diperoleh dari siklus 2
• Menyimpulkan dan merefleksi proses
pembelajaran siklus 2 dengan melihat
perkembangan peningkatan aktivitas Peserta
Didik pada lembar observasi, tes hasil belajar
dan wawancara. Jika masih terdapat
kekurangan dapat diperbaiki pada siklus
selanjutnya. Tetapi, jika pada saat refleksi dari
26
siklus 2 sudah tidak ditemukan masalah, dan
indikator keberhasilan sudah tercapai, maka
penelitian diberhentikan. Jika masih terdapat
kekurangan maka dilanjutkan ke siklus III
27
• Pada akhir pembelajaran guru dan peserta
didik bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran
• Guru memberikan tugas kepada peserta didik
pada materi dengan memberikan pilihan
sesuai minat mereka
• Guru memberikan soal evaluasi sebanyak 5
soal esai untuk melihat hasil belajar peserta
didik
3 Pengamatan Melakukan kegiatan pengamatan terhadap
pembelajaran yaitu :
• Observer mencatat secara detail aktivitas guru
dan Peserta Didik di kelas pada format
observasi.
• Wawancara beberapa Peserta Didik untuk
mengetahui tanggapan tentang proses
pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
yang telah dilaksanakan
4 Refleksi • Mengolah dan menganalisis data yang telah
diperoleh dari siklus 3
• Menyimpulkan dan merefleksi proses
pembelajaran siklus 3 dengan melihat
perkembangan peningkatan aktivitas Peserta
Didik pada lembar observasi, tes hasil belajar
dan wawancara. Jika masih terdapat
kekurangan dapat diperbaiki pada siklus
selanjutnya. Tetapi, jika pada saat refleksi dari
siklus 3 sudah tidak ditemukan masalah, dan
28
indikator keberhasilan sudah tercapai, maka
penelitian diberhentikan.
29
4 Siklus 3 Matematika : Eksponen Senin, 7 Agustus
B.5 Menyelesaikan 2023
masalah kontekstual yang
berkaitan dengan
Eksponen 2JP (Peluruhan
fungsi eksponen)
30
4. Dokumentasi
Dokumentasi, dokumentasi diperoleh dengan cara mengambil gambar
segala bentuk aktivitas Peserta Didik pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
31
2 41-65 Belum mencapai ketuntasan Remedial pada bagian TP yang
tidak difahami
3 66-85 Sudah mencapai ketuntasan Tidak remedial
4 86-100 Paham Utuh Tidak Remedial dan diberi
pengayaan
Sumber : Panduan Pembelajaran dan Asesmen (2022:35)
32
Klasifikasi kategori nilai untuk setiap indikator aktivitas siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Aktivitas Siswa Tiap Indikator
Skor Aktivitas Siswa Kriteria
3 ≤ skor ≤ 4 Sangat baik Sangat baik
2 ≤ skor < 3 Baik Baik
1 ≤ skor < 2 Cukup Cukup
0 ≤ skor < 1 Kurang Kurang
Sumber : Widoyoko (2012:110)
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
34
mencapai kriteria ketuntasan, sementara 27 siswa belum tuntas mengenai materi
tersebut, kemudian saya juga melakukan asesmen gaya belajar untuk rencana tindak
lanjut pada kegiatan siklus I nantinya dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi saya akan menerapkan aspek diferensiasi proses maka dari itu
asesmen diagnosis gaya belajar diperlukan pada saat observasi. Hasil asesmen gaya
belajar yang didapat yaitu gaya belajar visual sebanyak 12 orang dan gaya belajar
visual auditori sebanyak 30 orang. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1Hasil Analisis Statistik Deskriptif Asesmen Diagnosis
Statistik Nilai Statistik Posttest
Siklus I
Jumlah Siswa 43
Skor Maksimum 90
Skor Minimum 0
Rentang Skor 90
Berdasarkan data yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa masih banyak
yang belum tuntas, dalam persentase yang mencapai kriteria belum tuntas adalah
sebesar 78,7 % mendekati 100%. Sehingga penulis melakukan diskusi bersama
guru pamong dan dosen pembimbing lapangan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa sehingga dapat mencapai kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran (KKTP).
Setelah dilakukan diskusi didapatkan hasil yaitu model Problem Based Learning
sebagai solusi untuk permasalahan yang ditemukan kemudian juga menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi sebagai bentuk pembelajaran paradigma baru pada
kurikulum merdeka saat ini.
Ada hambatan yang saya temukan sebagai penyebab terjadinya hasil belajar
siswa yang belum mencapai KKTP yaitu:
Tabel 4.2 Hambatan Hasil Belajar dan Pemecahan
No Hambatan Pemecahan
35
umpan balik saat proses keaktifan siswa
pembelajaran
36
pada siklus I ini adalah definisi fungsi eksponen dan menggambar grafik
fungsi eksponen. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi di
kelas X.8 sebagai berikut dimulai dengan kegiatan awal dimana guru
mengawali dengan memberikan salam serta pertanyaan mengenai kondisi
siswa kemudian guru meminta peserta didik berdo’a sebelum memulai
pembelajaran, guru mengecek kehadiran peserta didik selanjutnya guru dan
siswa membuat kesepakatan kelas kemudian guru memberikan apersepsi.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran serta penilaian yang
akan dilakukan dan terakhir guru menjelaskan mekanisme Problem Based
Learning (PBL) yang akan dilaksanakan hari ini.
Pada bagian kedua yaitu kegiatan inti yang menerapkan model Problem
Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi fase pertama
yaitu Orientasi masalah guru menampilkan peristiwa dalam kehidupan
sehari- hari yang berkaitan dengan fungsi eksponen dan menggambar grafik
fungsi menggunakan media powerpoint lalu mengarahkan siswa memahami
masalah yang ditampilkan dan memberikan siswa kesempatan untuk
bertanya dan berpendapat. Fase kedua yaitu mengorganisasi peserta didik
untuk belajar guru meminta siswa untuk duduk berkelompok sebanyak 5
orang dan kelompok sudah dibentuk oleh guru berdasarkan gaya belajar
disini guru menerapkan diferensiasi proses untuk itu guru menyediakan
sumber belajar berupa bahan ajar dan video pembelajaran, hal ini
menyesuaikan dengan hasil asesmen diagnosis gaya belajar yaitu visual dan
audio visual. Selanjutnya guru memberikan LKPD yang berisi
permasalahan sesuai dengan materi dan meminta peserta didik untuk
bekolaborasi dalam menyelesaikan LKPD tersebut.
Selanjutnya fase ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan
kelompok guru berkeliling membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan LKPD, siswa boleh bertanya jika
mengalami kendala kemudian fase keempat yaitu menyajikan hasil karya
pada fase ini peserta didik telah selesai mengerjakan LKPD kemudian
37
menyajikan hasil diskusi mereka didepan kelas, guru meminta kelompok
yang bersedia maju kedepan dan kelompok lain menyimak serta
memberikan kritik, apresiasi maupun saran untuk menanggapi hasil diskusi
yang disajikan dan terakhir adalah fase kelima yaitu menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah disini guru memberikan
penguatan tentang proses diskusi maupun hasil dari LKPD guru juga bisa
memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif berkolaborasi kemudian guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang
materi yang belum difahami.
Pada bagian ketiga yaitu penutup, guru memberikan asesmen formatif
sebanyak 2 soal untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus I ini
kemudian guru melakukan refleksi pembelajaran secara langsung dan juga
aplikasi padlet yang link refleksinya sudah diberikan di group kelas ini
memudahkan guru untuk melihat secara keseluruhan hasil pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini. Selanjutnya guru mengingatkan untuk
mempelajari materi selanjutnya mengenai pertumbuhan fungsi eksponen
dan terakhir guru menutup pembelajaran dengan salam.
c. Hasil Tindakan Siklus 1
Setelah kegiatan pembelajaran matematika dengan materi definisi
fungsi eksponen dan menggambar grafik fungsi eksponen, guru
memberikan asesmen formatif untuk melihat adanya peningkatan hasil
belajar siswa menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan
pembelajaran berdiferensiasi. Dapat dilihat hasil belajar siswa siklus I pada
tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Siklus I
Statistik Nilai Statistik Posttest
Siklus I
Jumlah Siswa 43
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 83,3
Skor Minimum 33,3
Rentang Skor 50
Skor Rata rata 60,46
38
Berdasarkan data hasil belajar yang didapat pada siklus I, terdapat
nilai terendah yaitu 33,3 dan nilai tertinggi 83,3. Dengan nilai rata rata 60,5
terdapat 26 siswa yang telah mencapai KKTP atau sebesar 60,5 % dan
terdapat 17 siswa yang masih belum mencapai KKTP atau sebesar 39,5%.
Data yang diperoleh pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan
hasil belajar prasiklus, sedangkan untuk keaktifan siswa juga mengalami
peningkatan terlihat dari proses pembelajaran dimana siswa mulai berani
bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok.
Pada saat proses pembelajaran selain mengamati proses KBM yang
dilakukan peneliti, guru observer juga mengamati aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi dan hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut ini :
Tabel 4.4 Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Langkah- Kegiatan Inti Skor Jumlah Rata Kategori
langkah Pembelajaran skor rata
Problem Based 1 2 3 4
Learning
1 Berorientasi Mengamati,
1 20 14 8 115 2,67 Baik
pada masalah menanya
2 Berdiskusi Merencanakan
dalam kelompok pemecahan 1 23 8 11 115 2,67 Baik
belajar masalah
3 Melaksanakan Mengumpulka
kegiatan n informasi 13 22 6 2 83 1,9 Cukup
penyelidikan
4 Menyajikan Mengkomunik
hasil karya asi dan 12 22 7 2 85 1,9 Cukup
mencoba
5 Menganalisis Melakukan
dan tanya jawab
mengevaluasi dan diskusi
14 19 7 3 85 1,9 Cukup
proses
pemecahan
masalah
Jumlah 483
39
Persentasi keberhasilan 56,16%
Kriteria Baik
40
siswa saya amati peserta didik penyelidikan kelompok kemudian
masih mengalami kesulitan saat memaksimalkan pemahaman
menggambar grafik dari fungsi permasalahan pada LKPD sesuai
eksponen. Hal ini juga dengan tujuan pembelajaran
disampaikan siswa pada saat
refleksi diakhir pembelajaran
mereka mengalami kesulitan
menggambar grafik fungsi
eksponen
41
belajar diberikan berdasarkan menjelaskanya sebelum kegiatan
gaya belajar siswa sebelum orientasi masalah
langkah orientasi masalah agar
lebih efektif
42
sehingga berdasarkan hasil diskusi bersama guru pamong dan dosen
pembimbing lapangan maka siklus penelitian perlu dilanjutkan dan
refleksi siklus I digunakan sebagai perbaikan untuk pelaksanaan siklus II
3. Deskripsi Pelaksanaan tindakan siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh pada siklus I
pada hasil kegiatan refleksi siklus I menjadi dasar terjadinya siklus II maka
dari itu untuk melakukan perbaikan pembelajaran, pada penelitian ini
dilakukan proses perencanaan penelitian yang mengacu pada hasil refleksi
siklus I.Adapun proses perencanaannya adalah merencanakan pembelajaran
yang akan diterapkan dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) dan pembelajaran berdiferensiasi disertai dengan lembar kerja
peserta didik, modul ajar dan instrumen penilaian yaitu lembar observasi
guru pada kegiatan belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa
serta asesmen formatif untuk mengukur hasil belajar siswa yang akan
digunakan pada siklus II. Selanjutnya didiskusikan dan divalidasi bersama
guru pamong dan dosen pembimbing lapangan sehingga perangkat ajar
yang disiapkan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan disekolah.
Selanjutnya saya juga menjelaskan kepada kolaborator sebagai guru
observer tentang bagaimana mengisi lembar observasi guru pada kegiatan
belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa.
Sebagai rencana perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada proses
pembelajaran saya akan memperbaiki powerpoint yang akan ditampilkan
yaitu dimulai dari sumber belajar sebagai diferensiasi proses akan
disampaikan sebelum kegiatan orientasi masalah serta menjelaskan
penggunaanya, selanjutnya menuliskan dan menyebutkan sintak model
Problem Based Learning (PBL) pada saat pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada pelaksanaan Pembelajaran siklus II ini menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dan pembelajaran berdiferensiasi. Pada
Siklus II semua siswa hadir. Pembelajaran ini terdiri dari tiga bagian yaitu
43
pembuka, kegiatan inti dan penutup sedangkan materi yang dibahas pada
siklus II ini adalah pertumbuhan fungsi eksponen. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
dengan pembelajaran berdiferensiasi di kelas X.8 sebagai berikut dimulai
dengan kegiatan awal dimana guru mengawali dengan memberikan salam
serta pertanyaan mengenai kondisi siswa kemudian guru meminta peserta
didik berdo’a sebelum memulai pembelajaran, guru mengecek kehadiran
peserta didik selanjutnya guru dan siswa membuat kesepakatan kelas
kemudian guru memberikan apersepsi. Guru menyampaikan tujuan dan
manfaat pembelajaran serta penilaian yang akan dilakukan dan terakhir guru
menjelaskan mekanisme model Problem Based Learning (PBL) yang akan
dilaksanakan hari ini.
Pada bagian kedua yaitu kegiatan inti yang menerapkan model
Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi di fase
pertama yaitu Orientasi masalah guru menampilkan peristiwa dalam
kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan pertumbuhan fungsi eksponen
melalui media powerpoint lalu mengarahkan siswa memahami masalah
yang ditampilkan dan memberikan siswa kesempatan untuk bertanya dan
berpendapat. Fase kedua yaitu mengorganisasi peserta didik untuk belajar
guru meminta siswa untuk duduk berkelompok sebanyak 5 orang dan
kelompok sudah dibentuk oleh guru berdasarkan gaya belajar disini guru
menerapkan diferensiasi proses untuk itu guru menyediakan sumber belajar
berupa bahan ajar dan video pembelajaran, hal ini menyesuaikan dengan
hasil asesmen diagnosis gaya belajar yaitu visual dan audio visual.
Selanjutnya guru memberikan LKPD yang berisi permasalahan sesuai
dengan materi dan meminta peserta didik untuk bekolaborasi dalam
menyelesaikan LKPD tersebut.
Selanjutnya fase ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan
kelompok guru berkeliling membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan LKPD, siswa boleh bertanya jika
mengalami kendala kemudian fase keempat yaitu menyajikan hasil karya
44
pada fase ini peserta didik telah selesai mengerjakan LKPD kemudian
menyajikan hasil diskusi mereka didepan kelas, guru meminta kelompok
yang bersedia maju kedepan dan kelompok lain menyimak serta
memberikan kritik, apresiasi maupun saran untuk menanggapi hasil diskusi
yang disajikan dan terakhir adalah fase kelima yaitu menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah disini guru memberikan
penguatan tentang proses diskusi maupun hasil dari LKPD guru juga bisa
memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif berkolaborasi kemudian guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang
materi yang belum difahami.
Pada bagian ketiga yaitu penutup, guru memberikan asesmen
formatif sebanyak 4 soal untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus II
ini kemudian guru melakukan refleksi pembelajaran secara langsung dan
juga aplikasi padlet yang sudah diberikan di group kelas hal ini
memudahkan guru untuk melihat secara keseluruhan hasil pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini. Selanjutnya guru mengingatkan untuk
mempelajari materi selanjutnya mengenai peluruhan fungsi eksponen dan
terakhir guru menutup pembelajaran dengan salam.
c. Hasil Tindakan Siklus II
Setelah kegiatan pembelajaran matematika dengan pertumbuhan
fungsi eksponen, guru memberikan asesmen formatif untuk melihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi. Dapat dilihat hasil
belajar siswa siklus II pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Siklus II
Statistik Nilai Statistik Posttest
Siklus II
Jumlah Siswa 43
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 50
Rentang Skor 50
Skor Rata rata 79,20
45
Berdasarkan data hasil belajar yang didapat pada siklus ke II yaitu
nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi 100 kemudian didapat nilai rata
rata yaitu 79,2 dimana ada 37 orang siswa yang mencapai KKTP atau
sebesar 86% dan juga 6 orang siswa yang belum mencapati KKTP atau
sebesar 14%. Data yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan hasil belajar pada siklus I, sedangkan untuk keaktifan siswa
juga mengalami peningkatan terlihat dari proses pembelajaran dimana siswa
mulai berani bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok, kemudian siswa
mulai mengangkat tangan ketika dipersilahkan untuk berpendapat.
Pada saat proses pembelajaran selain mengamati proses kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan peneliti, guru observer juga mengamati
aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dan hasil analisisnya dapat
dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No Langkah- Kegiatan Inti Skor Jumlah Rata Kategori
langkah Problem Pembelajaran skor rata
Based Learning 1 2 3 4
Jumlah 647
46
Jumlah Rata rata skor aktivitas siswa 15,04
47
rata nilai 79,20 kemudian nilai aktivitas siswa 15,05 dengan kategori sangat
baik, hal ini menunjukan bahwa tes hasil belajar pada siklus II meningkat
serta aktivitas siswa juga meningkat walaupun masih ada yang belum
mencapai KKTP yaitu sebanyak 6 orang oleh karena itu penulis masih akan
melanjutkan ke siklus ke III, berikut hasil refleksi dan rencana perbaikan
yang disajikan pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Hasil Refleksi dan Rencana Perbaikan Siklus II
48
4. Deskripsi Pelaksanaan tindakan siklus III
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh pada siklus II
pada hasil kegiatan refleksi siklus II menjadi dasar terjadinya siklus III maka
dari itu untuk melakukan perbaikan pembelajaran, pada penelitian ini
dilakukan proses perencanaan penelitian yang mengacu pada hasil refleksi
siklus II. Adapun proses perencanaannya adalah merencanakan
pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dan Pembelajaran berdiferensiasi disertai dengan
lembar kerja peserta didik, modul ajar dan instrumen penilaian yaitu lembar
observasi guru pada KBM dan lembar observasi aktivitas siswa serta
asesmen formatif untuk mengukur hasil belajar siswa yang akan digunakan
pada siklus III. selanjutnya didiskusikan dan divalidasi bersama guru
pamong dan dosen pembimbing lapangan sehingga perangkat ajar yang
disiapkan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan disekolah. Selanjutnya
saya juga menjelaskan kepada kolaborator sebagai guru observer tentang
bagaimana mengisi lembar observasi guru pada KBM dan lembar observasi
aktivitas siswa.
Sebagai rencana perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada proses
pembelajaran saya akan menambahkan kesepakatan kelas untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam memberikan pedapat pada fase
menyajikan hasil karya yaitu setiap kelompok yang menyajikan hasil karya
wajib diberikan masukan ataupun apresiasi oleh kelompok lainnya minimal
satu kelompok. Kemudian saya juga akan tetap memberikan penguatan
berupa nasihat bahwa banyak manfaat ketika mereka memulai berani untuk
berpendapat dan berdiskusi.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Pada pelaksanaan Pembelajaran siklus III ini menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dan Pembelajaran berdiferensiasi. Pada
Siklus III semua siswa hadir. Pembelajaran ini terdiri dari tiga bagian yaitu
pembuka, kegiatan inti dan penutup sedangkan materi yang dibahas pada
49
siklus III ini adalah peluruhan fungsi eksponen. Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas X.8 sebagai berikut dimulai dengan
kegiatan awal dimana guru mengawali dengan memberikan salam serta
pertanyaan mengenai kondisi siswa kemudian guru meminta peserta didik
berdo’a sebelum memulai pembelajaran, guru mengecek kehadiran peserta
didik selanjutnya guru dan siswa membuat kesepakatan kelas kemudian
guru memberikan apersepsi. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran serta penilaian yang akan dilakukan dan terakhir guru
menjelaskan mekanisme model Problem Based Learning (PBL) yang akan
dilaksanakan hari ini.
Pada bagian kedua yaitu kegiatan inti yang menerapkan model Problem
Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi fase pertama
yaitu Orientasi masalah guru menampilkan peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan peluruhan fungsi eksponen melalui media
powerpoint lalu mengarahkan siswa memahami masalah yang ditampilkan
dan memberikan siswa kesempatan untuk bertanya dan berpendapat. Fase
kedua yaitu mengorganisasi peserta didik untuk belajar guru meminta siswa
untuk duduk berkelompok sebanyak 5 orang dan kelompok sudah dibentuk
oleh guru berdasarkan gaya belajar disini guru menerapkan diferensiasi
proses untuk itu guru menyediakan sumber belajar berupa bahan ajar dan
video pembelajaran, hal ini menyesuaikan dengan hasil asesmen diagnosis
gaya belajar yaitu visual dan audio visual. Selanjutnya guru memberikan
LKPD yang berisi permasalahan sesuai dengan materi dan meminta peserta
didik untuk bekolaborasi dalam menyelesaikan LKPD tersebut.
Selanjutnya fase ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan
kelompok guru berkeliling membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan LKPD, siswa boleh bertanya jika
mengalami kendala kemudian fase keempat yaitu menyajikan hasil karya
pada fase ini peserta didik telah selesai mengerjakan LKPD kemudian
menyajikan hasil diskusi mereka didepan kelas, guru meminta kelompok
50
yang bersedia maju kedepan dan kelompok lain menyimak serta
memberikan kritik, apresiasi maupun saran untuk menanggapi hasil diskusi
yang disajikan dan terakhir adalah fase kelima yaitu menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah disini guru memberikan
penguatan tentang proses diskusi maupun hasil dari LKPD guru juga bisa
memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif berkolaborasi kemudian guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang
materi yang belum difahami.
Pada bagian ketiga yaitu penutup, guru memberikan asesmen
formatif sebanyak 4 soal untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus III
ini kemudian guru melakukan refleksi pembelajaran secara langsung dan
juga aplikasi padlet yang link refleksinya sudah diberikan di group kelas ini
memudahkan guru untuk melihat secara keseluruhan hasil pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini. Selanjutnya guru mengingatkan untuk
mempelajari materi selanjutnya mengenai bentuk akar dan terakhir guru
menutup pembelajaran dengan salam.
c. Hasil Tindakan Siklus III
Setelah kegiatan pembelajaran matematika dengan materi peluruhan
fungsi eksponen, guru memberikan asesmen formatif untuk melihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi. Dapat dilihat hasil
belajar siswa siklus III pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Siklus III
Statistik Nilai Statistik Posttest
Siklus III
Jumlah Siswa 43
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 50
Rentang Skor 50
Skor Rata rata 83,3
Berdasarkan data hasil belajar yang didapat pada siklus ke III yaitu
nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi 100 kemudian didapat nilai rata
51
rata yaitu 83,3 dimana ada 40 orang siswa yang mencapai KKTP atau
sebesar 93% dan juga 3 orang siswa yang belum mencapati KKTP atau
sebesar 7%. Data yang diperoleh pada siklus III mengalami peningkatan
dibandingkan hasil belajar pada siklus II, sedangkan untuk keaktifan siswa
juga mengalami peningkatan terlihat dari proses pembelajaran dimana siswa
mulai berani bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok, kemudian siswa
mulai mengangkat tangan ketika dipersilahkan untuk berpendapat dan juga
siswa mulai memberi tanggapan dan menyangga hasil diskusi temannya jika
hasilnya berbeda ini menunjukan keaktifan siswa mulai meningkat saat fase
menyajikan hasil diskusi jadi suasana diskusi mulai menarik dan menambah
motivasi mereka dalam memahami materi.
Pada saat proses pembelajaran selain mengamati proses KBM yang
dilakukan peneliti, guru observer juga mengamati aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi dan hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut ini :
Tabel 4.10 Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III
No Langkah- Kegiatan Inti Skor Jumlah Rata Kategori
langkah Pembelajaran skor rata
Problem Based 1 2 3 4
Learning
2 Berdiskusi Merencanakan
Sangat
dalam kelompok pemecahan 0 1 11 31 159 3,69
Baik
belajar masalah
3 Melaksanakan Mengumpulkan
Sangat
kegiatan informasi 0 1 9 33 161 3,74
Baik
penyelidikan
52
pemecahan
masalah
Jumlah 767
Berdasarkan data lembar observasi aktivitas siswa pada tabel 4.10 diketahui
bahwa skor rata rata aktivitas siswa pada siklus III adalah 17,81 atau dalam
persentase adalah sebesar 89,18%. Hal ini dapat diartikan rata rata aktivitas siswa
termasuk dalam kategori sangat baik. oleh karena itu siswa sudah mampu
memahami permasalahan pada LKPD dan mampu berkolaborasi dengan baik serta
aktif dalam berpendapat dan menyajikan hasil diskusi.
d. Refleksi Tindakan Siklus III
Tahap ini dilakukan bersama guru pamong dan rekan sejawat, Peneliti
bersama guru pamong dan rekan sejawat sebagai guru observer melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan pembelajaran, pada siklus III ini siswa terlihat lebih
bersemangat , sudah tidak malu bertanya dan sudah ada inisiatif sendiri untuk
bertanya kemudian terlihat suasana kelas yang aktif ketika pada saat persentasi hasil
diskusi setiap kelompok mulai mengangkat tangan untuk maju kedepan. Pada siklus
III ini siswa juga sudah berani menyangga jawaban temannya yang keliru serta
sudah ada inisiatif sendiri untuk memberikan apresiasi. Saat proses pembelajaran
pada siklus III ini suasana kelas sudah nyaman dan kondusif hal ini menunjukan
peningkatan keaktifan mereka saat berkolaborasi dikelompok, dengan kata lain
peningkatan aktivitas ini sejalan dengan peningkatan hasil belajar siwa.
Berdasarkan asesmen formatif siswa dan lembar observasi siswa pada siklus
III ini hasil belajar siswa mencapai nilai maksimum 100 dan rata rata nilai 83,33
kemudian nilai rata rata aktivitas siswa 17,81 dengan kategori sangat baik, hal ini
menunjukan bahwa tes hasil belajar pada siklus III meningkat serta aktivitas siswa
juga meningkat walaupun masih ada yang belum mencapai KKTP yaitu sebanyak
53
3 orang, menurut peneliti pencapaian pada siklus ke III ini sudah memenuhi
indikator dari keberhasilan penelitian ini oleh karena itu peneliti menyimpulkan
berhenti di siklus ke III.
5. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus I,
Siklus II dan Siklus III
Berikut ini akan diuraikan perbandingan hasil analisis statistik deskirtif yaitu
hasil belajar matematika siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi dan hasil
observasi aktivitas murid. untuk hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Analisis Statistik Deskriptif Siklus I , siklus
II dan III
Statistik Nilai Statistik Nilai Statistik Nilai Statistik
Posttest Posttest Posttest
Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah Siswa 43 43 43
Rentang Skor 50 50 50
Berdasarkan tabel diatas dapat bahwa pada siklus I persentase murid yang
tidak memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah 39,5% dari jumlah keseluruhan
54
murid, sedangkan persentase murid yang mencapai kriteria ketuntasan individu
sebesar 60,5%. Pada Siklus II persentase murid yang tidak memenuhi kriteria
ketuntasan individu adalah 14% dari jumlah keseluruhan murid, sedangkan
persentase murid yang mencapai kriteria ketuntasan individu sebesar 86%,
kemudian Pada Siklus III persentase murid yang tidak memenuhi kriteria
ketuntasan individu adalah 7% dari jumlah keseluruhan murid, sedangkan
persentase murid yang mencapai kriteria ketuntasan individu sebesar 93%.
Jika dikaitkan dengan indikator ketuntasan hasil belajar murid, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas X.8 SMA Negeri 2
Palembang setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi memenuhi indikator
ketuntasan hasil belajar murid secara klasikal yaitu diatas 85%. Menurut (Trianto,
2009) yaitu suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajar (ketuntasan klasikal) jika
dalam kelas tersebut terdapat ≥85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 25,5%,
kemudian peningkatan siklus II ke siklus III sebesar 7% setelah diberikan perlakuan
dengan menggunakan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan
pembelajaran berdiferensiasi sedangkan untuk analisis deskriptif untuk mengetahui
aktivitas belajar murid dapat dilihat pada tabel 4.13 dan untuk analisis peningkatan
skor rata-rata aktivitas siswa berdasarkan sintak pada model Problem Based
Learning (PBL) disajikan dalam diagram berikut ini:
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Analisis ketuntasan aktivitas belajar siswa
Kategori Persentase Persentase Persentase
Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah rata rata skor aktivitas 11,04 15,04 17,81
siswa
55
Figur 4.1. Prosedur pembelajaran Problem Based Learning
56
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diawali dengan
melakukan observasi dan asesmen diagnosis, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan sekaligus pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa kelas X.8 SMA negeri 2 Palembang
melalui model Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran
berdiferensiasi. Tindakan penelitian ini dilaksanakan sesuai modul ajar yang dibuat
berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pertemuan.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan lembar
observasi aktivitas siswa. Data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen
tersebut akan dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil dan aktivitas siswa
pada setiap siklusnya. Berikut akan dibahas hasil dari penelitian yaitu tentang hasil
dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Peneliti bertujuan untuk melaksanakan perbaikan proses pembelajaran
dikelas, perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), menurut (Jailani, Sugiman, &
Apino, 2017)menjelaskan pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dapat digunakan sepanjang hidupnya.
Model Problem based Learning (PBL) akan membantu siswa terbiasa berpikir
kritis dan memecahkan masalah secara mandiri, sehingga siswa dapat mengerjakan
soal evaluasi dengan lebih mudah. Kemudian peneliti juga memberikan tindakan
dengan pembelajaran berdiferensiasi melalui aspek diferensiasi proses dimana
setiap kelompok dibagi berdasarkan gaya belajar siswa dan peneliti menyediakan
sumber belajar sesuai dengan gaya belar masing masing siswa. Menurut (Muslimin,
et al., 2022) pembelajaran berdeferensiasi melalui model Problem Based Learning
ini telah mengakomodir kebutuhan belajar murid masing-masing, yaitu profil
(gaya) belajar dan minat mereka. disamping itu juga terlihat bahwasannya terjadi
peningkatan aktivitas murid dalam proses belajar mengajar serta hasil belajar
murid.
57
Selama pelaksanaan siklus peneliti melaksanakan refleksi dan menemui
beberapa kendala yaitu siswa belum mengenal pembelajaran berdiferensiasi
dikarenakan siswa kelas X.8 adalah siswa baru, kemudian siswa juga membutuhkan
adaptasi dalam berkolaborasi dikarenakan mereka juga baru mengenal satu sama
lain, peneliti juga mengalami kendala saat pelaksanakan tindakan dikelas X.8
terdapat 4 orang siswa berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi maka dari itu peneliti berdiskusi dengan guru pamong untuk
mencari solusi dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus ini. Setelah berdiskusi
guru pamong dan peneliti memutuskan untuk tidak memasukan ke 4 siswa tersebut
menjadi objek penelitian oleh karena itu objek penelitian menjadi 43 orang siswa,
hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penelitian untuk mempertimbangkan
pelaksanaan tindakan dengan pembelajaran inklusi.
Secara keseluruhan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa meningkat, pada
pelaksanaan peneliti juga melakukan refleksi setiap siklusnya pada refleksi siklus 1
banyak perbaikan yang harus dilakukan oleh peneliti dimana hasil belajar siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal dan skor aktivitas siswa juga masih
dalam kategori baik akan tetapi masih ada skor rata rata setiap indikator yang cukup
diantaranya kemampuan mengumpulkan informasi, mengkomunikasi dan mencoba
serta melakukan tanya jawab saat diskusi, maka dari itu peneliti melanjutkan
tindakan siklus II dimana hasil tindakan menunjukan peningkatan signifikan dari
hasil belajar dan juga aktivitas siswa dimana aktivitas siswa naik menjadi kategori
sangat baik. Meskipun demikian peneliti masih akan melanjutkan pada siklus III
hal itu dikarenakan peneliti merasa bahwa aktivitas siswa pada saat melakukan
tanya jawab dan diskusi masih belum maksimal, siswa masih belum berani untuk
menyangga jawaban dari temannya padahal jawaban tersebut salah maka dari itu
peneliti melakukan perbaikan pada siklus III dengan melaksanakan kesepakatan
kelas kepada siswa untuk melaksanakan tanya jawab serta tanggapan kepada
kelompok yang menyajikan hasil diskusi didepan kelas dan hasilnya hasil belajar
maupun aktivitas siswa juga meningkat signifikan pada siklus III ini. Maka dari itu
peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar mempunyai hubungan
berbanding lurus terhadap hasil belajar matematika siswa hal ini juga sejalan
58
dengan penelitian (Pratiwi, 2021) diperoleh hasil penelitian yang memberikan tanda
bahwa aktivitas belajar mempunyai peranan penting bagi para siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang baik.
Praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model
Problem Based Learning dengan pembelajaran berdiferensiasi juga menunjukan
peningkatan aktivitas belajar murid, baik keaktifan murid, tingkat partisipasi murid
dalam mengikuti proses pembelajaran sampai dengan selesai dengan baik, dan
menyelesaikan LKPD dengan kerjasama yang baik. Hasil pengamatan peneliti
selama proses pembelajaran terlihat bahwa murid senang dalam mengikuti
pembelajaran, murid sangat tertarik menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang
memperhatikan kebutuhan belajar murid yaitu profil (gaya) belajar, murid sangat
termotivasi setelah dilakukan pembelajaran berdeferensiasi, murid sangat
menyukai pembelajaran yang menggunakan media, misalnya video, gambar dan
benda sekitar. Hasil ini sejalan dengan penelitian (Muslimin, et al., 2022)) yaitu
pembelajaran berdeferensiasi ini sangat cocok dikombinasikan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning, yaitu saat proses pembelajaran ketika
murid telah dikelompokkan dan diberikan perlakuan sesuai kebutuhan masing-
masing.
Setelah melaksankan tindakan, pada akhir pembelajaran peneliti
melaksanakan asesmen formatif kemudian peneliti menganalisis hasil belajar siswa
dan aktivitas belajar siswa, Hasil penelitian menunjukan pada siklus I ke siklus II
terdapat peningkatan ketuntasan secara klasikal, rata-rata persentase ketuntasan
hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 60,5% meningkat menjadi 86%, kemudian
meningkat kembali pada siklus III menjadi 93% sedangkan aktivitas belajar murid
pada siklus I ke siklus II juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 56,16%
meningkat menjadi 75,23% kemudian juga terjadi peningkatkan pada siklus III
sebesar 89,18%. Maka, dapat disimpulkan bahwa tindakan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi dapat
meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa kelas X.8 SMA Negeri 2 Palembang.
Seperti yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya tentang penerapan
pembelajaran berdiferensiasi, terbukti bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat
59
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika (Syarifuddin &
Nurmi, 2022). Selain itu penelitian lain menyebutkan pembelajaran berdiferensiasi
pada mata pelajaran matematika di kurikulum merdeka bisa diintegrasikan dengan
beberapa model pembelajaran seperti Problem Based Learning (PBL) dengan
menyesuaikan gaya belajar siswa. Pembelajaran berdiferensiasi dapat
mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang disesuaikan dengan minat, gaya
belajar, profil dan kesiapan belajar siswa oleh karena itu pendekatan ini dapat
dipakai dalam pembelajaran matematika (Gusteti & Neviyami, 2022)
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Data hasil belajar menunjukkan: Pada tahap observasi Pra Siklus ditemukan
dari 43 siswa terdapat 9 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sedangkan
sisanya 34 belum mencapai kriteria ketuntasan, pada siklus I terdapat 60,5%
siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sisanya 39,5% belum mencapai
kriteria ketuntasan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan dimana
terdapat 86% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sisanya masih ada 14%
siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan. Sedangkan pada Siklus III juga
terjadi peningkatan yaitu terdapat 93% siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan sisanya tinggal 7% siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan.
2. Data aktivitas siswa menunjukkan peningkatan, persentase keberhasilan siswa
untuk siklus I terlihat masih rendah yaitu 56,16% kemudian meningkat menjadi
75,23% pada siklus II dan puncaknya meningkat menjadi 89,18% pada siklus
III, dapat disimpulkan bahwa setelah tindakan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran
berdiferensiasi dapat meningkatkan aktivitas siswa.
61
B. Saran
1. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah untuk dapat
diterapkan pembelajaran berdeferensiasi berdasarkan kebutuhan murid
lainnya, seperti kemampuan awal peserta didik. Namun akan lebih
optimal dan lebih baik lagi jika kebutuhan belajar murid tersebut dapat
diakomodir seluruhnya dalam pembelajaran.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan media
pembelajaran untuk mendukung peningkatan hasil belajar siswa.
3. Penelitian selanjutnya juga dapat menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi dengan model Project Based learning (PJBL) untuk
menigkatkan aktivitas siswa dikelas
62
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. P., & Usman, H. (2022). Metode Penelitian Sosial Edisi Ketiga. Jakarta:
Bumi Aksara. Jakarta: Bumi Aksara.
Faiz, A., Pratama, A., & Kurniawaty, I. (2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada
pembelajaran matematika, matematika dan statistika di kurikulum merdeka.
Jurnal Basicedu Vol 6 No 2, 2846-2853.
Farida, I., Rahmawati, R., Aisyah, R., & Hesly, I. (2020). Pembelajaran Kimia
Sistem Daring di Masa Pandemi Covid 19 Bagi Generasim Z. KTI Massa
WHF Pandemi Covid 19.
Isma, T. W., Putra, R., Wicaksana, T. I., Tasrif, E., & Huda, A. (2022). 2022. Jurnal
Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Vol 6 No 1, 155-164.
Jailani, J., Sugiman, S., & Apino, E. (2017). Implementing the Problem-based
Learning in Order to Improve the Student's HOTS and Characters. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, 247-259.
Kemmis, S., & Taggart, R. (1988). The Action Research Planner. Victoria: Deakin
University.
63
Muslimin, M., Hirza, B., Nery, R. S., Yuliani, R. E., Heru, H., Supriadi, A., . . .
Khairani, N. (2022). Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui
pembelajaran berdiferensiasi dalam mewujudkan merdeka belajar. Jurnal
Pendidikan Matematika, 22-32.
Ningsih, P. R., Hidayat, A., & Kusairi, S. (2018). Penerapan Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Kelas III. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan
Pengembangan Vol 3 No 12, 1587-1593.
Permatasari, A., & Kuntjoro, S. (2019). Validitas LKPD Berbasis Problem Based
Learning pada Materi Daur Ulang Limbah untuk Melatih Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas X SMA. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
(BioEdu) Vol 8 No 3.
Pratiwi, F. (2021). Hubungan Antara Aktivitas Belajar dengan Hasil Belajar Fisika
Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Pangkep. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
64
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Windarti, A., Pambudi, D. I., & Asiyah, Y. N. (2020). Penerapan Model Problem-
Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Di Kelas Iva Sd Unggulan ‘Aisyiyah Bantul. Prosiding Pendidikan
Profesi Guru, (pp. 1441-1452).
65
66
Figur 4.2 Proses Pembelajaran Pendahuluan Figur 4.3 Proses Pembelajaran Apersepsi
email : vnotalia@gmail.com
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Abstract
This research is a Classroom Action Research using four stages, namely planning, action implementation,
observation and reflection. The data collection techniques used were interviews, observations and evaluation
test data.The results of the study found that the Pre-Cycle observation stage was 10 students who were complete
while the remaining 33 were not complete. In addition, the results of the learning style assessment showed that
the style of 12 students was visual learning style and 31 other students were visual auditory. In Cycle I, the
lowest score was 33.3 and the highest score was 83.3 with an average score of 60.5, besides that there were 26
students who had reached the passing criteria or 60.5% and there were 17 students who still had not reached
39.5%. Whereas in cycle II, the lowest score was 50 and the highest score was 100 with an average score of
79.2 where there were 37 students who reached the passing criteria or 86% and also 6 students who had not
reached graduation by 14%. Other findings in cycle III obtained the lowest score of 50 and the highest score
of 100 then obtained an average score of 83.3 where there were 40 students who reached KKTP or 93% and
also 3 students who had not reached KKTP or 7%. Overall, the percentage of success of student activity for
cycle I looks still low, namely 56.16%, increasing in cycles II and III to 75.23% and 89.19%. This proves that
learning using differentiated learning Problem Based Learning (PBL) learning model can increase the
mathematics learning activity of students in class X SMA Negeri 2 Palembang.
Abstrak
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan data tes evaluasi. Hasil penelitian menemukan tahap observasi Pra Siklus sebanyak 10 siswa
yang tuntas sedangkan sisanya 33 tidak tuntas. Selain itu, hasil asesmen gaya belajar menujukkan gaya 12
siswa gaya belajar visual dan 31 siswa lainnya visual auditori. Pada Siklus I didapat nilai terendah yaitu 33,3
tertinggi 83,3 rata rata 60,5, selain itu terdapat 26 siswa yang telah mencapai kriteria kelulusan atau sebesar
60,5 % dan terdapat 17 siswa yang masih belum mencapai kriteria kelulusan sebesar 39,5%. Sedangkan pada
siklus II nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi 100 dengan nilai rata rata yaitu 79,2 dimana terdapat 37
orang siswa yang mencapai kriteria kelulusan atau sebesar 86% dan juga 6 orang siswa yang belum mencapai
kelulusan sebesar 14%. Temuan lain pada siklus III didapat nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi 100
kemudian didapat nilai rata rata yaitu 83,3 dimana ada 40 orang siswa yang mencapai KKTP atau sebesar 93%
dan juga 3 orang siswa yang belum mencapai KKTP atau sebesar 7%. Secara keseluruhan persentase
keberhasilan aktivitas siswa untuk siklus I terlihat masih rendah yaitu 56,16% menglami peningkatan pada
siklus II dan III menjadi 75,23% dan 89,19 %. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
menggunakan model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa kelas
X di SMA Negeri 2 Palembang.
1. PENDAHULUAN
Kesuksesan peserta didik pada tingkat dasar dan menengah dalam hal penguasaan dan
pemahaman terhadap matematika bergantung bagaimana pembelajaran matematika itu berikan, tidak
hanya itu kemampuan peserta didik dalam memahami dan menerima materi matematika khususnya
diperlukan berbagai pendekatan yang dapat dilakukan oleh para guru dalam menanamkan konsep-
konsep dasar matematika. Setiap peserta didik memiliki pembawaan dan kemampuan yang berbeda-
beda, hal ini menunjukan karakteristik pola kemampuan dan pemahaman sebagai hasil pembawaan
yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial peserta didik yang dapat menentukan perilaku dan
keberhasilannya (Sardiman, 2001). Salah satu tujuan dan cita cita Ki Hajar Dewantara dalam
pembelajaran yaitu menuntut guru untuk menghormati dan mendamaikan segala perbedaan yang ada
di antara siswa untuk mewujudkan hak yang sama untuk semua siswa. Oleh karena itu, diperlukan
pendidikan seni liberal, khususnya melalui pembelajaran yang berdiferensiasi (Sugiarta, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terlihat bahwa
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah, sehingga hasil belajar siswa
juga rendah, hal ini disebabkan belum optimalnya pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pembelajaran hal ini sesuai dengan penelitian (Kosilah, 2020); (Slameto, 2010), Belum optimalnya
pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga ditemukan permasalahan kurangnya motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajar yang mereka dapatkan juga rendah.
Hasil observasi juga menunjukan siswa mengalami kesulitan dalam menguasai matematika dasar,
siswa merasa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa juga mengemukakan bahwa
pembelajaran diskusi dikelas membosankan karena jalanya diskusi saat guru berhalangan hadir, serta
ada juga siswa yang merasa pembawaan guru dikelas tidak memotivasi mereka untuk belajar karena
hanya duduk saja saat proses pembelajaran. Selain itu untuk pemahaman materi, siswa kesulitan
dalam memahami soal cerita karena kurangnya pembiasaan dari guru dalam menggunakan dan
mengaplikasikan soal-soal cerita pada pembelajaran matematika.
Masalah dalam belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu ketidakmampuan belajar yang
terletak dalam perkembangan kognitif Siswa tersebut dan penyebab kesulitan belajar di luar anak
atau masalah lain pada Siswa. Dari permasalahan tersebut penulis menyimpulkan bahwa guru belum
sepenuhnya faham tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dimana pembelajaran
berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran paradigma baru yang berpusat kepada peserta
didik dan diterapkan pada kurikulum merdeka saat ini, Model pembelajaran berdiferensiasi
menganggap semua siswa adalah unik (Faiz, Pratama, & Kurniawaty, 2022). Pembelajaran
berdiferensiasi mengakomodir kebutuhan peserta didik, ada perbedaan antara masing-masing siswa
yang harus diperhitungkan karena peserta didik berada pada lingkungan dan budaya masing-masing.
(Wahyuningsih, 2020) menambahkan pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dan dilakukan
tidak lain adalah untuk menggali minat dan bakat siswa itu sendiri.
Selain itu juga guru belum memaksimalkan model pembelajaran yang mendukung
kemampuan pemecahan masalah pada saat menyelesaikan soal cerita misalnya menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL). Arend dalam (Al-Tabany , 2017)) menyatakan bahwa
problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dengan menggunakan masalah dalam dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun
pengetahuan peserta didik, melatih kemandirian dan rasa percaya diri dan mengembangkan
keterampilan berpikir peserta didik dalam pemecahan masalah. (Hamalik, 2014) berpendapat bahwa
belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman. Melalui problem
based learning (PBL) yang pengajarannya berawal dari persoalan dalam dunia nyata, diharapkan
pembelajaran matematika dapat menjadi bermakna bagi peserta didik, dengan demikian selain
diharapkan dapat menarik minat peserta didik terhadap pelajaran matematika dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian (Muslimin, et al., 2022)yaitu disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran berdiferensiasi melalui model Pembelajaran Problem Based Learning
dalam pembelajaran Matematika di kelas VIII SMP Negeri X dapat meningkatkan hasil belajar murid
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
dan aktivitas belajar murid. Oleh sebab itu peneliti bertujuan melaksanakan penelitian tindakan kelas
ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan
pembelajaran berdiferensiasi dan model pembelajaran problem based learning (PBL).
2. METODOLOGI PENELITAN
2.1 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas atau PTK yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X SMA Negeri 2 Palembang tahun ajaran 2023/2024 yang berjumlah 43 siswa diantaranya 19
siswa laki laki dan 24 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2023 sampai dengan
agustus 2023 dengan 3 siklus pembelajaran. Penelitian ini juga menggunakan langkah-langkah
sebagaimana disarankan oleh (Kemmis & Taggart, 1988) dalam (Windarti, Pambudi, & Asiyah,
2020)yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Berikut empat tahapan kegiatan tersebut dapat di ilustrasikan sebagai berikut:
Analisis Lembar Observasi aktivitas siswa Data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis secara
deskriptif, menurut (Widyoko, 2012) klasifikasi berdasarkan skor dapat dilakukan sebagai berikut:
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
Pada kegiatan Prasiklus, dari 43 siswa terdapat 9 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan,
sementara 34 siswa belum tuntas dan nilai rata-rata 39,30. kemudian dilakukan juga asesmen gaya
belajar sebagai rencana tindak lanjut pada kegiatan siklus I untuk melaksanakan aspek diferensiasi
proses terkait gaya belajar yang diperlukan pada saat pembelajaran dilaksanakan.
Berdasarkan data hasil belajar yang didapat pada siklus I, terdapat nilai terendah yaitu 33,3
dan nilai tertinggi 83,3. Dengan nilai rata rata 60,5 terdapat 26 siswa yang telah mencapai KKTP
atau sebesar 60,5 % dan terdapat 17 siswa yang masih belum mencapai KKTP atau sebesar 39,5%.
Data yang diperoleh pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan hasil belajar prasiklus,
sedangkan untuk keaktifan siswa juga mengalami peningkatan terlihat dari proses pembelajaran
dimana siswa mulai berani bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok. Pada saat proses
pembelajaran selain mengamati proses KBM yang dilakukan peneliti, guru observer juga mengamati
aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dan hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Hasil observasi menunjukkan aktivitas siswa pada tabel 6 diketahui bahwa skor rata rata
aktivitas siswa pada siklus I adalah 11,04 atau dalam persentase adalah sebesar 56,16% Hal ini dapat
diartikan rata rata aktivitas siswa dalam pembelajaran termasuk dalam kategori baik. Namun masih
ada beberapa hal yang belum dicapai sebesar 43,84% belum dikatakan maksimal meliputi aspek
memahami masalah serta diskusi yang disebabkan oleh kurangnya antusias siswa dalam berdiskusi
baik bertanya ataupun memberi pendapat.
Jumlah Siswa 43
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 50
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
Rentang Skor 50
Skor Rata rata 79,20
Berdasarkan data hasil belajar yang didapat pada siklus ke II yaitu nilai terendah yaitu 50
dan nilai tertinggi 100 kemudian didapat nilai rata rata yaitu 79,2 dimana ada 37 orang siswa yang
mencapai KKTP atau sebesar 86% dan juga 6 orang siswa yang belum mencapati KKTP atau sebesar
14%. Data yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan hasil belajar pada
siklus I, sedangkan untuk keaktifan siswa juga mengalami peningkatan terlihat dari proses
pembelajaran dimana siswa mulai berani bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok, kemudian
siswa mulai menanggapi presentasi kelompok lain serta siswa mulai mengangkat tangan ketika
dipersilahkan untuk berpendapat. Pada saat proses pembelajaran selain mengamati proses KBM yang
dilakukan peneliti, guru observer juga mengamati aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi
dan hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Berdasarkan data lembar observasi aktivitas siswa pada tabel 8 diketahui bahwa skor rata
rata aktivitas siswa pada siklus II adalah 15,04 atau dalam persentase adalah sebesar 75,23%%. Hal
ini dapat diartikan rata rata aktivitas siswa dalam pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik.
oleh karena itu siswa sudah mampu memahami permasalahan pada LKPD dan mampu berkolaborasi
dengan baik serta aktif dalam berpendapat dan menyajikan hasil diskusi.
dan lembar observasi aktivitas siswa serta asesmen formatif untuk mengukur hasil belajar siswa yang
akan digunakan pada siklus III. Sebagai rencana perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada proses
pembelajaran saya akan menambahkan kesepakatan kelas untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam memberikan pedapat pada fase menyajikan hasil karya yaitu setiap kelompok yang
menyajikan hasil karya wajib diberikan masukan ataupun apresiasi oleh kelompok lainnya minimal
satu kelompok. Kemudian saya juga akan tetap memberikan penguatan berupa nasihat bahwa banyak
manfaat ketika mereka memulai berani untuk berpendapat dan berdiskusi.
Jumlah Siswa 43
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 50
Rentang Skor 50
Skor Rata rata 83,3
Dari tabel diatas terlihat hasil belajar siswa yang didapat pada siklus ke III nilai terendah
yaitu 50 dan nilai tertinggi 100 kemudian didapat nilai rata rata yaitu 83,3 dimana ada 40 orang siswa
yang mencapai KKTP atau sebesar 93% dan juga 3 orang siswa yang belum mencapati KKTP atau
sebesar 7%. Data yang diperoleh pada siklus III mengalami peningkatan dibandingkan hasil belajar
pada siklus II, sedangkan untuk keaktifan siswa juga mengalami peningkatan terlihat dari proses
pembelajaran dimana siswa mulai berani bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok, kemudian
siswa mulai mengangkat tangan ketika dipersilahkan untuk berpendapat dan juga siswa mulai
memberi tanggapan dan menyangga hasil diskusi temannya jika hasilnya berbeda ini menunjukan
keaktifan siswa mulai meningkat saat fase menyajikan hasil diskusi jadi suasana diskusi mulai
menarik dan menambah motivasi mereka dalam memahami materi. Pada saat proses pembelajaran
selain mengamati proses KBM yang dilakukan peneliti, guru observer juga mengamati aktifitas siswa
pada saat proses pembelajaran melalui lembar observasi dan hasil analisisnya disajikan pada tabel
10 berikut ini :
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
3.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus I, Siklus II dan
Siklus III
Berikut akan diuraikan perbandingan hasil analisis statistik deskriptif pada proses
pembelajaran Siklus I, II dan III pada tabel berikut ini :
Perbandingan hasil belajar matematika siswa yang dikategorikan berdasarkan ketuntasan belajar
dapat dilihat pada tabel 11 berikut :
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
Berdasarkan tabel diatas terlihat pada siklus I persentase siswa yang belum memenuhi
kriteria ketuntasan individu adalah 39,5% dari total keseluruhan siswa, sedangkan persentase siswa
yang memenuhi kriteria ketuntasan individu sebesar 60,5%. Pada Siklus II persentase siswa yang
belum memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah 14% dari total keseluruhan siswa, sedangkan
persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan individu sebesar 86%, kemudian Pada Siklus
III persentase siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah 7% dari total
keseluruhan siswa, sedangkan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan individu sebesar
93%.
Hasil belajar matematika siswa kelas X.8 SMA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi telah
memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal yaitu diatas 85%. (Al-Tabany ,
2017) yaitu didalam suatu kelas bisa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan klasikal) jika didalam kelas
tersebut terdapat lebih dari 85% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran atau
diartikan tuntas belajarnya. Jadi berdasarkan hasil belajar yang didapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 25,5%, kemudian peningkatan siklus II ke siklus III
sebesar 7% setelah diberikan perlakuan menggunkan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi sedangkan analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas
belajar murid dapat dilihat pada tabel 12 dan untuk analisis peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa
berdasarkan sintak pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disajikan dalam
diagram berikut ini :
Dari analisis tabel ketuntasan aktivitas belajar siswa diatas, persentase keberhasilan siswa
untuk siklus I masih termasuk dalam kategori rendah yaitu 56,16%. Akan tetapi, pada siklus II jumlah
persentase keberhasilan siswa meningkat menjadi 75,23% dan siklus III meningkat menjadi 89,18%.
Hasil ini menunjukan bahwa tindakan menggunkan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar
matematika siswa kelas X.8 SMA Negeri 2 Palembang sejalan dengan penelitian (Muslimin, et al.,
2022) (Isma, Putra, Wicaksana, Tasrif, & Huda, 2022); (Windarti, Pambudi, & Asiyah, 2020)Selain
itu penelitian lain Israwati dkk, 2022; menunjukan Model Problem Based Learning merupakan
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui metode
ilmiah sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan memiliki keterampilan dalam memecahkan
masalah ( (Farida, Rahmawati, Aisyah, & Hesly, 2020) (Ningsih, Hidayat, & Kusairi, 2018);
(Permatasari & Kuntjoro, 2019)). Model Problem Based Learning membuat peserta didik mampu
mengidentifikasi masalah, menemukan hubungan sebab akibat serta menerapkan konsep yang
sesuai dengan masalah (Rais & Suswanto, 2017)
4 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa poin penting sebagai hasil
dari penelitian ini diantaranya:
1. Data hasil belajar menunjukkan: Pada tahap observasi Pra Siklus ditemukan dari 43 siswa
terdapat 9 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sedangkan sisanya 34 belum mencapai
kriteria ketuntasan, pada siklus I terdapat 60,5% siswa yang mencapai ktiteria ketuntasan
sisanya 39,5% belum mencapai kriteria ketuntasan. Kemudian pada siklus II terjadi
peningkatan dimana terdapat 86% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sisanya masih ada
14% siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan. Sedangkan pada Siklus III juga terjadi
peningkatan yaitu terdapat 93% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sisanya tinggal 3%
siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan.
2. Data keaktifan siswa menunjukkan peningkatan, persentase keberhasilan siswa untuk siklus I
terlihat masih rendah yaitu 56,16 kemudian meningkat menjadi 75,23% pada siklus II dan
puncaknya meningkat menjadi 89,18% pada siklus III
3. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dengan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas belajar matematika siswa kelas X.8 SMA Negeri 2 Palembang sejalan dengan
penelitian (Israwati dkk, 2022; Isma dkk, 2022; Windarti dkk, 2020).
Referensi
Akbar, S. P., & Usman, H. (2022). Metode Penelitian Sosial Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Al-Tabany , T. I. (2017). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan konteksual. Jakarta:
Prenada Media.
Venia Notalia, Dina Octari, Edi Sumarno JSE
Faiz, A., Pratama, A., & Kurniawaty, I. (2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran
matematika, matematika dan statistika di kurikulum merdeka. Jurnal Basicedu Vol 6 No 2,
2846-2853.
Farida, I., Rahmawati, R., Aisyah, R., & Hesly, I. (2020). Pembelajaran kimia sistem daring di masa
pandemi Covid-19 bagi generasi Z. KTI Massa WHF Pandemi Covid-19.
Gusteti, M. U., & Neviyarni, N. (2022). 2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran
matematika di kurikulum merdeka. Jurnal Lebesgue: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
Matematika dan Pembelajaran, 636-646.
Hamalik, O. (2014). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isma, T. W., Putra, R., Wicaksana, T. I., Tasrif, E., & Huda, A. (2022). Peningkatan Hasil Belajar
Siswa melalui Problem Based Learning (PBL). . Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran, 155-164.
Israwaty, I., Muslimin, M., Lutfi, L., & Ilmi, N. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Zat Tunggal Dan Campuran Pada Siswa
Kelas V Upt Sd Negeri 3 Passeno. Gloval Journal Basic Education, 247-259.
Jailani, J., Sugiman, S., & Apino, E. (2017). Implementing the problem-based learning in order to
improve the students’ HOTS and characters. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 247-259.
Kemmis, S., & Taggart, R. (1988). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.
Kosilah, S. (2020). Penerapan Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe Assure dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Penelitian.
Muslimin, M., Hirza, B., Nery, R. S., Yuliani, R. E., Heru, H., Supriadi, A., . . . Khairani, N. (2022).
Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi dalam
mewujudkan merdeka belajar. Jurnal Pendidikan Matematika, 22-32.
Ningsih, P. R., Hidayat, A., & Kusairi, S. (2018). Penerapan problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas III. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan, 1587-1593.
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Menenagah. (2019). Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekonolgi.
Permatasari, A., & Kuntjoro, S. (2019). Validitas LKPD Berbasis Problem Based Learning Pada
Materi Daur Ulang Limbah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas X SMA.
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu) .
Rais, A. A., & Suswanto, H. (2017). Perbandingan Implementasi Model Problem Based Learning
Dan Direct Instruction Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Jaringan Dasar Kelas X. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan,
1043-1049.
Sardiman. (2020). interaksi dan motivasi belajar mengajar. jakarta: PT Raja Grafindo.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiarta, I. M. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat
Indonesia, 124-136.
Syarifuddin, S., & Nurmi, N. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 1 Wera Tahun Pelajaran
2021/2022. JagoMIPA. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 93-102.
Wahyuningsih, E. S. (2020). Model pembelajaran mastery learning upaya peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa. Deepublish.
Widyoko, E. P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Windarti, A., Pambudi, D. I., & Asiyah, Y. N. (2020). ). Penerapan model problem-based learning
(pbl) untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Di Kelas Iva Sd Unggulan
‘Aisyiyah Bantul. Prosiding Program Profesi Guru. Yogyakarta: Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Univesitas Ahmad Dahlan.