Anda di halaman 1dari 1

Usman si pelamun mengambil sepedanya di garasi, di dalam sana ada mobil Datsun tua dengan cat

merah marun yang sudah agak pudar. Sekarang dia sudah kelas 3 SMP, si Usman itu, setiap harinya,
selepas sekolah, ia dan teman-temannya, biasanya berkumpul di belakang gedung balaikota. Di sana
mereka menghabiskan sebungkus rokok bersama-sama.

Sebagai remaja tanggung, pada kelas 3 inilah, Usman dan kawan-kawan sedang dalam masa ingin
mencoba semuanya. Rokok, scotch, vodka, mansion, yang tiga terakhir kebetulan adalah produk tiruan,
maklum di kota kecil seperti Solok, untuk mencari minuman impor asli dengan harga murah cukup sulit.
Kalau beruntung, Usman dan kawan-kawan biasanya dapat rokok impor selundupan dari Batam, yang
entah bagaimana, bisa ada di kios-kios sekitar pasar dan terminal di pusat Kota Solok.

Biasanya yang disuruh membeli minuman, adalah yang bertampang tua, atau berbadan paling besar.
Usman karena badannya bongsor, adalah yang paling sering disuruh beli minuman. Awalnya, ia sempat
ditolak oleh beberapa penjaga kios, karena ekspresinya kurang meyakinkan. Akan tetapi, setelah
beberapa kali memperhatikan teman-temannya membeli dengan wajah yakin dan sok dewasa, Usman
pun selalu sukses membeli minuman-minuman itu.

Seperti halnya anak Solok, yang baru beranjak dewasa, Usman juga tergabung dalam beberapa geng
remaja. Sebenarnya bukan geng dalam makna sebenarnya, seperti di kota-kota besar, karena ini hanya
kota kecil semi kampung, geng-geng tersebut hanya jadi ajang kumpul-kumpul belaka. Tak ada
perkelahian antar geng yang brutal, seperti di Jakarta, atau di kota-kota lainnya. Terkadang memang ada
perkelahian, tetapi tidak sering. Tak ada korbang yang jatuh, atau meninggal dunia, paling-paling hanya
luka bacokan, atau kepalanya bocor terkena lemparan batu. Perkelahian hanya terjadi antar beberapa
geng saja, dan biasanya pasca perkelahian, geng yang bersangkutan dibubarkan, baik oleh kepala
sekolah, kalau geng tersebut, anggotanya adalah anak-anak sekolah tertentu. Kalau anggotanya bukan
satu sekolah, maka yang membubarkan biasanya Kapolres (Kepala Kepolisian Resor).

Anda mungkin juga menyukai