Anda di halaman 1dari 1

VII.

4 Kebebasan dalam Keterbatasan

Kecerdasan buatan diciptakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas


manusia. Namun, penggunaan kecerdasan buatan lebih banyak dalam konteks
konsumsi daripada produksi. Hal ini mengakibatkan banyak waktu terbuang untuk
mengakses produk kecerdasan buatan, yang dapat mengganggu waktu istirahat
yang cukup. Selain itu, konsumsi digital juga dikaitkan dengan masalah sosial
seperti perundungan siber dan penyebaran ujaran kebencian.

Penggunaan kecerdasan buatan dan budaya konsumsi online juga dapat


mengancam martabat digital, mengarah pada ketidakseimbangan antara konsumsi
dan produksi daring. Ini juga memicu kecenderungan masyarakat untuk terlibat
dalam aktivitas antisosial dan pemakaian berlebihan. Implementasi kecerdasan
buatan dan budaya konsumsi online juga dapat mengganggu kebebasan pengguna,
dengan algoritme yang mengontrol apa yang kita lihat dan bagikan.

Media sosial telah membuka akses ke berbagai informasi dan sudut pandang,
tetapi juga menciptakan echo chambers di mana pengguna hanya terpapar pada
pandangan yang sesuai dengan keyakinan mereka. Terlebih lagi, pengguna
cenderung membagikan pandangan ideologis tanpa melakukan verifikasi atau
berpikir kritis, yang mengancam kualitas diskusi online dan perspektif yang lebih
luas. Selain itu, kemampuan berkomunikasi intrapersonal mengalami penurunan,
dengan banyak orang kehilangan empati dan kemampuan melakukan verifikasi.
Semua ini menciptakan fenomena "epidemi irasionalitas" dalam budaya online.

Terlepas dari klaim bahwa internet telah memperkaya pengetahuan dan perspektif,
ada tantangan serius dalam memastikan bahwa pengguna online tetap terbuka
terhadap perbedaan pendapat dan berkomunikasi dengan hati nurani serta empati.

Anda mungkin juga menyukai