Anda di halaman 1dari 2

Nama : Piping Lestari

NIM : 121470008

Analisis Cuaca dan Iklim

1. Skala Variabilitas Iklim


• Variabilitas Iklim Jangka Pendek:Variabilitas iklim jangka pendek merujuk pada
fluktuasi cuaca yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat, biasanya dari
beberapa hari hingga beberapa musim.Contoh-contoh variabilitas iklim jangka
pendek meliputi perubahan suhu harian atau musiman, hujan ringan, badai, dan
perubahan cuaca yang cepat.
• Variabilitas Iklim Jangka Panjang: tertuju pada fluktuasi cuaca yang terjadi dalam
jangka waktu yang lebih panjang, seperti beberapa dekade hingga berabad-abad.
Contoh-contoh variabilitas iklim jangka panjang meliputi fenomena iklim seperti
El Niño dan La Niña, perubahan suhu rata-rata global dalam beberapa dekade,
dan perubahan pola musiman yang mengikuti siklus panjang, seperti siklus solar
dan siklus Milankovitch (perubahan dalam orbit Bumi).
2. -El Nino Southern Oscillation (ENSO) Peristiwa El Nino ditandai dengan meningkatnya anomali
suhu permukaan laut (ASPL) di wilayah Pasifik Tropis bagian timur dan tengah yang menyebabkan
peningkatan konveksi di wilayah pantai barat Amerika Selatan yang mengakibatkan hujan lebat di
kawasan tersebut. Sebaliknya, pada saat yang sama justru terjadi kekeringan di Indonesia.
Kebalikan dari peristiwa El Nino yaitu La Nina yang memiliki dampak yang berbeda di Indonesia,
yaitu umumnya terjadi peningkatan intensitas dan kejadian hujan di Indonesia yang berujung
pada banyaknya kejadian banjir.
-IOD Indian Ocean Dipole Saji et al. (1999) mengindikasikan bahwa fenomena IOD ikut
berkontribusi dalam mempengaruhi keragaman curah hujan di Indonesia, terutama di wilayah
Indonesia bagian barat. Indeks yang digunakan untuk monitoring fenomena IOD dikenal dengan
istilah Dipole Mode Index (DMI). Nilai DMI dihitung dari perbedaan antara nilai anomali suhu
permukaan laut di Samudera Hindia Bagian barat dekat pantai Afrika dengan nilai anomali di
wilayah bagian timur/tenggara Samudera tersebut. Nilai DMI positif menunjukkan meningkatnya
anomali SPL di wilayah Samudera Hindia bagian barat dekat pantai timur Afrika dan menurunnya
anomali SPL di sekitar kawasan barat Indonesia dekat perairan Sumatera dan Jawa. Menurunnya
anomali SPL di wilayah barat Indonesia karena IOD positif menyebabkan meningkatnya tekanan
dan berkurangnya 9 evaporasi dan pembentukan awan hujan di wilayah sekitar Indonesia,
sehingga Indonesia mengalami curah hujan yang rendah bahkan menyebabkan kekeringan.
3. Evaluasi model cuaca dan iklim adalah proses berkelanjutan, dan berbagai metode di atas sering
digunakan bersama-sama untuk memastikan model dapat memberikan prediksi yang akurat dan
berguna dalam meramalkan cuaca dan memahami perubahan iklim. tiga cara umum untuk
mengevaluasi model cuaca dan iklim:
• Analisis Statistik Deskriptif: Melakukan analisis statistik deskriptif terhadap data
pengamatan dan data hasil model untuk membandingkan statistik dasar seperti
rata-rata, median, deviasi standar, dan lainnya. Perbandingan ini dapat
memberikan pemahaman awal tentang sejauh mana model cocok dengan data
pengamatan. Menghitung korelasi antara data hasil model dengan data
observasi. Korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa model mampu mereproduksi
pola cuaca atau iklim yang benar.
• Verifikasi Terhadap Data Observasi: Membandingkan data hasil model dengan
data pengamatan cuaca dan iklim seperti data dari stasiun cuaca, satelit, atau
pengamatan laut. Perbandingan ini dapat mengidentifikasi perbedaan antara
hasil model dan realitas, seperti perbedaan dalam suhu, tekanan udara, curah
hujan, dan lainnya.
• Validasi Berbasis Proses Fisika: Menggunakan pengetahuan tentang proses fisika
yang mendasari cuaca dan iklim untuk mengevaluasi model
4. Model Cuaca Global (Global Weather Model)
• Model cuaca global adalah model numerik yang menggambarkan kondisi atmosfer di
seluruh dunia. Model ini memecah atmosfer menjadi kotak-kotak kecil dan memodelkan
perubahan suhu, tekanan udara, kelembaban, dan angin di setiap kotak selama jangka
waktu tertentu.Model cuaca global digunakan untuk meramalkan cuaca jangka menengah
hingga jangka Panjang dan memahami fenomena iklim global, seperti El Niño dan La Niña.
• Model Cuaca Regional (Regional Weather Model): Model cuaca regional adalah model
yang lebih terfokus pada daerah tertentu, seperti benua atau negara. Model ini memecah
wilayah tersebut menjadi grid yang lebih halus dan menghasilkan ramalan cuaca yang lebih
rinci untuk wilayah tersebut. digunakan untuk meramalkan cuaca lokal dan daerah, dan
sering digunakan oleh lembaga meteorologi nasional.
• Model Cuaca Numerik (Numerical Weather Model): Model cuaca numerik adalah
pendekatan matematis untuk memodelkan perubahan atmosfer dengan menggunakan
persamaan fisika dasar seperti hukum gerak, termodinamika, dan kontinuitas. Model ini
mengubah persamaan-persamaan ini menjadi bentuk numerik dan memecah wilayah
atmosfer ke dalam grid untuk perhitungan. digunakan untuk membuat ramalan cuaca
berdasarkan data pengamatan awal dan parameter awal yang diperbarui secara teratur.
• Model Iklim (Climate Model): Model iklim adalah model yang dirancang khusus untuk
memahami perubahan iklim jangka panjang. Mereka lebih kompleks daripada model cuaca
dan mencakup berbagai komponen seperti lautan, es, karbon dioksida, dan
lainnya.digunakan untuk memprediksi perubahan iklim di masa depan, seperti perubahan
suhu global, kenaikan permukaan laut, dan pola curah hujan.

Anda mungkin juga menyukai