• Variabilitas Iklim Jangka Pendek:Variabilitas iklim jangka pendek merujuk pada fluktuasi cuaca yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat, biasanya dari beberapa hari hingga beberapa musim.Contoh-contoh variabilitas iklim jangka pendek meliputi perubahan suhu harian atau musiman, hujan ringan, badai, dan perubahan cuaca yang cepat. • Variabilitas Iklim Jangka Panjang: tertuju pada fluktuasi cuaca yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang, seperti beberapa dekade hingga berabad-abad. Contoh-contoh variabilitas iklim jangka panjang meliputi fenomena iklim seperti El Niño dan La Niña, perubahan suhu rata-rata global dalam beberapa dekade, dan perubahan pola musiman yang mengikuti siklus panjang, seperti siklus solar dan siklus Milankovitch (perubahan dalam orbit Bumi). 2. -El Nino Southern Oscillation (ENSO) Peristiwa El Nino ditandai dengan meningkatnya anomali suhu permukaan laut (ASPL) di wilayah Pasifik Tropis bagian timur dan tengah yang menyebabkan peningkatan konveksi di wilayah pantai barat Amerika Selatan yang mengakibatkan hujan lebat di kawasan tersebut. Sebaliknya, pada saat yang sama justru terjadi kekeringan di Indonesia. Kebalikan dari peristiwa El Nino yaitu La Nina yang memiliki dampak yang berbeda di Indonesia, yaitu umumnya terjadi peningkatan intensitas dan kejadian hujan di Indonesia yang berujung pada banyaknya kejadian banjir. -IOD Indian Ocean Dipole Saji et al. (1999) mengindikasikan bahwa fenomena IOD ikut berkontribusi dalam mempengaruhi keragaman curah hujan di Indonesia, terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Indeks yang digunakan untuk monitoring fenomena IOD dikenal dengan istilah Dipole Mode Index (DMI). Nilai DMI dihitung dari perbedaan antara nilai anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia Bagian barat dekat pantai Afrika dengan nilai anomali di wilayah bagian timur/tenggara Samudera tersebut. Nilai DMI positif menunjukkan meningkatnya anomali SPL di wilayah Samudera Hindia bagian barat dekat pantai timur Afrika dan menurunnya anomali SPL di sekitar kawasan barat Indonesia dekat perairan Sumatera dan Jawa. Menurunnya anomali SPL di wilayah barat Indonesia karena IOD positif menyebabkan meningkatnya tekanan dan berkurangnya 9 evaporasi dan pembentukan awan hujan di wilayah sekitar Indonesia, sehingga Indonesia mengalami curah hujan yang rendah bahkan menyebabkan kekeringan. 3. Evaluasi model cuaca dan iklim adalah proses berkelanjutan, dan berbagai metode di atas sering digunakan bersama-sama untuk memastikan model dapat memberikan prediksi yang akurat dan berguna dalam meramalkan cuaca dan memahami perubahan iklim. tiga cara umum untuk mengevaluasi model cuaca dan iklim: • Analisis Statistik Deskriptif: Melakukan analisis statistik deskriptif terhadap data pengamatan dan data hasil model untuk membandingkan statistik dasar seperti rata-rata, median, deviasi standar, dan lainnya. Perbandingan ini dapat memberikan pemahaman awal tentang sejauh mana model cocok dengan data pengamatan. Menghitung korelasi antara data hasil model dengan data observasi. Korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa model mampu mereproduksi pola cuaca atau iklim yang benar. • Verifikasi Terhadap Data Observasi: Membandingkan data hasil model dengan data pengamatan cuaca dan iklim seperti data dari stasiun cuaca, satelit, atau pengamatan laut. Perbandingan ini dapat mengidentifikasi perbedaan antara hasil model dan realitas, seperti perbedaan dalam suhu, tekanan udara, curah hujan, dan lainnya. • Validasi Berbasis Proses Fisika: Menggunakan pengetahuan tentang proses fisika yang mendasari cuaca dan iklim untuk mengevaluasi model 4. Model Cuaca Global (Global Weather Model) • Model cuaca global adalah model numerik yang menggambarkan kondisi atmosfer di seluruh dunia. Model ini memecah atmosfer menjadi kotak-kotak kecil dan memodelkan perubahan suhu, tekanan udara, kelembaban, dan angin di setiap kotak selama jangka waktu tertentu.Model cuaca global digunakan untuk meramalkan cuaca jangka menengah hingga jangka Panjang dan memahami fenomena iklim global, seperti El Niño dan La Niña. • Model Cuaca Regional (Regional Weather Model): Model cuaca regional adalah model yang lebih terfokus pada daerah tertentu, seperti benua atau negara. Model ini memecah wilayah tersebut menjadi grid yang lebih halus dan menghasilkan ramalan cuaca yang lebih rinci untuk wilayah tersebut. digunakan untuk meramalkan cuaca lokal dan daerah, dan sering digunakan oleh lembaga meteorologi nasional. • Model Cuaca Numerik (Numerical Weather Model): Model cuaca numerik adalah pendekatan matematis untuk memodelkan perubahan atmosfer dengan menggunakan persamaan fisika dasar seperti hukum gerak, termodinamika, dan kontinuitas. Model ini mengubah persamaan-persamaan ini menjadi bentuk numerik dan memecah wilayah atmosfer ke dalam grid untuk perhitungan. digunakan untuk membuat ramalan cuaca berdasarkan data pengamatan awal dan parameter awal yang diperbarui secara teratur. • Model Iklim (Climate Model): Model iklim adalah model yang dirancang khusus untuk memahami perubahan iklim jangka panjang. Mereka lebih kompleks daripada model cuaca dan mencakup berbagai komponen seperti lautan, es, karbon dioksida, dan lainnya.digunakan untuk memprediksi perubahan iklim di masa depan, seperti perubahan suhu global, kenaikan permukaan laut, dan pola curah hujan.