Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA DADA DAN ABDOMEN


DI RUANG IGD RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Tanggal 21 Agustus – 26 Agustus 2023

Oleh:

Kelompok F

Muhammad Sajidannor, S.Kep. 2230913310037


Adinda Chofifah Mazaya, S.Kep. 2230913320040
Noor Latifah, S.Kep. 2230913320087
Nova Widiyanti, S.Kep. 2230913320067
Anasthasia Florentina Siboro, S.Kep. 2230913320069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA DADA DAN ABDOMEN
DI RUANG IGD RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Tanggal 21 Agustus – 26 Agustus 2023

Oleh :

Kelompok F

Muhammad Sajidannor, S.Kep. 2230913310037


Adinda Chofifah Mazaya, S.Kep. 2230913320040
Noor Latifah, S.Kep. 2230913320087
Nova Widiyanti, S.Kep. 2230913320067
Anasthasia Florentina Siboro, S.Kep. 2230913320069

Banjarmasin, 21 Agustus 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lahan

Hery Wibowo, S.Kep., Ns., M.Kep. Zainal Arifin, S.Kep., Ns.


NIP. 19810523 200803 1 002 NIP. 19770107 199703 1 004
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Rib Fraktur pada dada kiri ........................................................................................ 4


Gambar 2 Fraktur Sternum ........................................................................................................ 5
Gambar 3 Flail Chest ................................................................................................................. 5
Gambar 4 Simple Pneumothoraks ............................................................................................. 6
Gambar 5 Tension Pneumothoraks ............................................................................................ 7
Gambar 6 . Open Pneumothoraks dan pemasangan plester 3 sisi.............................................. 7
Gambar 7 Hemothoraks ............................................................................................................. 8
Gambar 8 Masif Pneumothoraks ............................................................................................... 8
Gambar 9 Hemopneumothoraks ................................................................................................ 9
Gambar 10 Cardiac Tamponade ................................................................................................ 9
Gambar 11 Pulmonary Contusionf .......................................................................................... 10
DAFTAR ISI

TRAUMA THORAKS DAN ABDOMEN ............................................................................... 1


A. DEFINISI ........................................................................................................................ 1
B. ETIOLOGI ...................................................................................................................... 1
C. KLASIFIKASI ................................................................................................................ 2
D. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................ 3
E. KOMPLIKASI ................................................................................................................ 4
F. PENATALAKSANAAN .............................................................................................. 10
G. PATHWAY................................................................................................................... 13
ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18
TRAUMA THORAKS DAN ABDOMEN
A. DEFINISI
1. Trauma Thoraks
Trauma thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax atau organ intra
thorax, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam.10 Trauma
berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Pengertian sederhana dari trauma adalah
luka pada tubuh yang berasal dari faktor eksternal tubuh (Sompawalie, M. R. 2022).
2. Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma
dan pelvis yang diakibatkan oleh benda tumpul atau tajam.
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganannya lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (Taufik & Darmawan, 2020).

B. ETIOLOGI
1. Trauma Thoraks
Menurut Sompawalie (2022) trauma thoraks dapat disebabkan oleh:
a. Trauma Tumpul
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul yang tidak menembus rongga tubuh.
Jenis trauma ini paling sering dijumpai pada kasus kecelakaan atau terjatuh. Benda
tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,
lantai, jalan, dan lain-lain. Trauma tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat
atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relative tidak bergerak dan
orang lain yang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak.
b. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang menembus rongga tubuh, seperti luka tembak
atau luka tusuk. Mekanisme dari trauma tajam terbagi atas tiga kategori, yaitu:
1) Trauma dengan kecepatan rendah contohnya luka akibat tusukan pisau yang
mana hanya mengenai daerah yang ditusuknya
2) Trauma dengan kecepatan medium seperti luka akibat tembakan peluru dari
pistol softgun
3) Trauma dengan kecepatan tinggi seperti luka akibat tembakan peluru dari
senjata-senjata militer
2. Trauma Abdomen
1
2

Menurut Handaya (2023) ada beberapa penyebab terjadinya trauma abdomen yaitua:
a. Benturan
Mekanisme cedera yang menyebabkan trauma tumpul karena benda dari luar
permukannya tumpul sehingga tidak menembus dinding abdomen.
b. Kompresi
Mekanisme kompresi adalah energi dari benturan benda tumpul secara langsung
terbentuk sebagai gelombang syok yang menembus permukaan tubuh menuju
organ dalam tubuh menyebabkan kompresi.
c. Deselerasi
Mekanisme deselrasi yang menyebabkan cedera adalah deselerasi mendadak tubuh
yang menyebabkan gerakan maju-mundur pada organ intraabdomen dan
mesenteriumnya.
d. Peningkayan tekanan intraluminal
Kompresi mendadak abdomen saat terkena trauma tumpul terutama pada organ
visceral yang berisi udara dapat menyebabkan pecahnya organ visceral. Area yang
sering mengalami lesi adalah di proksimal jejunum.
e. Trauma tembus
Trauma tembus berhubungan dengan modus cedera, misalnya kecelakaan atau
kesengajaan, tindakan bunuh diri, atau tindakan criminal.

C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Trauma Thoraks
Trauma thoraks diklasifikasikan menjadi dua menurut Putri, dkk (2017) yaitu:
a. Trauma tumpul toraks, disebabkan oleh karena kecelakaan lalu lintas
b. Trauma tembus toraks, disebabkan oleh karena trauma tajam (tusukan benda
tajam), trauma tembak (akibat tembakan), dan trauma tumpul tembus dada
2. Klasifikasi Trauma Abdomen
Trauma abdomen diklasifikasikan menjadi dua macam menurut Taufik (2020) yaitu:
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul biasanya timbul dari akibat kecelakaan lalu lintas, atau dapat pula
akibat kekerasan atau penganiyaan. Organ yang sering mengalami cedera adalah
hepar (lebih dari 60% kasus) diikuti limpa dan usus.
b. Trauma Tajam
3

Trauma tajam dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan laserasi dan


memotong. Luasnya kerusakan jaringan tergantung pada mekanisme traumanya
yaitu luka tusuk atau luka tembak. Pada luka tembak high energy dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih parah karena ada kemungkinan peluru
mengalami fragmentasi. Luka tusuk akan melewati struktur abdomen yang
berdekatan dan paling sering melibatkan liver (40%), usus halus (30%), diafragma
(20%), dan colon (15%).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Trauma Thoraks
Manifestasi klinis dari trauma thoraks menurut Harsismanto (2019) yaitu:
a. Temponade jantung
1) Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung
2) Gelisah
3) Pekak jantung melebar
4) Bunyi jantung melemah
5) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
6) ECG terdapat low Voltage seluruh lead
7) Pucat
8) Keringat dingin
9) Peninggian TVJ (Tekanan Vena Jugularis)
b. Hematothorax
1) Pada WSD darah yang keluar cukup banyak
2) Gangguan pernapasan
c. Pneumothoraks
1) Gagal pernapasan dengan sianosis
2) Kolaps sirkulasi
3) Nyeri dada mendadak dan sesak napas
4) Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
5) Pada auskultasi terdengar bunyi klik
2. Trauma Abdomen
Manifestasi klinis dari trauma abdomen menurut Barokah (2019) yaitu:
a. Nyeri tekan diatas daerah abdomen
4

b. Demama
c. Anorexia
d. Mual dan muntah
e. Takikardi
f. Peningkatan suhu tubuh
g. Nyeri spontan
h. Terjadi perdarahan intra abdominal
i. Jejas atau ruptur di bagian dalam abdomen: terjadi perdarahan intra abdominal.
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak
normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah,
dan BAB hitam (melena)
j. Luka robekan pada abdomen
k. Luka tusuk sampai menembus abdomen

E. KOMPLIKASI
1. Trauma Thoraks
Komplikasi dari trauma thoraks menurut (Sompawalie, M. R. 2022). yaitu:
a. Rib Fraktur
Rib fractures adalah patah tulang iga akibat trauma, baik karena trauma tumpul
atau tajam. Manifestasi klinis fraktur iga adalah nyeri lokal, hematoma, nyeri saat
inspirasi maupun saat batuk. Komplikasi penyakit yang paling sering di jumpai
adalah pneumonia, flail chest, hemothorax, hemopneumothorax, kontusio paru
maupun lesi vaskular. Mekanisme trauma yang paling sering dijumpai pada fraktur
iga pada seseorang adalah terjatuh dari ketinggian. Pada orang dewasa, kecelakaan
sepeda motor (motor vehicle accident/MVA) adalah penyebab tersering.

Gambar 1 Rib Fraktur pada dada kiri


5

b. Fraktur Sternum
Sternal fractures merupakan patah tulang sternum dikarenakan trauma yang keras,
lebih sering disebabkan trauma tumpul pada laki-laki. Penyebab tersering trauma
sternum adalah tabrakan antara sepeda motor dan pasien yang terlindas kendaraan.
Pasien pada kedaan ini sering dijumpai dengan fraktur iga 13 dan hemotothorax
ataupun hemopneumothorax. Penegakan diagnosa harus ditegakkan dengan foto
X-ray atau dengan CT.

Gambar Gambar
2 Fraktur2.Sternum
c. Flail Chest
Flail chest dapat diartikan sebagai patahnya tiga atau lebih tulang iga pada dua
tempat atau lebih, yang kemudian menimbulkan masalah. Hal ini dapat
mengakibatkan cedera paru dengan proses inflamasi dan memiliki angka kematian
yang tinggi bagi pasien.Jika trauma pada paru-paru sangat hebat, hipoksia dapat
dijumpai pada pasien tersebut. Penegakan diagnosa pada kasus ini dengan
melakukan palpasi dimana dijumpai respirasi yang abnormal dan krepitasi.
Penanganan awal dari flail chest dengan melakukan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen, resusitasi cairan dan melakukan tindakan operatif.

Gambar
Gambar 3. Chest
3 Flail
6

d. Simple Pneumothoraks
Simple pneumothorax dapat dipahami sebagai lesi yang berisi udara di dalam
rongga pleura. Keadaan ini bukan trauma yang progresif, biasanya di sebabkan
fraktur iga atau fraktur bronkial dimana dapat menyebabkan paru-paru mengempis.
Pada keadaan normal, rongga thorax terisi penuh oleh paru-paru, karena paru-paru
memiliki tekanan pleura untuk mempertahankan posisinya. Pada simple
pneumothorax, suara pernafasan sering di jumpai menurun pada sisi yang
mengalami kasus ini, dan pada perkusi dijumpai suara yang hipersonor. Dapat
dijumpai takipnu pada pasien disebabkan para-paru yang mengalami kolaps
sehingga terganggunya mekanisme ventilasi dan perfusi. Penanganan simple
pneumothorax bersifat operatif dengan pemasangan selang di sela iga ke empat
atau ke lima, di anterior garis mid axilla.

Gambar
Gambar 4 Simple 4.
Pneumothoraks
e. Tension Pneumothoraks
Tension pneumothorax adalah sebuah kondisi yang mengancam jiwa dimana udara
terperangkap di rongga pleura dengan tekanan udara positif, menggeser
mediastinum dan menekan fungsi dari kardiopulmonari. Paru-paru menjadi kolaps,
dan terjadi penurunan venous return. Penyebab tersering pada kasus ini adalah
trauma yang mengenai pleura parietalis. Dalam keadaan tertentu, sebuah simple
pneumothorax dapat berubah menjadi tension pneumothorax ketika terjadi
penetrasi trauma tumpul mengenai parenkim paru dan tidak parenkim tidak
menutup, atau dapat terjadi kesalahan insersi pada pemasangan kateter di Vena
subclavia atau Vena jugularis interna. Karena tension pneumothorax merupakan
keadaan yang mengancam jiwa, pengetahuan yang cukup mengenai bantuan hidup
dasar pada trauma thorax harus diketahui oleh tenaga medis. Terapi pasien
dilakukan dengan melakukan pemasangan jarum.
7

Gambar 5Gambar
Tension5.Pneumothoraks
f. Open Pneumothoraks
Open pneumothorax merupakan luka yang disebabkan trauma tajam atau tumpul,
menyebabkan rongga thorax terbuka dan udara dapat masuk dari luar dikarenakan
adanya perbedaan tekanan antara rongga thorax dan udara luar. Jika keadaan terus
berlangsung pasien dapat mengalami hypoxia dan hypercarbia. Diagnosa dapat
ditegakkan dengan jelas dengan melihat langsung. Sucking dan bubbling dapat
terjadi ketika udara keluar masuk dari rongga thorax yang mengalami trauma.
Penatalaksanaan awal menggunakan plester tiga sisi dan selanjutnya dilakukan
tindakan operatif.

Gambar 6 . Open Pneumothoraks


Gambardan
6 pemasangan plester 3 sisi
g. Hemothoraks
Laserasi pembuluh darah interkosta atau Arteri mamalia interna disebabkan trauma
tajam atau trauma tumpul yang mengenai dinding thorax. Darah kemudian
terakumulasi di dalam rongga thorax dengan jumlah kurang dari 1500 ml. Pada
cedera tulang belakang juga dapat dijumpai keadaan hemothorax. Perdarahan yang
terjadi umumnya dapat sembuh sendiri dan jarang memerlukan tindakan operatif,
namum pada keadaan akut, hemothorax dapat ditatalaksana menggunakan selang
berukuran besar dengan nomor 36 atau 40 French.
8

Gambar Gambar 7.
7 Hemothoraks
h. Masif Hemothoraks
Massive hemothorax keadaan yang disebabkan trauma tumpul yang mengenai
pembuluh darah,darah berakumulasi lebih dari 1500 ml di rongga pleura. Keadaan
ini biasanya disebabkan efek dari fraktur iga yang mengenai pembuluh darah vena,
trauma paru dan jarang pada pembuluh darah arteri, dan yang paling sering
disebabkan trauma tumpul. Pada pasien dengan massive hemothorax, pembuluh
vena di leher dapat menjadi kolaps karena hypovolemia berat, atau pembuluh
darahnya dapat melebar jika didapati juga tension pneumothorax pada kasus ini.
Diagnosa massive hemothorax dapat dilakukan dengan memperkusi bagian paru
yang mengalami massive hemothorax, suara perkusi akan menghilang atau
dullness. Penanganan pada kasus bersifat operatif dengan mengeluarkan darah
yang terakumuluasi di rongga thorax.

Gambar
Gambar 8 Masif 8.
Pneumothoraks
i. Hemopneumothoraks
Hemopneumothorax adalah kondisi dimana terdapat darah di rongga thorax
bersamaan dengan munculnya kejadiaan pneumothorax spontan. Pneumothorax
yang disebabakan oleh hemothorax merupakan akibat dari gangguan adhesi
pembuluh darah yang terletak diantara permukaan pleura viseral dan parietal.
Penanganan hemopneumothorax dimulai dengan torakostomi kemudian
9

mengevakuasi darah dan udara. Indikasi dilakukan pembedahan bila pasien


mengalami syok, pasien terus menerus mengalami pendarahan atau pasien
mengalami gagal nafas.

Gambar 9.
Gambar 9 Hemopneumothoraks
j. Cardiac Lesion
Sebuah kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan intervensi bedah segera
setelah pasien tiba di rumah sakit. Ada 3 jenis dari trauma pada jantung: rupture,
contusion dan tamponade. Pasien dengan keadaan myocardial rupture, biasanya
terjadi di atrium atau ventrikel kanan, dan jarang ada yang bertahan hidup. Pada
myocardial contusion, 50% kasus disebabkan fraktur sternum, dapat dijumpai
pleural rub, murmur dan penurunan dari cardiac output. Jika diagnosa tidak segera
ditentukan, kebanyakan pasien tidak dapat bertahan di ruang emergensi. Dengan
jumlah 100 ml darah berada di rongga perikardium sudah dapat menyebabkan
gagal jantung. Setelah tindakan operatif untuk mengeluarkan darah dari rongga
perikardium, perikardium mampu untuk sembuh sendiri

Gambar
Gambar 10 10.Tamponade
Cardiac
k. Pulmunary Contusion
Pulmonary contusion adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi
akibat kecelakaan atau tertimpa benda berat, dapat terjadi tanpa fraktur iga atau
flail chest. Pulmonary contusion dapat terjadi pada anak-anak yang belum
10

sempurna proses ossifikasi tulang-tulangnya. Pada dewasa paling sering dijumpai


dengan fraktur iga, dan sering disebabkan trauma thorax. Suara pernapasan dapat
dijumpai melemah. Penatalaksanaan pasien dengan melakukan intubasi dan
ventilasi hingga pulmonary contusion melewati proses penyembuhan.

Gambar 11 Gambar 11. Contusionf


Pulmonary
2. Trauma Abdomen
Komplikasi dari trauma abdomen menurut Shinta dan Diarini (2020) yaitu:
a. Hemoragik
b. Peritonitis
c. Syok
d. Cedera abdomen
e. Infeksi

F. PENATALAKSANAAN
1. Trauma Thoraks
Penatalaksanaan trauma thoraks menurut Nugroho (2015) yaitu:
a. Open Pneumothorax
1) Pastikan Jalan nafas terbuka → Manajemen ABC

2) Berikan High Flow oxygen

3) Tutup luka dengan plester 3 sisi

4) Observasi pasien dengan ketat terhadap perkembangan menjadi tension


pneumothoraks
b. Fail Chest
1) Pastikan jalan nafas terbuka →Manajemen ABC

2) Berikan bantuan ventilasi


11

3) High Flow oxygen seperti BVM (Bag Valve Mask)

4) Stabilisi tekanan manual

5) Jika teradi syok → berikan terapi cairan → Jangan overload → hypoxemia


c. Hematothorax
1) Dukung airway, breathing, berikan oksigenasi tambahan

2) Perbaiki volume darah yang bersirkulasi → resusitasi cairan

3) Bantu penempatan tube dada: ICS 4/5 pada linea midaksilaris, Hubungkan tube
dengan suction, dan Observasi fluktuasi drainase pada selang: jumlah, dan
warna

4) Siapkan pembedahan darurat jika drainase awal > 1500 ml atau drainase awal
1000 ml yang diikuti 200 ml drainage tiap 2-4 jam
d. Tension Pneumothorax
1) Amankan jalan nafas → manajemen ABC’

2) Berikan High Flow oxygen

3) Emergency decompression → Needle decompression

4) Sediakan pengontrol nyeri


2. Trauma Abdomen
Penatalaksanaan trauma abdomen menurut Shinta dan Diarini (2020) yaitu:
a. A: airway patency with care ofcervical spine
b. B: Breathing adequacy
c. C: Circulatory support
d. D: Disabilityassessment
e. E: Exposure without causing hypothermia
f. Secondary survey dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian secara head to toe,
dan observasi hemodinamik klien setiap 15 – 30 menit sekali meliputi tanda-tanda
vital (TD,Nadi, Respirasi), selanjutnya bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan
dengan observasi setiap 1 jam sekali.
g. Pasang cateter untuk menilai output cairan, terapi cairan yang diberikan dan tentu
saja hal penting lainnya adalah untuk melihat adanya perdarahan pada urine.
h. Pasien dipuasakan dan dipasang NGT (Nasogastrik tube) utnuk membersihkan
12

perdarahan saluran cerna, meminimalkan resiko mual dan aspirasi, serta bila tidak
ada kontra indikasi dapat dilakukan lavage.
i. Observasi ststus mental, vomitus, nausea, rigid/kaku/, bising usus, urin output
setiap 15 – 30 menit sekali. Catat dan laporkan segera bila terjadi perubahan secra
cepat seperti tanda-tanda peritonitis dan perdarahan.
j. Jelaskan keadaan penyakit dan prosedur perawatan pada pasien bila
memungkinkan atau kepada penanggung jawab pasien hal ini dimungkinkan untuk
meminimalkan tingkat kecemasan klien dan keluarga.
k. Kolaborasi pemasangan Central Venous Pressure (CVP) untuk melihat status
hidrasi klien, pemberian antibiotika, analgesic dan tindakan pemeriksaan yang
diperlukan untuk mendukung pada diagnosis seperti laboratorium (AGD,
hematology, PT, APTT, hitung jenis leukosit dll), pemeriksaan radiology dan bila
perlu kolaborasikan setelah pasti untuk tindakan operasi laparatomi eksplorasi.
G. PATHWAY
1. Pathway Trauma Thoraks
Trauma tajam, trauma Trauma Tumpul
tembus Nyeri akut
Risiko Infeksi

Diskontinuitas Merangsang reseptor


TRAUMA jaringan nyeri
THORAKS

Mengenai dinding dada mengenai paru dan rongga pleura Ruptur / cedera
trakeobronkial

Fr clavikula, Fr Fr costae mulitiple Luka penetrasi menimbulkan Laserasi paru


sternum luka terbuka pada pleura Perdarahan pd sel nafas

Flail chest Mengenai pembuluh darah sistemik,


Gangguan pada Open pneumotoraks pembuluh darah pada hilus paru,
pembuluh darah intercostae Obstruksi darah
pergerakan
dinding dada
Tulang yg patah mendesak
jaringan sekitarnya
Darah terkumpul di rongga pleura Ketidakefektifan
Thorax bergerak Bersihan Jalan Nafas
asimetris dan tidak
terkoordinasi Patahan tulang
menusuk paru
Hematothoraks

Gerakan
pernafasan buruk
Pneumothorax Perdarahan < 20%
tertutup Gangguan Perfusi Jaringan
dari volume darah

Ketidakefektifan Pola 13
Nafas
14

1. Pathway Trauma Abdomen

Traum benda tajam (pisau, Trauma paksa (jatuh, benda


peluru,dll) tumpul, kompresi,dll)

TRAUMA ABDOMEN

Trauma tajam Trauma tumpul

Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi oragan abdomen


jaringan kulit abdomen jaringan vaskuler

Perdarahan intra
Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
Luka terbuka abdomen (kontusio,
laserasi, jejas,
hematoma Risiko Peningkatan TIA
Kekurangan
Volume Cairan
Risiko Nyeri Kerusakan
Infeksi Akut Integritas Distensi abdomen
Kulit
Risiko
Ketidakseimbangan
Nutrisi Mual/muntah
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Trauma Thoraks
a. Nyeri Akut
b. Risiko Infeksi
c. Kerusakan integritas kulit
d. Risiko kekurangan volume cairan
e. Risiko ketidakseimbangan nutrisi
2. Trauma Abdomen
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola pernapasan
c. Gangguan perfusi jaringan
d. Nyeri akut
e. Risiko infeksi
TRAUMA THORAKS DAN DADA

Nyeri Akut Risiko infeksi


NOC : NOC :
Kontrol Nyeri Risk Control
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
3 x 60 menit, pasien tidak mengalami nyeri, 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien
dengan kriteria hasil: dengan kriteria hasil:
1. Mengenali serangan nyeri 1. Klien tidak menunjukan adanya tanda-
2. Menggunakan tindakan pencegahan nyeri tanda infeksi
3. Menggunakan analgetik yang dianjurkan 2. TTV dalam rentang normal
4. Melaporkan nyeri berkurang
NIC : Infection Control
NIC : Manajemen Nyeri 1. Monitor TTV
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 2. Pertahankan teknik aseptif, kebersihan
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, tangan atau menggunakan alkohol sebelum
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor kontak dengan pasien
presipitasi 3. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta
2. Observasi reaksi nonverbal dari suhu kulit, membran mukosa terhadap
ketidaknyamanan kemerahan dan panas
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk 4. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
mengetahui pengalaman nyeri pasien dan lokal. Evaluasi keadaan pasien terhadap
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri tempat-tempat munculnya infeksi seperti
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri tempat penusukan jarum intravena.
6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri ketentuan
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
15
Administrasi Analgetik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
16

TRAUMA THORAKS
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Ketidakefektifan Pola Pernapasan Gangguan Perfusi Jaringan
Napas
NOC : Status pernapasan : NOC :Self care : ADLs
NOC : Airway status ventilasi dan jalan napas paten Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 menit,
keperawatan selama 3x60 menit,keperawatan selama 3x60 menit, pola gangguan perfusi jaringan teratasi
bersihan jalan napas teratasi dengan
napas kembali normal dengan kriteria dengan kriteria hasil :
kriteria hasil : hasil : 1. Berpartisipasi aktif dalam
1. Suara napas bersih, tidak ada
1. Suara nafas bersih, tidak ada ajtivitas fisik tanpa disertai
sianosis, mampu bernapas dyspnea (mampu bernapas peningkatan tekanan darah, nadi
dengan mudah dengan mudah dan tidak ada dan RR
2. Menunjukan jalan napas yang pursed lips) 2. Mampu melakukan aktivitas
pasten (irama napas dalam 2. Menunjukan jalan napas yang sehari-hari (ADLs) secara
rentang normal, tidak ada suara
paten ( klien tidak merasa mandiri
napas abnormal) tercekik, irama napas, frekuensi 3. Tanda-tanda vital normal
3. Mampu mengidentifikasi dan pernapasan dalam rentang normal 4. Energy psikomotor
mencegah factor yang tidak ada suara napas abnormal) 5. Level kelemahan
menghambat jalan nafas. Tanda-tanda vital dalam rentang 6. Mampu berpindah dengan atau
normal (tekanan darah 120/80 tanpa bantuan alat
NIC : Airway Management mmHg, nadi 60-100 x/menit, dan 7. Status kardiopulmonari adekuat
1. Pastikan kebutuhan pernapasan 16- 20 x/ menit) 8. Sirkulasi status baik
oral/suction
2. Auskultasi suara napas NIC : NIC : Activity Therapy
sebelum dan sesudah suction Airway Management 1. Kolaborasikan dengan tenaga
3. Berikan oksigen menggunakan 1. Buka jalan nafas, gunakan medis dalam merencanakan
nasal kanul teknik chin lift atau jaw thrust program terapi yang tepat
4. Monitor status napas dan bila perlu 2. Bantu klien untuk
oksigen 2. Posisikan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas
5. Buka jalan napas gunakan memaksimalkan ventilasi yang mampu dilakukan
tekhnik chin lift 3. Lakukan fisioterapi dada jika 3. Bantu untuk memilih aktivitas
6. Posisikan pasien untuk perlu konsisten yang sesuai dengan
memaksimalkan ventilasi 4. Keluarkan secret dengan batuk kemampuan fisik, psikologi
keluarkan secret dengan cara atau suction dan social
suction 5. Auskultasi suara nafas, catat 4. Bantu untuk mendapatkan alat
Monitor respirasi dan status adanya suara tambahan bantuan aktivitas seperti kusi
oksigen 6. Atur intake untuk cairan roda, krek
mengoptimalkan 5. Bantu untuk membuat jadwal
keseimbangan latihan diwaktu luang
6. Bantu pasien/keluarga untuk
NIC:Respiratory Monitoring mengidentifikasi kekurangan
1. Monitoring rata- dalam beraktivitas.
rata,kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat gerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals
3. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
17

4. Auskultasi suara paru setelah


tindakan untuk mengetahui
hasilnya.

TRAUMA ABDOMEN
Kerusakan Integritas Kulit Risiko Kekurangan Volume Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
Cairan
NOC : NOC : Status Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan NOC : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
pasien menunjukan perbaikan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukan perubahan status
integritas kulit dengan kriteria hasil : volume cairan teratasi dengan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil
1. Perfusi jaringan normal kriteria hasil : :
2. Tidak ada tanda infeksi 1. TTV dalam rentang normal 1. BB eningkat
3. Tekstur jaringan normal 2. Tidak ada tanda dehidrasi, 2. IMT
4. Proses penyembuhan luka elastisitas turgor kulit baik, 3. Mal nutrisi
5. Jaringan kulit kering membrane mukosa lembab, 4. Mampu menelan makanan
tidak ada rasa haus berlebih 5. Turgor kulit
NIC : Incission Site Care 3. Intake oral dan intavena adekuat
1. Kaji luka insisi (kemerahan dan NIC : Manajemen Nutrisi
pemasangan selang drainase) NIC : Manajemen Cairan 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Monitor luka insisi untuk 1. Monitor status hidrasi 2. Monitor adanya penurunan BB
menentukan tanda gejala 2. Monitor vital sign 3. Monitor mual muntah
infeksi 3. Monitor intake output 4. Kolaborasi dengan ahli gizi :
3. Lakukan perawatan luka steril 4. Anjurkan keluarga untuk pemberian diet dan pemberian
4. Gunakan antiseptic sesuai memberikan masukan nutrisi suplemen makanan
indikasi dan cairan 5. Dorong asupan oral
5. Ajarkan pasien/keluarga cara 5. Kolaborasi dengan tim medis 6. Anjurkan makan sedikit tapi
merawat luka dalam pemberian cairan sering
6. Jelaskan pada klien/keluarga intravena 7. Monitor intake nutrisi
tanda gejala infeksi Monitor status cairan, respon pasien 8. Kolaborasi dengan yim medis
7. Kolaborasi dengan tim medis terhadap cairan kolaborasi pemberian cairan IV
dalam pemberian terapi line
farmakologi

Nyeri Akut Risiko infeksi


NOC : NOC :
Kontrol Nyeri Risk Control
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
60 menit, pasien tidak mengalami nyeri, dengan 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien
kriteria hasil: dengan kriteria hasil:
5. Mengenali serangan nyeri 3. Klien tidak menunjukan adanya tanda-tanda
6. Menggunakan tindakan pencegahan nyeri infeksi
7. Menggunakan analgetik yang dianjurkan 4. TTV dalam rentang normal
8. Melaporkan nyeri berkurang
NIC : Infection Control
NIC : Manajemen Nyeri 5. Monitor TTV
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 6. Pertahankan teknik aseptif, kebersihan tangan
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, atau menggunakan alkohol sebelum kontak
kualitas dan faktor presipitasi dengan pasien
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 7. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta suhu
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk kulit, membran mukosa terhadap kemerahan
mengetahui pengalaman nyeri pasien dan panas
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri 8. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri lokal. Evaluasi keadaan pasien terhadap
6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi tempat-tempat munculnya infeksi seperti
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri tempat penusukan jarum intravena.
8. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Barokah, Thoifatul. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn.s dengan Diagnosa Trauma Abdomen
Post Laparatomy Atas Indikasi Internal Bleeding di Ruang Intensve Care Unit (ICU)
RSUD DR. Moewardi di Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bulechek, G. M. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th edn. Jakarta:
Elsevier.
Handaya, A. Y. (2023). Kegawatan Bedah Perut dan Saluran Cerna yang disebabkan Trauma.
UGM PRESS.
Harsismanto.2018. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Trauma Thorak
(Hemathoraks). Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Herdman, T. H. dan S. K. 2018. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020 (Edisi 11). Jakarta: EGC.

Moorhead. et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Edisi Kelima.
Jakarta: Elsevier.
Nugroho, N. A. (2022). Tamponade Jantung Karena Trauma Tajam. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6(1), 1639-1643.
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book.
Putri, Dwi Fitrianti Arieza dkk. 2017. Pekerja Proyek Bangunan dengan Trauma Tembus Dada
(Studi Kasus). Perhimpunana Dokter Forensik Indonesia, Prosiding Pertemuan Ilmiah
Tahunan. ISBN 976-602-50127-0-9.
Shinta, Diarini Wulan B. 2020. Karajteristik Pasien Trauma Abdomen di RSUP DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Periode Januari-Desember 2018. Pendidikan Dokter.
Universitas Hasanidin Makasar.
Sompawalie, M. R. (2022). Karakteristik Pasien Trauma Thorax di RSUP DR Wahidin
Sudirohusodo Periode 2019-2020 (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Taufik, T. F., & Darmawan, F. (2020). Laporan Kasus: Trauma Tusuk Abdomen Dengan
Eviserasi Usus Pada Anak Laki-laki Usia 16 Tahun. MAJORITY, 9(2), 68-72.

18

Anda mungkin juga menyukai