LP Cva - Kelompok D
LP Cva - Kelompok D
Oleh:
KELOMPOK D
Oleh :
KELOMPOK D
A. DEFINISI
Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Stroke merupakan gangguan yang
terjadi pada sistem saraf yang diakibatkan adanya gangguan pada peredaran
darah di otak (Kemenkes RI, 2017). CVA adalah suatu syndrome klinis yang
diakibatkan karena terjadinya penyempitan atau sumbatan pada jaringan
nekrotik otak, sehingga pasokan oksigen dan darah ke otak berkurang yang dapat
menyebabkan infark, jika aliran darah tidak dipulihkan dalam waktu yang relatif
singkat. (V.A.R.Barao et al., 2022). CVA adalah ketika jaringan otak tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup, berkurangnya aliran darah yang ke
otak terganggu sehingga kebutuhan otak tidak terpenuh. Stroke terjadi akibat
pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control
gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Health
Association, 2015).
Otak yang harusnya bisa mendapatkan pasokan oksigen dan seharusnya
mendapatkan zat makanan akhirnya menjadi terganggu, kurangnya pasokan
oksigen yang masuk kedalam otak menyebabkan kematian pada sel saraf
(neuron) karena gangguan fungsi dari otak tersebut akhirnya memunculkan
gejala dari stroke. Seiring berjalannya waktu stroke mengalami peningkatan
yang sangat signifikan yang terjadi dimasyarakan akibat perubahan pola makan,
gaya hidup dan peningkatan stressor yang sangat cukup tinggi. Meningkatnya
jumlah penderita tidak hanya menjadi isu regional tetapi sudah dapat menjadi isu
global. Stroke Non hemoragik pada dasarnya disebabkan oleh oklusi pembuluh
darah otak yang akhirnya menyebabkan terhentinya pasokan dan glukosa ke
otak. Tidak terjadi peredaran namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik (Muttaqin,
2017).
CVA infark terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak Sebagian atau keseluruhan terhenti. Iskemia
otak singkat dapat memberikan gejala tapi akan kembali normal, tapi iskemia
otak yang terjadi lama akan menimbulkan proses terganggunya metabolisme
dalam otak sehingga terjadi gangguan perfusi serebral hingga penurunan
kesadaran dan yang juga akan berdampak pada terhambatnya mobilitas fisik
pada klien yang mengalami CVA Infark (Nurarif & Kusuma, 2016).
B. ETIOLOGI
Menurut Siti, Tarwoto, Wartonah. (2014) adapun berbagai penyebab dari stroke
yaitu :
1. Trombosis
Penggumpalan (thrombus) mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian
garis endotelial dari pembuluh darah. Aterosklerosis merupakan penyebab
utama karena zat lemak tertumpuk dan membentuk otak pada dinding
pembuluh darah. Plak ini terus membesar dan menyebabkan penyempitan
(stenosis) pada arteri. Stenosis menghambat aliran darah yang biasanya
lancar pada arteri. Darah akan berputar-putar dibagian permukaan yang
terdapat plak, menyebabkan penggumpalan yang akan melekat pada plak
tersebut. Akhirnya rongga pembuluh darah menjadi tersumbat.
Trombus bisa terjadi di semua bagian sepanjang arteri karotid atau pada
cabang-cabangnya. Bagian yang biasa terjadi penyumbatan adalah pada
bagian yang mengarah pada percabangan dari karotid utama ke bagian dalam
dan luar dari arteri karotid. Bagian endotelium dari pembuluh darah kecil
dipengaruhi sebagian besar oleh kondisi hipertensi, yang menyebabkan
penebalan dari dinding pembuluh darah dan penyempitan. Infark lakunar
juga sering terjadi pada penderita diabetes melitus.
2. Embolisme
Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus menyebabkan
stroke embolik. Embolus terbentuk di bagian luar otak, kemudian terlepas
dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat
pada pembuluh darah dan menyumbat arteri. embolus yang paling sering
terjadi adalah plak. Trombus dapat terlepas dari arteri karotis bagian dalam
pada bagian luka plak dan bergerak ke dalam sirkulasi serebral. Kejadian
fibralasi atrial kronik dapat berhubungan dengan tingginya kejadian stroke
embolik, yaitu darah terkumpul didalam atrium yang kosong. Gumpalan
darah yang sangat kecil terbentuk dalam atrium kiri dan bergerak menuju
jantung dan masuk kedalam sirkulasi cerebral. Pompa mekanik jantung
buatan memiliki permukaan yang lebih kasar dibandingkan otot jantung yang
normal dan dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya pengumpalan.
Endokarditis yang disebabkan oleh bakteri maupun nonbakteri dapat
menjadi sumber terjadinya emboli. Sumber-sumber penyebab emboli
lainnya adalah tumor, lemak, bakteri, dan udara. Emboli bisa terjadi pada
seluruh bagian pembuluh darah serebral. Kejadian emboli pada serebral
meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia.
3. Perdarahan (Hemoragik)
Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya ruptur
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah, yang bisa menyebabkan
perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral paling sering
terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan umumnya terjadinya setelah usia
50 tahun. Akibat lain dari perdarahan adalah aneurisme (pembengkakan pada
pembuluh darah). Stroke yang disebabkan oleh perdarahan sering kali
menyebabkan spasme pembuluh darah serebral dan iskemik pada serebral
karena darah yang berada diluar pembuluh darah membuat iritasi pada
jarinngan. Stroke hemoragik biasanya menyebabkan terjadinya kehilangan
fungsi yang paling banyak dan penyembuhannya paling lambat
dibandingkan dengan tipe stroke yang lain. Keseluruhan angka kematian
karena stroke hemoragik berkisar antara 25%-60%. Jumlah volume
perdarahan merupakan satusatunya predikator yang paling penting untuk
melihat kondisi klien. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bahwa perdarahan
pada otak penyebab paling fatal dari semua jenis stroke.
4. Penyebab lain
Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, menurunkan aliran
darah ke arah otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang menyempit.
Spasme yang berdurasi pendek tidak selamanya menyebabkan kerusakan
otak yang permanen. Kondisi hiperkoagulasi adalah kondisi terjadi
penggumpalan yang berlebihan pada pembuluh darah yang bisa terjadi pada
kondisi kekurangan protein C dan protein S, serta gangguan aliran gumpalan
darah yang dapat menyebabkan terjadinya stroke trombosis dan stroke
iskemik. Tekanan pada pembuluh darah serebral bisa disebabkan oleh tumor,
gumpalan darah yang besar, pembengkakan pada jaringan otak, perlukaan
pada otak, atau gangguan lain. Namun, penyebab- penyebab tersebut jarang
terjadi pada kejadian stroke.
5. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan CVA Infark (Muttaqin,
2008), yaitu:
a. Hipertensi
Merupakan faktor resiko utama. Hipertensi dapat disebabkan
arterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah
tersebut mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian
pecah/menimbulkan pendarahan.
b. Penyakit Kardiovaskuler
Pada firilasi atrium menyebabkan penurunan CO, sehingga perfusi darah
ke otak menurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya
dapat terjadi CVA. Pada arterosklerosis elastisitas pembuluh darah
menurun, sehingga perfusi ke otak menurun juga pada akhirnya terjadi
CVA.
c. Peningkatan Kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehingga aliran darah lambat masuk ke otak,
maka perfusi otak menurun.
d. Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol tinggi. Selain itu dapat mengalami
hipertensi karena terjadi gangguan pada pembuluh darah. Keadaan ini
berkontribusi pada stroke.
e. Diabetes Mellitus
Pada penyakit DM akan mengalami penyakit vaskuler, sehingga terjadi
mikrovaskularisasi dan terjadi arterosklerosis, terjadinya arterosklerosis
dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi
iskemia, iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya
terjadi CVA.
f. Merokok
Pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian
berakibat pada CVA.
g. Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke
otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah
sehingga terjadi emboli serebral.
C. MANIFESTASI KLINIS
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Adapun tanda dan gejala yang
dapat muncul yaitu (Oxyandi & Utami, 2020):
1. Kehilangan motoric
a. Adanya defisit neurologis/kelumpuhan fokal seperti hemiparesis
(lumpuh sebelah badan kanan/kiri saja)
b. Baal mati rasa sebelah badan dan rasa kesemutan
c. Mulut mencong, lidah moncong, lidah mencong bila diluruskan
d. Berjalan menjadi sulit
2. Kehilangan komunikasi
a. Bicara jadi pelo
b. Sulit berbahasa kata yang diucapkan tidak sesuai dengan
keinginan/gangguan berbicara berupa pelo, cegal dan kata-katanya
tidak bisa dipahami (afasia)
c. Bicara tidak lancar hanya sepatah kata yang terucap
d. Bicara tidak ada artinya
e. Tidak memahami pembicaraan orang lain
f. Tidak mampu membaca dan penulis
3. Gangguan persepsi
a. Penglihatan terganggu, penglihatan ganda (diplopia)
b. Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan
4. Defisit intelektual
a. Kehilangan memori/pelupa
b. Rentang perhatian singkat
c. Tidak bisa berkonsentrasi
d. Tidak dapat berhitung
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal dan tidak bisa
menahan kemih dan sering berkemih.
Tanda dan gejala yang sering muncul berdasarkan jenis stroke adalah sebagai
berikut (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Stroke iskemik
a. Kejadiannya mendadak terjadi saat istirahat
b. Ada peringatan
c. Nyeri kepala ringan
d. Tidak ada kejang dan muntah
e. Penurunan kesadaran ringan
2. Stroke perdarahan
Gejala Stroke dapat di ingat lebih mudah dengan kata FAST. Masing-masing
terdiri dari singkatan gejalanya (Amelia et al., 2020; Sodikinet al., 2022):
1. Pengkajian
a. Primer
1) Identitas
5. Nyeri Akut
Hambatan Mobilitas Fisik Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Hambatan Komunikasi Verbal
Otak (00201)
NOC: Pergerakan NOC: Komunikasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NOC: Perfusi Jaringan: Serebral Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 8 jam, hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam klien mampu melakukan
teratasi dengan kriteria hasil: selama 1x8 jam, diharapkan masalah risiko komunikasi baik verbal maupun nonverbal
1. Peningkatan pergerakan/aktivitas klien ketidakefektifan perfusi jaringan otak pasien dengan kriteria hasil:
2. Dapat menggunakan alat bantu ambulasi teratasi dengan kriteria hasil: 1. Menggunakan bahasa lisan
1. Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan TIK 2. Menggunakan bahasa isyarat/ non verbal
NIC: Terapi Latihan: Ambulasi 2. Tidak terjadi kejang 3. Mengenali pesan yang diterima
1. Kaji kemampuan mobilisasi
2. Bantu pasien duduk di sisi tempat tidur NOC: Status Neurologi NIC: Peningkatan Komunikasi: Kurang
3. Bantu pasien untuk melakukan ROM 1. Tekanan darah sistolik dan diastole dalam Bicara
4. Sediakan alat bantu untuk ambulasi rentang normal 1. Kenali emosi dan perilaku fisik pasien
NIC: Peningkatan Latihan 2. Pupil isokor dan reaktif sebagai bentuk komunikasi
1. Gali hambatan untuk melakukan latihan NIC: Monitor Neurologi 2. Sesuaikan gaya komunikasi untuk
2. Bantu klien untuk memulai dan 1. Perawat memonitor ukuran, bentuk, memenuhi kebutuhan pasien dan bantu
melanjutkan latihan kesimetrisan dan reaktivitas pupil keluarga dalam memahami pembicaraan
3. Monitor respon klien terhadap program 2. Perawat memonitor tingkat kesadaran dan dengan pasien.
latihan GCS 3. Ungkap pertanyaan dimana pasien mampu
3. Memonitor TTV setiap 60 menit menjawab dengan sederhana (ya/tidak).
4. Perawat memonitor tanda-tanda 4. Kolaborasi bersama keluarga dan ahli
peningkatan TIK bahasa patologis untuk mengembangkan
5. Monitor refleks kornea dan refleks batuk rencana agar bisa berkomunikasi dengan
6. Monitor tonus otot, pergerakan motoric, efektif.
tremor dan kesimetrisan wajah NIC: Peningkatan Perfusi Serebral
7. Catat adanya keluhan sakit kepala 1. Libatkan keluarga, dalam perawatan pasien
NIC: Peningkatan Perfusi Serebral 2. Anjurkan hubungan dengan orang-orang
1. Minimalkan pergerakan kepala yang memiliki minat dan tujuan yang sama.
2. Posisikan kepala pasien dengan head up
15o-30o derajat
3. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi
4. Monitor efek samping pemberian terapi
Defisit Perawatan Diri Total (Berpakaian, Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial Kerusakan Integritas Kulit
Eliminasi, Mandi, Makan) (00049)
NOC: Penyembuhan Luka: Primer &
NOC: Perawatan Diri (Mandi, Berpakaian, NOC: Status Neurologi Sekunder
Eliminasi, Makan) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan masalahpenurunan selama 1x8 jam jam diharapkan:
selama 1x8 jam klien memperoleh perawatan kapasitas adaftif intrakranial klien dapat 1. Perfusi kulit baik.
diri dengan kriteria hasil: teratasi dengan kriteria hasil: 2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
1. Dapat melakukan ADL 1. Kesadaran luka
2. Terhindar dari bau badan 2. Tekanan Intrakranial
3. Makanan terpenuhi NIC: Perawatan Luka
4. BAB/BAK tidak terganggu 1. Perawat memonitor karakteristik luka klien
NIC: Bantuan Perawatan Diri (Mandi, NIC: Monitor Neurologi dari drainase, warna, ukuran dan bau luka.
Berpakaian, Eliminasi, Makan) 1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dan 2. Perawat melakukan perawatan luka klien
1. Monitor kemampuan klien dalam reaktivitas pupil dengan cara teknik steril dan pastikan
perawatan diri secara mandiri 2. Monitor tingkat kesadaran dan GCS balutan luka tetap kering dan bersih.
2. Monitor kebutuhan klien terhadap alat-alat 3. Monitor ttv tiap 60 menit 3. Monitor adanya tanda-tanda infeksi pada
bantu yang diperlukan untuk menyeka dan 4. Monitor tanda-tanda peningkatan TIK luka.
oral hygine, kebutuhan untuk makan, untuk 5. Monitor reflex kornea dan reflex batuk 4. Kolaborasi untuk pemberian terapi
berpakaian dan berhias, untuk eliminasi 6. Monitor tonus otot, pergerakan motorik, farmakologi.
atau membantu bAB dan BAK dengan tremor dan kesimetrisan wajah NIC: Manajemen Tekanan
pispot atau diapers. 7. Catat adanya keluhan sakit kepala 1. Hindari kerutan dan jaga agar tempat tidur
3. Berikan bantuan pada klien untuk tetap kencang.
memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2. Jaga kebersihan kulit klien.
4. Ajarkan keluarga dan latih untuk selalu 3. Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali.
membantu klien memenuhi kebutuhan baik 4. Pakaikan klien pakaian yang longgar.
mandi, berpakaian, eliminasi dan makan.
5. Beri bantuan jika klien ingin makan tetapi
tidak dapat menelan dengan pasang NGT
Nausea Kerusakan Integritas Jaringan Gangguan Menelan
NOC: Keparahan Mual & Muntah NOC: Penyembuhan Luka: Primer & NOC: Status Menelan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sekunder
selama 1x8 jam diharapkan:
1. Mual dan muntah tidak terjadi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8
2. Tidak ada peningkatan sekresi saliva selama 1x8 jam diharapkan: jam diharapkan masalah gangguan menelan
NIC: Manajemen Mual 3. Perfusi kulit baik. klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Kaji gejala mual pasien 4. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada 1. Menunjukkan kemampuan menelan
2. Observasi tanda ketidaknyamanan non luka. 2. Menunjukkan kenyamanan menelan
verbal NOC: Integritas Jaringan: Kulit & NIC: Terapi Menelan
3. Ajarkan teknik non farmakologi untuk Membran Mukosa 1. Pantau hidrasi tubuh (turgor kulitdan
manajemen mual 1. Integritas jaringan bias dipertahankan. membrane mukosa)
4. Kolaborasi pembeian anti emetik untuk 2. Ketebalan dan tekstur jaringan dalam 2. Pantau tanda dan gejala aspirasi
mengurangi mual. keadaan normal. 3. Berikan perawatan mulut jika diperlukan
5. Atur posisi klien untuk mengoptimalkan NIC: Perawatan Luka 4. Bantu klien untuk melekatkan makanan di
perfusi. 1. Perawat memonitor karakteristik luka klien bagian yang tidak sakit
6. Evaluasi dampak adanya mual terhadap dari drainase, warna, ukuran dan bau luka. 5. Berikan makanan sedikit tapi sering
kualitas hidup klien. 2. Perawat melakukan perawatan luka klien 6. Hindari penggunaan sedotan untuk minum
dengan cara teknik steril dan pastikan 7. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis
balutan luka tetap kering dan bersih. makanan yang dapat diberikan pada klien
3. Monitor adanya tanda-tanda infeksi pada
luka.
4. Kolaborasi untuk pemberian terapi
farmakologi.
NIC : Manajemen Tekanan
1. Hindari kerutan dan jaga agar tempat tidur
tetap kencang.
2. Jaga kebersihan kulit klien.
3. Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali.
4. Pakaikan klien pakaian yang longgar.
Risiko Aspirasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Risiko Cidera
NOC: Pencegahan Aspirasi NOC: Status pernafasan (0415) NOC: Pengetahuan Keamanan Pribadi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 60 (1809)
selama 1 x 30 menit diharapkan masalah risiko menit diharapkan ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan
aspirasi klien tidak terjadi dengan kriteria teratasi, dengan kriteria hasil: selama 3 x24 jam diharapkan:
hasil: 1. Frekuensi pernafasan teratasi dari deviasi 1. Klien dapat memodifikasi gaya hidup &
1. Jalan nafas klien paten yang cukup berat dari kisaran normal lingkungan untuk mencegah cidera.
2. Klien mudah bernafas dan tidak merasa menjadi deviasi ringan dari kisaran normal 2. Klien mampu melakukan teknik untuk
tercekik 2. Irama pernafasan teratasi dari deviasi yang mencegah terjadinya cidera.
3. Tidak terdengar ada suara nafas tambahaan cukup berat dari kisaran normal menjadi
4. Tidak terjadi aspirasi deviasi ringan dari kisaran normal NIC: Manajemen Lingkungan
NOC: Status Pernafasan 3. Kedalaman inspirasi teratasi dari deviasi 1. Anjurkan pasien dan keluarga
1. Irama nafas normal yang cukup berat dari kisaran normal menyediakan lingkungan yang aman.
2. Frekuensi nafas normal menjadi deviasi ringan dari kisaran normal 2. Memindahkan barang-barang yang dapat
3. Saturasi oksigen normal 4. Kepatenan jalan nafas teratasi dari deviasi membahayakan pasien.
yang cukup berat dari kisaran normal 3. Mendekatkan barang-barang yang
NIC: Pencegahan Aspirasi (3200) menjadi deviasi ringan dari kisaran normal diperlukan pasien dari jangkauan pasien.
1. Perawat memonitor tingkat kesadaran, 5. Atur posisi pasien semi fowler 4. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
refleks batuk dan kemampuan menelan sesuai dengan kondisi fisik.
2. Memonitor jalan nafas dan suara nafas 5. Anjurkan pasien untuk menghindari
tambahan NIC: Monitor Pernafasan kegiatan atau lingkungan yang berbahaya.
3. Perthankan kepatenan jalan nafas 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
4. Lakukan pemasangan OPA atau ETT kesulitan bernapas
5. Lakukan suction jika diperlukan 2. Monitor suara napas tambahan (Ronkhi)
6. Berikan hiperoksigenasi dengan 100% 3. Monitor pola napas
oksigen menggunakan baging manual jika 4. Monitor saturasi oksigen pasien
diperlukan 5. Auskultasi suara napas, catat dimana terjadi
NIC: Penghisapan Lendir pada Jalan Nafas penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
1. Auskultasi suara nafas klien sebelum dan keberadaan suara naas tambahan.
sesudah dilakukan tindakan suction 6. Monitor keluhan sesak napas pasien
2. Monitor status respirasi klien selama termasuk kegiatan yang dapat
dilakukan suctioning (frekuensi nafas, memperburuk sesak napas tersebut
irama nafas, dan saturasi oksigen) 7. Berikan bantuan terapi oksigen yang tepat
3. Lakukan tindakan cuci tangan sebelum dan sesuai kebutuhan
sesudah tindakan keperawatan NIC: Manajemen Jalan Nafas
4. Gunakan APD 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
5. Berikan oksigen selama 30 detik sebelum ventilasi
dan setelah tindakan suction 2. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana
6. Monitor dan catat warna, jumlah dan mestinya
konsistensi sekret 3. Buang sekret dengan memotivasi pasien
untuk melakukan batuk atau menyedot
lendir
Risiko Infeksi Risiko Konstipasi Risiko Dekubitus
NOC: Kontrol risiko: proses infeksi NOC: Eliminasi Usus NOC: Integritas Jaringan: kulit dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 60 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Membran Mukosa
menit diharapkan risiko infeksi dengan kriteria selama 1x8 jam, diharapkan konstipasi klien Setelah dilakukan tindakan keperawatan
hasil: teratasi. selama (3x15 menit) kerusakan integritas kulit
1. Mengidentifikasi faktor risiko infeksi Kriteria Hasil: klien dapat diatasi dengan kriteria hasil klien
2. Mengenali faktor risiko individu terkait 1. Pola eliminasi akan,
infeksi 2. Feses lembut dan berbentuk Kriteria hasil:
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi 3. Pengeluaran feses tanpa bantuan 1. Integrita kulit yang baik dapat
4. Mempertahankan lingkungan yang bersih 4. Nyeri pada saat BAB dipertahankan
5. Memonitor perubahan status kesehatan 2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
NIC: Manajemen Konstipasi 3. Mampu melindungi kulit dan
NIC: Perlindungan infeksi 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi. mempertahankan keseimbangan kulit dan
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi 2. Monitor hasil produksi pergerakan usus perawatan alami
sistemik dan local (feses), meliputi frekuensi, konsistensi,
2. Monitor kerentanan infeksi bentuk, volume dan warna. NIC: Perawatan kulit
3. Periksa kulit dan selaput lendir untuk 3. Dukung peningkatan asupan cairan, jika 1. Monitor karakteristik luka
adanya kemerahan, kehangatan ekstrim tidak ada kontraindikasi. 2. Bersihkan luka dengan normal saline atau
atau drainase 4. Instruksikan pada pasien/keluarga diet pembersih yang bersifat nonracun
tinggi serat dengan cara yang tepat. 3. Pelihara teknik steril ketika dilakukan
perawatan pada luka
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 5. Tinjau ulang pola diet, jumlah, dan tipe 4. Ubah posisi pasien
tanda dan gejala infeksi dan kapan harus masukan cairan. 5. Intruksikan pasien atau anggota keluarga
melaporkannya ke pelayanan kesehatan mengetahui prosedur perawatan luka
6. Intruksikan pasien dan keluarga tentang
NIC: Manajemen Pengobatan tanda dan gejala dari infeksi
1. Tentukan obat apa yang diperlukandan 7. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
kelola menurut resepdan protocol perubahannya.
2. Monitor pasien mengenai efek terapeutik
obat
3. Konsultasi dengan professional perawatan
kesehatan lainnya untuk meminimalkan
jumlah dan frekuensi obat yang dibutuhkan
agar didapatkan efek trapeutik.
4. Monitor efek samping obat.
Nyeri Akut Risiko Jatuh Risiko Trauma Vaskuler
Amelia, R., Abdullah, D., Sjaaf, F., & Purnama Dewi, N. 2020. Pelatihan Deteksi
Dini Stroke “Metode Fast” Pada Lansia Di Nagari Jawijawi Kabupaten
Solok Sumatera Barat. Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri,
1(1), 25–32. https://doi.org/10.47841/ADPI.V1I1. 19.
American Heart Association (AHA). 2015. Health Care Research : Coronary Heart
Disease. American Heart Association Journals.
Dewanto, G. (2009). Panduan praktis Diagnosis dan tata laksana penyakit saraf.
EGC.
EduNers, T., & Hidayat, A. A. (2021). Buku Pengayaan Uji Kompetensi
Keperawatan Gerontik. Health Books Publishing.
Ghofir, A. (2021). Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lainnya. UGM
PRESS.
Hutagaluh, M. S. (2019). Panduan Lengkap Stroke: Mencegah, Mengobati dan
Menyembuhkan. Nusamedia.
Indrawati, L., Sari, W., & Catur Setia Dewi, A. M. F. (2016). Care yourself stroke.
Penebar PLUS+.
Kemenkes RI. 2017. Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Stroke
di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 20–23.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2017. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, H. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus
(Jilid 2.). Yogjakarta: Mediaction Publishing.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus
(1st ed.). Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Oxyandi, M., & Utami, A. S. 2020. Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan
Rom (Range Of Motion) Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non
Hemoragik. Jurnal Kesehatan: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 10(01), 25-37.
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2005). Kedokteran Klinis Ed. 6. Jakarta:
PT Gelora Aksara Safitri.
Siti, Tarwoto, Wartonah. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 4.Jakarta : CV
Sagung Seto.
Sodikin, S., Asiandi, A., & Bermawi, Sarwito Rahmad. 2022. Metode Fast Untuk
Pengenalan Segera Stroke Bagi Warga Muhammadiyah Sodikin ETHOS:
Jurnal Penelitiandan Pengabdian kepada Masyarakat.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/ethos/article/view/8324/pdf.
V.A.R.Barao, et al. 2022. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cva (Cerebrovascular
Accident) Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri Studi. Braz
Dent J., vol. 33, no. 1, pp. 1–12.