Anda di halaman 1dari 4

Nama : Theofany Christianly Manitik

NIM : 20220212135
Program Studi : S2 Teologi Kristen Protestan
Mata Kuliah : Teologi Praktika
Dosen Pengajar : Pdt. Dr. Selamet Y. Hakim

BOOK REPORT
Judul Buku : Evangelikal, Sakramental & Pentakostal
Penulis : Gordon T. Smith (Presiden dari Ambrose University and
Seminary di Calgary, Alberta. Juga sebagai Professor teologi
Sistematika dan teologi Spiritual)
Jumlah Halaman : 158

Buku ini membahas enam poin besar, yaitu: Undangan Luar Biasa Dari
Yohanes 15:4-9; Lukas-Kisah Para Rasul: Roh Kudus dan Kehidupan Gereja;
Anugerah Allah: Evangelikal, Sakramental dan Pentakostal; Prinsip Evangelikal;
Prinsip Sakramental; Prinsip Pentakostal, juga terdapat kesimpulan yang di
dalamnya terdapat Pengamatan dan Studi Kasus.
Dalam ulasannya, buku ini berisi tentang sudut pandang tiga denominasi
gereja (Injili, Katolik, dan Karismatik) terhadap eklesiologi termasuk di dalamnya
terdapat implementasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. Dasar kajian ini
penulis ambil dari sumber-sumber Perjanjian Baru yang relevan serta ada pemikiran
dari para bapa-bapa gereja atau pun juga teolog-teolog besar seperti Agustinus,
Irenaeus, John Calvin, John Wesley, John of the Cross atau Ignatius Loyola dan
lainnya. Tulisan ini dapat membantu mahasiswa teologi maupun para jemaat yang
ingin belajar mengenai perbandingan eklesiologi dari tiga sisi yang berbeda.

Bagi penulis, gereja pada hakekatnya adalah “buah dari prakarsa anugerah
Allah”, yang ia uraikan dalam sifat, praktik dan eksisnya terhadap pemberitaan
Firman Tuhan seperti yang dipahami dari tiga denominasi yang berbeda ini.

1
Gereja dari sudut pandang Evangelikal:

- Gereja menurut kaum injili adalah kumpulan yang harus diberi makan
(ditopang) dengan cara membaca, mengajarkan, mewartakan dan
melakukan Firman Allah. Sehingga, gereja (orang kristen) merupakan orang
yang mengkonsumsi Firman yang tertulis di dalam Alkitab dan hidup oleh
karena pewartaan Firman. Karena firman orang ditarik untuk masuk ke
dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal. Artinya gereja merupakan
komunitas belajar mengajar yang hidup oleh Firman yang diberitakan.
Gereja dilihat sebagai suatu persekutuan Firman.
- Kaum injili menekankan pada pemahaman terhadap Firman Tuhan. Bagi
mereka, Alkitab adalah Firman Allah yang sepenuhnya, tanpa salah dan
merupakan kesaksian tentang Allah Tritunggal. Khotban adalah satu bentuk
Firman Allah yang kebenarannya adalah kebenaran Allah. Melalui Alkitab
dan khotbah juga jemaat dapat mengenal Kristus. Karena itu tiap khotbah
perlu menekankan karya Kristus dalam penebusan manusia berdosa.

Gereja dari sudut pandang Sakramental:

- Menurut kaum Katolik, gereja adalah komunitas yang dipersatukan di


dalam dan melalui alat anugerah Allah "air dan Roh." Firman: yaitu Yesus
Kristus (Yoh. 1:14), telah menetap dan tinggal di antara umat manusia
sebagal gereja. Gereia dipersatukan melalui baptisan air yang dilahirkan
dari “air dan Roh” (Yoh. 3-5). Bagi sakramental, kejasmanian orang Kristen
menjadi rumah-Nya atau tabernakel-Nya. Itulah sebabnya kesatuan gereja
dengan Kristus sangat menekankan tanda jasmaniah seperti air sebagal alat
anugerah Allah. Seorang murid Yesus adalah seseorang yang memakan
daging Yesus dan meminum darah-Nya. Gereja merupakan satu komunitas
sakramental, kumpulan yang telah dibaptis, yang hidup - ditopang, dan diam
di dalam Kristus sebagaimana Kristus diam di dalam mereka - oleh roti dan
cawan Perjamuan Kudus. Bagi kaum sakramental (Katholik), pada dasarya
gereja adalah komunitas ekaristi.
- Kaum Katolik memandang sakramen sangat penting sebagai simbol bagi
kehadiran Kristus dalam gereja. Sedemikian pentingnya sakramen itu,

2
sehingga fungsinya dipersamakan dengan pembacaan dan pemberitaan
Firman. Dalam hal ini sakramen menyatu dengan pemberitaan Firman,
penyatuan keduanya jemaat dapat merasakan anugerah Allah yang
sesungguhnya.

Gereja dari sudut pandang Pentakostal:

- Menurut kaum Pentakostal gereja ditandai dengan penerimaan Roh dalam


diri orang-orang sebagai cara utama untuk mengenal anugerah Allah.
Penerimaan Roh merupakan hal yang sentral dari kehadiran Gereja. Tanda
Kristus tinggal di dalam suatu komunitas adalah adanya penerimaan
terhadap Roh, dilahirkan dari atas oleh Roh, dan dipimpin ke dalam
kebenaran oleh Roh. Sebab itulah dalam bidang penyembahan dan misi,
gereja dinyatakan hidup karena adanya respons secara nyata kepada Roh
sebagaimana tertulis dalam Galatia 5:16-25.
- Dalam peribadatan gereja yang di dalamnya ada pemberitaan Firman
Tuhan, bagi kaum pentakostal justru "kita tidak sungguh pentakostal kecuali
kita sakramental, dan kita tidak sungguh umat yang hidup dalam kepenuhan
Roh jika kita bukan umat yang dihidupkan oleh dan diberi makan Firman",
sesuai kebiasaan kaum evangelikal. Karena itu penyembahan yang sering
dijumpai dalam kebaktian gereja kaum pentakostal, sesungguhnya jika tapa
Firman yang kokoh dan sakramen yang kudus dan khusyuk, adalah berupa
kegiatan sentimental belaka dan dapat dicurigai hanya untuk memenuhi
kebutuhan emosional semata. Jadi kedekatan dan kepenuhan Roh bukan
meniadakan otoritas Firman dan khotbah yang vital serta berdampak
terhadap perwujudan sakramen yang monumental.

Penilaian Terhadap buku ini:

a. Hal-hal yang disetujui:


- Penulis cukup berhasil menyajikan buku ini, sehingga menggugah pembaca
untuk lebih lanjut berpikir mengenai topic-topik yang disajikan penulis.
- Cara ulasannya juga tidak begitu berat.

3
- Penulis juga tidak banyak ikut campur terhadap perbedaan dari masing-
masing denominasi. Sehingga meminimalisir adanya ketersinggungan
pembaca yang berasal dari salah satu denominasi gereja yang dibahas.
b. Hal-hal yang tidak disetujui:
- Penulis terkesan kurang netral dalam menulis uraiannya ini. Karena jika
dilihat dengan teliti, uraian-uraiannya mengenai Pentakostal memiliki
banyak kritikan mengenai teologi yang dianut oleh aliran pentakostal.
Penulis seharusnya memposisikan diri hanya sebatas narator saja.
- Ketika membaca dalam terjemahan bahasa Indonesianya, ada beberapa
bagian dalam buku ini yang memberikan kelemahan terhaadap buku ini
karena perlu dibaca berulang-ulang untuk dapat dipahami. Ada kalimat-
kalimat yang yang disusun seolah mengulang kata per kata dari bahasa asli,
sehingga ada pun beberapa pokok-pokok ide dalam buku ini yang kemudian
berulang di halaman berikutnya. Mungkin penerjemah memiliki tujuan
yang baik agar pembaca dapat mengingat akan teologi-teologi yang
terkandung dari setiap pandangan denominasi gereja. Tetapi, alangkah lebih
baiknya jika pengulangan-pengulangan tersebut diganti dengan tambahan-
tambahan penjelasan agar pembaca dapat lebih cepat mengerti dan
memahami dibandingkan menghafal.

Anda mungkin juga menyukai