Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL PENGABDIAN DOSEN DAN

MAHASISWA PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


EDUKASI UNTUK MENURUNKAN PERSEPSI NEGATIF TERKAIT PENYAKIT
HIV/AIDS DI PUSKESMAS SUKARAJA
TAHUN 2022

Disusun oleh :

Ariella Lintang Nugroho (19410004)


Friska Novira Maya Dewi (19410003)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI SI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Situasi HIV/AIDS di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan.


Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, hingga tahun 2021, terdapat sekitar
640.000 kasus HIV/AIDS yang terdiagnosis di Indonesia, dengan estimasi 34.000 orang
meninggal akibat AIDS. (Care et al., n.d.)

Meskipun prevalensi HIV/AIDS di Indonesia masih relatif rendah, yaitu sekitar 0,4% dari
populasi penduduk, namun angka ini meningkat dari tahun ke tahun, terutama di beberapa
daerah seperti Papua dan Kalimantan Timur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS di Indonesia antara lain:

Perilaku seksual yang berisiko, seperti hubungan seks tanpa pengaman, banyak pasangan
seksual, dan praktek seks yang berisiko lainnya. Penggunaan narkoba suntik yang tidak
aman, yang dapat menyebabkan penyebaran HIV melalui jarum yang terkontaminasi.

(Sitorus, n.d.)

Stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS, yang dapat
menyebabkan mereka enggan mencari pengobatan dan layanan kesehatan.

Upaya pemerintah dalam menangani masalah HIV/AIDS di Indonesia antara lain dengan
meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan terkait HIV/AIDS, menyediakan
pengobatan ARV yang terjangkau, meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang
HIV/AIDS, dan mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan
HIV/AIDS.

HIV/AIDS sendiri merupakan penyakit menular seksual yang dapat menjangkit siapa saja,
tanpa memandang orientasi seksual. Namun, ada beberapa faktor yang membuat
komunitas LGBT lebih rentan terkena HIV/AIDS.

LGBT sering mengalami diskriminasi dan stigmatisasi di masyarakat, termasuk dalam


akses layanan kesehatan. Hal ini dapat membuat mereka enggan atau sulit untuk
mendapatkan informasi dan layanan kesehatan terkait HIV/AIDS, seperti tes HIV dan
terapi antiretroviral (ARV). (Rinita Amelia et al., 2022)

Beberapa praktek seksual yang dilakukan oleh sebagian orang LGBT, seperti hubungan
seks anal, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menularkan HIV. Hal ini karena mukosa
di dalam rektum lebih mudah rusak dan rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan
mukosa vagina. Dalam beberapa kasus, LGBT dapat mengalami kekerasan seksual atau
pelecehan seksual yang dapat meningkatkan risiko mereka terkena HIV/AIDS.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang LGBT terkena HIV/AIDS, dan tidak
semua orang yang terkena HIV/AIDS adalah LGBT. Oleh karena itu, penting untuk tidak
menggeneralisasi dan menyalahkan komunitas LGBT atas masalah ini. Sebaliknya, kita
perlu memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama terhadap informasi dan
layanan kesehatan terkait HIV/AIDS, tanpa diskriminasi atau stigma.

Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa melarang atau membatasi identitas
seksual seseorang dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS. Mengedukasi masyarakat
tentang risiko dan cara penyebaran HIV/AIDS adalah strategi yang lebih efektif dalam
mencegah penyebaran penyakit tersebut. Mencegah diskriminasi terhadap orang-orang
LGBT juga penting dalam upaya pencegahan HIV/AIDS, karena diskriminasi dapat
membuat orang-orang menjadi lebih rentan terhadap penyakit tersebut dengan cara
mengurangi akses mereka terhadap informasi kesehatan dan layanan yang dibutuhkan
untuk mencegah atau mengobati HIV/AIDS.

Sebaliknya, edukasi yang mempromosikan inklusivitas dan penerimaan terhadap orang-


orang LGBT dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan orang-orang LGBT, sehingga mereka dapat memperoleh informasi
kesehatan dan layanan yang mereka butuhkan untuk mencegah dan mengobati HIV/AIDS.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah nya adalah pencegahan dan upaya penurunan kasus HIV/AIDS di
puskesmas Sukaraja

C. Ruang Lingkup

1. Lingkup Masalah yaitu terdapat penyakit HIV/AIDS di UPT Puskesmas Sukaraja


dengan data dari pemegang program HIV/AIDS yang ada di Puskesmas
2. Lingkup Sasaran yaitu masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Puskesmas
Sukaraja
3. Lingkup Waktu yang digunakan untuk penfabdian masyarakat adalah:
Hari/Tanggal : 19-20 Desember 2022
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Puskesmas Sukaraja
4. Lingkup Metode yang digunakan adalah memberikan kuesioner dan menganalisis
peningkatan penyakit HIV/AIDS yang disebabkan oleh Penyuka Sesama
Jenis/LGBT
D. Tujuan

Tujuan umum:

1. Meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS dan cara penularannya.


2. Memperkuat upaya pencegahan penularan HIV, seperti dengan menggunakan
kondom dalam hubungan seksual atau menghindari penggunaan jarum suntik yang
sama.
3. Menyediakan akses universal ke tes HIV dan perawatan medis yang memadai.
4. Meningkatkan akses ke obat antiretroviral (ARV) dan terapi lainnya bagi orang
yang hidup dengan HIV/AIDS.
5. Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan
HIV/AIDS.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS di kalangan remaja dan penduduk


muda.
2. Meningkatkan akses ke layanan kesehatan bagi populasi yang berisiko tinggi,
seperti pengguna narkoba suntik dan pekerja seks.
3. Mengurangi penyebaran HIV di antara populasi tertentu, seperti orang yang terlibat
dalam hubungan seksual dengan pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM)
atau mereka yang tinggal di wilayah dengan tingkat prevalensi HIV yang tinggi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan tentang
HIV/AIDS, sehingga mereka dapat memberikan perawatan yang lebih baik dan
memberikan dukungan yang diperlukan kepada orang yang hidup dengan
HIV/AIDS.
5. Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi pencegahan yang lebih efektif,
seperti program pemberian obat pencegah HIV kepada orang yang berisiko tinggi.

E. Manfaat

1. Mencegah penyebaran HIV: Pencegahan HIV/AIDS membantu mencegah


penyebaran virus HIV dari satu orang ke orang lain. Dengan mengurangi jumlah
orang yang terinfeksi HIV, kita dapat mengurangi jumlah kasus baru di masa
depan.
2. Meningkatkan kesehatan masyarakat: Pencegahan HIV/AIDS membantu
meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan mempromosikan
perilaku sehat seperti penggunaan kondom dan pengujian HIV secara rutin, orang
dapat mengurangi risiko mereka terkena HIV dan penyakit lainnya yang terkait
dengan perilaku seksual yang tidak aman.
3. Mengurangi beban sosial dan ekonomi: HIV/AIDS dapat mempengaruhi kesehatan,
kehidupan, dan kehidupan sosial orang yang terinfeksi dan keluarga mereka.
Pencegahan HIV/AIDS dapat mengurangi beban sosial dan ekonomi yang terkait
dengan HIV/AIDS dengan mencegah infeksi.
4. Menjaga produktivitas: Pencegahan HIV/AIDS dapat membantu menjaga
produktivitas masyarakat secara keseluruhan. Dengan mengurangi jumlah orang
yang terinfeksi HIV, kita dapat memastikan bahwa lebih banyak orang tetap sehat
dan produktif dalam kehidupan sehari-hari mereka.
5. Menjaga hubungan sosial: Pencegahan HIV/AIDS membantu menjaga hubungan
sosial dan keintiman. Dengan mempromosikan perilaku sehat seperti penggunaan
kondom dan pengujian HIV secara rutin, kita dapat membantu orang untuk
menjaga hubungan yang sehat dan aman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


Puskesmas adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dikelola oleh
pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
Puskesmas bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif di tingkat primer.
Beberapa studi telah dilakukan untuk mengevaluasi kinerja Puskesmas. Salah satu
studi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa keberhasilan Puskesmas
dalam memberikan pelayanan kesehatan tergantung pada faktor-faktor seperti
ketersediaan sumber daya manusia, peralatan medis, obat-obatan, dan dukungan dari
pemerintah daerah.
Studi lain menunjukkan bahwa Puskesmas dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program
kesehatan dan memperkuat kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat.
Puskesmas juga dapat meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan dengan
memperluas cakupan wilayah pelayanan dan meningkatkan kualitas transportasi dan
sarana prasarana.
Selain itu, Puskesmas juga dapat memainkan peran penting dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Studi menunjukkan bahwa
program imunisasi di Puskesmas dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit-penyakit tertentu.
Secara keseluruhan, Puskesmas memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kinerja Puskesmas,
perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya
manusia, peralatan medis, obat-obatan, dan dukungan dari pemerintah daerah.
Selain itu, perlu juga dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program-program kesehatan dan memperkuat kerja sama dengan
organisasi-organisasi masyarakat. (Menteri et al., 2019)

2. HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Immunodeficiency
Manusia (HIV). HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. AIDS
adalah tahap akhir dari infeksi HIV, ketika sistem kekebalan tubuh seseorang
sangat lemah sehingga mereka rentan terhadap infeksi yang berbahaya dan
seringkali fatal.
Penyebaran HIV/AIDS telah menjadi masalah global selama beberapa dekade
terakhir. Sejak pertama kali dilaporkan pada awal tahun 1980-an, lebih dari 75 juta
orang di seluruh dunia telah terinfeksi HIV dan sekitar 32 juta orang telah
meninggal karena AIDS. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam
pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS, penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan di seluruh dunia.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi
HIV meliputi hubungan seksual tanpa pengamanan dengan seseorang yang
terinfeksi HIV, berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi HIV, atau
melalui transfusi darah yang terkontaminasi. Orang yang memiliki risiko tinggi
untuk terinfeksi HIV, seperti pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, atau
orang yang tinggal di daerah dengan tingkat prevalensi HIV yang tinggi, harus
secara teratur menjalani tes HIV dan mendapatkan perawatan yang diperlukan jika
mereka positif terinfeksi HIV.
Pengobatan untuk HIV/AIDS meliputi terapi antiretroviral (ART) yang dapat
membantu menekan reproduksi virus dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS, pengobatan dini
dan konsisten dapat membantu orang hidup dengan kondisi ini dan meningkatkan
kualitas hidup mereka. Pencegahan HIV/AIDS juga sangat penting dan dapat
mencakup tindakan seperti penggunaan kondom selama hubungan seksual,
menghindari berbagi jarum suntik, atau menjalani tes HIV secara rutin.

Terdapat berbagai program pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS yang tersedia di


seluruh dunia, termasuk kampanye kesadaran masyarakat, pusat tes HIV, dan
fasilitas kesehatan yang menyediakan perawatan dan dukungan bagi orang yang
terinfeksi HIV/AIDS. (Saparina et al., 2022)

3. IMS (Infeksi Menular Seksual)


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui kontak
seksual dengan orang yang terinfeksi. Beberapa contoh IMS meliputi sifilis,
gonore, klamidia, herpes genital, dan human papillomavirus (HPV).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun ada sekitar 357 juta
infeksi baru IMS di seluruh dunia. IMS dapat menimbulkan masalah kesehatan
yang serius, seperti kemandulan, kanker, dan bahkan kematian. Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui tentang IMS dan bagaimana mencegahnya.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi
IMS meliputi aktivitas seksual yang tidak aman, seperti tidak menggunakan
kondom, memiliki banyak pasangan seksual, atau melakukan hubungan seksual
dengan orang yang memiliki IMS. Selain itu, IMS juga dapat menyebar melalui
transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, atau dari ibu ke bayi
selama persalinan.
Pencegahan IMS meliputi menghindari aktivitas seksual yang tidak aman, seperti
menggunakan kondom dengan benar dan secara konsisten, mengurangi jumlah
pasangan seksual, dan melakukan tes IMS secara rutin. Pengobatan IMS tergantung
pada jenis infeksi yang terjadi. Antibiotik sering digunakan untuk mengobati IMS
bakterial, seperti sifilis dan gonore. Namun, IMS virus seperti herpes genital dan
HPV hanya dapat diobati dengan meminimalkan gejalanya dan memperkuat sistem
kekebalan tubuh.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan jika Anda
khawatir terinfeksi IMS. Mereka dapat memberikan informasi tentang pencegahan
IMS, pengobatan, dan tes yang tersedia untuk memeriksa apakah Anda terinfeksi.
(Berdaya, 2022)
4. LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender)
LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Ini
mengacu pada kelompok individu yang memiliki orientasi seksual atau identitas
gender yang berbeda dari heteroseksual atau cisgender. LGBT telah menjadi topik
yang semakin diperdebatkan dalam masyarakat, baik dari sudut pandang sosial,
politik, maupun psikologis. Berikut ini adalah penjelasan terkait LGBT menurut
para ahli:
American Psychological Association (APA): Menurut APA, orientasi seksual adalah
"dimensi penting dari identitas pribadi yang berdampak pada interaksi seseorang
dengan dunia luar, termasuk hubungan interpersonal, karir, dan kesehatan mental
dan fisik." LGBT telah mengalami diskriminasi dan penindasan, yang dapat
memengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka.
World Health Organization (WHO)
WHO mengakui bahwa orientasi seksual dan identitas gender adalah bagian dari
variasi manusia yang normal dan bahwa homoseksualitas tidak boleh dianggap
sebagai gangguan mental atau perilaku yang salah.
American Medical Association (AMA): AMA menyatakan bahwa orientasi seksual
dan identitas gender merupakan bagian integral dari seseorang yang tidak dapat
diubah atau diubah dengan "terapi konversi." Mereka juga menyatakan dukungan
mereka terhadap perlindungan hukum dan hak sipil LGBT.
International Lesbian, Gay, Bisexual, Trans and Intersex Association (ILGA)
Menurut ILGA, LGBT harus diakui sebagai bagian dari keragaman manusia dan
harus diberikan hak yang sama seperti orang lain, termasuk hak untuk tidak
diskriminasi.
Dalam kesimpulannya, para ahli meyakini bahwa LGBT adalah bagian dari
keragaman manusia dan harus diberikan hak yang sama seperti orang lain.
Perlindungan hukum dan hak sipil yang sama diperlukan untuk memastikan bahwa
LGBT tidak menjadi sasaran diskriminasi dan penindasan, dan mereka harus
diberikan akses yang sama ke layanan kesehatan mental dan fisik.

LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) mengalami tantangan kesehatan


yang unik karena mereka sering mengalami stres yang lebih tinggi, diskriminasi,
dan stigma sosial. Beberapa aspek kesehatan yang berkaitan dengan LGBT adalah:
 Kesehatan Mental: LGBT lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental
seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan obat. Hal ini dapat
disebabkan oleh pengalaman diskriminasi dan stigma yang mereka alami
sehari-hari.
 HIV/AIDS: LGBT memiliki risiko lebih tinggi terkena HIV/AIDS
dibandingkan dengan populasi umum. Hal ini terutama disebabkan oleh
prilaku seksual yang berisiko seperti hubungan seksual tanpa kondom,
memiliki banyak pasangan seksual, dan penggunaan obat-obatan terlarang.
 Kanker: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa LGBT lebih rentan
terhadap beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, kanker serviks, dan
kanker prostat. Hal ini mungkin terkait dengan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran tentang pencegahan kanker serta akses yang terbatas terhadap
layanan kesehatan.
 Kesehatan Seksual dan Reproduksi: LGBT dapat menghadapi kesulitan
dalam memperoleh akses ke layanan kesehatan reproduksi dan seksual.
Sebagai contoh, pasangan sesama jenis mungkin kesulitan dalam mencari
layanan kontrasepsi dan pemeriksaan kesehatan reproduksi yang lengkap.
 Kesehatan Fisik: LGBT mungkin lebih rentan terhadap beberapa kondisi
kesehatan fisik seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti tekanan psikologis dan pengaruh
sosial yang memengaruhi gaya hidup mereka.

Oleh karena itu, penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mengakui
tantangan kesehatan yang dihadapi oleh LGBT dan memberikan perawatan yang
sensitif terhadap kebutuhan mereka. Selain itu, pendidikan dan promosi
kesehatan yang lebih baik tentang isu-isu kesehatan yang spesifik untuk LGBT
dapat membantu meningkatkan kesadaran dan mencegah masalah kesehatan
yang terkait dengan stigma dan diskriminasi.
BAB III

METODE PENGKAJIAN DATA DAN PRIORITAS MASALAH

A. Pengkajian Data

1. Menentukan tujuan penelitian


Sebelum membuat kuesioner, Anda harus memiliki tujuan yang jelas mengapa Anda
ingin mengumpulkan data dan apa yang ingin Anda ketahui dari responden.
2. Identifikasi target responden
Tentukan siapa yang menjadi target responden Anda dan berapa banyak yang harus
diambil sampelnya. Pastikan bahwa responden yang dipilih sesuai dengan tujuan
penelitian Anda dan memberikan data yang relevan.
3. Rancang kuesioner: Buat daftar pertanyaan yang relevan untuk mencapai tujuan
penelitian Anda. Pastikan bahwa pertanyaan yang Anda ajukan tidak ambigu dan
mudah dipahami oleh responden. Selain itu, pastikan bahwa urutan pertanyaan logis
dan alur cerita kuesioner mudah dipahami.
4. Distribusikan kuesioner: Setelah kuesioner selesai dibuat dan diuji, Anda dapat
membagikannya kepada responden. Pastikan bahwa Anda memberikan instruksi
yang jelas tentang cara mengisi kuesioner dan juga pastikan bahwa responden
memahami bahwa jawaban mereka bersifat anonim dan kerahasiaan data dijamin.
5. Analisis data: Setelah pengambilan data selesai, Anda dapat melakukan analisis data
untuk mencari tahu hasil dari penelitian Anda. Dalam melakukan analisis data,
pastikan bahwa Anda memahami instrumen yang digunakan dan memilih metode
analisis yang sesuai.

B. Prioritas Masalah

Prioritas dalam mengatasi masalah HIV/AIDS harus berfokus pada pencegahan dan
pengobatan untuk semua orang yang terkena, tanpa diskriminasi. Upaya pencegahan harus
meliputi edukasi dan akses terhadap kondom, tes HIV, pengobatan antiretroviral, dan
program-program yang mendukung individu yang hidup dengan HIV/AIDS untuk hidup
sehat dan produktif.

Dukungan juga dapat diberikan kepada Penderita HIV/AIDS yang sering mengalami
diskriminasi dan stigma dari masyarakat, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat
sangat penting dalam membantu penderita HIV/AIDS merasa dihargai, didukung, dan dapat
mengatasi stigma dan diskriminasi.

Dukungan dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti pengobatan, konseling,


pendidikan, dan dukungan emosional. Misalnya, dukungan emosional dapat diberikan
dengan cara mendengarkan keluhan penderita dan memberikan dukungan moral. Sementara
itu, dukungan dalam bentuk pengobatan dapat membantu penderita HIV/AIDS untuk
menjaga kesehatan mereka dan mencegah infeksi yang lebih serius.

Penting juga untuk menyadari bahwa penderita HIV/AIDS memiliki hak yang sama
dengan orang lain, dan mereka tidak boleh diskriminatif atau diasingkan karena kondisi
mereka. Dengan dukungan yang memadai, penderita HIV/AIDS dapat hidup secara
produktif dan bahagia, serta mengurangi risiko penyebaran virus ke orang lain.

Strategi Pencegahan HIV/AIDS pada para pelaku LGBT dapat dilakukan melalui
beberapa strategi berikut:

 Pendidikan dan Informasi: Pendidikan dan informasi tentang HIV/AIDS sangat


penting dalam pencegahan. Pelaku LGBT harus dipahami tentang bahaya penularan
HIV/AIDS dan cara mencegahnya. Penyuluhan, seminar, diskusi dan kampanye
publik yang memfokuskan pada LGBT dapat membantu meningkatkan kesadaran
akan HIV/AIDS.
 Penggunaan kondom: Penggunaan kondom adalah salah satu cara yang paling
efektif untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Pelaku LGBT harus selalu
menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk melindungi diri mereka dan
pasangan mereka.
 Pengujian HIV: Pelaku LGBT harus diuji untuk HIV secara teratur. Pengujian HIV
dapat membantu dalam deteksi dini dan penanganan HIV/AIDS, serta mendorong
perilaku seksual yang lebih bertanggung jawab.
 Pembatasan jumlah pasangan seksual: Pelaku LGBT harus membatasi jumlah
pasangan seksual. Semakin banyak pasangan seksual yang dimiliki, semakin tinggi
risiko penularan HIV/AIDS.
 Pengobatan dan perawatan HIV/AIDS: Pelaku LGBT yang telah terinfeksi
HIV/AIDS harus segera mendapatkan pengobatan dan perawatan. Dalam rangka
mengendalikan penyebaran HIV/AIDS, perlu adanya upaya untuk memastikan akses
yang mudah bagi pelaku LGBT untuk mendapatkan perawatan dan obat-obatan
HIV.
 Pengurangan stigma: Stigma terhadap LGBT seringkali membuat mereka enggan
mencari perawatan dan pengujian HIV. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi
stigma dan diskriminasi terhadap LGBT dan menjamin bahwa mereka merasa aman
dan nyaman dalam mencari perawatan dan pengujian HIV.

Dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS pada pelaku LGBT, upaya kolaboratif dari
pemerintah, LSM, organisasi masyarakat, dan individu sangat penting untuk
memastikan bahwa strategi ini dapat berhasil dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Berdaya, M. (2022). Pencegahan infeksi menular seksual pada usia reproduktif melalui
penyuluhan masyarakat di Kelurahan Bangunjiwo. 3(2), 109–113.
Care, S., Hiv, D., & Odha, A. (n.d.). Spiritual Care for People Lived With HIV / AIDS
( PLWHA ) to Prevent Perception of Negative Self- Image. 297–303.
Menteri, P., Republik, K., Masyarakat, P. K., Rahmat, D., Yang, T., Esa, M., Kesehatan, M.,
& Indonesia, R. (2019). BERITA NEGARA. 1335.
Rinita Amelia, Melya Susanti, & Yusti Siana. (2022). Persepsi, Sikap dan Tingkat
Pengetahuan Siswa SMA 1 Padang Panjang Terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual
dan Transgender). Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 5(3), 375–384.
https://doi.org/10.31850/makes.v5i3.1832
Saparina, T., Firmansyah, Akbar, Mu. I., & Ban, A. R. S. (2022). Determinan Stigma
Terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas.
Jurnalkesehatan Masyarakat Celebes, 03(01), 16–22.
Sitorus, ika L. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BERISIKO
HIV/AIDS PADA HOMOSEKSUAL MITRA YAYASAN GALATEA DI KOTA MEDAN
TAHUN 2022. http://t2ww.tpww.ir/fa/p4/p89/p91

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan PBL
    Laporan PBL
    Dokumen35 halaman
    Laporan PBL
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • IL 1 - OA 1.en - Id
    IL 1 - OA 1.en - Id
    Dokumen8 halaman
    IL 1 - OA 1.en - Id
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • Shalsabila Suti
    Shalsabila Suti
    Dokumen22 halaman
    Shalsabila Suti
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Babs
    Kuesioner Babs
    Dokumen4 halaman
    Kuesioner Babs
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual
    LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual
    Dokumen28 halaman
    LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • Data Homoseks
    Data Homoseks
    Dokumen9 halaman
    Data Homoseks
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • Kebijakan IMS
    Kebijakan IMS
    Dokumen36 halaman
    Kebijakan IMS
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen4 halaman
    Kuesioner
    friska novira maya dewi
    Belum ada peringkat