Bab 1 2 3 Epid Ims
Bab 1 2 3 Epid Ims
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meskipun prevalensi HIV/AIDS di Indonesia masih relatif rendah, yaitu sekitar 0,4% dari
populasi penduduk, namun angka ini meningkat dari tahun ke tahun, terutama di beberapa
daerah seperti Papua dan Kalimantan Timur.
Perilaku seksual yang berisiko, seperti hubungan seks tanpa pengaman, banyak pasangan
seksual, dan praktek seks yang berisiko lainnya. Penggunaan narkoba suntik yang tidak
aman, yang dapat menyebabkan penyebaran HIV melalui jarum yang terkontaminasi.
(Sitorus, n.d.)
Stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS, yang dapat
menyebabkan mereka enggan mencari pengobatan dan layanan kesehatan.
Upaya pemerintah dalam menangani masalah HIV/AIDS di Indonesia antara lain dengan
meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan terkait HIV/AIDS, menyediakan
pengobatan ARV yang terjangkau, meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang
HIV/AIDS, dan mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan
HIV/AIDS.
HIV/AIDS sendiri merupakan penyakit menular seksual yang dapat menjangkit siapa saja,
tanpa memandang orientasi seksual. Namun, ada beberapa faktor yang membuat
komunitas LGBT lebih rentan terkena HIV/AIDS.
Beberapa praktek seksual yang dilakukan oleh sebagian orang LGBT, seperti hubungan
seks anal, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menularkan HIV. Hal ini karena mukosa
di dalam rektum lebih mudah rusak dan rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan
mukosa vagina. Dalam beberapa kasus, LGBT dapat mengalami kekerasan seksual atau
pelecehan seksual yang dapat meningkatkan risiko mereka terkena HIV/AIDS.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang LGBT terkena HIV/AIDS, dan tidak
semua orang yang terkena HIV/AIDS adalah LGBT. Oleh karena itu, penting untuk tidak
menggeneralisasi dan menyalahkan komunitas LGBT atas masalah ini. Sebaliknya, kita
perlu memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama terhadap informasi dan
layanan kesehatan terkait HIV/AIDS, tanpa diskriminasi atau stigma.
Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa melarang atau membatasi identitas
seksual seseorang dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS. Mengedukasi masyarakat
tentang risiko dan cara penyebaran HIV/AIDS adalah strategi yang lebih efektif dalam
mencegah penyebaran penyakit tersebut. Mencegah diskriminasi terhadap orang-orang
LGBT juga penting dalam upaya pencegahan HIV/AIDS, karena diskriminasi dapat
membuat orang-orang menjadi lebih rentan terhadap penyakit tersebut dengan cara
mengurangi akses mereka terhadap informasi kesehatan dan layanan yang dibutuhkan
untuk mencegah atau mengobati HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah nya adalah pencegahan dan upaya penurunan kasus HIV/AIDS di
puskesmas Sukaraja
C. Ruang Lingkup
Tujuan umum:
Tujuan Khusus:
E. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2. HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Immunodeficiency
Manusia (HIV). HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. AIDS
adalah tahap akhir dari infeksi HIV, ketika sistem kekebalan tubuh seseorang
sangat lemah sehingga mereka rentan terhadap infeksi yang berbahaya dan
seringkali fatal.
Penyebaran HIV/AIDS telah menjadi masalah global selama beberapa dekade
terakhir. Sejak pertama kali dilaporkan pada awal tahun 1980-an, lebih dari 75 juta
orang di seluruh dunia telah terinfeksi HIV dan sekitar 32 juta orang telah
meninggal karena AIDS. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam
pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS, penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan di seluruh dunia.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi
HIV meliputi hubungan seksual tanpa pengamanan dengan seseorang yang
terinfeksi HIV, berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi HIV, atau
melalui transfusi darah yang terkontaminasi. Orang yang memiliki risiko tinggi
untuk terinfeksi HIV, seperti pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, atau
orang yang tinggal di daerah dengan tingkat prevalensi HIV yang tinggi, harus
secara teratur menjalani tes HIV dan mendapatkan perawatan yang diperlukan jika
mereka positif terinfeksi HIV.
Pengobatan untuk HIV/AIDS meliputi terapi antiretroviral (ART) yang dapat
membantu menekan reproduksi virus dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS, pengobatan dini
dan konsisten dapat membantu orang hidup dengan kondisi ini dan meningkatkan
kualitas hidup mereka. Pencegahan HIV/AIDS juga sangat penting dan dapat
mencakup tindakan seperti penggunaan kondom selama hubungan seksual,
menghindari berbagi jarum suntik, atau menjalani tes HIV secara rutin.
Oleh karena itu, penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mengakui
tantangan kesehatan yang dihadapi oleh LGBT dan memberikan perawatan yang
sensitif terhadap kebutuhan mereka. Selain itu, pendidikan dan promosi
kesehatan yang lebih baik tentang isu-isu kesehatan yang spesifik untuk LGBT
dapat membantu meningkatkan kesadaran dan mencegah masalah kesehatan
yang terkait dengan stigma dan diskriminasi.
BAB III
A. Pengkajian Data
B. Prioritas Masalah
Prioritas dalam mengatasi masalah HIV/AIDS harus berfokus pada pencegahan dan
pengobatan untuk semua orang yang terkena, tanpa diskriminasi. Upaya pencegahan harus
meliputi edukasi dan akses terhadap kondom, tes HIV, pengobatan antiretroviral, dan
program-program yang mendukung individu yang hidup dengan HIV/AIDS untuk hidup
sehat dan produktif.
Dukungan juga dapat diberikan kepada Penderita HIV/AIDS yang sering mengalami
diskriminasi dan stigma dari masyarakat, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat
sangat penting dalam membantu penderita HIV/AIDS merasa dihargai, didukung, dan dapat
mengatasi stigma dan diskriminasi.
Penting juga untuk menyadari bahwa penderita HIV/AIDS memiliki hak yang sama
dengan orang lain, dan mereka tidak boleh diskriminatif atau diasingkan karena kondisi
mereka. Dengan dukungan yang memadai, penderita HIV/AIDS dapat hidup secara
produktif dan bahagia, serta mengurangi risiko penyebaran virus ke orang lain.
Strategi Pencegahan HIV/AIDS pada para pelaku LGBT dapat dilakukan melalui
beberapa strategi berikut:
Dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS pada pelaku LGBT, upaya kolaboratif dari
pemerintah, LSM, organisasi masyarakat, dan individu sangat penting untuk
memastikan bahwa strategi ini dapat berhasil dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Berdaya, M. (2022). Pencegahan infeksi menular seksual pada usia reproduktif melalui
penyuluhan masyarakat di Kelurahan Bangunjiwo. 3(2), 109–113.
Care, S., Hiv, D., & Odha, A. (n.d.). Spiritual Care for People Lived With HIV / AIDS
( PLWHA ) to Prevent Perception of Negative Self- Image. 297–303.
Menteri, P., Republik, K., Masyarakat, P. K., Rahmat, D., Yang, T., Esa, M., Kesehatan, M.,
& Indonesia, R. (2019). BERITA NEGARA. 1335.
Rinita Amelia, Melya Susanti, & Yusti Siana. (2022). Persepsi, Sikap dan Tingkat
Pengetahuan Siswa SMA 1 Padang Panjang Terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual
dan Transgender). Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 5(3), 375–384.
https://doi.org/10.31850/makes.v5i3.1832
Saparina, T., Firmansyah, Akbar, Mu. I., & Ban, A. R. S. (2022). Determinan Stigma
Terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas.
Jurnalkesehatan Masyarakat Celebes, 03(01), 16–22.
Sitorus, ika L. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BERISIKO
HIV/AIDS PADA HOMOSEKSUAL MITRA YAYASAN GALATEA DI KOTA MEDAN
TAHUN 2022. http://t2ww.tpww.ir/fa/p4/p89/p91