Tugas Bank Dan Lembaga Keuangan
Tugas Bank Dan Lembaga Keuangan
Disusun Oleh:
MOCH ALDY HANSYAH 220302001
Dosen Matkul:
NYIMAS WARDATUL AFIQOH S.E.,M.S.A
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyusun tugas “Leasing
(sewa guna usaha) dan Kartu plastik” mata kuliah bank dan lembaga keuangan
ini dengan baik serta tepat waktu.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah tentang “ Leasing (sewa guna
usaha) dan kartu plastik” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.........................................................................................................
1.2. Rumusan masalah....................................................................................................
1.3. Tujuan .....................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III.
PENUTUP.......................................................................................................................
a. Kesimpulan...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa pengertian sewa guna usaha atau dikenal dengan istilah Leasing yang
dikemukakan oleh beberapa sumber berikut.
- Pembiayaan perusahaan
- Penyediaan barang barang modal
- Jangka waktu tertentu
- Pembayaran berkala
- Adanya Hak pilih atau opsi
- Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
Apabila dilihat dari segi pandangan hukum, ada 4 tahap utama dalam Kegiatan
Leasing , antara Lain
Usaha Leasing(sewa guna usaha) sebenarnya sudah ada sejak 2000 SM yang
dilakukan oleh orang orang Sumeria. Dokumen dokumen yang ditemukan dari
kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi Leasing meliputi Leasing
peralatan,penggunaan tanah dan binatang peliharaan. Dalam perkembangan
berikutnya, banyak sistem hukum mencantumkan Leasing sebagai salah satu metode
pembiayaan.
Kegiatan usaha Leasing baru diperkenalkan pada 1974 dengan surat keputusan
bersama Menteri Keuangan Menteri perindustrian, dan menteri perdagangan Nomor
Kep.122/MK/IV12/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 301Kpb/I174
tertanggal 7 Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.selanjutnya Menteri
Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan No 6491MK1IV/5/1974 tertanggal 6 Mei
1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha
Leasing di Indonesia. Untuk Mendukung perkembanganya,Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974
tentang penegasan Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap
Usaha Leasing.
1. Lessor
Yaitu perusahaan Leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang dan modal.
2. Lessee
Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari Lessor.
3. Pemasok
Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada Lessee dengan pembayaran secara tunai oleh Lessor
4. Bank atau kreditur
Dalam suatu perjanjian atau kontrak Leasing, pihak bank atau Kreditur tidak
terlibat secara langsung dalam Kontrak tersebut, tetapi bank memegang peranan
dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
LESSOR LESSOR
Keterangan gambar:
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purnajual atas barang
yang akan disewa
2. Lessee melakukan negosiasi dengan Lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal.
3. Lessor mengirimkan letter of letter atau comittment letter kepada lessee yang
berisi syarat syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikanya kepada lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan di penuhi lessee
dimana kontrak tersebut mencakup hal hal atau pihak pihak yang terlibat ,hak
milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan
asuransi,tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran
angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya
diserahkan kepada pemasok
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti
bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
dibiayai beserta bunga nya.
Dilihat dari transaksi leasing, tehnik pembiayaan leasing secara garis besar dapat
dibagi dalam dua kategori yaitu Finance lease dan operating lease.
1. Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa gana usaha.
Teknik finance lease biasanya juga disebut fill pay out leasing, yaitu suatu
bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee, dengan
catatan bahwa:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atau objek leasing yang dapat berupa
barang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut,
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai
dengan jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar
tersebut merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya
perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan
lessor dan tingkat keuntungan (spread) yang diinginkan lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara
sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko
ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan barang yang disewa tersebut ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa yang disepakati atau mengembalikan pada
lessor atau memperpanjang masa sewa guna usaha sesuai dengan syarat-
syarat yang disetujui bersama.
e. Pembayaran berkala pada masa perpanjangan sewa tersebut biasanya jauh
lebih rendah dari angsuran sebelumnya.
Dalam praktiknya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk
transaksi antara lain sebagai berikut.
1. Direct Finance Lease
Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal atas
permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee.
Lessee dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.
2. Sale and Lease back
Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka
waktu yang disepakati bersama. Metode transaksi ini membantu lessee yang
mengalami kesulitan modal kerja.
3. Leveraged Lease
Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee
dan kreditur jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditur
inilah yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan.
Kreditur jangka panjang. biasanya lembaga keuangan, misalnya bank yang
akan menyediakan pembiayaan sebesar 60%-80% yang disebut leverage debt
wihout recourse kepada pihak lessor. Apabila pihak lessee mengalami default
dan tidak mampu mengangsur, lessor tidak bertanggung jawab kepada bank.
4. Syndicated Lease
Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh lebih
satu lessor. Kerja sama antar-lessor ini didasarkan pada pertimbangan risiko
atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
6. Vendor Program
Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh diler
kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor akan
membayar objek leasing kepada vendor/diler dan selanjutnya lessee akan
membayar angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau melalui
diler.
2. Operating Lease
Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lessee. Pembayaran
periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarkan oleh
lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan.
Operating Lease dapat juga disebut leasing biasa, yaitu suatu perjanjian
kontrak antara lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:
a. lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur
ekonomis barang modal tersebut
b. lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah
keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini
disebut nonfull pay out lease
c. lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-
barang tersebut.
d. lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor.
e. lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
(cancelable).
7. Proteksi Inflasi
Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi di mana dalam tahun-
tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing
berdasarkan pada tarif suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah
tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang
dilakukan pada masa lalu.
Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh lessee terdiri atas unsur bunga dan
cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut akan
semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat
dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu:
b. Simpanan jaminan
Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai security deposit
yang besarnya bergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Semakin
besar simpanan jaminan semakin sedikit besarnya uang sewa periodik.
c. Nilai sisa
Nilai sisa adalah perkiraan yang wajar atas nilai suatu barang modal yang
ditransaksikan dalam kontrak lease pada akhir masa kontrak. Metode apa pun
yang digunakan untuk mengatur leasing, nilai sisa adalah faktor yang sangat
penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan harga dari setiap jenis
sewa guna usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa adalah sumber utama
pendapatan lessor.
d. Jangka waktu
Jangka waktu kontrak leasing dikaitkan dengan jangka waktu kegunaan
ekonomis atau manfaat barang modal tersebut. Meskipun demikian dalam
praktik proyeks arus kas lessee merupakan faktor yang sangat penting dalam
penentuan jangka waktu leasing
e. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah
tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang dihitung berdasarkan
pada besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan.
Aktivitas sewa guna usaha memberikan banyak kemudahan dan fleksibilitas bagi
pihak lessee. Fleksibilitas tersebut dapat dilakukan dengan membuat skema-skema
khusus dalam pembiayaan sewa guna usaha. Antara lain:
1. Steap lease
Step lease adalah suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee
melakukan pembayaran, baik dalam rangka untuk meningkatkan (step up lease)
maupun untuk mengurangi atau menurunkan (step down lease) jangka waktu
leasing guna mengatasi keterbatasan arus kas lessee.
3. Swap lease
Swap lease memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang
disewa apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan
perbaikan dan penggantian komponen tertentu, di mana penukaran dengan barang
lain yang sejenis selama barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan
biaya pemeliharaan dan penundaan.
4. Upgrade lease
Upgrede lease memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lesse yang
memungkinkan untuk meminta tambahan barang leasing guna meningkatkan
kapasitas dan efisiensi
5. Master lease
Lessor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee untuk menambah
barang atau peralatan untuk disewa (sampai dengan maksimum jumlah dan
dengan periode tertentu), dengan persyaratan yang sama seperti kontrak
sebelumnya tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing baru.
6. Short term or experimental lease
Perjanjian atau kontrak leasing kadang-kadang dilakukan dengan jangka waktu
yang relatif pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang
disewa. Selama jangka waktu tersebut lessee akan memutuskan apakah barang
tersebut akan disewa sampai dengan jangka waktu yang diinginkan dan yang lebih
penting, apakah barang tersebut memberikan dan meningkatkan keuntungan lesser
atau tidak.
Kontrak leasing selalu melibatkan minimal dua pihak, yaitu lessor dan lessee.
Masing- masing pihak akan melakukan pencatatan atas transaksi leasing. Dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diungkapkan konsep
substansi mengungguli bentuk (substance over form) yang berarti bahwa makna
ekonomis suatu transaksi lebih diutamakan daripada bentuk hukumnya.
Perlakuan akuntansi untuk leasing yang berlaku di Indonesia didasarkan pada
PSAK No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha.
a. Finance lease
- Penanaman neto dalam aset yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan
dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha.
- Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan
harga perolehan aset yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan
seva guna usaha yang belum diakui.
- Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan pada suatu tingkat
pengembalian berkala atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.
- Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara
harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan
dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian pada periode
berjalan.
- Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha
harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.
b. Operating lease
- Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai
aset sewa guna usaha berdasarkan pada harga perolehan.
- Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa
gunausaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa.
- Penyusutan aset yang disewaguna usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang
layak berdasarkan pada taksiran dan manfaat nya.
- Kalau aset yang disewaguna usahakan dijual maka perbedan antara nilai buka dan
harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun
berjalan.
PERLAKUAN AKUNTANSI OLEH LESSE
a. Capital lease
- Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aset tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh
pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar oleh
penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha
- Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa
guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha
- Aset yang disewaguna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar
berdasarkan pada taksiran masa manfaatnya.
- Kalau aset yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.
- Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha sewa guna usaha.
- Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and lease back),
maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah,
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha.
b. Operating lease
- Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang
diakui dan dicatat berdasarkan pada metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang
tidak sama setiap periode.
Kartu plastik sebenarnya bukan merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan
dalam pengertian sebagai suatu badan usaha. Perusahaan yang menerbitkan kartu plastik
inilah yang dimaksudkan oleh buku ini sebagai salah satu lembaga keuangan bukan
bank.
Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan.
Kartu plastik dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Lingkup
geografis penggunaan kartu ada yang domestik dan ada juga yang internasional. jenis
kartu plastik terdiri atas hal-hal sebagai berikut.
a. Kartu Kredit
Kartu kredit (credit card) atau merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh
suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi
pembelian barang dan jasa yang pembayaran pelunasannya dapat dilakukan oleh
pembeli secara sekaligus atau angsuran pada jangka waktu tertentu setelah kartu
digunakan sebagai alat pembayaran.
b. Charge card
Charge card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang
dan jasa yang pembayaran pelunasannya harus dilakukan oleh pembeli secara
sekaligus pada jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat
pembayaran.
Contoh:
- Seorang yang bernama Putu (sebagai pemilik kartu) mempunyai charge card
dengan nama 'BCA Card' yang diperoleh melalui sebuah kantor cabang BCA di
Jln. Matraman, Jakarta (sebagai acquirer). Pada 22 Juli 2013, Putu melakukan
pembelian sepatu di toko Matahari, Atrium Plaza Senen (sebagai merchant)
seharga Rp325.000 dengan menggunakan BCA Card. Sesuai dengan ketentuan
yang telah ditentukan oleh penerbit (issuer) kartu, jatuh tempo pembayaran adalah
pada tanggal 1 bulan berikutnya sehingga Putu harus melunasi kewajibannya
paling lambat pada 1 Agustus 2005. Pada 1 Agustus 2013, Putu melakukan
pembayaran atas tagihan dari penerbit BCA Card melalui kantor cabang BCA di
Jln. Matraman senilai Rp325.000. Pembayaran tersebut dapat disertai dengan
biaya lain yang bergantung pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh penerbit
kartu.
c. Kartu Debit
Kartu debit (debit card) atau merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan
oleh suatu lembaga keuangan (issuer) dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran
transaksi pembelian barang dan jasa dengan cara mendebit atau mengurangi saldo
rekening simpanan pemilik kartu (card holder) serta pada saat yang sama mengkredit
saldo rekening penjual (merchant) sebesar nilai transaksi barang dan jasa.
d. Cash card
Cash card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai secara manual
melalui teller bank atau melalui ATM.
Ada 2 cara penarikan tunai
1. melalui petugas/teller pada kantor cabang bank pengelola
2. melalui ATM yang terdapat pada berbagai tempat.
d. Penjual (Merchant)
Merchant adalah pihak penjual barang dan jasa yang dibeli oleh pemilik kartu
dengan menggunakan kartu kreditnya.
2. Pembayaran tagihan
- kewajiban pemilik kartu untuk menandatangani slip pembelian pada merchant
- saat/waktu/periode pengiriman laporan tagihan oleh issuer
- kewajiban pemilik kartu melakukan pembayaran minimum pada jangka waktu
tertentu setelah laporan tagihan dikirim oleh issuer
- kewajiban pemilik kartu untuk memberitahukan adanya kesalahan tagihan pada
jangka waktu tertentu setelah laporan tagihan dikirim oleh issuer,
- jumlah pembayaran minimum
- hak issuer untuk menggunakan jasa pihak ketiga dalam penagihan
3. Bunga
- bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar
- bunga atas pelanggaran limit kredit
4. Biaya
- uang pangkal
- iuran tahunan
- biaya administrasi apabila ada keterlambatan pembayaran tagihan.
6. Lain-lain
- kewajiban pemilik kartu apabila terjadi kehilangan kartu
- jaminan pelunasan dari harta kekayaan pemilik kartu
- kewajiban pemilik kartu yang bukan WNI
3. Kewajiban merchant.
- kewajiban merchant untuk memeriksa keabsahan kartu yang digunakan untuk
pembayaran
- kewajiban merchant untuk menggunakan slip penjualan tertentu
- kewajiban merchant untuk meminta tanda tangan pemilik kartu pada slip
- kewajiban merchant untuk memeriksa keabsahan tanda tangan pengguna kartu
- kewajiban merchant untuk memberikan salinan slip bagi pemilik kartu
d. manfaat
Secara umum, penggunaan kartu kredit sangat bermanfaat bagi peningkatan
efisiensi dan keamanan transaksaksi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi pihak-pihak
yang terkait dalam penggunaan kartu kredit, maka manfaat dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Bagi pemilik kartu
- Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena kalaupun kartu hilang,
pemilik kartu dapat segera menghubungi issuer atau acquirer untuk memblokir
kartu.
- Lebih praktis karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar
2. Bagi issuer
Manfaat utama yang dapat diterima oleh issuer adalah adanya penerimaan yang
berasal dari:
- Uang pangkal
- Iuran tahunan
- bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar
- bunga atas pelanggaran batas maksimum kredit
- denda atas keterlambatan pembayaran
3. Bagi Merchant
- Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena pembayaran oleh
pembeli tidak dengan uang tunai
- Lebih praktis karena tidak perlu menyimpan uang tunai di kasir dalam jumlah
Besar
- Peningkatan penjualan karena pembeli dapat membeli secara kredit melalui issuer
4. Bagi acquirer
- Penerimaan berupa interchange fee
- Pemilik kartu dapat diisyaratkan untuk memiliki rekening simpanan pada acquirer
yang berupa bank
- Acquirer yang berupa bank berkesempatan untuk menawarkan produk produknya
yang lain pada pemilik kartu.
1. Flazz card
Flazz card (Kartu Plazz) yang dikeluarkan oleh BCA adalah alat berbentuk
kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan
sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Sistem
pengoperasian kartu Flazz, yaitu dengan terlebih dahulu melakukan pengisian
saldo (top up) minimal Rp50.000 dan saldo maksimal yang tersimpan di kartu
senilai Rp1.000.000.
2. E-toll card
E-toll card (kartu tol elektronik) merupakan salah satu produk kartu prabayar
yang diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerja sama dengan PT Jasa Marga Tbk,
PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, PT Marga Mandala Sakti, dan PT
Jalantol Lingkarluar Jakarta sejak 2009. Fungsi utama dari kartu ini adalah
untuk melakukan transaksi pembayaran biaya masuk jalan tol di ruas-ruas
jalan tol yang dioperasikan oleh keempat operator jalan tol tersebut. Sebagai
kartu prabayar, nasabah harus melakukan isi ulang (top up) di EDC mandiri
prabayar, via e-Banking, secara tunai di cabang Bank Mandiri, Self Service
Terminal (SST) mandiri prabayar isi ulang, kantor gerbang operator tol
tertentu, SPBU Pertamina tertentu yang telah bekerja sama, dan beberapa
outlet lainnya yang bekerja sama dengan program e-Toll. E-Toll card dapat
diisi ulang dengan pilihan nominal Rp50.000, Rp100.000, Rp200.000,
Rp300.000, Rp500.000 atau nominal lainnya sesuai keinginan dengan nilai
maksimal saldo senilai Rp1.000.000.
3. Gaz card
Gaz card merupakan salah satu produk kartu prabayar terbitan Bank Mandiri,
selain e-Toll card. Walaupun fungsi utamanya untuk pembayaran BBM, kartu
ini juga dapat digunakan untuk transaksi di luar pembelian BBM pada tempat-
tempat yang bekerja sama dengan Bank Mandiri.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku bank dan lembaga keuangan Totok budisantoso nuritomo
Penerbit salemba empat
LAMPIRAN
Contoh gazcard