Anda di halaman 1dari 26

LEASING ( SEWA GUNA USAHA )

DAN KARTU PLASTIK


MATA KULIAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

Disusun Oleh:
MOCH ALDY HANSYAH 220302001

Dosen Matkul:
NYIMAS WARDATUL AFIQOH S.E.,M.S.A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyusun tugas “Leasing
(sewa guna usaha) dan Kartu plastik” mata kuliah bank dan lembaga keuangan
ini dengan baik serta tepat waktu.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah tentang “ Leasing (sewa guna
usaha) dan kartu plastik” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Gresik 30 Maret 2023

Moch Aldy Hansyah


DAFTAR ISI

BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.........................................................................................................
1.2. Rumusan masalah....................................................................................................
1.3. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Leasing.................................................................................................


2.2. Perkembangan Leasing diindonesia.......................................................................
2.3. Mekanisme leasing.................................................................................................
2.4. Penggolongan perusahaan Leasing........................................................................
2.5. Teknik Teknik Pembiayaan Leasing......................................................................
2.6. Manfaat Leasing....................................................................................................
2.7. Asuransi Dalam Kegiatan Leasing.......................................................................
2.8. Pembayaran Sewa guna usaha..............................................................................
2.9. Fleksibiltas dalam Leasing....................................................................................
2.10. Perlakuan Akuntansi Leasing................................................................................
2.11. Perbedaan Leasing dengan Jenis Pembiayaan Lain..............................................
2.12. Pengertian Kartu Plastik.......................................................................................
2.13. Jenis kartu Plastik.................................................................................................
2.14. Pengertian Kartu kredit.........................................................................................
a. Sejarah.............................................................................................................
b. pihak pihak pengguna kartu kredit..................................................................
c perjanjian kartu kredit.....................................................................................
d. manfaat...........................................................................................................
2.15. Inovasi Kartu Plastik.............................................................................................

BAB III.
PENUTUP.......................................................................................................................
a. Kesimpulan...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan Perusahaan dalam bentuk penyediaan barang
barang dalam bentuk modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu
tertentu, berdasarkan pada pembayaran pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan pada nilai sisa yang telah disepakati
bersama
Kartu plastik sebenarnya bukan merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan dalam
pengertian sebagai suatu badan usaha. Perusahaan yang menerbitkan kartu plastik inilah yang
dimaksudkan oleh buku ini sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank.
Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Leasing?


2. Bagaimana perkembangan Leasing diindonesia ?
3. Bagaimana mekanisme Leasing ?
4. Siapa saja kelompok penggolongan perusahaaan Leasing?
5. Apa saja tehnik tehnik pembiayaan Leasing?
6. Apa manfaaat Leasing?
7. Mengapa ada asuransi dalam kegiatan Leasing?
8. Apa saja cara pembayaran sewa guna usaha?
9. Apa saja fleksibilitas dalam Leasing?
10. Bagaimana perlakuan akuntansi Leasing di indonesia?
11. Mengapa jenis pembiayan lain dan Leasing Berbeda?
12. Apa yang dimaksud kartu Plastik ?
13. Apa saja jenis jenis kartu plastik ?
14. Apa yang dimaksud dengan Kartu kredit ?
15. Inovasi apa saja yang terdapat pada kartu plastik ?
1.3. TUJUAN

a. Agar mahasiswa mengenal apa itu Leasing


b. Agar mahasiwa mengetahui perkembangan dan mekanisme Leasing di
indonesia.
c. Agar mahasiswa mengetahui penggolongan, tehnik serta manfaat Leasing
d. Agar mahasiswa mengetahui pembayaran, fleksibilitas, dan perlakuan
akuntansi Leasing.
e. Agar mahasiswa mengenal apa itu kartu Plastik dan kartu kredit.
f. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis jenis kartu plastik.
g. Agar mahasiswa dapat mengatahui inovasi inovasi yang terdapat pada kartu
plastik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN LEASING

Ada beberapa pengertian sewa guna usaha atau dikenal dengan istilah Leasing yang
dikemukakan oleh beberapa sumber berikut.

- Financial Accounting Standard Board (FASB 13)


Leaseing adalah suatu perjanjian penyediaan barang barag modal yang di gunakan
untuk suatu jangka waktu tertentu
- The International Accounting Standard (IAS 17)
Leasing adalah suatu perjanjian dimana pemilik aset atau perusahaan sewa guna
usaha (lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak penggunaan kepada
penyewa guna usaha (lessor) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu
jangka waktu tertentu.
- The Equipment Leasing Association (ELA-UK)
Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan suatu
jenis barang atau aset tertentu secara langsung, dari pabrik atau agen penjual oleh
lessee. Hak kepemilikan barang tersebut tetap berada pada lessor. Lessee memiliki
hak pakaiatas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan jangka
waktu yang telah di tetapkan.
- Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan tanggal 7 Januari 1974
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan Perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang barang dalam bentuk modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk suatu
jangka waktu tertentu, berdasarkan pada pembayaran pembayaran berkala disertai
dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan pada
nilai sisa yang telah disepakati bersama.
- Keputusan Menteri Keuangan tanggal 21 November 1991 tentang kegiatan sewa
guna usaha (Leasing)
Leasing adalah kegiatan pembiayaaan dalam bentuk penyediaan barang
modal,baik secara Leasing dengan opsi(finance lease) maupun Leasing tanpa hak
opsi atau sewa guna usaha biasa(operating lease) untuk digunakan oleh lessee
selama jangka aktu tertentu bedasarkan pada pembayaran secara berkala.
- Peraturan Presiden tanggal 18 maret 2009 tentang lembaga pembiayaan
Leasing adalah kegiatan Pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,
baik secara sewa guna usaha dengan Opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
(lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pada pembayaran secara
angsuran.

Pada Prinsipnya Leasing mengandung pengertian yang sama yakni:

- Pembiayaan perusahaan
- Penyediaan barang barang modal
- Jangka waktu tertentu
- Pembayaran berkala
- Adanya Hak pilih atau opsi
- Adanya nilai sisa yang disepakati bersama

Apabila dilihat dari segi pandangan hukum, ada 4 tahap utama dalam Kegiatan
Leasing , antara Lain

1. Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lesse.


2. Berdasarkan sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan barang
pada pihak lessee.
3. Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang(aset)
4. Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang
ditetakan lebih dahulu dan jangka waktu kurang dari umur ekonomi barang
tersebut.
2.2. PERKEMBANGAN LEASING DIINDONESIA

Usaha Leasing(sewa guna usaha) sebenarnya sudah ada sejak 2000 SM yang
dilakukan oleh orang orang Sumeria. Dokumen dokumen yang ditemukan dari
kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi Leasing meliputi Leasing
peralatan,penggunaan tanah dan binatang peliharaan. Dalam perkembangan
berikutnya, banyak sistem hukum mencantumkan Leasing sebagai salah satu metode
pembiayaan.
Kegiatan usaha Leasing baru diperkenalkan pada 1974 dengan surat keputusan
bersama Menteri Keuangan Menteri perindustrian, dan menteri perdagangan Nomor
Kep.122/MK/IV12/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 301Kpb/I174
tertanggal 7 Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.selanjutnya Menteri
Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan No 6491MK1IV/5/1974 tertanggal 6 Mei
1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha
Leasing di Indonesia. Untuk Mendukung perkembanganya,Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974
tentang penegasan Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap
Usaha Leasing.

Ketentuan Modal Leasing sesuai Keputusan Menteri Keuangan


Nomor.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dimana jumlah modal
disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut:
1. Perusahaan swasta nasional senilai Rp3 miliar.
2. Perusahaan patungan Indonesia – asing senilai Rp10 miliar
3. Koperasi senilai Rp3 miliar
Ketentuan Modal Leasing PMK Nomer 84/PMK.012/2006 tanggal 29
september 2009 tentang perusahaan pembiayaan. Jumlah modal disetor atau simpanan
pokok dan simpanan wajib dalam rangka pendirian perusahaan pembiayaan yaitu :
1. Perusahaan Swasta nasional atau Perusahaan patungan sekurang kurangnya senilai
Rp 100 miliar
2. Koperasi sekurang kurangnya senilai Rp 50 miliar.
2.3.MEKANISME LEASING

Dalam transaksi Leasing sekurang kurangnya melibatkan 4 pihak yang


berkepentingan antara lain:

1. Lessor
Yaitu perusahaan Leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang dan modal.
2. Lessee
Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari Lessor.
3. Pemasok
Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada Lessee dengan pembayaran secara tunai oleh Lessor
4. Bank atau kreditur
Dalam suatu perjanjian atau kontrak Leasing, pihak bank atau Kreditur tidak
terlibat secara langsung dalam Kontrak tersebut, tetapi bank memegang peranan
dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

Berikut Gambar Mekanisme Leasing


LESSOR

LESSOR LESSOR
Keterangan gambar:
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purnajual atas barang
yang akan disewa
2. Lessee melakukan negosiasi dengan Lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal.
3. Lessor mengirimkan letter of letter atau comittment letter kepada lessee yang
berisi syarat syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikanya kepada lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan di penuhi lessee
dimana kontrak tersebut mencakup hal hal atau pihak pihak yang terlibat ,hak
milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan
asuransi,tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran
angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya
diserahkan kepada pemasok
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti
bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
dibiayai beserta bunga nya.

2.4. PENGGOLONGAN PERUSAHAAN LEASING

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan


kedalam 3 kelompok, antara lain:

1. Independent Leasing company


Perusahaan Leasing jenis ini mewakili sebagaian besar dari industri leasing
dimana perusahaan ini berdiri sendiri atau independen dari pemasok yang
mungkin dapat memenuhi kebutuhan barang dan modal nasabahnya(lessee).
2. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibatkan dua pihak, yaitu:
- Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing
(subsidiary).
- Pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang captive lessor ini akan tercipta
apabila pemasok atau produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk
membiayai produk-produknya
3. Lease broker atau packager berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak
lessor yang membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing, tetapi lease
broker ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing
untuk atas namanya.

2.5.TEHNIK TEHNIK PEMBIAYAAN LEASING

Dilihat dari transaksi leasing, tehnik pembiayaan leasing secara garis besar dapat
dibagi dalam dua kategori yaitu Finance lease dan operating lease.

1. Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa gana usaha.
Teknik finance lease biasanya juga disebut fill pay out leasing, yaitu suatu
bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee, dengan
catatan bahwa:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atau objek leasing yang dapat berupa
barang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut,
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai
dengan jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar
tersebut merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya
perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan
lessor dan tingkat keuntungan (spread) yang diinginkan lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara
sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko
ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan barang yang disewa tersebut ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa yang disepakati atau mengembalikan pada
lessor atau memperpanjang masa sewa guna usaha sesuai dengan syarat-
syarat yang disetujui bersama.
e. Pembayaran berkala pada masa perpanjangan sewa tersebut biasanya jauh
lebih rendah dari angsuran sebelumnya.
Dalam praktiknya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk
transaksi antara lain sebagai berikut.
1. Direct Finance Lease
Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal atas
permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee.
Lessee dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.
2. Sale and Lease back
Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka
waktu yang disepakati bersama. Metode transaksi ini membantu lessee yang
mengalami kesulitan modal kerja.

3. Leveraged Lease
Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee
dan kreditur jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditur
inilah yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan.
Kreditur jangka panjang. biasanya lembaga keuangan, misalnya bank yang
akan menyediakan pembiayaan sebesar 60%-80% yang disebut leverage debt
wihout recourse kepada pihak lessor. Apabila pihak lessee mengalami default
dan tidak mampu mengangsur, lessor tidak bertanggung jawab kepada bank.

4. Syndicated Lease
Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh lebih
satu lessor. Kerja sama antar-lessor ini didasarkan pada pertimbangan risiko
atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.

5. Cross border Lease


Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu
negara, di mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara
lessee. Jenis transaksi leasing ini juga disebut sebagai leasing lintas negara
atau leasing internasional. Kompleksitas dalam transaksi leasing
internasional bagi lessor ini meliputi beberapa masalah, antara lain:
a. pertimbangan politis, yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
b. peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c. perpajakan, yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)
d. ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan
penggunaan valuta asing negara lessee
e. peraturan penyusutan

6. Vendor Program
Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh diler
kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor akan
membayar objek leasing kepada vendor/diler dan selanjutnya lessee akan
membayar angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau melalui
diler.
2. Operating Lease
Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lessee. Pembayaran
periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarkan oleh
lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan.
Operating Lease dapat juga disebut leasing biasa, yaitu suatu perjanjian
kontrak antara lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:
a. lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur
ekonomis barang modal tersebut
b. lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah
keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini
disebut nonfull pay out lease
c. lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-
barang tersebut.
d. lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor.
e. lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
(cancelable).

2.6 MANFAAT LEASING

Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan antara lain:


1. Menghemat Modal
Penggunaan sistem leasing memungkinkan lessee menghemat modal kerja. Untuk
memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam jumlah besar untuk
menyiapkan barang-barang modal. Dana yang tersedia dapat dialokasikan untuk
kebutuhan lain yang lebih urgen.

2. Diversifikasi sumber sumber pembiayaan.


Adanya sumber pembiayaan selain dari bank akan memberikan keleluasaan dan
alternatif untuk nembiayai usahanya tanpa khawatir adanya kebijaksanaan
pengetatan ekspansi kredit perbankan yang akan membahayakan kelanjutan
usahanya.

3. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel


Perjanjian leasing tidak sekaku dan seketat dalam bank, meskipun lessor tetap
mempertimbangkan risiko yang biasanya dilakukan melalui pricing dari suatu
kontrak leasing dengan penyesuaian atas keuntungan-keuntungan yang
diinginkan. Dipandang dari sisi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena dapat
dengan lebih mudah menyesuaikan dengan keadaan keuangan lessee. Besarnya
pembayaran periodik dan masa waktu pembayaran dapat dirundingkan sesuai
dengan kondisi yang diahadapi oleh lessee secara nyata. Besarnya angsuran tidak
harus sama besar setiap kali pembayaran. Besarnya angsuran dapat disesuaikan
dengan tingkat output pada periode tertentu. Masa pembayaran dapat diatur
sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat ditentukan lebih besar atau lebih kecil.

4. Biaya lebih murah


Penggunaan suatu barang atau peralatan melalui metode leasing jauh lebih murah
dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan pada perhitungan nilai sekarang
(present value).

5. Di luar neraca (off-balance sheet)


Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi
leasing dalam neraca perusahaan, memberi daya tarik tersendiri bagi lessee yang
beram prosedur pembelian aset tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena
masih dalam batas kewenangan direksi. Apabila leasing tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode operasional lease, maka tidak ada keharusan untuk
mencantumkan dalam neraca. Jumlah yang harus dibayarkan selama tahun
berjalan dibebankan sebagai beban sewa. Oleh karena itu, operating lease hanya
berpengaruh terhadap kinerja laba rugi. Apabila dilakukan pengkajian ulang
kinerja dengan mendasarkan pada kinerja aset tetap di dalam neraca, maka akan
tampak bahwa kinerja operasional perusahaan akan menjadi lebih baik.

6. Menguntungkan arus kas


Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan
anus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti bagi
pendapatan lessee. Selain itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih
kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana, terlebih apabila ada pertimbangan
kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.

7. Proteksi Inflasi
Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi di mana dalam tahun-
tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing
berdasarkan pada tarif suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah
tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang
dilakukan pada masa lalu.

8. Perlindungan akibat kamajuan teknologi


Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau sistem yang disebabkan
oleh pesatnya perkembangan teknologi. Dalam keadaan yang berubah cepat,
operating lease yang berjangka waktu singkat dapat mengatasi kekhawatian lessee
terhadap risiko keuangan sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko
ini pada tahap awal.
9. Sumber pelunasan kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing
karena pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu diperkirakan berasal dari
modal kerja yang dihasilkan oleh adanya aset yang disewa sehingga kekhawatiran
para kreditur terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan
memengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.

10. Kapitalisasi biaya


Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya, dapat
dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan
dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.

11. Risiko keuangan


Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keuangan
(obsolescence) sehingga lesser tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap
dini yang mungkin terjadi.

12. Kemudahan penyusunan anggaran


Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan
merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee. Selain itu,
lessee dapat memilih cara pembayaran sewa secara bulanan, kuartalan, atau
kesepakatan lainnya di samping adanya kebebasan dalam penentuan dasar suku
bunga tetap atau mengambang

13. Pembiayaan proyek skala besar


Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek
yang sering kali menjadi masalah di antara pemberi dana biasanya dapat diatasi
melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat
diterima dan kemudahan untuk menguasai aset yang dibiayai apabila terjadi suatu
kelalaian.

2.7.ASURANSI DALAM KEGIATAN LEASING

Untuk menghindari risiko kerugian yang besar dalam kegiatan leasing,


dilibatkan asuransi dalam proses leasing. Oleh karenanya dalam perjanjian kontrak,
ditegaskan adanya asuransi yang biasanya ditanggung oleh lessee. Pihak lessee harus
menanggung premi asuransi dengan alasan lesser adalah pihak yang mengerti seluk
beluk barang modal yang digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan
dari selisih antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan
kepada lessee.
2.8.PEMBAYARAN SEWA GUNA USAHA

Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh lessee terdiri atas unsur bunga dan
cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut akan
semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat
dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu:

a. Pembayaran dimuka (payment in advance)


Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi. Angsuran ini hanya
mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikenakan bunga. Misalnya,
kontrak leasing dilakukan pada 1 Januari 2005 untuk jangka waktu 12 bulan,
pembayaran sewa pertama dilakukan pada 1 Januari 2005.

b. Pembayaran sewa dibelakang (payment in arrears)


Angsuran dilakukan pada periode berikutnya setelah realisasi. Angsuran ini
mengandung unsur bunga dan cicilan pokok. Misalnya, kontrak leasing dilakukan
pada 1 Januari 2005 untuk jangka waktu 12 bulan, pembayaran sewa pertama
dilakukan pada 1 Februari 2005, Besarnya pembayaran sewa pada setiap periode
ditentukan oleh beberapa faktor berikut.
a. Nilai barang modal
Nilai barang modal adalah total nilai harga barang modal dengan nilai sisa
pada akhir masa kontrak

b. Simpanan jaminan
Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai security deposit
yang besarnya bergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Semakin
besar simpanan jaminan semakin sedikit besarnya uang sewa periodik.

c. Nilai sisa
Nilai sisa adalah perkiraan yang wajar atas nilai suatu barang modal yang
ditransaksikan dalam kontrak lease pada akhir masa kontrak. Metode apa pun
yang digunakan untuk mengatur leasing, nilai sisa adalah faktor yang sangat
penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan harga dari setiap jenis
sewa guna usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa adalah sumber utama
pendapatan lessor.

d. Jangka waktu
Jangka waktu kontrak leasing dikaitkan dengan jangka waktu kegunaan
ekonomis atau manfaat barang modal tersebut. Meskipun demikian dalam
praktik proyeks arus kas lessee merupakan faktor yang sangat penting dalam
penentuan jangka waktu leasing
e. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah
tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang dihitung berdasarkan
pada besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan.

2.9.FLEKSIBILITAS DALAM LEASING

Aktivitas sewa guna usaha memberikan banyak kemudahan dan fleksibilitas bagi
pihak lessee. Fleksibilitas tersebut dapat dilakukan dengan membuat skema-skema
khusus dalam pembiayaan sewa guna usaha. Antara lain:

1. Steap lease
Step lease adalah suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee
melakukan pembayaran, baik dalam rangka untuk meningkatkan (step up lease)
maupun untuk mengurangi atau menurunkan (step down lease) jangka waktu
leasing guna mengatasi keterbatasan arus kas lessee.

2. Skipped payment lease


Skipped payment lease adalah perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki
pihak lessee untuk melakukan pembayaran selama periode atau bulan-bulan
tertentu tahunnya.

3. Swap lease
Swap lease memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang
disewa apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan
perbaikan dan penggantian komponen tertentu, di mana penukaran dengan barang
lain yang sejenis selama barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan
biaya pemeliharaan dan penundaan.

4. Upgrade lease
Upgrede lease memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lesse yang
memungkinkan untuk meminta tambahan barang leasing guna meningkatkan
kapasitas dan efisiensi

5. Master lease
Lessor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee untuk menambah
barang atau peralatan untuk disewa (sampai dengan maksimum jumlah dan
dengan periode tertentu), dengan persyaratan yang sama seperti kontrak
sebelumnya tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing baru.
6. Short term or experimental lease
Perjanjian atau kontrak leasing kadang-kadang dilakukan dengan jangka waktu
yang relatif pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang
disewa. Selama jangka waktu tersebut lessee akan memutuskan apakah barang
tersebut akan disewa sampai dengan jangka waktu yang diinginkan dan yang lebih
penting, apakah barang tersebut memberikan dan meningkatkan keuntungan lesser
atau tidak.

2.10 PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING

Kontrak leasing selalu melibatkan minimal dua pihak, yaitu lessor dan lessee.
Masing- masing pihak akan melakukan pencatatan atas transaksi leasing. Dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diungkapkan konsep
substansi mengungguli bentuk (substance over form) yang berarti bahwa makna
ekonomis suatu transaksi lebih diutamakan daripada bentuk hukumnya.
Perlakuan akuntansi untuk leasing yang berlaku di Indonesia didasarkan pada
PSAK No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha.
a. Finance lease
- Penanaman neto dalam aset yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan
dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha.
- Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan
harga perolehan aset yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan
seva guna usaha yang belum diakui.
- Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan pada suatu tingkat
pengembalian berkala atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.
- Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara
harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan
dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian pada periode
berjalan.
- Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha
harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

b. Operating lease
- Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai
aset sewa guna usaha berdasarkan pada harga perolehan.
- Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa
gunausaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa.
- Penyusutan aset yang disewaguna usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang
layak berdasarkan pada taksiran dan manfaat nya.
- Kalau aset yang disewaguna usahakan dijual maka perbedan antara nilai buka dan
harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun
berjalan.
PERLAKUAN AKUNTANSI OLEH LESSE
a. Capital lease
- Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aset tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh
pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar oleh
penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha
- Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa
guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha
- Aset yang disewaguna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar
berdasarkan pada taksiran masa manfaatnya.
- Kalau aset yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.
- Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha sewa guna usaha.
- Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and lease back),
maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah,
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha.

b. Operating lease
- Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang
diakui dan dicatat berdasarkan pada metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang
tidak sama setiap periode.

2.11. PERBEDAAN LEASING DENGAN JENIS PEMBIAYAAN LAIN

Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok


dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain,
misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa-menyewa dan
sewa beli
Beberapa perbedaan pokok tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

No Pembeda Jenis pembiayaan lain


Leasing Sewa beli sewa menyewa
1. jenis barang barang bergerak barang bergerak barang bergerak
dan tidak bergerak dengan
pemeliharaan
2. penyewa / perusahaan atau perusahaan atau perusahaan atau
pembeli perseorangan perseorangan perseorangan
3. bentuk badan hukum supplier supplier
perusahaan
4. pemilikan perusahaan Leasing pemilik barang pemilik barang
2.12.PENGERTIAN KARTU PLASTIK

Kartu plastik sebenarnya bukan merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan
dalam pengertian sebagai suatu badan usaha. Perusahaan yang menerbitkan kartu plastik
inilah yang dimaksudkan oleh buku ini sebagai salah satu lembaga keuangan bukan
bank.
Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan.

2.13. JENIS KARTU PLASTIK

Kartu plastik dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Lingkup
geografis penggunaan kartu ada yang domestik dan ada juga yang internasional. jenis
kartu plastik terdiri atas hal-hal sebagai berikut.
a. Kartu Kredit
Kartu kredit (credit card) atau merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh
suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi
pembelian barang dan jasa yang pembayaran pelunasannya dapat dilakukan oleh
pembeli secara sekaligus atau angsuran pada jangka waktu tertentu setelah kartu
digunakan sebagai alat pembayaran.

b. Charge card
Charge card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang
dan jasa yang pembayaran pelunasannya harus dilakukan oleh pembeli secara
sekaligus pada jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat
pembayaran.
Contoh:
- Seorang yang bernama Putu (sebagai pemilik kartu) mempunyai charge card
dengan nama 'BCA Card' yang diperoleh melalui sebuah kantor cabang BCA di
Jln. Matraman, Jakarta (sebagai acquirer). Pada 22 Juli 2013, Putu melakukan
pembelian sepatu di toko Matahari, Atrium Plaza Senen (sebagai merchant)
seharga Rp325.000 dengan menggunakan BCA Card. Sesuai dengan ketentuan
yang telah ditentukan oleh penerbit (issuer) kartu, jatuh tempo pembayaran adalah
pada tanggal 1 bulan berikutnya sehingga Putu harus melunasi kewajibannya
paling lambat pada 1 Agustus 2005. Pada 1 Agustus 2013, Putu melakukan
pembayaran atas tagihan dari penerbit BCA Card melalui kantor cabang BCA di
Jln. Matraman senilai Rp325.000. Pembayaran tersebut dapat disertai dengan
biaya lain yang bergantung pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh penerbit
kartu.
c. Kartu Debit
Kartu debit (debit card) atau merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan
oleh suatu lembaga keuangan (issuer) dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran
transaksi pembelian barang dan jasa dengan cara mendebit atau mengurangi saldo
rekening simpanan pemilik kartu (card holder) serta pada saat yang sama mengkredit
saldo rekening penjual (merchant) sebesar nilai transaksi barang dan jasa.

d. Cash card
Cash card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai secara manual
melalui teller bank atau melalui ATM.
Ada 2 cara penarikan tunai
1. melalui petugas/teller pada kantor cabang bank pengelola
2. melalui ATM yang terdapat pada berbagai tempat.

2.14. PENGERTIAN KARTU KREDIT


a. Sejarah
Ide penggunaan kartu kredit diawali pada 1950-an secara kebetulan. Peristiwanya
terjadi di Kota New York, Amerika Serikat pada sebuah restoran. Seorang pengusaha
bernama Frank McNamara mengadakan perjamuan makan bagi rekan usahanya di
restoran tersebut. Pada saat akan membayar, ia kebingungan dan malu karena ternyata
lupa membawa uang tunai sama sekali.
Kejadian yang sangat berkesan bagi Frank McNamara tersebut mengilhaminya
untuk terus memikirkan suatu sistem pembayaran tanpa penggunaan uang tunai secara
langsung.
Penggunaan kartu untuk transaksi keuangan mulai berkembang di Indonesia pada
1980-an. Sejalan dengan adanya perkembangan luar biasa dari dunia perbankan
sebagai akibat adanya deregulasi ekonomi dan perbankan mulai awal 1980-an, kartu
plastik semakin luas digunakan sebagai alat untuk melakukan transaksi keuangan.
Kartu plastik mulai diperkenalkan kepada masyarakat dan masyarakat sedikit
demi sedikit mulai terbiasa dengan penggunaan kartu kredit dan kartu ATM. Citibank
dan Bank Duta adalah bank-bank yang termasuk pelopor penggunaan kartu plastik di
Indonesia melalui kerja samanya dengan Visa International dan Mastercard
International

b. Pihak pihak pengguna kartu kredit


a. Penerbit (issuer)
Issuer adalah pihak atau lembaga yang menerbitkan dan mengelola kartu kredit.
Lembaga penerbit ini dapat berupa lembaga keuangan bukan bank yang secara
khusus bergerak dalam bidang kartu kredit, lembaga keuangan bukan bank lain,
bank, atau perusahaan nonlembaga keuangan.
b. Pengelola (acquirer)
Acquirer adalah pihak yang mewakili kepentingan penerbit kartu untuk
menyalurkan kartu kredit, melakukan penagihan pada pemilik kartu, melakukan
pembayaran kepada pihak merchant.

c. Pemilik kartu (card holder)


Pemilik kartu adalah pihak yang menggunakan kartu kredit untuk kegiatan
pembayarannya. Persyaratan yang seharusnya dipenuhi pada dasarnya adalah
sebagai berikut.
- Penghasilan yang jumlahnya cukup dan disesuaikan dengan fasilitas kredit
melalui kartu kredit yang akan diberikan.
- Kontinuitas penghasilan. Penghasilan seseorang yang tinggi belum tentu
menggambarkan kemampuannya untuk dapat selalu memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan kartu kredit. Kontinuitas dari penghasilan yang cukup akan
lebih dapat memberikan keyakinan atas kemampuan calon pemilik kartu bagi
issuer atau acquirer.
- Niat baik atau kemauan dari calon pemilik kartu untuk selalu memenuhi
kewajibannya. Salah satu cara melihat niat baik dari calon pemilik kartu adalah
melalui terdapat atau tidaknya nama calon pemilik kartu pada daftar hitam (black
list) milik bank, bank sentral, atau lembaga lain.

d. Penjual (Merchant)
Merchant adalah pihak penjual barang dan jasa yang dibeli oleh pemilik kartu
dengan menggunakan kartu kreditnya.

c. Perjanjian Kartu kredit


Dalam penggunaan kartu kredit, perjanjian yang terlebih dahulu harus dibuat meliputi
hal-hal berikut :
a. Perjanjian antara issuer dengan acquirer
Perjanjian ini terutama meliputi hal-hal teknis yang menyangkut tugas dan hak
acquirer secara operasional dalam hal menyalurkan kartu kredit, melakukan
penagihan, dan pembayaran kepada merchant, termasuk persyaratan-persyaratan
yang akan diterapkan terhadap pemilik kartu dan merchant.

b. Perjanjian issuer dengan pemilik kartu.


Perjanjian ini meliputi hal-hal berikut:
1. Perjanjian umum
- kartu adalah milik issuer dan tidak dapat dipindahtangankan
- keadaan yang mewajibkan pengembalian kartu kepada issuer, masa berlaku kartu
dan cara perpanjangan
- bertanggung jawab terhadap issuer bila merchant menolak pembayaran dengan
kartu milik pemilik kartu
- tagihan atas kartu suplemen adalah tanggung jawab pemegang kartu utama
- hak issuer untuk melakukan pendebitan langsung atas rekening simpanan pemilik
kartu
- hak pemblokiran kartu oleh issuer atas dasar keadaan tertentu (pemilik
kartu melanggar perjanjian, pemilik kartu pailit, pemilik kartu meninggal dan lain
lain)
- hak issuer untuk bertukar informasi dengan lembaga lain tentang pemilik kartu
- batas maksimum kredit.

2. Pembayaran tagihan
- kewajiban pemilik kartu untuk menandatangani slip pembelian pada merchant
- saat/waktu/periode pengiriman laporan tagihan oleh issuer
- kewajiban pemilik kartu melakukan pembayaran minimum pada jangka waktu
tertentu setelah laporan tagihan dikirim oleh issuer
- kewajiban pemilik kartu untuk memberitahukan adanya kesalahan tagihan pada
jangka waktu tertentu setelah laporan tagihan dikirim oleh issuer,
- jumlah pembayaran minimum
- hak issuer untuk menggunakan jasa pihak ketiga dalam penagihan

3. Bunga
- bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar
- bunga atas pelanggaran limit kredit

4. Biaya
- uang pangkal
- iuran tahunan
- biaya administrasi apabila ada keterlambatan pembayaran tagihan.

5. Transaksi dalam valas


- mata uang penagihan atas transaksi dalam valuta asing.
- dasar kurs untuk penagihan atas transaksi dalam valuta asing
- biaya administrasi atas kehilangan kartu

6. Lain-lain
- kewajiban pemilik kartu apabila terjadi kehilangan kartu
- jaminan pelunasan dari harta kekayaan pemilik kartu
- kewajiban pemilik kartu yang bukan WNI

c. Perjanjian issuer dengan merchant


Hal-hal yang dituangkan dalam perjanjian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Hak issuer
- imprinter dan slip adalah milik issuer
- jaminan bahwa penjualan dengan kartu tidak lebih besar daripada harga penjualan
tunai
- slip penolakan yang diserahkan oleh merchant
- diskon pembayaran issuer kepada merchant
- pemotongan rekening merchant untuk pajak
- pemotongan rekening merchant untuk refund kepada pemilik kartu.
2. Hak merchant
- hak merchant untuk menerima pembayaran dengan berbagai merek kartu kredit
tertentu
- jangka waktu penagihan pembayaran oleh merchant kepada issuer
- cara pembayaran oleh issuer kepada merchant.

3. Kewajiban merchant.
- kewajiban merchant untuk memeriksa keabsahan kartu yang digunakan untuk
pembayaran
- kewajiban merchant untuk menggunakan slip penjualan tertentu
- kewajiban merchant untuk meminta tanda tangan pemilik kartu pada slip
- kewajiban merchant untuk memeriksa keabsahan tanda tangan pengguna kartu
- kewajiban merchant untuk memberikan salinan slip bagi pemilik kartu

d. manfaat
Secara umum, penggunaan kartu kredit sangat bermanfaat bagi peningkatan
efisiensi dan keamanan transaksaksi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi pihak-pihak
yang terkait dalam penggunaan kartu kredit, maka manfaat dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Bagi pemilik kartu
- Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena kalaupun kartu hilang,
pemilik kartu dapat segera menghubungi issuer atau acquirer untuk memblokir
kartu.
- Lebih praktis karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar

2. Bagi issuer
Manfaat utama yang dapat diterima oleh issuer adalah adanya penerimaan yang
berasal dari:
- Uang pangkal
- Iuran tahunan
- bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar
- bunga atas pelanggaran batas maksimum kredit
- denda atas keterlambatan pembayaran

3. Bagi Merchant
- Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena pembayaran oleh
pembeli tidak dengan uang tunai
- Lebih praktis karena tidak perlu menyimpan uang tunai di kasir dalam jumlah
Besar
- Peningkatan penjualan karena pembeli dapat membeli secara kredit melalui issuer

4. Bagi acquirer
- Penerimaan berupa interchange fee
- Pemilik kartu dapat diisyaratkan untuk memiliki rekening simpanan pada acquirer
yang berupa bank
- Acquirer yang berupa bank berkesempatan untuk menawarkan produk produknya
yang lain pada pemilik kartu.

2.15. INOVASI KARTU PLASTIK

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, hal ini juga


diimbangi dengan munculnya berbagai fasilitas kartu plastik yang dalam
penggunaanya memanfaatkan sistem teknologi informasi terkini tanpa adanya
sentuhan dengan mesia reader (contactless) atau lebih dikenal dengan sebutan
smart card. Di antaranya adalah Flazz Card, e-Toll Card, dan Gaz Card, Berikut
ini akan dijelaskan lebih lanjut mengena produk-produk tersebut

1. Flazz card
Flazz card (Kartu Plazz) yang dikeluarkan oleh BCA adalah alat berbentuk
kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat digunakan
sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Sistem
pengoperasian kartu Flazz, yaitu dengan terlebih dahulu melakukan pengisian
saldo (top up) minimal Rp50.000 dan saldo maksimal yang tersimpan di kartu
senilai Rp1.000.000.

2. E-toll card
E-toll card (kartu tol elektronik) merupakan salah satu produk kartu prabayar
yang diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerja sama dengan PT Jasa Marga Tbk,
PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, PT Marga Mandala Sakti, dan PT
Jalantol Lingkarluar Jakarta sejak 2009. Fungsi utama dari kartu ini adalah
untuk melakukan transaksi pembayaran biaya masuk jalan tol di ruas-ruas
jalan tol yang dioperasikan oleh keempat operator jalan tol tersebut. Sebagai
kartu prabayar, nasabah harus melakukan isi ulang (top up) di EDC mandiri
prabayar, via e-Banking, secara tunai di cabang Bank Mandiri, Self Service
Terminal (SST) mandiri prabayar isi ulang, kantor gerbang operator tol
tertentu, SPBU Pertamina tertentu yang telah bekerja sama, dan beberapa
outlet lainnya yang bekerja sama dengan program e-Toll. E-Toll card dapat
diisi ulang dengan pilihan nominal Rp50.000, Rp100.000, Rp200.000,
Rp300.000, Rp500.000 atau nominal lainnya sesuai keinginan dengan nilai
maksimal saldo senilai Rp1.000.000.

3. Gaz card
Gaz card merupakan salah satu produk kartu prabayar terbitan Bank Mandiri,
selain e-Toll card. Walaupun fungsi utamanya untuk pembayaran BBM, kartu
ini juga dapat digunakan untuk transaksi di luar pembelian BBM pada tempat-
tempat yang bekerja sama dengan Bank Mandiri.
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan Perusahaan dalam bentuk


penyediaan barang barang dalam bentuk modal untuk digunakan suatu
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pada pembayaran
pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan pada nilai sisa yang telah disepakati bersama
Kartu plastik sebenarnya bukan merupakan salah satu bentuk lembaga
keuangan dalam pengertian sebagai suatu badan usaha. Perusahaan yang
menerbitkan kartu plastik inilah yang dimaksudkan oleh buku ini sebagai salah
satu lembaga keuangan bukan bank.
Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi
keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku bank dan lembaga keuangan Totok budisantoso nuritomo
Penerbit salemba empat
LAMPIRAN

contoh Kartu flazz contoh kartu etoll mandiri

Contoh gazcard

Anda mungkin juga menyukai