Anda di halaman 1dari 2

2.

Dekat Dengan Al-Quran (AL-Muzammil 4-7)

}‫{و َرتِّ ِّل ا ْلقُ ْرآنَ تَ ْرتِّيال‬


َ
Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Al-Muzzammil: 4)

Maksudnya, bacalah Al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya bacaan


seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang dibaca, dan memang
demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw. Sehingga Siti Aisyah r.a. mengatakan
bahwa Nabi Saw. bila membaca Al-Qur'an yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa
paling Iama dibandingkan dengan orang Lain.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud serta Imam Turmuzi.
ِّ ‫ ع َِّن النَّبِّي‬،‫َّللا ب ِّْن ع َْم ٍرو‬ ِّ ‫ ع َْن ع‬، َ‫س ْفيَان‬
َ ‫ ع َْن‬،‫ ع َْن ِّز ٍر‬،‫َاص ٍم‬
ِّ َّ ‫ع ْب ِّد‬ ُ ‫ ع َْن‬،‫الرحْ َم ِّن‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬:ُ‫اْل َما ُم أَحْ َمد‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ ِّ ْ ‫قَا َل‬
َ‫ فَ ِّإنَّ َم ْن ِّزلَتَك‬،‫ورتِّل َك َما ُك ْنتَ ت َُرتِّ ُل فِّي ال ُّد ْنيَا‬
َ ،َ‫وارق‬ْ ْ‫ ا ْق َرأ‬:‫آن‬
ِّ ‫ب ا ْلقُ ْر‬
ِّ ‫اح‬ َ ‫ "يُقَا ُل ِّل‬:َ‫سلَّ َم قَال‬
ِّ ‫ص‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
ْ
."‫آخ ِّر آيَ ٍة تَق َر ُؤ َها‬ ْ
ِّ ‫ِّعن َد‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Sufyan, dari
Asim, dari Zar, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Dikatakan
kepada pembaca Al-Qur’an, "Bacalah dengan suara indah dan perlahan-lahan sebagaimana
engkan membacanya dengan tartil sewaktu di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu
berada di akhir ayat yang kamu baca!"

Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-
Sauri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan,
sahih.
Dalam pembahasan yang terdahulu pada permulaan tafsir telah disebutkan hadis-hadis yang
menunjukkan anjuran membaca Al-Qur'an dengan bacaan tartil dan suara yang indah, seperti
hadis berikut:
"‫"ز ِّينوا ا ْلقُ ْرآنَ ِّبأَص َْواتِّ ُك ْم‬
َ
Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!
ِّ ‫ْس ِّمنَّا َم ْن لَ ْم يَتَغَنَّ بِّا ْلقُ ْر‬
"‫آن‬ َ ‫"لَي‬
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-Qur’an.

*******************
Firman Allah Swt.:
}‫علَ ْيكَ قَ ْوال ثَ ِّقيال‬
َ ‫سنُ ْل ِّقي‬
َ ‫{إِّنَّا‬
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (Al-Muzzammil: 5)

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah berat pengamalannya.
Menurut pendapat yang lain, berat saat diturunkannya karena keagungannya. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Zaid ibnu Sabit-r.a., bahwa pernah diturunkan wahyu kepada Rasulullah
Saw., sedangkan paha Ibnu Mas'ud berada di bawah paha Rasulullah Saw. Maka terasa tulang
pahanya patah karena tertindih oleh Rasul Saw. saking beratnya wahyu yang sedang turun
kepadanya.
َ ‫ ع َْن‬،ِّ‫ ع َْن ع َْم ِّرو ْب ِّن ا ْل َو ِّليد‬،‫ب‬
‫ع ْب ِّد‬ ٍ ‫ ع َْن يَ ِّزي َد ب ِّْن أَ ِّبي َح ِّبي‬،َ‫ َح َّدثَ َنا ا ْبنُ لَ ِّهيعَة‬،ُ‫ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَة‬:ُ‫اْل َما ُم أَحْ َمد‬
ِّ ْ ‫قَا َل‬
‫سو ُل‬ ُ ‫س ِّبا ْل َوحْ يِّ؟ فَقَا َل َر‬ ُّ ‫ َه ْل ت ُِّح‬،‫َّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬: ُ‫سلَّ َم فَقُ ْلت‬
ِّ َّ ‫سو َل‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
َ ‫سأ ْلتُ النَّ ِّب َّي‬ َ :َ‫َّللا ب ِّْن ع َْم ٍرو قَال‬ ِّ َّ
‫ظنَ ْنتُ أَنَّ نَ ْفسِّي‬ َ ‫ فَ َما ِّم ْن َم َّر ٍة يُو َحى ِّإلَ َّي ِّإ َّال‬، َ‫ ث ُ َّم أسكتُ ِّع ْن َد ذَ ِّلك‬،‫صالصيل‬ َ ‫ "أسم ُع‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِّ َّ
"‫يض‬ ُ ‫تَ ِّف‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Amr ibnul Walid, dari Abdullah
ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah,
apakah yang engkau rasakan saat wahyu diturunkan kepadamu?" Rasulullah Saw.
menjawab: Saya mendengar suara gemerincingnya lonceng, kemudian aku diam saat itu. Dan
tidak sekali-kali diturunkan wahyu kepadaku melainkan aku mengira bahwa nyawaku sedang
dicabut.
*******************
Firman Allah Swt:
َ َ‫شئَةَ اللَّ ْي ِّل ِّه َي أ‬
}‫ش ُّد َو ْطئ ًا َوأَ ْق َو ُم قِّيال‬ ِّ ‫{إِّنَّ نَا‬
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu
itu lebih berkesan. (Al-Muzzammil: 6)
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa nasya-a artinya
berdiri menurut bahasa Habsyah, yakni bangun tidur. Umar, Ibnu Abbas, dan Ibnuz Zubair
mengatakan bahwa malam hari seluruhnya dinamakan nasyi-ah. Hal yang sama telah dikatakan
oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dikatakan nasya-a apabila orang
yang bersangkutan bangun di waktu sebagian malam hari. Menurut riwayat yang bersumber
dari Mujahid, disebutkan sesudah waktu isya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Mijlaz,
Qatadah, Salim, Abu Hazim, dan Muhammad ibnul Munkadir.

Kesimpulan, nasyi-atul lail artinya bagian-bagian waktu dari malam hari, yang keseluruhannya
dinamakan nasyi-ah, juga indentik dengan pengertian saat-saatnya. Makna yang dimaksud
ialah bahwa melakukan qiyamul lail atau salat sunat di malam hari lebih khusyuk dan juga
melakukan bacaan Al-Qur'an padanya lebih meresap di hati. Karena itu, disebutkan oleh
firman-Nya:
}‫ش ُّد َو ْطئ ًا َوأَ ْق َو ُم قِّيال‬
َ َ‫{ ِّه َي أ‬
adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.

Yakni lebih berkesan dalam hati dalam menunaikan bacaan Al-Qur'an di saat itu dan lebih
meresap dalam hati dalam memahami makna bacaannya ketimbang dalam salat sunat siang
hari. Karena siang hari merupakan waktu beraktivitas bagi manusia, banyak suara gaduh dan
kesibukan dalam mencari rezeki penghidupan.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu
Sa'id Al-Jauhari, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada
kami Al-A'masy, bahwa Anas ibnu Malik r.a. membaca ayat ini dengan bacaan berikut, "wa
aswabu qila." Maka berkatalah seseorang Ielaki kepadanya, "Sesungguhnya kami biasa
membacanya dengan wa aqwamu qila." Maka Anas menjawabnya, bahwa
sesungguhnya aswabu, aqwamu, dan ahya-u serta lafaz-lafaz lainnya yang semakna artinya
sama. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
َ ‫س ْب ًحا‬
}‫ط ِّويال‬ َ ‫{ ِّإنَّ لَكَ ِّفي اَلنَّ َه ِّار‬
Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (Al-
Muzzammil: 7)
Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Ata ibnu Abu Muslim mengatakan bahwa makna yang dimaksud
ialah waktu luang dan tidur. Abul Aliyah, Mujahid, Abu Malik, Ad-Dahhak, Al-Hasan,
Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud
dengan sabhan tawilan ialah waktu luang yang panjang. Qatadah mengatakan, artinya waktu
luang dan waktu mencari rezeki dan bepergian.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mempunyai urusan yang
panjang (banyak). Maksudnya, sunnah yang banyak.

Anda mungkin juga menyukai