Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU RESEP

“OBAT-OBAT SISTEM PERNAPASAN”

INSTRUKTUR :
Ibu Nurin Nadliroh, Amd.Farm

OLEH :
FIRDA ULVIANY
NIM. 2016011005

AKSMI HUSADA UTAMA BOJONEGORO


TAHUN AKADEMIK 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat, Taufiq serta Inayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini diberi judul “Obat-Obat Sistem
Pernapasan” makalah ini dilakukan untuk memberi pengetahuan yang lebih bagi
penulis sebagai mahasiswa di Aksmi Husada Utama Bojonegoro.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Nurin Nadliroh,
Amd.Farm selaku dosen Instruktur yang telah banyak memberikan pengetahuan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa hasil makalahnya banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini.

Bojonegoro, 17 April 2017

Penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2


A. Saluran Pernapasan .................................................................................2
B. Masalah-Masalah Sistem Pernapasan ....................................................4
C. Penyakit Sistem Pernapasan ..................................................................5
D. Obat Saluran Pernapasan ........................................................................8
E. Penggolongan Obat Sistem Pernapasan ...............................................13

BAB III PENUTUP...........................................................................................15


A. Kesimpulan ...........................................................................................15
B. Saran......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut, sinusitis,
tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas
yang paling sering ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan terserang flu 2-4
kali dalam setahun, dan anak-anak rata-rata 4-12 kali pertahun. Insidennya
bervariasi menurut musim, kira-kira 50 % dari penduduk akan mendapat
penyakit ini pada musim dingin dan 25 % pada musim panas. Biasanya, flu
tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya, tetapi penyakit ini
menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental dan
menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagian-bagian saluran pernapasan pada manusia!
2. Coba jelaskan masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan!
3. Sebutkan dan jelaskan penyakit-penyakit saluran pernapasan!
4. Sebutkan dan jelaskan obat saluran pernapasan!
5. Sebutkan dan jelaskan penggolongan obat sistem pernapasan!

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian saluran pernapasan pada manusia.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan.
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4. Untuk mengetahui obat saluran pernapasan.
5. Untuk mengetahui penggolongan obat sistem pernapasan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Saluran Pernapasan
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah
dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O 2 dan CO2 dari aliran darah
ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Pernapasan dada
a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut.
b. Tulang rusuk terangkat ke atas
c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Pernapasan perut
a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
b. Diafragma datar
c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara
pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari.
Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O¬2 yang
diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15
kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan
mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil
tekanan udara.

2
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100
mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena
tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen
yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana
setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO 2. CO2
yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan
bantuan darah.
Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang saluran dari
lingkungan sampai ke paru-paru (rongga hidung dan nasal, faring, laring,
trakea, percabangan bronkus, dan paru-paru). Fungsi sistem pernapasan
adalah mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan
untuk mentranspor karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer.
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung,
faring, laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchiolus,
alveoli dan membran alveouler – kapiler
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak
boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari
atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli.
Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membran
alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian
manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring,
laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Adapun faktor-faktor dalam proses respirasi yaitu :
1. Tekanan intrapleura yang menahan paru-paru tetap berkontak dengan
dinding toraks.
2. Jaringan elastik dalam paru-paru yang bertanggung jawab terhadap
kecenderungannya untuk menjauh dari dinding toraks dan mengempis.

3
3. Tekanan intra-alveolar yang merupakan tekanan di dalam paru-paru.
4. Surfaktan adalah sejenis lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel
dalam alveoli paru. Dimana surfaktan mengurangi tegangan
permukaan cairan yang menurunkan kecenderungan pengempisan
alveoli.
5. Komplians yang merupakan suatu ukuran peningkatan volume paru
yang dihasilkan setiap unit perubahan dalam tekanan intra-alveolar.
6. Pneumotoraks merupakan kondisi dimana udara berada di dalam dada.
7. Atalektasis merupakan proses pengempisan paru-paru.

B. Masalah-Masalah Sistem Pernapasan


Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara lain
hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar obstruktif
menahun, kanker paru, tuberkolosis, dan pneumonia. Dalam proses bernapas
terdapat beberapa masalah, yaitu (Sloane, E., 2003) :

1. Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar


oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan
dan organ.
2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan
sering disertai dengan hipoksia. Dimana jika kadar CO2 berlebih dapat
meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hidrogen yang akan
menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih).
3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2¬ dalam darah. Dimana jika
terjadi penurunan kadar CO2¬ dapat menyebabkan terjadinya alkalosis
(jumlah bikarbonat berlebih) dalam cairan tubuh.
4. Asfisia (sufokasi) adalah suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia yang
diakibatkan ketidakcukupan ventilasi pulmonar.
5. Penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) adalah kelompok
penyakit yang meliputi asma, bronkitis kronik, dan emfisema, juga
kelompok penyakit industrial seperti asbestosis, silikosis, dan black lung.

4
6. Kanker paru (karsinoma pulmonar) sering dikaitkan dengan merokok
tetapi dapat juga terjadi pada orang yang tidak merokok.
7. Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat
mempengaruhi semua jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di
paru-paru.
8. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan
alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, protozoa, virus, atau zat kimia.

C. Penyakit Saluran Pernapasan


Selain masalah-masalah diatas, terdapat juga beberapa penyakit pada
saluran pernapasan yang dikenal dengan istilah CARA (Chronic Aspecific
Respiratory Affections) yang mencakup semua penyakit saluran pernapasan
yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai pengembangan
mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Gejala terpenting
dari penyakit saluran pernapasan antara lain sesak napas (dyspnoe) saat
mengeluarkan tenaga atau selama istirahat dan/atau sebagai serangan akut,
juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak yang kental (Tjay, 2002).
Penyumbatan bronchi dengan sesak napas, yang merupakan sebab utama
asma dan COPD, diperkirakan dapat terjadi menurut mekanisme berikut, yaitu
berdasarkan hiperreaksitivitas bronchi (HRB), reaksi alergi atau infeksi
saluran pernapasan (Tjay, 2002).
a. Hiperreaksitivitas bronchi (HRB)
Pada semua penderita asma dan COPD terdapat hiperreakstivitas
bronchi. HRB adalah meningkatnya kepekaan bronchi dibandingkan
saluran napas normal, terhadapkan zat-zat merangsang tak spesifik yang
dihirup dari udara. Pada sebagian penderita asma juga terdapat kepekaan
berlebihan bagi stimuli spesifik yang pada orang sehat tidak memberikan
reaksi pada saluran pernapasannya. HRB aspesifik selalu timbul
bersamaan reaksi peradangan di saluran pernapasan.

5
b. Alergi
Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik juga terdapat
alergi untuk membentuk antibody terhadap allergen tertentu yang
memasuki tubuh (antigen). Antibodies ini dari tipe IgE (immunoglobulin
type E), juga disebut regain, mengikat dari pada mastcells antara lain
disaluran pernapasan, mata dan hidung. Jika jumllah IgE sudah cukup
besar maka pada waktu allergen yang sama masuk lagi ke dalam tubuh
terjadilah penggabungan antigen-antibodi. Mattcells pecah (degranulasi)
den segera melepaskan mediatornya. Akibatnya sering kali
bronchokontriksi dengan pengembangan mukosa dan hipersekresi dahak,
yang merupakan gejala khas asma.
a) Alergen inhalasi; yang masuk ke tubuh lewat pernapasan.
b) Alergen oral dan lokali; yang memasuki tubuh melalui mulut atau
kulit
c. Infeksi saluran pernapasan
Dapat menyebabkan gejala radang dengan perubahan di selaput
lender, yang pada pasien asma dan COPD memperkuat HRB dan
bronchokontriksi serta mempermudah penetrasi allergen sehingga terjadi
infeksi yang sering kambuh akibat obtruksi bronchi.
1. ASMA
Asma atau bengek adalah suatu penyakit peradangan steril kronis
yang bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala, mudah
tersengal-sengal, disertai batuk dan hipersekresi dahak. Berlainan
dengan COPD, obstruksi saluran napas pada asma bersifat reversible
dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam.
Penyebabnya, adanya peradangan steril kronis dari saluran
pernapasan dengan mastcells dan granulosit eosinofil sebagai pemeran
penting. Selain itu juga terdapat hiperreaktivitas bronchi terhadap
berbagai stimuli aspesifik yang dapat memicu serangan (Tjay, 2002).

6
Ada beberapa jenis stimuli (rangsangan) yang dapat menyebabkan
masalah pada sistem pernapasan, yaitu (Tjay,2002):

1. Rangsangan fisis, seperti perubahan suhu, dingin, dan kabut.


2. Rangsangan kimiawi, seperti polusi udara (gas-gas pembuangan,
sulfurdioksida, ozon, asap rokok).
3. Rangsangan fisik, seperti exertion, hiperventilasi.
4. Rangsangan psikis, seperti emosi dan stress.
5. Rangsangan farmakologi, seperti histamin, serotonin, asetilkolin,
asetosal, dan lainnya

Peranan lekosit

Di membrane mukosa saluran napas dan alveoli terdapat banyak


makrofag dan limfosit. Makrofag berperan pada pengikatan pertama
allergen, dapat melepaskan mediator peradangan seperti prostaglandin,
tromboksan, leukotrien dan PAF (Platelet activating factor). Aktivitas
makrofag dan limfosit dihambat oleh kortikosteroid tetapi tidak oleh
β2 adrenergik.

Mastcells
Pada penderita asma, mastcells bertambah banyak di sel-sel epitel serta
mukosa dan melepaskan mediator vasoaktif kuat pula, seperti
histamine, serotaonin, dan bradikinin yang mmencetuskan reaksi asma
akut (Tjay, 2002).

b. BRONCHITIS KRONIS
Penyakit ini bercirikan batuk ‘produktif’ menahun dengan
pengeluaran banyak dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan.
Dalam kebanyakan kasus (80%) disebabkan infeksi akut saluran
pernapasan oleh virus, yang mudah disuprainfeksikan (Str pneumonia

7
dan branhamella catarrhalis) dengan suatu bakteri Haemophilus
influenza (Tjay, 2002).
c. EMFISEMA PARU
Emfisema bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru,
yang mengakibatkan sesak napas terus-menerus dan menghebat pada
waktu mengeluarkan tenaga. Gelembung paru (alveoli) terus
mengembang dan rongganya membesar sehingga dinding-dindingnya
yang mengandung pembuluh darah menjadi amat tipis dan sebagian
akhirnya rusak sehingga permukaan paru untuk penyerapan oksigen
dapat berkurang di bawah 30% hingga jantung harus bekerja lebih
keras untuk memenuhi akan oksigen. Tonus di cabang-cabang batang
nadi (aorta) bertambah dan tekanan darah di arteri paru-paru
meningkat. Sehingga menimbulkan kegagalan ventrikel jantung dan
terjadilah cor pulmonale (jantung membesar) (Tjay, 2002).
Penyebab emfisema adalah :
a) Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga
asma.
b) Merokok
c) Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim
elastase yang merombak serat-serat elastin dalam dinding
gelembung paru, sehingga kekenyalannya menurun, terjadi
kelainan irreversible dalam bentuk fibrosis dan destruksi dari
dinding gelembung bersama pembuluh darahnya.

D. Obat Saluran Pernapasan


a. Antihistaminika
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi
alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan
antihistamiin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi,
membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang

8
menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli
bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa
mengantuk.
Contoh obat antihistamin

Nama Obat Dosis

Anti histamin
Difenhidramin D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
( Benadryl ) D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis
terbagi, tidak lebih dari 300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tunggal

Kloerfenilamen maleat D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam


A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
Fenotiasin A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam
(aksi antihistamin)
Prometazine
Timeprazine D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
Turunan piperazine A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)
(aksi antihistamin)
hydroxyzine
D: PO: 25-100 mg
A: (<6thn):>

Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena

9
b. Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan
mengencerkan secret mukosa yang kental sehingga dapat dikeluarkan.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka
penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi
boleh menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
 ambroksol: Dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-
3 hari pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
 bromheksin : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.

c. Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan
kortikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan
pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan
tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan
sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler)
atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada
saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga,
setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut,
alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-
10 mg setiap 6-8 jam.

10
d. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma
dan bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis
alergica dan alergi akibat bahan makanan. Efek samping berupa
rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala
perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan
asma selewat. Wanita hamil dapat menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma
bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode
pemberiannya adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama
dengan adrenergic beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh dihentikan
secara mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.,
e. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti
peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada
serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri
untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas
bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan
oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan
fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.

f. Antiasma dan Bronkodilator


Contoh Obat : teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun teh dan memiliki sejumlah
khasiat antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi,
menstimuli jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan
pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang
terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun

11
parienteral. Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan
kompulsi) serta gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler.
Dosis : 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin,
suatu campuran teofilin dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin
hidroklorida.

g. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk
sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan
mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
1. Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang
memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak
kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan
syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
2. Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang,
gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium
klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi
dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan
batuk.
3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat
ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender,
lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan
pengeluarannya dipermudah.
4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin
(tucklase), obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk
kering yang mengelitik.
5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan
alklorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di
tenggorokan.

12
6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan
rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
1) Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin
juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek
menenangkan.
1. Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
2. Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
2) Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-
zat pereda.

E. Penggolongan Obat Sistem Pernafasan


a. Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan
menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian
tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak
kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.
b. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja
dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan.
Dengan demikian tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering,
sebab hanya akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan
ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.
c. Antihistamin
Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton)
dan kawan-kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan
nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya setali tiga uang.
Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh
sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda

13
asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa
gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas
menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin.
Sayangnya, obat golongan ini bisa menyebabkan Anda mengantuk pada
saat rapat.
d. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl
propanolamine) merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah
Ditjen POM (Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang
mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain
dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan
nafsu makan yang dijual bebas.
Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika
digunakan terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk mencegah
efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi PPA di
dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Obat-obat pernafasan terdiri dari Antihistaminika, Mukolitik, Inhalasi,
Kromoglikat, Kortikosteroid, Antiasma dan Bronkodilator, Obat-obat batuk,
Zat-zat sentral SSP, Zat-zat perifer di luar SSP.
Kami menyimpulkan obat-obat tersebut diatas sangat berperan penting
bagi kesehatan saluran pernapasan kita karena dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit yang mengganggu saluran pernapasan kita.

B. Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem pernafasan lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://meikyphantom.blogspot.com/2010/06/makalah-obat-saluran-
pernafasan.html
http://iyankchemiztry.blogspot.com/2010/12/obat-pernapasan.html
http://berbagikeperawatan.blogspot.com/2012/04/penggolongan-obat-sistem-
pernafasan.html

16

Anda mungkin juga menyukai