Anda di halaman 1dari 9

HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

BAB 1

PENDAHULUAN

Beberapa abad silam, peradaban Islam telah mencapai titik klimaks. Umat Islam juga
telah merasakan kehidupan yang sangat layak, apabila dibandingkan kehidupan bangsa lain.
Kala itu, umat Islam telah mampu mengembangkan segala jenis ilmu pengetahuan dan
teknologi.1 Namun, peradaban gemilang itu lambat laun mulai sirna beberapa abad kemudian.
Peradaban yang telah mereka bangun, tampak mulai berhijrah ke benua Eropa sejak abad XIII.
Akhirnya, umat Islam mulai mengalami ketertinggalan dalam berbagai hal, terutama ilmu
pengetahuan dan teknologi. Setelah memasuki abad modern, maka umat Islam pun mulai
berbenah diri untuk memperbaiki keadaannya. Bahkan, para pemimpin dan cendekiawan
Muslim mulai mengidentifikasi tentang berbagai penyebab kemunduran yang mereka alami.
Berbeda dengan kebanyakan pemimpin dan cendekiawan Muslim lain, Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, Penggagas sekaligus Direktur ISTAC (International Institute of
Islamic Thought and Civilization) di Kuala Lumpur, Malaysia, mengungkapkan bahwa
kemunduran umat Islam disebabkan oleh kerancuan ilmu dan lemahnya penguasaan umat
Islam terhadap ilmu pengetahuan. 2 Bagi Al-Attas, ilmu dalam dunia pendidikan Islam adalah
sesuatu yang sangat prinsipil. Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana pencapaian
tujuan sosial-ekonomi belaka, akan tetapi juga secara khusus berperan dalam upaya untuk
mencapai tujuan spiritual manusia. 3 Berdasarkan pandangannya tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab kemunduran umat Islam dewasa ini adalah
faktor pendidikan, yang nantinya mengerucut kepada masalah ilmu.
Sebagai sebuah faktor penyebab kemunduran umat Islam, paling tidak, kini
pendidikan Islam dihadapkan oleh dua problematika. Pertama, pendidikan Islam sedang
dihadapi oleh krisis konseptual akibat dipengaruhi oleh ideologi Barat Modern. Seperti yang
diungkapkan Omar Naseef, bahwa metodologi Barat Modern dan konsep-konsep sekular Barat
telah mendominasi seluruh cabang pengetahuan 4 termasuk bidang pendidikan Islam. Bahkan
lebih jauh, konsep pendidikan Islam juga telah dirasuki pandangan hidup Barat yang
berlandaskan pada nilai-nilai dualisme, sekularisme, humanisme, dan sofisme. 5 Oleh karena
itu, problematika pendidikan yang pertama ini tentu memerlukan penyelesaian dengan
mencarikan solusi yang kreatif dan konstruktif.
Beberapa pemikir Islam pun telah berupaya untuk mencarikan solusi-kreatif guna
mengatasi permasalahan pendidikan tersebut. Sajjad dan Ashraf misalnya, menyarankan
adanya upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan. Mereka menggangap upaya tersebut
sebagai sesuatu yang sangat penting. 6 Di samping itu, Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas
menyarankan agar Umat melakukan upaya ‘islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer’.7
Bahkan lebih jauh, untuk mengatasi masalah ini, beberapa pakar pendidikan Islam pun,

1
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

termasuk ketiga tokoh di atas, telah mengadakan Konferensi Dunia mengenai Pendidikan Islam
beberapa kali. Konferensi Dunia Pertama diadakan di Mekkah pada tanggal 31 Maret-8 April
1977. Konferensi Dunia Kedua diadakan di kota Islamabad, Pakistan pada tanggal 15-20 Maret
1980. Sedangkan Konferensi selanjutnya diadakan, masing-masing di Dakka, India, pada tahun
1981, dan di Jakarta pada tahun 1982. 8 Beberapa Konferensi tersebut diadakan, menurut Omar
Naseef, dikarenakan para Sarjana Muslim mulai menyadari betapa konsep-konsep Barat
Modern telah meracuni seluruh cabang pengetahuan, termasuk bidang pendidikan Islam.
Karenanya, kedua Konferensi tersebut diharapkan berguna bagi umat Islam dalam upaya
menemukan cara-cara dan sarana-sarana untuk merumuskan konsep-konsep Islam; dan juga
mampu menciptakan metodologi Islam yang tepat 9, khususnya dalam konteks pendidikan
Islam.
Kedua, di samping masalah pertama di atas, maka permasalahan dalam bidang
pendidikan Islam pun semakin kompleks, tatkala bidang ini menjadi bidang yang sangat
diabaikan. Sebagaimana dikatakan Hasan Asari, bahwa bidang pendidikan merupakan salah
satu bidang penting dari kebesaran peradaban Islam. Namun demikian, bila dibandingkan
dengan bidang kajian keislaman lain, maka bidang pendidikan Islam merupakan satu bidang
yang relatif tertinggal dan bidang yang belum banyak dikaji. 10
Secara lebih spesifik, Prof. Wan Daud, seorang tokoh teras di ISTAC pun
mengungkapkan bahwa kajian-kajian tentang filsafat pendidikan pemikir Muslim kontemporer
juga sangat minim dilakukan. Hal ini dikarenakan oleh dua hal, Pertama, kecenderungan para
ahli pendidikan untuk mengkaji isu-isu pendidikan Islam langsung melalui pendekatan
normatif (Quran dan Sunnah), dan pendekatan historis, seperti sejarah tokoh dan institusi
pendidikan; Kedua, sedikitnya Pemikir Muslim yang benar-benar serius menulis karya-karya
filsafat yang bisa dijadikan sebagai rujukan ide-ide pendidikan mereka.11
Padahal menurut Prof. Wan Daud, dengan menganalisis terhadap berbagai karya para
Pemikir Muslim yang memiliki otoritas di bidangnya, merupakan karakter intelektual dan
tradisi pendidikan Islam yang sangat penting. Karena pemikiran mereka, selain memiliki
berbagai implikasi positif dalam dunia pendidikan Islam, juga didasarkan kepada pemahaman
yang mendalam terhadap sumber otoritatif Islam (Quran dan Sunnah) dan institusi-institusi
pendidikan Islam yang menyejarah. Dengan melakukan kajian seperti ini, maka para ahli
pendidikan pun tidak memboroskan tenaga dalam menemukan kemudi pendidikan yang baru
dan dapat mengarahkan rencana pendidikan ke arah tujuan yang sebenarnya. Dan upaya ini
juga dapat menghasilkan suatu wacana pendidikan Islam yang lebih dalam, sistematik, dan
spesifik. Lebih jauh lagi, beliau mengungkapkan bahwa bila para ahli pendidikan mengabaikan
kajian-kajian filsafat pendidikan Islam pemikir kontemporer, maka konsep ilmu pengetahuan
dan pendidikan Islam akan dipahami dan diimplimentasikan secara sempit dan distortif. Selain
itu, sikap tersebut juga akan melahirkan serentetan akibat yang tragis dalam dunia pendidikan.
Umat Islam pun bisa terus mengalami kegagalan proyek pendidikan yang sangat mahal,
bahkan menjadikan umat Islam terus bergantung kepada sumber-sumber non-Islam (baca:
Barat). Pelbagai diskusi tentang pendidikan Islam pun akan kandas oleh berbagai teori
pendidikan yang lemah.12

2
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

Berangkat dari kedua permasalahan tersebut, upaya kajian dalam bidang pendidikan
Islam ini cukup penting dan mesti terus dilakukan. Hal ini dilakukan terutama untuk
mengcounter pelbagai rentetan masalah yang disebabkan kedua permasalahan serius di atas.
Alhamdulillah, kini kajian dalam bidang pendidikan Islam ini terutama kajian pemikiran
pendidikan para tokoh besar Islam mulai marak dilakukan. Namun demikian, karena
banyaknya para tokoh besar di Dunia Islam, membuat kajian-kajian seperti ini belum
menyentuh seluruh pemikiran orisinil mereka. Bahkan banyak tokoh besar di Dunia Islam yang
pemikirannya belum mendapat tempat yang layak, dalam arti belum dikaji dengan semestinya.
Padahal pemikiran para tokoh tersebut, dipandang mampu guna menyegarkan dan melerai
benang yang kusut berbagai permasalahan yang sedang dan akan terjadi di Dunia Pendidikan
Islam.
Kenyataan bahwa cukup banyak para pemikir besar Islam, terutama di era Modern,
telah menuangkan buah fikirnya seputar pendidikan Islam. Kendati begitu, pemikiran
pendidikan mereka tersebut masih belum banyak dikaji, sehingga ide-ide brilian mereka masih
terserak di berbagai karya monumental mereka. Salah satu pemikir Islam yang hidup di era
modern tersebut dan memiliki karya yang di dalamnya mengkaji masalah pendidikan adalah
Ayatullah Murtadha Muthahhari (1919-1979 M), seorang filosof Islam tradisional asal negeri
Persia (Iran) era Modern.
Adalah benar bahwa berbagai karya monumentalnya itu banyak yang memuat kajian
tentang pendidikan Islam, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Karya-
karyanya tersebut antara lain adalah: Tarbiyatul Islam, (Beirut: Darul Hadi, tt). Karya ini telah
diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Konsep Pendidikan Islami, Terj.
Muhammad Bahruddin, (Bogor: Iqra’ Kurnia Gemilang, 2005); Perfect Man, (Qom: Foreign
Departmant of Bonyad Be’that, tt), edisi Indonesia, Manusia Sempurna; Pandangan Islam tentang
Hakikat Manusia, Terj. Muhammad Hasem, (Jakarta: Lentera, 2003); Man and Univers, (Qom:
Ansarian Publications, 1997), edisi Indonesia, Manusia dan Alam Semesta; Konsepsi Islam tentang
Jagat Raya, Terj. Ilyas Hasan, (Jakarta: Lentera, 2002); Bis Guftor, (Qom: Intisyarate Shadra, 1409
H), edisi Indonesia, Ceramah-Ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan, Terj.
Ahmad Subandi, (Jakarta: Lentera, 1999); Asyna’i Baa Quran, (Qom: Shadra,1993), edisi
Indonesia, Pelajaran-Pelajaran Penting dari Al-Quran, Terj. Muhammad Jawad Bafaqih, (Jakarta:
Lentera, 2000); Hikmat-ha va Andaruz-ha, (Teheran: Intisyarat Shadra,tt), edisi Indonesia, Jejak-
Jejak Ruhani Terj. Ahmad Subandi, (Bandung: Pustaka Hidayah,1996); Muhadharat fi Ad-Din Wa
al-Ijtima’, (Teheran: Muassasat Al Bi’tsah,1356 H), yang edisi Indonesia, Menjangkau Masa
Depan; Bimbingan Untuk Generasi Muda, Terj. Muhammad Al Baqir, (Bandung: Mizan,1996); Haq
wa Bathil & Ihya-e Tafakkur-e Islam, (Qom: Shadra,1984), edisi Indonesia, Neraca Kebenaran dan
Kebatilan, Terj. Najib Husein al-Idrus, (Bogor: Cahaya, 2003); Falsafatul Akhlaq, (Beirut:
Mu’assasat Ummul Qura,1421 H), edisi Indonesia, Filsafat Moral Islam; Kritik Atas Berbagai
Pandangan Moral, Terj. Muhammad Babul ‘Ulum dan Edi Hendri, (Jakarta: Al Huda, 2004); dan
terakhir, karya Muthahhari berjudul, Al Fitrah, (Teheran: Mu’assasah al-Bi’tsah,1410 H), edisi
Indonesia, Al Fitrah, Terj. Afif Muhammad, (Jakarta: Lentera, 1998). Berbagai karya Ayatullah
Murtadha Muthahhari di atas, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah
membincangkan tema-tema penting dalam bidang pendidikan Islam.

3
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

Namun harus diketahui pula bahwa, berbagai karya Muthahhari itu tidak mengkaji
masalah pendidikan Islam secara mendalam. Uraiannya tentang tema-tema pendidikan Islam
pun tidak sistematis sehingga terkesan melompat-lompat. Ide-ide pendidikan Islam-nya pun
tidak tertata dengan rapi dalam sebuah buku atau bab maupun sub-bab. Dalam arti kata, masih
berserakan di berbagai karyanya tersebut. Untuk itu, butuh usaha dan upaya serius untuk
mensistematisasikannya atau pun menyusunnya agar tampak lebih sistematik dan rapi.
Ditambah lagi–-dan ini pun penting diketahui–-berbagai karyanya itu tidak menyentuh dan
membicarakan semua aspek pendidikan. Oleh karena itulah, maka karya ini hanya akan
mengkaji tema-tema pendidikan Islam yang memang mendapat perhatian serius dari
Muthahhari saja. Adapun masalah utama yang hendak dikaji dalam buku ini adalah pemikiran
pendidikan Ayatullah Murtadha Muthahhari. Jika masalah utama itu dirinci, maka akan terlihat
sebagai berikut, yaitu: (1) Bagaimanakah konsep Ayatullah Murtadha Muthahhari tentang
manusia?. Pertanyaan ini penting disuguhkan karena jawabannya dapat dijadikan sebagai
pengantar guna memasuki gerbang pemikirannya di bidang pendidikan; (2) Bagaimanakah
pandangannya tentang hakikat pendidikan (terutama mengenai definisi, metode, tujuan, dan
materi pendidikan)?; (3) Bagaimanakah pandangannya tentang pendidikan akal?; (4)
Bagaimana pula pandangannya tentang pendidikan jasmani?, dan terakhir, seperti apa
konsepnya tentang pendidikan ruh (jiwa)?.
Oleh karena beliau bukan seorang pakar pendidikan Islam tersohor, dan berbagai
karyanya tersebut tidak mengulas tema-tema pendidikan Islam secara integral dan sistematik,
akan tetapi kajian-kajian terhadap pemikiran pendidikan Ayatullah Murtadha Muthahhari ini
cukup signifikan dilakukan. Hal ini dikarenakan, Pertama, faktor kecerdasan Muthahhari
sendiri yang tentunya memberikan nilai tambah tersendiri dalam setiap pemikirannya
terutama di bidang pendidikan. Apalagi Muthahhari cenderung menggunakan filsafat Islam
sebagai pisau analisis saat menyelesaikan berbagai permasalahan, seraya tidak luput untuk
membingkainya dengan teks-teks agama Islam, sebagai penguat bagi basis pemikirannya
tersebut. Kedua, saat ini dunia pendidikan Islam juga sangat membutuhkan berbagai format
pemikiran dalam bidang pendidikan Islam agar dapat dijadikan sumber referensi dalam proses
pendidikan Islam. Karena itu, kajian pemikiran pendidikan Muthahhari ini tentu memberikan
kontribusi besar bagi dunia pendidikan Islam dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut.
Ketiga, Kajian seperti ini pun juga dapat memperkaya khazanah pemikiran pendidikan bagi
Dunia Islam, khususnya khazanah pemikiran pendidikan Islam di Indonesia. Keempat, Kajian
ini juga dapat menjadi bahan perbandingan dengan konsep-konsep pendidikan lain sehingga
para pendidik dapat memilah dan memilih konsep pendidikan yang relevan untuk
direalisasikan dalam proses belajar-mengajar. Terakhir, yang membuat kajian ini menjadi
penting adalah karena belum ada penulis–-sepengetahuan Penulis sejak penelitian ini
dilakukan (pertengahan tahun 2006)–- yang mengkaji pemikiran pendidikan Ayatullah
Murtadha Muthahhari ini, sehingga membuat karya ini penting dan masih aktual.
Secara sistematis, buku ini disusun menjadi lima bab. Bab pertama adalah bab
Pendahuluan, yang berperan untuk mengantarkan kepada pembahasan pada bab-bab
berikutnya. Kemudian, pada bab kedua akan dipaparkan tentang biografi tokoh yang dikaji
dalam buku ini, Ayatullah Murtadha Muthahhari. Bab ini akan memaparkan tentang kondisi

4
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

sosial-politik dan intelektual-keagamaan Iran Modern, riwayat hidup dan pendidikan


Muthahhari, karir akademis dan politisnya, metode berfikirnya, biografi singkat guru dan buah
fikirnya. Pada bab ketiga, akan diuraikan masalah konsep manusia menurut Muthahhari,
terutama tentang hakikat manusia, manusia sempurna, perbuatan Tuhan, dan tujuan hidup
manusia. Selanjutnya pada bab keempat, akan dideskripsikan tentang konsep pendidikan
menurut Muthahhari. Bab ini terbagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama akan
dipaparkan tentang hakikat pendidikan, khususnya tentang definisi, metode, tujuan dan materi
pendidikan Islam. Sedangkan pada bagian kedua, akan dipaparkan seputar pandangan
Muthahhari tentang pendidikan potensi manusia (peserta didik), khususnya pendidikan akal,
pendidikan jasmani, dan pendidikan ruhani. Barulah pada bab kelima, yang merupakan bab
penutup, akan disajikan beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab
sebelumnya.[]

0000000

5
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

End Notes:

1Lihat: Philip K Hitti, History of the Arabs, (London: Mcmillan Press, 1970).
2Baca: Wan Mohammad Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, Terj. Hamid Fahmi, dkk, (Bandung: Mizan, 2003), h 114.
3Wan Daud, Filsafat dan Praktik, h 114.
4Abdullah Omar Naseef, Prakata, dalam Syed Sajjad Husein dan Syed Ali Ashraf, Krisis

Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Risalah, 1986), h i.


5Hamid Fahmi, dkk, Pengantar Penerjemah, dalam, Wan Mohammad Nor Wan Daud,

Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Terj. Hamid Fahmi, dkk,
(Bandung: Mizan, 2003), h 24.
6Syed Sajjad Husein dan Syed Ali Ashraf, Krisis Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti,

(Bandung: Risalah, 1986), h 6.


7Baca: Wan Daud, Filsafat dan Praktik, h 317-439.
8Haidar Putera Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Bandung: Citapustaka Media, 2001), h 163.


9Omar Naseef, Prakata, h i.
10Hasan Asari, Menguak Sejarah Mencari ‘Ibrah; Risalah Sejarah Sosio-Intelektual Muslim

Klasik, (Bandung: Citapustaka Media, 2006), h 6; Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan
Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2007), h x.
11Lihat: Wan Daud, Filsafat dan Praktik, h 67-68.
12Wan Daud, Filsafat dan Praktik, h 68-73.

6
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

7
HIKMAH PERSIA; Gagasan-gagasan Pendidikan Ayatullah Muthahhari________

Anda mungkin juga menyukai