Anda di halaman 1dari 26

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.

com>
R-c;\1AS ~

~-~ KRITIS
~ ~
W!t JURNAL UNIVERSITAS KRISTEN SATY A WACANA
~~T;# SALATIGA

Gambar Sampul: Agus S

KRITIS
ISI
PeHndung:
Willi Toisuta Editorial
Rektor
4 I Kekuasaan, Kebahasaan, dan Peru-
bahan Sosial.
Penanggungjawab:
Oleh: Ariel Heryanto
John J.O.I. Ihalauw
Pembantu Rektor Urusan 54 I Bahasa dan Perubahan Sosial di Ko-
Akademik ta-kota Indonesia.
Oleh: Dede Oetomo
Ketua Dewan Redaksi:
Hendrawan Supratikno I 65 I Pentingnya Serendipitas di dalam
Penelitian.
Oleh: Gunawan Wiradi
Anggota:
Arief Budiman
Ariel Heryanto 74 Penurunan Rumus Kesetaraan Massa
Aris Tanone dengan Tenaga dari Kekararan "Pan-
John J. O. I. Ihalauw jang" Vektor-4 Pusa - Tenaga mela-
Loehoer Widjajanto lui Asas Kebersesuaian.
Nathanael Daldjoeni Oleh: Liek Wilardjo

Sekretariat dan Usaha: 84 Timbangan Buku


Sumbada
Pelajaran dari Dunia Bisnis.
Kepala Biro Humas
Oleh: Hari Sunarto
Alamat Redaksi:
Universitas Kristen 90 Komentar Pembaca
Satya Wacana
JI. Diponegoro 54 - 58 I 92 I Abstract
Telp. 81362-81363-81364
Salatiga I 95 I Penulis Nomor Ini

Nomor 3, Th.l, Januari 1987


Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
duhan semacam itu pada umum- apa sesungguhnya penyakit Itu.2J
nya tidak disertai atau diimbangi
dengan kajian teoritis secara kokoh Untuk mendekati (dan moga-
dan mendasar tentang hakekat d.im moga bisa mencapai) tUJuan pe-
fungsi bahasa. Akibatnya, sebagi-
KEKUASAAN,KEBAHASAAN, an besar kaum terpelajar kita ha-
nya menerima tuduhan itu dan
nulisan karangan ini, pertama-ta-
rna akan disajikan suatu tinjauan
teoritis tentang dua kelompok pan-
dan beramai-ramai menvambut tuduh- dangan mendasar tentang bahasa
PERUBAHAN SOSIAL .) an itu dengan usaha besar-besaran
untuk memperbaiki dan membe-
dan perbandingan penyebarannya
di Indonesia. Baru setelah itu, be-
narkan bahasa kebanyakan orang lahan berikut dar! tulisan ini akan
Oleh: Ariel Heryanto Indonesia.l ) dipusatkan pada kajian tel1tang
masalah atau isyu kebahasaan
Menurut kesimpulan sementara yang paling dominan di Indonesia
saya, persoalan utama kita seka- masa ini, di bawah panji-panji isyu
rang bukanlah bagaimana mene- "bahasa Indonesia yang baik dan
mukan/melaksanakan usaha pe- bena r" . Moga- moga dengan
ngembangan dan pembinaan baha- menggali pokok permasalahan ke-
Benarkah masyarakat membutuhkan pembl- sa yang baik dan benar, teteapi le- bahasaan kita itu ke akar-akarnya,
naan dan pengembangan bahasa? ~enarkah ada bih mendasar dari itu: bagaimana akan kita peroleh pemaharnan
yang tidak balk atau tldak benar pada bahasa memahami sudah baik/benar atau yang hibih fundamental tentang
masyarakat yang tidak dibina? Semua itu dija. sejumlah gejala kebahasaan yang
wab "tidok" oleh Ariel Heryonto. Menurutnyo belumnya dasar pernikiran yang muncul ke permukaan. Moga-mo-·
logi, bahasa tidak .pernah netra/, secara poliUk melahirkan anggapan adanya ma- ga, dengan demikian kita tidak
ataupun ekonomi. Berpihak kepoda siapakoh salah bahasa yang tidaklkurang hanya mengumbar keluhan, tuduh-
bahasa yang kita akrabi selama ini? Bagaimana baik dan benar itu. Persoalannya an, keprihatinan atau penyesalan
keberpihakan itu dapat dijeloskan? bukan mencari, menemukan, dan tentang rendahnya kemampuan
memakai obat yang mujarab untuk berbahasa warga masyarakat kita,
suatu penyakit yang dianggap ada, atau mengobral tenaga, waktu dan
Karangan ini dimaksudkan ter- ada itu masih sangat minim dan tetapi mcmaharni dulu ada-tidak- dana untuk meningkatkan kemam-
utama untuk menunjukkan perlu- langka. nya penyakit ltu, dan ka!au ada, puan mereka. Moga-moga kita da-
nya pengkajian kembali secara Kita telah sering mendengar pat merumuskan permasalahan
mendasar sejumlah pemikiran ten- tuduhan bertubi-tubi dari berbagai yang lebih tepat, sebelum mengu-
tang bahasa yang kini dominan di pihak tentang tidak/kurang bai~ sahakan jawaban yang tepat.
Indonesia. Walaupun kajian demi- dan benarnya bahasa sebagian be- 1) Keadaan demikian dl!p~.t dibanding-
kian sudah pernah ada, tapi yang sar orang Indonesia. Tuduhan-tu- kan dengan bidang-bidang kchidupan soslal
lair. di Indonesia. Arief Budiman, dan be- 2} Dengan jitu Arief Budiman (1983:81)
bemp!!. ahli ilmu s(lsial lain, teiah bcrkali- menyatakan bahwa "Dalam ilmu yang pen·
kali menulis tentang kurangllya kajian teo- ting bukan jawaban setfttp pertanyaannya".
Alton .L. Becker yang telah mengenalkan litis yang mendalam mengenai usaha pem- Jawaban dalam i1mu, menurut saya juga
-) Naskah tulisan ini diselesaikan pe· dasar-dasar pijakan teoritis untuk kajian bangunan di Indonesia lewat modemisasi pe nti n g, w al au s ecara rei a tif b isa dika tabn
nulisnya pada tahun 1985, walau baru pada ini, penulis sampaikan terima kasih sebe- dan industrialisa.~i (Budiman. 1979, 1982, tidak sepenting pertanyaan. Rumusan per·
tahun 1987 in i diterbitkan. Di antara teng· sar·besarnya. Tulisan yang diterbilkan ini 1983). Daiam bidang keSllsasteraan, banyak tanyaan membatasi kemungkinan penemu-
gang waktu itu penulis mendapatkan data- tidak mengalami perubahan besar, hanya orang berusaha meningkatkan daya 2.pre· an jawaban. Pertanyaan yang tepat akan
data baru yang dapat melengkapi kajian di perubahan susunan sejumlah kalimat dan siasi masyarakat IIlRs, tanp~ banyak meng- menghantar kita pada jawaban yang tepa\.
sini, disamping beberapa komentar dari tanda- baca, dari naskah aslinya. Penulis kaji secara mendasar hakekat dan fungsi "The real power of hermeneutical cons-
Prof.Alton L.Becker, Dr. Keith Foulcher, berharap dapa! memanfaatkan masukan· "kesusasteraan" (Ariel, 1984), Regitt! pula ciousness", menurut Gadamer (1976: 13),
Dr. Dede Oetomo, dan Drs. Bintoro M.A. masu kan baru tersebut di alas dalam kerja halnya dalam bidang pendidikan iWinarno, "is our ability to see what is question-
Kepada mereka, khususnya kepada Prof. penulisan karya lain yang akan datang. 1985}, able".
6 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
giatan berbahasa yang hidup tidak Raymond Williams (1977:21-44) ti-
OUA KELOMPOK BESAR PAN- kaidah-kaidah tersebut, yang bisa dianggap kalah penting daripada dak . saja memberikan contoh-con-
OANGAN. setia ("baik" dan/atau "benar") kaidah-kaidah bahasa, karen a ke- toh serupa itu, tapi juga menjelas-
Secara kasaran, dapat dianggap atau tidak pada kaidah-kaidah ter- giatan berbahasa tidak dianggap kan penafsiran tentang kaitan so-
ada dua kelompok besar pandang- sebut. Dalam studi kebahasaan sekedar perwujudan dari kaidah- sial-historis di antara sejumlah
an yang mendasar tentang hakekat pada kelompok besar pandangan kaidah yang sudah ada. Kegiatan pendapat penting tentang bahasa,
dan fungsi bahasa. Tentu saja, pe- pertama in i, terlihat kecenderung- berbahasa yang menyimpang dari khususnya dalam sejarah peru-
an untuk mengandalkan dan kaidah-kaidah yang telah ada tidak bahan masyarakat Eropah.
ngelompokan ini, sedikit atau ba-
nyak, merupakan kategoriyang mengunggulkan sifat/sikap dengan sendirinya dinilai sebagai
, 'obyektif". Bahasa dipandang se- Uraian seperti yang diberikan
disederhanakan atas kenyataan contoh berbahasa yang tidak baik Williams itu sangat menarik dan
yang ada. Pengelompokan demi- bagai suatu sistem yang statts, ter- atau tidak benar. Hubungan antara pantas untuk diringkas dalam tu-
kian dibuat sebagai suatu gagasan tutup dan kadang-kadang diang- kaidah bahasa dan kegiatan ber-
gap mempunyai hakekat/fungsi Iisan ini. T etapi saya ingin me-
abstrak yang dikomraskan untuk bahasa dihargai sebagai hubungan nundanya dulu hingga ke bagian
yang' 'universal".
memudahkan pemhicaraan dan yang bersifat timbal-balik, saling lain dari tulisan ini. Kita amati
pemahaman, walau mungkin tidak Dalam kelompok pandangan membentuk dan saling mengisi. dulu situasi yang hidup dan domi-
ada contoh konkrit untuk mewakili yang kedua, bahasa dipahami se- Kedua-duanya dianggap sallla nan di tanah air sendiri pada masa
secara mumi masing-masing ke- bagai sesuatu yang secara menda- penUng. Kalau "obyektivitas" ti- ini. Sesuai dengan sa saran terde-
!ompok. Oengan demikian penge- sar atau mutlak terkait pada kon- dak dipentingkan dalam studi ke- kat publik penerbitan tulisan Bec-
lompokan kasaran tersebut tidak teks sosial-historis tertentu.4) Kai- bahasaan pada ~elompok kedua ker dan Williams, sebagian besar
untuk dipahami secara mutlak se- dah-kaidah bahasa bukannya tidak ini, juga bukan "subyektivitas" contoh-contoh yang mereka 'kemu-
bagai gambaran dari kenyataan. diakui ada, tetapi kaidah-kaidah yang ditonjol-tonjolkan, tetapi kon- kakan berasal dari masyarakat
Bagaimana pun, dengan segala tersebut dipahami sebagai sesuatu teks sosial historis.5) yang lasim disebut "Barat".
cacat yang ada, pengelompokan yang senantiasa dalam proses per- Untuk mudahnya, kelompok be-
demikian tetap menyajikan jasa ubahan sehubungan dengan dina- sar pandangan yang pertalna cia-
dan manfaat yang amat besar. Pe- mika gejolak perubahan sosial-bu- lam sisa tulisan ini a~an disebut OJ INDONESIA KINI
ngelompokan yang akan diuraikan daya tertentu. Karena itu, dalam Universalis. Sedang kelompok be- Sejauh pengamatan saya be!um
di bawah ini bersumber dari tuBs- kegiatan studi kebahasaan pada sar pandangan yang kedua akan ada suatu studi yang mendalam
an Alton L. Becker (1984).3) kelompok kedua ini apa yang biasa disebut Kontekstualis. Sebagai na- dan komprehensif tentang sejarah
disebut "pembakuan" bahasa (se- ma, Universalis dan Kontekstualis pandangan -panda ngan "pribu mi"
Oa!am kelompok pandangan cara "obyektif" dan/ atau "Iogis") akan ditulis dengan huruf-besar masyarakat di kepulauan Nusan-
yang pertama, bahasa dipahami tidak menjadi sasaran yang pen- tara tentang bahasa. Yang kini
pada awal nama itu.
sebagai suatu sistem kaidah-kai- ting. Dengan kata lain, bahasa ti- nampak sangat menonjol ialah du-
dah. Susunan kaidah-kaidah itu dak dianggap sebagai suatu sistem Dalam tulisannya yang telah minasi pandangan atas bahasa
dianggap mempunyal dri yang yang tertutIJP atau pun statis. Ke- disebut di atas, Becker (1984) yang tidak saja ' 'asing" (atau
penting, yakni "logis". Kegiatan memberikan sejumlah contoh kon- "Barat"), tetapi lebih khusus lagi
berbahasa dianggap sekedar atau krit pendapat-pendapat ahli bahasa pandangan "asing" yang terma-
terutama sebagai contoh -' contoh 4) IstHah-istilah "universal" dan "kon-
tekstual" (maupun "konteks sosial-hlsto- yang sedikit atau banyak dapat suk dalam kelompok pandangan
perwujudan praktis/materia! dari ris") menjadi bag ian dari istilah kunci ter- mewakili salah satu dari kedua ke- Universalis dalam uraian di atas.
penting dalam sejumJah besar perdebalan
kesusasteraan Indonesia sejak tahun 1984.
\ompok besar pandangan di atas. Yang paling banyak kita miliki
J)Dalam tulisannya. sebenarnya Bec- Kebetulan saya terlibat dalam perdebatan saat ini ialah studi dan publikasi
ker tidak secara langsung membahas dua tersebut. Modal Ir.eterlibatan saya dalam
kelompok besar pandangan atas "bahasa'\ perdebalan itu berasal dari pengalaman 5) Pemikiran Stanley Fish (1980:332) teritang bahasa (khususnya ke aran
melainkan "Iata-bahasa". Tapi menurut beJajar pada bidang studi yang lebih con· sangal membantu saya memahami dan me- perribinaan bahasa Indonesia yang
penafsiran saya (dan dinyatakan secara dong pada kategori formal "bahasa" dari- rumuskan persoalan tersebut. Menurut baik dan benar), tanpa diimbangi
implisil oleh Becker scndiri) dua kelompok pada "saslra". Tapi kini pada forum "sas- Fish, sungguh keliru jib ada yang memo kajian yang kritis dan mendasar
besar pandangan alas "tata-bahasa" ler- Ira "Iah persoalan ., universal" versus "kon-' pertentangkan "obyektivitas" dan "su-
byektivitas", scbab keduanya tidak pemah tentang bahasa. Dalam jumlah le-
sebut dapat diperluas menjadi dua kelom- tekstual" itu mendapat peluang lebih besar
pok besar pandangan alas" bahasa". unluk tampil ke permukaan di Indonesia. ada secara murni. bih ledl dan bobot yang lebih be-
8 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
sar, kita memiliki sejumlah studi tidak semua masyarakat dari sega-
dan publikasi tentang beberapa la jaman memiliki pengertian ka- demikian.8) Studi semacam itulah dukung pandangan seperti ltu ti:
aspek terpilih dari bahasa indo- tegoris "bahasa". 7) Kita dapat-da- yang saya katakan langka sekali, dak merasa perlu memahami (se~
nesia dan/atau bahasa-bahasa dae- pat saja menganggap bahwa se- atau mungkin memang belum per- cukupnya) konteks sosial-historis
rah. Tetapi sebagian besar dari mua kelompok hidup manusia ber- nah ada, dalam bidang pemaham- kehidupan bahasa da]am masyara-
studi dan publikasi demikian ber- sarna mem iI iki ' 'bahasa", wa lau an sejarah pandangan "pribumi" kat ' 'pribu mi" , ketika mereka
tolak dari pandangan mendasar dengan jenis yang bermacam-ma- tentang "bahasa". mempelajari seluk-beluk bahasa
yang hanya diambil-alih dari pan- cam. Tapi itu tetap merupakan Nampaknya ada kaitan, baik indonesia atau daerah di Indonesia
dangan yang pernah dominan di suatu anggapan/pandangan yang langsung maupun tidak, di antara dengan teoTi-teori asing. Dengan
"Sarat", tanpa cuku p memperhi- ada dalam suatu konteks sosial- dua gejala terurai terdahulu: ada- demikian, kaitan langsung dari
tungkan koriteks sosial-historis ba- historis tertentu. Sukan suatu nya dominasi pandangan Univer- dua gejala pemahaman dan studi
hasa yang dijadikan obyek bahas- gam ba ran "obyektif" tentang rea- salis tentang bahasa di satu pihak, tentang kebahasaan itu dapat di-
an. Suda h ada, walau belum ba- lita apa adanya. Itu tetap anggap- dan langkanya minat/perhatian maklumi.
nyak, karya·karya ilmiah yang me· an/pandangan kita, yang tidak de- (apalagi hasil) studi dan publikasi
Kaitan yang tidak langsung
nyinggung beberapa keping bagian ngan sendirinya juga dimiliki oleh tentang pandangan "pribumi"
dari kedua gejala tersebut di atas
dari pandangan masyarakat "pri- segala masyarakat dari segala ja- yang me ndasar tentang "bahasa".
dapat dipahami sebagai gejala
bumi" kita tentang bahasa.6) Te- man. Sedikit atau banyak kita me- Menjelaskan kaitan yang langsung
"penjajahan" secara ideolOgis.
tapi karya·karya ilmiah demikian un iversa 1- kan "bahasa" sebaga i itu tidaklah sesulit menjelaskan
Suatu pemahaman atau ilmu pe-
tidak secara khusus mengkaji seja- suatu pengertlan kategoris. Apa kaitan-kaitan yang kurang lang-
ngetahuan, seperti yang sering
rah pertumbuhan pandangan men- yang saya maksudkan atau harap· sung. Seperti telah disebutkan di
diucapkan Romo V.S. Mangunwi-
dasar tentang bahasa secara men- kan dengan studi ten tang sejarah atas, salah satu ciri me non}"o 1 dari
jaya dalam ceramah-ceramahnya,
dalam dan komprehensif, dan/atau pan dangan "pribum i" tentang pandangan Universalis atas bahasa merupakan suatu kekuatan atau
memang tidak dimaksudkan demi- "bahasa" hendaknya dipahami da- ialah keyakinannya pada sifat kekuasaan. Romo Y.S. Mangun-
kian oleh penulisnya. lam kerangka pemikiran demikian. "un iversal " hakeka t/ka idah/fu ng- wijaya biasanya menekankan pe-
si bahasa. Sehingga, tidaklah ngertian kekuatan atau kekuasaan
Mungkin kita memang tidak Kita dapat-dapat saja (dengan se- mengherankan jika mayoritas pen-
dapat mengharap bisa menemukan jumlah cacat yang tak terhindar- sebagaL sumber daya yang dapat
seperangkat rumusan teoritis yang kan) mencoba memahami kenya- dimanfaatkan pemilik pengetahu-
dapat 1ianggap sebagai pernyata- taan "pribumi" masa lalu dengan 8) Orang "Barat" dapat·dapat saja, an. Dalam uraian ini kita perlu
an otentik, komprehensif, dan menggunakan kerangka pengertian
jika mcmang berhasrat. mempelajari lenses ' mem~haminya dari sisi yang lain
dalam bahasa Indonesia misalnya, walau juga.Pengetahuan juga dapat men-
mendasar tentang "bahasa" di ka· kategoris "modern" (biar pun dari kila semua tahu betapa kecilnya manfaat
langa n masyaraka t ' 'pribu m i' , . "Sarat") demi kepentingan kita studi demikian. karena fellse.; lidak uni· jadi kekuasaan yang justru me-
Maksud saya, bukannya teori milik masa ini asal kita sadar akan ba· versal. dan tidak terdapat da lam bahasa rongrong kepentingan dan kese-
masyarakat "pribumi" itu telah tas-batas hasil atau manfaat studi Indonesia. Tapi kita boleh mengharapkan jahteraan si pemilik pengetahuan
manfaat yang cUkup besar dari usaha·usaha itu. Dominasi pandangan Univer-
terhilang atau musnah ditelan ja· seperti mempelajari pandangan .. prlbumi"
man. Tetapi hal itu memang tidak Asia Tcnggara tentang "masa lampau".
salis mengenai bahasa juga harus
pernah ada, dan tidak mereka "historiografi" ala u "scjarah" yang per- dipahami sebagai dominasi atas
7) Dengan demikian. saya tidak seja· pandangan hidup dan praktek ke-
usahakan supaya ada. Sebab "ke- nah dihimpunoleh Anthony Reid dan David
lan·pikir dengan Professor S. Wojowasito
nyataan~' yang (dengan "bahasa") (1965:7-8) yang merasa bisa menguraikan
Marr ( 1979). Alau usaha mcmpelajari hidupan secara material. Williams
"konscp" Jawa lentang "power" seperti (1977:21) membuka uraiannya ten-
kita sebut sebagai "bahasa" me- dan membandingkan sejumlah pengertian
yang pcrnah ditulis Benedict R. Anderson
rupakan suatu pengertian katego- "bahasa" dalam berbagai bahasa di ber·
(i972). walau masyarakat Jawa mungkin ti· tang "bahasa" dengan kalimat ta-
bagai tcmpal dan jaman (Indonesia. Belan· jam "A definition of language is
ris yang tidak universal. Tegasnya dak memiliki pengertian "pribumi" baik
da. Inggris, Perancis, Jerman. Jepang.
tenlang "konsep" maupun "power" se- always, implicitly or explicitly, Q
Arab. dan Sansekerta). Tetapi saya dapat
pert i dalampengertian bah asa yang dipakai definition of human beings in the
menerima perbandingan semacam itu da·
6) Untuk sckcdar mcmbcrikan contoh, Anderson. Sebagai cendekiawan yang ber-
lam tingkatljenis pengertian lain (seperti
pandangan luas, Anderson memahami hal world". Secara sederhana, kita
d apat diseb ul kan. misa Inya saja. tulisan· yang akan saya jelaskan d i sin i). dan asa I
lulisan Benedict R. Anderson (1966. 1982) ilu dan memberikan catatan·kaki (nomor 7) dapat mengatakan bahwa me-uni-
balas· balas pengert ian demikian d ijelaskan
dan Alton L. Becker (I974. 1979. 19112). secara ekspl isit.
yangpanjang-Iebar tentangnya. Lihat juga versal-kan suatu pandangan atas
tulisan Goenawan Mohamad (1985). bahasa dari "Sarat" merupakan
10
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> 11

tindakan me m" Bara t "kan dun ia rangsang usahapengkajian kem- itu rupanya masih tetap banyak salah satu buku "ilmiah" terbaru
(atau universe), dan mengingkari bali teori-teori mendasar yang se- dipakai oleh sebagian kaum terpe- tentang ilmu bahasa di IndoneSia,
kenyataan-kenyataan yang tidak dang mereka pakai dan sedang lajar kita sebagai sesuatu yang se- pandangan Universalis mengenai
coeok dengan pandangan itu seba- mapan dalam pranata sosial kita akan-akan bersifat universal. hal itu masih dikukuhkan. Gorys
gai sesuatu yang "salah" atau selama ini. Tidak jarang penemuan Sutan Takdir Alisjahbana Keraf (1984 33) menyatakan:
bahkan seakan - akan tid a k demikian hanya dipahami sebagai (1959:65-66) mau pun S_ Wojawa- "Tiap bahasa di dunia memiliki ci-
"ada" _9) Dengan rumusannya "perkeeualian" yang aneh, "ke- ri-ciri kesemestaan (universal) ter-
sito (1965:36-37) sudah eukup lama
sendiri Becker (1984:145) menje- lainan", disingkirkan dan diang- memperingatkan ke-tidak-univer- tentu", dan salah satu ciri yang
laskan hal tersebut lewat kata-ka- gap tidak ada, atau dkocok-eoeok- sal-an pembagian jenis-jenis kata disebutkannya: "Tiap bahasa di
ta: "One of the most subtle forces an supaya pas dengan kerangka demikian itu. Pembagian jenis-kata dunia memiliki kelas - kelas kata
of colonialism, ancient or modern, pandangan dan rumusan teoritis tertentu, yaitu kata benda, kata
itu tidak dapat diterapkan seeara
is the undermining of not just the yang sedang mapan. Empat eontoh kerja, kata sifat, kata ganti orang,
memuaskan, menurut mereka ber-
substance but the framework of berikut barangkali dapat memper- dan kat a bila ngan" .
dua, baik untuk bahasa-bahasa di
someone's learning", Dan karena jelas apa yang saya maksudkan. Eropah sendiri, apalagi untuk ba-
kek ua ta n/ke ku asaan pe nj aja han Keempat eontoh ini bukan pene- Bagaimana para ahli bahasa
hasa Indonesia yang mempunyai kita menghadapi problema terse-
tersebut sangat "halus" (subtle, muan baru, dan bukannya tidak jarak kesejarahan lebih besar dari-
dalam kutipan pernyataan Becker but, merupakan suatu pokOk-'ba-
pernah dipermasalahkan orang. pada sesama bahasa-bahasa di
di atas) , usaha untuk melawannya hasan tersendiri yang menarik.
Tapi keempatnya tetap aktual un- Eropah. Tapi kedua penulis Indo-
tidak akan pernah mudah. Berikut ini akan saya petik bebera-
tuk disajikan kembali di sini, ka- nesia itu juga rnengakui merajale- pa eont\)h·dari sumber aeuan yang
rena nampaknya belum banyak di- lanya penerapan pembagi~n jenis
ltulah sebabnya, walau bebera- telah s'aya kemukakan di atas.
persoal kan seeara mendasar. kata yang berasal dari konteks 50-
pa kenyataan kebahasan dalam Harimurti (1982:88) menilai pem-
sial- historis "as ing" bagi bahasa bagian kata dalam Bahasa Indo-
masyarakat kita mungkin telah se- CONTOH-CONTOH Indonesia tersebut. Bahkan hingga
ring ditemui para pengamat flmu nesia seperti yang lazim telah klta
Contoh pertama dapat diangkat dekade ini kemapanan merajalela. kenai itu sebagai "bukannya me-
bahasa sebagai hal-hal yang tidak nya penerapan pembagian jenis-
coeok dengan teori-teori yang me- dari masalah lama yang menyang- nunjukkan kemajuan dalam pe-
kut penggolongan kategoris atas kata itu rupanya masih tak banyak nyelidikan bahasa, melainkan ke-
reka pelajari dari negeri asing, pe- tergoyahkan, seperti yang dikeluh-
nemuan tersebut tidak cukup me- kata-kata menurut "jenis-kata"- mund uran lebih dari 2000 tahun r '
nya. Penggolongan yang konon di- kan Harimurti (1982:87) sebagai
Ia menegaskan "tugas seorang
anggap dirumuskan pertama kali- praktek pandangan "kuno" yang
ahli tata bahasa untuk menemukan
'l) Tul i,a n George Quinn (I '11l3) mem- nya oleh Aristoteles(384-322SM)10) dianggap bersifat "universal" oleh
pola-pola yang ada dalam bahasa
bcrikan ilustra,i ya ng sangat bagus. [3 mc- khalayak terpelajar, sehingga ter-
nunj uk ka n d ua hal. Di saW pihak, terdopat Indonesia dan menemukan istilah,
jadi "pemaksaan" pada studi ke- klasifikasi dan kategori yang tepat
kccendcrtillga 11 d i kalangan para pengamat
bohasa dan' ,astra J a wa seakan-akan baha- HJ) Sal ah satu tokoh perintis il m u baha- nyataan kebahasaan di Indonesia bagi Bahasa Indonesia". Tapi da-
sa dan sa -"tra J a wa sudah sekarat ata u sa di Indonesia, Sutan Takdir Alisjahbana yang tidak coeok dengan rumusan lam buku yang sarna ia belum me-
hahkan mali. Di pihak lain, ia menunjukkan (1 '159: (5) mencatat .. Dalam membeda-be- teoritis tersebut.11) Bahkan dalam
hctapa hcbatnya perkembangan bahas~ d~n dakan kala-kala bahasa Indonesia sekarang nunjukkan usaha yang diresepkan-
sastra .J a wa (minim al -"ceara kuantltatlfl umumnva orang mengikuti pembagian nya sendiri itu. Wojawasito (1965)
pada masa ini yang lidak tcrta~ding~. olch Arislot~lcs. jail u sepuluh djenis kala2" tepa!. Aristoleles membagi kata-kala Yuna- mengemukakan problema atau ke-
iaman-jaman scbelumnya. Hal 1m dlJelas- Pernvataan ini disanggah oleh Woiowasito ni Kuno menjadi 3 ienis .... ". Tapi menurut keliruan serupa tanpa banyak me-
'k an 01 c h Qu inn sc bagai akibat mcrajale Ia- (1965: 36-37) yang men unj ukkan bahwa Peter H. Salus (1969:3) Platolah yan g dia-
Aristolelcs merumuskan tiga "jenis-kata". kui banyak orang sebagai orang pertama
ngemukakan pandangan alternatif-
n \'0 sua tu kek uatan idcologis dala m kehi-
d~pan susial kita pada umumnya, dan da- yang kcmudian dikembangkan lebi? .lanjut yang membeda-bedakan "kata benda" dan nya. Yus Badudu (1982:115) meng-
lam kcgiatan ilmiah pada khususnya. Tu- oleh berbagai p ihak dari bcrbagal Jaman "kala keria". amati persoalan "jenis-kata" itu
lisn va: ., ViI 31 il v in cont cmpmary Java nese dalum jumlah dan dcngan nama "jenis-ka-
'~'ri (ing docs n','t tlt into 'reality' as it is la" yang berbeda-beda. Kritik serupa di-
\onta-rkan olch Harimurti (1982 :87-88): "Se- 11) Tetapi kuranglah tepat aiau adil, god jen is-kala itu sejak Alisjahbana menu-
constructed in Ihe ideologies of this state;
lulu dinvatakan orang, bahwa Aristoteleslah jika Harimurti (1 '182:86) menil~i orang se- lis buku Talabahasa Baro Bahasa Indonesia
therefore it is simply not seen, or. if it is
pcrti S. Takdir Alisjahbana hdak mema- di tahun 1950an. sebagaimana telah saya
~ccn, it is perceived as a I hrea\." {Quinn. ya ng m~mbuat pcmbagian, jen i,s-k~t~ s~ba­
n ~a k 10 jen is. Sc(a ra h tstOrlS 1m \ldak hami "kckeliruan" me-universal-kan kale- bahas di alas,
1'lH.'l:35J,
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
12 13

secara kurang mendasar, dan me- mengkaji secara kritis dan menda- atau "kata keadaan". Perdebatan- orang lebih banjak memaleai kalimal alelif
nilai persoalan itu hanya sebagai sar atau radikal. pokok-pokok pi- perdebatan tentang hal itu masih oleh pengaruh bahasa2 Bara! dan perubah-
pada tingkat "substance", belum an jang berlaku pada pribadi Bangsa indo-
persoalan "bersimpang -siurnya kiran teoritis yang kini sedang nesia. Telapi dalam surat2 djabalan jang
peristilahan" untuk setiap jenis- mapan menghasilkan gejala-gejala pada "framework" seperti yang tiada mengemukakan orang jang menulis-
kata.12) Yus Badudu dan S.Takdir "tambal-sulam" atau pengukuhan disebutkan Becker dalam kutipan nja, masih terkemuka benluk kalakerdja
Alisjahbana menyinggung - nying- apa yang telah mapan itu. Masih di atas. yang pasif." 14)
gung "logika" dalam menanggapi segar dalam ingatan saya bagai-
Contoh kedua sehubungan de-
persoalan tersebut. Menurut Yus mana seorang dosen di Indonesia Tentang kategori pasif!aktif
ngan pemilahan kategoris "kalimat
Badudu (1982:118) ke~ulitan meng- menj elaskan "su Ii t" nya (bukan
aktif" dan "kalimat pasif' ,. Per- itu, seperti juga teniang kategori
golong-golongkan kata menurut je- "mustahil" atau "sia-sia"nya) jenis kata, Harimurti(1982:86) ha-
soalan ini tidak baru, tetapi nam-
nisnya dengan cara yang dipakai menentukan jenis-kata untuk kata nya memberikan tanggapan selin-
paknya belum cukup digarap se-
St.Muh Zain ialah karena "dalam "tidur" atau "mati" dalam kali- tas. Menurutnya, hal itu hanyalah
mat yang sederhana seperti "Dia cara mendasar pula. Kita telah se- penerapan (membabi-buta) model
bahasa sering kita 'jumpai gejala- ring mendengar pendapat bahwa
gejala tak logis". Seakan-akan "10- tidur" atau,TDia mati"-:'kata kerja yang ada di dalam Bahasa Belanda
dalam bahasa Indonesia banyak
gika" yang datang dari suatu ba- ataukah kata keadaan?13) Karena kepada Bahasa Indonesia. Biarpun
digunakan kalimat pasif, sedang-
gian sejarah sosial "Barat" itu kategori jenis kata dianggap pasti tanggapannya pendek, Harimurti
kan dalam bahasa Inggris banyak
bersifat universal. Kenyataan "pri- atau harus ada pada setiap bahasa digunakan kalimat aktif. Seakan- memberikan ilustrasi yang mena-
bumi" yang tidak cocok dengan- (universal), maka bukannya dasar- akan pemilahan kategoris aktif!pa- rik: "Kalimat 'anjing kupukul' di-
nya dianggap sebagai suatu kela- dasar anggapan itu yang digugat sif demikian berlaku universal. katakan kalimat pasif karena ter-
inan, penyimpangan, atau kekeli- sang dosen. Ia ber'usaha menemu- jemahannya dalam Bahasa Belan-
ruan (walau kelainan, penyimpang- kan alasan dan penjelasan yang Dari perbandingan kedua bahasa da ..... adalah kalimat dengan kata
an, atau kekeliruan itu telah diakui dianggap paling baik dan benar tersebut, bukannya timbul suatu kerja pas if" . lIustrasi itu menarik,
keberadaannya dan dianggap sah). agar bisa mencocok-cocokkan ke- perdebatan yang meriah tentan'g karenabanyak di antara kaum ter-
Na mpaknya masyarakat "pribumi" nyataan dalam bahasa Indonesia sejauh mana perbandingan (dalam pelajar mutakhir kita yang mung-
tidak diharapkan memiliki sejenis itu pada rumusan teoritis yang su- "framework") demikian dapat di- kin masih tetap memahami kalimat
"Iogika" tersendiri. S, Takdir Ali- dah mapan dan dianggap tidak benarkan, Yang muncul ialah se· "Anjing kupukul" itu sebagai "ka-
sjahbana (1959:66) menilai apa bisa keliru, Ia mencari suatu ja- jumlah usaha dan perdebatan ten- limat pasif' , walau mereka tak
yang tidak "Iogis" itu se bagai ciri waban yang sebaik-baiknya dan tang ("substance") mana yang di- mengenal (terjemahannya dalam)
dari pikir an r akyat jelata yang "10- setepat-tepatnya untuk pertanyaan sebut "kalimat pasif!aktif" dan/ Bahasa Belanda. Terpelajar muta-
gikanya tidak seluruh dan setajam yang tidak dikaji secara kritis dan atau mengapa terjadi perbedaan di khir kita lebih akrab pada bahasa
logika ahli ilmu" (ala "Barat"). mendasar. Yus Badudu (1982:116- antara kedua bahasa demikian. Inggris daripada Belanda. Terje-
119) merekam sejumlah perdebat- mahan yang lasim untuk kalimat
Langkanya, atau bahkan mung- an tentang pokok yang sarna dan S. Takdir Alisjahbana (1959:33·
kin belum adanya usaha studi ten- seperti itu dalam Bahasa Inggris
mengajukan pendapatnya sendiri. 34) dan Yus Badudu (1980:104- justru berbentuk (ber-voice) "kali-
tang bahasa yang dengan berani 110) menguraikan pendapat ma-
Semua pendapat·pendapat itu, ter- mat aktif". Apakah dengan demi-
sing-masing mengenai bagaimana
masuk pendapat Yus Badudu sen-
membentuk "kalimat pasif" dalam
12) Men urut pengakuan nya sendiri ia diri, masih tidak beranjak dari pi- bahasa Indonesia secara baik/be- . 14) Menurul Drs. Binloro MA, penaf-
"sengaja" tidak membicarakan "pembagi. lihan kemungkinan jawaban yang nar. Alisjahbana (1959:31-32) juga Sifan dan perdebalan penafsiran semacam
an kata bahasa Indonesia men urut jenisnya, telah mapan: "kata, kerja" danl ini sudah kurang diminati para ahli mula.
karena buku ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan penafsirannya menga- kh ir. Tetapi sekilar sepuluh tab un yang la-
mengupas persoalan yang masih dipertikai· pa orang Indonesia suka memakai lu, saya dan sejumlah mabasiswa sekuliah
kan itu". Alasan nya, buku itu merupakan 13) Pertanyaan "sulit" semacam ilu "kalimat pas if": pernah diminta membaca tulisan Gloria
"pendahuluan pembicaraan". Persoalan- barangka!i lidak ada daJam ana!isa babasa Soepomo tenlang seluk·beJuk terjemahan.
nya, Justru pada tahap "f".'i,dahuluan" ilu- Inggris yang mempunyai hlimat He/She Dalam lulisan ilU, penulisnya juga mencoba
lah seorang terpelajar -;c!lle5Iinya mema· .. Agaknja bal ini berh ubungan dengan ke. memberikan penjelasan mengapa lerdapat
is/was asleep (predikatnya kala' keadaan) adaaan masjarakal Indonesia lama jang Ii.
hami persoalan-persoalan yang sangat men· dan He/She .sleeps/slept (predikalnya kala banyak "kalimal pasir' dalam bahasa in-
dasar karena hal ilu menclltukan cara dan dak mengemukakan orang tetapi perbuat· donesia. Sayang, tulisan yang menarik ilu
kcrja), atau He/She is/was dead dlH1 He/ an. Dalam bahasa Indonesia sekarang
presta 5i kerja Ianjutannya. She dies/died, tidak berhasil saya teml1kan kembali.
14 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> 15

kian kaum terpelajar kita dikuasai ungkapan pasif, walau ia mernper- Dick Hartok"O; dengan' penuh ke- sebab -musababnya .17) Misalnya
oleh rasionalisasi versi lain yang ingatkan bahaya yang besar jika yakinan menegaskan suatu perbe- dengan mekarnya populeritaspa-
menuju pada hasil serupa karena orang menganggap kategori "pa- daan orientasi nHai sosial dalam sangan kata-kata seperti warta-
the dog is/was beaten by me me- sif" itu merupakan "kenyataan" masyarakat Indonesia dan masya- wan/wartawati, sastrawan/sastra-
rupakan kalimat yang jelek/salah, yang' 'universal". rakat . berbahasa Inggris. Menurut watL mahasiswa / mahasiswi dan
maka kalimat pasif "Anjing dipu- RamO Dick, dibandingkan dengan sederet contoh-contoh lain, Istilah
kul oleh saya" dianggap sebagai Ke tidak -uni versalan kategori masyarakat berbahasa Inggris ma- "pemuda" yang nampaknya cukup
kalimat pasif yang jelek/salah? kalimat pasif/aktif itu tampak se- syarakat ki'ta lebih mementingkan menyolok semula berarti "orang
makin gamblang jika hendak dite- tingkat usia seseorang, 'sedang muda" (tak perduli jenis kelamin-
Walau sudah menemukan contoh- rapkan untuk menjelaskan kalimat- masyarakat berbahasa Inggris le- nya) kini telah dibedakan dari is-
contoh konkrit penggunaan kata kalimat dalam Bahasa Tagalog. bih mementingkan jenis kelamin tilah yang baru belakangan diben-
kerja dengan awalan di- untuk Apa yang disebut voice (pasif/ak- tuk: "pemudi" .18)
membentuk "kalimat pasif" de- seseorang. Perbedaan itu, menu-
tif) dalam bahasa Inggris akan sa- rutnya, terungkap pada berbedaan
ngan obyek pelaku orang pertama, ngat tidak memuaskan jika dipakai Sebelum kita membahas contoh
S. Takdir Alisjahbana (1959:33) kategori verbal untuk menyatakan ke empat,sebuah catatan kecil per-
untuk menjelaskan kalimat-kalimat jenis-jenis saudara sekandung di
menilai bentuk pemakaian seperti dalam Bahasa Tagalog. Teresita V. lu disisipkan di sin!: Dari contoh
itu "tak boleh dipakai". Dari ilus- kedua bahasa/ masyarakat itu:
Ramos dan Videa de Guzman ad ik/kakak dan brother! sister. yang terdahulu kita dapat menga-
trasi tersebut nampaklah sikap (1971) menggunakan istllah focus
normatlf menilai kaidah berbahasa untuk menjelaskan lima (bukan Pentingnya gender dalam bahasa 17) Saya yakin pendapat Anton M.
di atas gejala umum kegiatan ber- Inggris itu ditunjukkan lebih jauh
dua, seperti voice dalam bahasa Moeliono (1984: 112) benar bahwa gejaJa ini
bahasa; kegiatan berbahasa yang Inggris) macam kalimat Bahasa lagi oleh Romo Dick pada kategori "baru" dan timbul sebagai akibat '''penga-
nyata diharuskan tunduk pada kai- Tagalog, yang bercirikan lima ra- kata ganti orang ketiga tungga1: ruh bahasa Barat modem", walau pada
dah berbahasa, sekalipun kaidah masa lampau sudah ada bibit-bibit atau po-
gam kata kerja, sesuai dengan li- he/his/him dan she/her/her yang tensi untuk gejala demikian. Menurut An·
itu bersumber dari masyarakat dan ma ragam focus: actor, goal, lo- tidak terdapat padanannya di In- ton M. Moeliono: "mula-mula bahasa Me·
sejarah asing.15) cative, benefactive, dan instrumen- dones ia : (d) ia! nya .16) layu memungut kata Sansekerta dan Jawa
tal. Jika voice dalam Bahasa Ing- K uno ,~cpcrti kata pili fa dan Piltri scrt a de-
Becker (1984:142) bisa meneri- gris hendak dijelaskan dengan ke-
wa dan dewi. Berabad·abad kedua pasang
rna manfaat menjelaskan suatu Waktu itu, ceramah Romo Dick kata itu ... dianggap .... berbeda", Kasus ini
rangka focus ala Bahasa Tagalog, yang secara tak langsung sudah langka. Itu sebabnya, saya kira, para poe-
ungkapan bahasa Burma sebagai maka dapat dikatakan Bahasa Ing- tra-poetri Indonesia pada tahun 1928 me-
menuding ketidak-universalan sis-
gris hanya mempunyai dua ragam tern bahasa cukup meyakinkan ha- nyatakan Soempah Pernoeda, bukan Soem-
pah Pemoeda·Pemoedi.
focus, yakni actor (active-voice) dirin yang mendengarkannya. Tapi
15) Ada contoh serupa yang berasal
dari masa mutakhir. Yus Badudu (1980: 108-
dan goal (passive-voice). Seandar- sekarang, entahlah, apakah Romo 18) Apakah gejala ini layak dikaitkan
110) mcnilai kalimal "pasif" yang kala ker· nya sejarah dunia penjajahan masa itu masih tetap rnempertahankan dengan pertumbuhan kesadaran "feminis-
janya disertail didah ul u i kata· kata seperti lalu terbalik, dan seandainya ma- pendapatnya tanpa revisi sedikit me" di kalangan kaum terpelajar mutakhir
"suka. ingin. mau. senang, berhasiJ" (mi- syarakat Tagalog menjadi salah kita (yang berbarengan dengan proses pan·
pun. Sejak mendengar ceramah jang sejarah westemisasi dalam berbagai
salnya contoh yang dikemukakannya "Pen- satu bangsa penjajah terkuat di
copet it u bcrh asil dibek uk oleh polisi") se·
Romo itu, saya menyaksikan gen- bidang kehidupan sosia1)? Kalau ya, ba-
bagai blimat yang "raneu", "kacau", dan
dunia, barangkali focus ala Taga· carnya proses genderisas! dalam gaimana kaitan itu harus dijelaskan? Mem-
"tidak logis". Penilaian d~mikian dilontar· Jog dianggap banyak bangsa-bang- bahasa Indonesia, entah apa pun bentuk dan mempopulerkan istilah-istHah
kan, walau ia sadar kalimat-kalimat serna· sa bekas terjajah sebagai kategori baru bergendeT perempuan tidak dengan
cam itu telah menjadi bagian berbahasa sendirinya berarti "pernbelaan" bagi kaum
yang universal. Siapa tahu? wartawati. sastrawati, mahasiswi atau pe-
".ang lasim dalam masyarakat kita, dan
walau pada kesempatan lain ia rnengakui 16) Masyarakat berbahasa lnggris rna· mudi. Hal itu juga berarti pengukuhar. ber-
Contoh ketiga saya angkat dari sih knrang Render·minded dibandingkan gesemya makna kata-kata tertentll yang
keabsah an ses uatu yang "tak log is" dalarn
berbahasa (Badudu, 1982: 118), Perdebatan persoalan yang berhubungan de- dengan masyarakat-masyarakat berbahasa semula netral dari diskriminasi seksual kini
tentang yang logis dan tak logis dalarn ba· ngan apa yang disebut gender da- lain di Eropah: sampai-sampai benda·benda rnenjadi rnonopoli kaum pria saja. Seorang
hasa sudah berusia lua di Eropah, selidak- mati juga diberi gender, Marcus T. Varro perernpuan sernakin lama semakin tidak bi·
lam Bahasa Inggris. Lebih dari sa rnenjadi wartawan, sastrawan, mahasis-
lidaknya sudah ada sejak 400 tahun SM (116SM) mengusulkan nama yang berbeda-
sepuluh tahun yang lalu, dalam beda untuk binatang yang berbeda jenis wa, atau pemuda. Semua ini sekarang rno-
dan berl angs ung 1000 tahun berikutnya
(Salus, 1969:3). suatu ceramah di Salatiga, Romo kelamin (SalUS, 1969:6). nopoli kaum berpenis.
16 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> 17

mati adanya hubungan timbal ba- keempat berlkut, 1m mengenai "Barat" nama keluarga, menjadi hukum "yang kuat menang, yang
lik di antara pemahaman tentang fungsidan sistematika penamaan nama kehormatan. Nama' itu di- lemah kalah". Orang-orang Indo-
bahasa dan praktek berbahasa' da- orang. Ada perbedaan besar dalam ainbil dari "nama belakang" ayah, nesia, khususnya yang hanya
lam kegiatan nyata. Pemahaman hal fungsi dan sistematika pena- bukan ibu, sebab dan/atau se- mempunyai satu kata walau pan-
tentang bahasa tidak hanya ber- maan orang di an tara masyarakat hingga lelaki lebih dihormati dari- jang untuk namanya seringkali
sumber dan sepenuhnya ditel1tu- berbahasa Inggris (atau "Barat" pada perempuan. Orang yang Ii- mengalami kesulitan administratif
kan oleh kenyataan "obyektif" pada umumnya) dan sebagian Ii- dak mempunyai "nama bela- dalam pelayanan umum tata k6- -
praktek kegiatan berbahasa. Pe- dak kecil warga masyarakat kita. kang", atau yang nama-belakang- munikasi internasional yang for-
mahaman juga bisa ikut menentu- Perbedaan itu makin lama makin nya tidak jelas keabsahannya, di- mal. Mereka sering dihadapkan
kan praktek kegiatan. Pemahaman mengecil. Terjadilah proses ho- anggap sebagai orang yang tidak/ pada kesulitan memenuhi tuntut8n
yang menganggap sistem bahasa mogenisasi berwarna "Barat". kurang terhormat. Seakan-akan se- kertas formulir atau mesin kom-
sebagai sesuatu yang "universal" Proses itu berjalan perlahan-Iahan, bagai anak-jadah yang tidak jelas puter yang hanya mau (atau bisa)
tidak dengan sendirinya bersum- tetapi cukup mantap. siapa ayahnya, walau jelas siapa melayani jasa jika diberi data first
ber dari kenyataan "obyektif" Oalam kebanyakan masyarakat ibunya. Seorang John Smith di- name dan last name orang yang
adanya sistem bahasa yang "uni- berbahasa Inggris atau "Barat" panggil "Mr. Smith" dalam per- bersangkutan secara lengkap.19)
versal' '. Oalam contoh-con-toh di pada umumnya dikenal pemakaian cakapan yang menghormatinya, Sehubungan dengan hal-hal di
atas kita menyaksikan pemahaman dua alau lebih kala untuk nama biarpun menghormatinya secara atas, menarik untuk diamati me-
Universalis mendorong kegiatan orang. Kata pertama (kadang-ka- basa-basi. Oi Indonesia keadaan- ningkatnya kecenderungan di an-
me-universal-kan kenyataan berba- dang yang berikutnya, lapi bukan nya tidaklah demikian. Orang yang tara beberapa anggola kelas me-
hasa agar sesuai dengan pema- yang terakhir) digunakan sebagai namanya hanya terdiri' dari satu nengah ke atas di Indonesia untuk
haman itu. Pembentukan dan pe- first name (nama depan) yang ber- kata' misalnya Soekarno dan Su- mengikuti pola dan sistematika
makaian kamus merupakan contoh f~ngsi besar dalam komunikasi in- harto . bukan berarti orang yang penamaan ala "Barat" jika ada
lain yang belum disebut-sebul di formal dan akrab. Kata yang pa- berasal dari keluarga tidak/kurang peluang. Peluang demikian terse-
alas lelapi juga memberikan ilus- ling belakang biasa disebut last terhormat. Seseorang yang, misal- dia, misalnya, lewat pranata sosial
trasi gamblang tentang pokok yang name (nama belakang) atau family nya saja, bernama Ariel Heryanto yang disebut "pernikahan". Se-
sama. Kamus pada mulanya (se- name (nama keluarga) dipakai se- akan lazirn dipanggil "Pak Ariel", sudah menikah, nama satu-satu-
cara ideal) dibenluk dari kenyataan bagai identifikasi seseorang dalam daripada "Pak Heryanto)', sebagai nya, atau kata terakhir dari nama
kala dan maknanya yang hidup kom u n ikasi formal. Seseorang panggilan yang mengh-ormat. Ka- sang suami diangkat menjadi "na-
dalam sualu konleks sosial-historis yang n a m a lengkapn ya "John rena itu di Indonesia, para John
Ie rten tu, Tet ap i setelah dibukukan Smith" misalnya akan sering di- Smith atau Nancy Smith sering di- 19) Saya pernah menikmati beberapa
dan disosialisasikan ,justru kehi- panggil "John" dalam komunikasi panggil "Mr. John" atau "Pak rerila, lenlang kesulitan sejumlah orang
dupan berbahasa yang dinamis John" dan "Mrs/Miss/Ms. Nan- Indonesia, khususnya Jawa. unluk mem-
informal /akrab dan "Mr Smith" peroieh pelayanan pemesanan tiket pener-
oleh para pemHik aslinya sendiri dalam komunikasi formal. cy" atau "Ibu/Nona/Sdri. Nancy" bangan intemasional gara-gara orang yang
seringkali dilunlul memaluhi pa- sebagai panggilan menghormat. bersangkutan hanya mempunyai satu kala
tokan "kebenaran" bentuk dan Oi Indonesia terdapat banyak (wa· untuk namanya. Dr. Bambang Kaswanti
makna kala ala kamus. lau tidak semua) warga masyara- Pe rbedaan si slematl ka dan Purwa, linguis muda berotak cemerlang da-
kat yang tidak mempunyai "nama fungsi penamaan di anlara kedua ri Universitas Kalolik Alma Jaya, pernah
Hubungan dialektis tersebut ti- keluarga" atau "marga", terma- kelompok masyarakat itu tidak ba- berurusan dengan suatu jawalan pemerin-
nyak menimbulkan masalah jika tahan di Amerika Serikat gara· gara ia ditu·
dak selalu berarti hubungan timbal suk mereka yang namanya terdiri duh melanggar hukum dengan memberikan
balik dari dua sumber kekuatan lebih dar! satu kata. Mereka bisa saja kita tidak memasuki jaman data idenlilas pribadi yang palsu. la pemah
sosial yang berimbang, tetapi se- mempunyai nama (di) belakang, yang memungkinkan dan sekaligus mengisi sejumlah formulir pada kurun
ringkali berarti perebutan kekua- tetapi itu bukan last name, atau- menuntut komunikasi internasional waktu yang berbeda-beda secara tidak kon-
berteknologi tinggi. Komunikasi sisten. Walau namanya terdiri dari tiga ka·
saan atau wewenang sosial atas pun family name. Tidak sedikit, tao ia mensa kata terakhir pada namanya
pembentukan dan pemakaian mak- termasuk kedua presiden dalam demikian sudah menjadi bagian bukanlah last name atau family name. dan
na serta nilai kebahasaan dari satu sejarah Republik Indonesia sejauh dari kehidupan sebagian kaum elit kala pertama pada namanya tidak secara
pihak oleh pihak yang lain. Hal ini, yang hanya memiliki satu kata Indonesia. Oalam tata komunikasi eklusif berfungsi sebagai panggilan infor-
untuk namanya, Oi masyarakat anlar bangsa demikian terjadilah, mal.
tersebut juga tampak pada conWlh
18 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> 19

rT)a keluarga". Nama itu dlbubuh- terdiri lebih dari satu kata hpmplr Pengertian populer istilah itu bia- Khusus dalam bahasan tentang
kan pada ekor nama' Istri dan selalu diperlakukan sebagai nama sanya menyama-ratakan watak/si~ bahasa di sini, saya udak bermak-
orang-orang "Barat", walaUl hal fat/dri segala manusia, tatasosial sud menilai sesuatu pasti negatif
anak-anak. Tentu saja kecende-
ini kadang-kadang memang tepat. dan btidaya yang sedang hidup hanya karena hal itu berasal di
rungan mutakhir ini tidak hanya
Kata terakhir pada nama itu cli- atau pernah berasal dari masyara- masyarakat-masyarakat yang lazim
atau terutama dimaksudkan seba-
anggap sebagal "nama keluarga", kat bermayoritas penduduk kulit disebut "Sarat". Kritik terhadap
gal siasat mendapatkan kemudah-
an atau menghindarl kesulltan da- atau nama formal, yang dipakai putih, terutama di Eropa Sarat pandangan mendasar te~tzmg ba-
dalam acuan dan daftar pustaka dan Amerika Serikat. Padahal da- hasa yang kini donlinan dt'Indone-
lam komunikasi internaslonal yang
hanya dinikmati oleh sebagian ke- acuan .. 21) lam masyarakat·masyarakat terse- sia dalam karangan ini, tidak di-
dl kaum ellt dl Indonesia. Kecen- but terdapat keaneka . ragaman dasarkan pada alasan bahwa pan-
derungan itu mungkln dapat di- yang cukup besar. Dengan sema- dangan dominan itu datang dari
kaltkan dengan gelombang Wes· BARAT DAN PRIBUMI kin gencarnya komunikasi interna- Barat. Kritik saya sendiri juga ber-
ternlsasl dan usaha meningkatkan sional pada masa ini, pemilahan asal dari pemikiran dari Barat.
gengsi berselera budaya "ting- Oi atas, telah beberapa kali di- kategori "Sarat" dan "Timur"
sebutkan istilah "Sarat" clengan secara kaku menjadi semakin ka- Kritik itu saya ajukan karena saya
gi"20) ~engikuti kelompok pandangan
tanda kutip (" "). Ada alasan daluwarsa.22) Tata dan gaya hi-
yang cukup penting, dan periu cli- dup serta orientasi nilai sosial·bu- Kontekstualis, sedangkan pandang-
Masih soal "nama keluarga"
jelaskan cli sin!. Embel·embel tan· daya yang berasal dari "Sarat" an yang dominan di Indonesia le-
ala "Barat" sebagai nama formal,
da-kutip itu barangkali dapat diku· kini sudah menjadi bagian kehi- bih dekat pada kategori kelompok
praktek Westernisasi (yang diang-
rangi pemakaiannya pada sisa ka- dupan sebagian warga masyarakat Universalis. Jadi pertentangan ke·
gap "universal") juga dapat dia-
rangan ini jika penjelasan tentang (elit) kita. Segitu pula sebaliknya, dua pandangan itu bukannya per-
mati dari kebiasaan membentuk
alasan pemakaian itu pada alinea- walau dalam Kadar kwalitas dan tentangan "Barat' ' versus "Ti-
petunjuk acuan dan daftar pustaka mur" atau "pribumi". Saya tidak
acuan di kalangan kaum i1muwan alinea di atas telah diberikan se- proporsi kwantita yang jauh lebih
perti di bawah ini. ked!. Penggunaan istilah "Sarat" sejalan-pikir dengan 1. Suharno
di Indonesia. Acuan pada nama serta sejumlah ahli bahasa lain
pengarang orang Indonesia yang dalam karangan ini terutama di-
Istilah "Barat" telah populer maksudkan sebagai apa yang se- yang merasa periu me"nirbarat"
dalam Bahasa Indonesia, dan po- dang/pernah daminan dalam kehi- kan ilmu bahasa di Indonesia bagi
20) Dalam suatu perkuHahan Antropo- puleritas itu memberikan manfaat dupan masyarakat-masyarakat ber· kepent!ngan bangsa Indonesia (Su-
logi Pedesaan Asia Tenggara (Universitas besar dalam komunlkasi kita. Te-
Michi.gan, USA). Professor Peter Gosling mayoritas penduduk kulit putih, harno, 1983b). Saya tidak yakin,
menymggung penurunan status sosiaJ wa-
tapi penggunaan istilah itu secara seperti misa!nya di Eropah Sarat, usaha mereka sendiri bisa "nirba-
nita modern-urban di beberapa wilayah populer juga sering menyesatkan. Amerika Serikat dan Australia, rat" .23)
A~i~ Tenggara dengan adanya praktek de·
mlklan. Pada masa lampau banyak istri
atau apa yang secara dominan per-
Asia Tenggara tetap mempertahankan na· nah kita ambil dari mereka, walau 23) Bandingkan dengan kecenderungan
manya sendiri. Dalam masyarakat Jawa ada 21) Memang tidak mudah bagi kita un· mungkin mereka juga pernah serupa di bidang Kesusasteraan Indonesia
juga kebiasaan merubah nama ayah dan tuk melawan kebiasaan ini, setidak-tidak· mengambilnya dari "Timur". mutakhir, seperti yang pernah ditafsirkan
ibu, setelah mereka beranak, dan nama nya karena beraneka ragamnya sistematika oleh Keith Foulcher (1978). Foulcher mem-
yang baru dipusatkan pada nama sang penamaan orang-orang di Indonesia. Seba- bahas keeenderungan beberapa sastrawan
anak. J ustru ke biasaan "Iradisional" yang gian mempunyai "nama keluarga" dan sc· Indonesia pada tahun J970an yang banyak
se~ikit demi sedikit mulai ditinggalkan di 22) Bahkan lebih dari setengah abad memperhatikan dan memasukkan hal-hal
bagian lagi tidak. Dalam karangan ini pe·
ASIa Tenggara, lermasuk Indonesia, ilu nyusunan aeuan saya bikin secara tidak se· yang lalu. kategori pemilahan demikian yang "tradisional" dalam karya mereka
mulai populer di kalangan pembela gerakan sudah ditolak oleh G. W.J. Drewes (1929) daTi perspektif "modern" (yang "Barat").
ragam. Nama orang·orang "Baral" dan
wanita d i "Baral". Semenlara kebiasaan ~,etika ,i.a membahas pengaruh peradaban Hal ini dibedakannya dari pengalaman para
orang Indonesia yang jelas mempunyai
"tradisional" di Bara! yang mulai diting· "nama keluarga" saya perlakukan sebagai Barat pada bahasa di kepulauan Hindia sastrawan Indonesia sebelum jaman perang
galkan orang·orang Barat itu diambil alih Belanda. Tulisnya: " .... one must abandon yang karya·karyanya juga berunsur-unsur
lasimnya penyusunan aeuan. Nama orang·
kaum "moderen" di Indonesia. Romo Y.B. the collective idea and r~turn to the indi- "tradisional", tapi tanpa dipi!ih dengan se·
orang Indonesia yang jelas memilih nama
Mangunwijaya, meramalkan bahwa para vidual details, from the whole to the com· ngaja alau disadari para sastrawan itu sen·
. depannya sebagai nama untuk diaeu (mi·
isteri "moderen" di Indonesia akan meng· ponent parts, in order to trace the action of diri. Sangatlah suEt, kata Ludwig Wittgens-
salnya Harimurti) dan mereka yang tidak
ikuti pola penamaan "moderen" di Barat t he penetrating forces in each separate tein (1980: 78), bagi seseorang yang telah
jelas punya "nama keluarga" saya aeu de·
yang juga sudah pernah menjadi "tradisi" ngan cara yang kurang lasim (tanpa memo sphere of life and 10 determine the results" mengetahui suatu hal untuk bertingkah se-
di Indonesia itu (Humaini, 1985). . (Drewes. 1929: 127). akan·akan ia belum mengetahui hal Itu.
balik urutan nama mereka).
20 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
21
Walau kategori pemilahan dua dijanjikan di awal tulisan inl,' di-
keionTpok besar pandangan atas tambah beberapa keterangan dari kan salah satu dari kedua pilihan tratione yang diterjemahkan· H.P.
bahasa itu produk darl Sarat, pan- S.WojOwaslto '(1965) dan Peter H. itu,tetapi pada "form", "essence", Cook dan dimuat dalam buku Pe-
dangan-pandangan atas bahasa Salus (1969). Yang sulit ialah atau "idea" yang metafisikal (Wil- ter H. Salus (1969: 4) :
yang "pribumi" di Indonesia bu- mengamati sejarah perkembangan liams, 1977:22). Pandangan Plato
Words spoken are symbols of signs of af-
kannya tidak dapat diperbanding- (khususnya pada kurun awal) se- ini, seperti ditegaskan Williams, fections or impressions of the soul: wn'tten
kan dengan pandang Kontekstualis jarah perkembangan pandangan menjadi landasan pemikiran kaum words are the signs of words spoken. As
yang berasal dari Barat. Dalam "pribumi" yang mendasar atas "idealis" pada rnasa-masa berikut- writing. so also is speech not the same for
tlnjauan berikut akan klta IIhat be- bahasa di Indonesia. Sebabnya te- nya, yang saya kelompokkan seba- aU races of men. But the mental affections
tapa dekatnya pandangan "pribu- lah disebutkan tadi: langka atau gal pandangan Universalis. themselves. of which these words are pri-
marily signs, are the same for the whole of
mi" dari sebagian warga masya- bahkan mungkin belum adanya ba- mankind, ....
rakat Nusantara dengan pandang- han-bahan studi yang memadai Williams tidak langsung mem-
an "Barat" dari kelompok Kon- ten tang in!. bandingkan pandangan Plato de-
ngan pandangan pemikir penda- Kalau kita mendapat kesan
tekstualis. Walau keduanya tidak bahwa Sokrates, Plato maupun
Menurut Williams, abad 18 hulunya. Sokrates (469-397 SM),
dapat dikatakan sarna persis, mo- Aristoteles sarna-sarna dapat dike-
merupakan kurun masa yang tera- maupun pemikir sesudahnya, Aris-
ga-moga sudah jelas dari uraian di Iompokkan pada kelompok pan-
mat penting dalam sejarah per- toteles (384-322 SM). Untuk me-
atas bahwa pandangan kelompok kernbangan pandangan mendasar dangan Universalis kita perlu
mahami pandangan Sokrates, para
Kontekstualis dari Barat itu dapat atas "bahasa" di Eropah. Sebelum ahli biasanya mengacu pada nas- memperhatikan apa yang diingat-
dikatakan memihak pada nilai dan abad .18 pemikiran yang dominan kah Cratylus. Menurut Wojowasito kan Peter H. Salus (1969:3) bahwa
kerangka pemikiran "pribumi". (di Eropah) menganggap "baha- (1965:31) Sokrates meyakini bahwa pada masa itu mereka hanya me-
Tegasnya, baik di Barat maupun di sa" dan "kenyataan" sebagai dua penamaan suatu benda "mula-mu- ngenal satu bahasa, yakni Bahasa
Indonesia dapat kita jumpai pan- hal yang saling terpisah. Sejak Yunani. Yang jelas, dari para to-
la harus sesuai dengan sifat-sifat
dangan - pandangan atas bahasa abad 18, pandangan demikian mu- daripada benda yang diberi nama koh pemikir klasik itu, belum kita
yang sedikit atau banyak mewakili lai dilawan secara mendasar. Ka- itu"; dengan kata lain, tidak ber- saksikan pendapat tentang kaitan
kedua kelompok besar tersebut. rena itulah, menurut Williams, se- sum be r dari sua tu "kon vensi ' , . yang tak terpisahkan di antara
Walaupun dernikian, perkembang- jumlah besar pemahaman filosOfis "kata" dan "benda" atau di an-
Tafsiran Wojowasito ini nampak-
an kedua kelompok besar pan- selama berabad-abad dikerahkan nya tidak setepat tafsiran Peter H. tara "bahasa" dan "ken yataan " .
dangan itu yang di Barat maupun untuk menjelaskan hubungan di Salus (1969:14) maupun A.G. Van
yang di Indonesia tidak boleh di- Jika Plato menganggap kaftan itu
antara "bahasa" dan "kenyata- Hamel (1972:25) bahwa Sokrates
anggap mempunyai seJarah yang hanya ada pada sumber inti kebe-
an" .24) Williams mencatat: upaya sebenarnya tidak memberikan
sarna ataupun terpisah sarna seka- naran yang berada di luar kehi-
terpenting Plato (429-348 SM) un- pandangan yang jelas atau pasti
Ii. Perbedaan dan kaitan mutakhir dupan manusia di dunia, Aristo-
tuk rnencari kaidah yang "benar" terhadap pilihan alam atau kon-
di antara sejarah sosial kedua teles menganggap "bahasa" tun-
dalam penamaan sesuatu; apakah vensi sebagai dasar kaidah pena-
pandangan di kedua kelornpok ma- duk atau ditentukan oleh "pikir-
hubungan "kata "d an "bend" a maan sesuatu secara "benar" .
syarakat tersebut patut mendapat- an" (Salus, 1969: 14).
bersumber dari alam atau konven-
kan perhatian kita, walau berikut si. Jawaban yang dipilih Plato bu- Tentang pemikiran-pemikiran 50-
ini hanya dapat diuraikan selintas- krates, Aristoteles (1958:122) ber- Pemikiran semacam itu di Era-
pintas. 24) Tetapi. menurut Williams (1977:22)
pendapat bahwa Sokrates terlalu pah mulai secara mendasar dila-
juga pada masa yang lebih lerdahulu (pra- menyibukkan diri dengan hal-hal wan oleh Johann Gotfried Herder
Untuk menengok sejarah per- Sokrates) pemah dikenal pemahaman atas etis dan mengabaikan tata alam (1744-1804) dan perlawanan itu
kembangan pandangan-pandangan kesatuan logos. yang memandang bahasa secara rnenyeluruh dalam upaya dikembangkan lebih lanjut oleh
terpenting atas bahasa di "Barat" menyatu dengan berbagai tata kehidupan mencari apa yang universal dalam William von Humboldt (1767 -
kita dapat memanfaatkan sejumlah alam daR dunia. dengan hukum·hukum
yang Maha Kuasa dan manusia dan dengan pe rsoalan -persoalan etis terse but. 1835). Sumbangan pemikiran ter-
hasil studi dan publikasi yang su- penalaran. Tetapi pandangan demikian te- Tapi Aristoteles sendiri juga bu- penting dari Herder dapat diper-
dah tersedia. Di sini saya akan lilh tenggdam dan dilupaltan banyak orang, kannya tidak berpandangan Uni- tentangkan dengan pendapat Ads-
memanfaatkan uraian Williams karena sebab-sebab yang tidak dijelaskan versalis, seperti yang dapat kita toteles. Seperti disebutkan sebe-
(1977:21-44) seperti yang pernah oleh Williams. amati dari tulisannya De lnterpe- Iumn ya, bag i Aristoteles "bahasa"
22 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
tergantung atau ditentukan oleh mu alam dengan penqekatan ana- mapan itu dalam kerja studi .me- Pada awal abad 20" pemikiran de-
"pikiran". Bagi Herder, "bahasa" litis dan empiris. Kemajuan .pemi- reka atas bahasa-bahasa . bangsa mikian menjadi menyolok· p"da
dan "pikiran" tidak dapat dipisah- kiran itu juga penting bagi pema- terjajah. Sehingga yang' muncul pemikiran Ferdinand de Saussure.
kan, bahwa "bahasa merupakan haman daya "kreatif" manusia. secara dominah ialah pandangan
bentuk maupun isi pemikiran ma- Ini penting dalam mengimbangi' "obyektifis", sebab para ahli itu Menurut Saussure, pada hakekat-
n usia" (Sa! us, 1969: 13-14). Karena kemajuan hukum - hukum sebab - merasa harus mempertanggung-ja- nya bahasa merupakan suatu sis-
itu Herder yang tidak percaya bah- akibat pada ilmu alam. Tetapi ke- wabkan ke-ilmiahan studi mereka tern (langue) yang stabil dan ot~
wa bahasa merupakan "pemberi- majuan pemikiran tentang bahasa mengenai "obyek" studi yang nom, sedang kegiatan berbahasa
an" (misalnya dari Tuhan) untuk itu juga senantiasa terancam oleh asing, berupa naskah-naskah kuno yang nyata (paroles) merupakan
manusia,25) juga tidak percaya kecenderungan menjadi pemikiran kegiatan "individual" pemakai ba-
kaum idealis yang mengunggul - yang mati dari khasanah tulis hasa. Tugas ahli bahasa, menurut
bahwa bahasa merupakan sema-
unggulkan "Kemanusiaan" dan bangsa terj ajah. Kalaupun para Saussure, ialah menjelaskan seja-
cam alat (misaJnya untuk mema-
"Kreatifitas" (dengan huruf-besar ahli itu pernah mencoba mempe- rah bahasa-bahasa di dunia, serta
hami atau menyatakan "pikiran"
K) sebagai induk atau inti hakiki lajari bahasa lisan yang hidup di memetakan silsilah dan garis ke-
atau "kenyataan") belaka bag'i
dari seluruh persoalim kehidupan kalangan bangsa terjajah, maka turunan mereka, agar dapat dipa-
man usia (WiJ Iiams, 1977 :24) . Pe-
sosi a I, yang d ipertentangkande- studi mereka harus dipahami seba- hami kaidah-kaidah universal yang
mikiran seperti itu dikembangkan gal kegiatan dalam kerangka hu-
lebih jauh oJeh von Humboldt de- ngan pemikiran materiallsme berlaku dan melahirkan ribuan ba-
bungan sosial di antara sang pene- hasa-bahasa di dunia (Salus, 1%9:
ngan menekankan sifat hakiki ba- "obyektif" (Williams, 1977: 24).
hasa, yakni tidak pernah statis. Sehingga pada abad 19 dan 20 kita Iiti (bangsa penjajah yang super) 3). Pikiran Saussure disambut ha-
Bagi von Humboldt, yang mungkin saksikan pemisahan tajam di an- dan pihak yang diteliti (bangsa ngat oleh para ahli bahasa pada
punya daya tarik khusus bagi kita, tara "kesenian" dan "i1mu" yang terjajah yang inferior). Dan peni- jamannya. Ini disebabkan karena
karena prestasi studinya tentang kurang menguntungkan. laian mereka didasarkan pada kai- para ahli itu memang sedang
bahasa Kawi di Jawa; "Language dah-kaidah bangsa penjajah yang mengharapkan tersedianya pan-
is not a work (ergon) but an activi- Kemajuan dalam pemahaman super itu. Bahasa-bahasa kaum dangan mendasar mengenai ilmu
ty (energeia)" (Humboldt, 1969 : atas hakekat dan fungsi "bahasa" terJajah seakan-akan tldak meml- bahasa "sebagai suatu ilmu oro--
184). pada abad 18 tersebut dihempas- tiki dinamika logika dan kehidupan nom" untuk "membenarkan ke-
kan oleh beberapa peristiwa pen- tersendiri atau yang lain dari mo- merdekaan i1mu bahasa" (Wojo-
Kemajuan pemikiran yang tidak ting dalam dinamika sejarah politik del yang dimiliki bangsa penjajah. wasito, 1965:217-218). Sebab me-
men ilai "bahasa" sekedar sebagai di Barat pada masa berkembang- reka merasa psikologi bahasa dan
"a lat" , tetapi kegiatan "konsti- nya penjajahan, sebagaimana dije- sosloJogi bahasa merupakan an-
tutif" seperti tersebut di atas di- laskan Williams (1977:25-28), dan Dengan demlkian pemahaman caman.
pandang Williams (1977:24) seba- akan saya ringkas berikut ini. atas bahasa sebagai suatu kegiatan
gai usaha penting untuk memaha- Yang kemudian menjadi dominan yang dlnamis dan konstltutij ter- Perkembangan pemikiran baha-
mi sifat "manusiawi" pada "ba- dalam studi tentang bahasa ialah tindlh. Sebagai gantinya, yang. sa yang tersebut paling belakang-
hasa". Ini penting dalam meng- Hmu pengetahuan empirisme yang menjadi jaya ialah studi dan pan- an ini nampaknya merupakan con-
hadapi majunya perkembangan iI· mengabaikan sejumlah kemajuan dangan atas bahasa (asing) seba- toh terbaik untuk mewakili kelom-
dalam pemikiran amat mendasar gai suatu sistem yang obyektif. pok besar pandangan Universalis
25) Herder bukanlah orang pertama di pada masa sebelumnya. Studi ten- yang terura! di atas. Pemikiran
Eropah yang menolak pandangan yang per· tang bahasa pada masa-masa lalu Bahasa dipelaJarl dalam kerangka yang sudah mempunyai bibit-bi-
nah mapan bahwa bahasa merupakan
di Eropah kebanyakan dikerjakan struktural dan intrinsik, atau (kai- b!tnya pada abad-abad sebelumnya
"anugerah" dari Tuhan. Menurut Williams dah-kaidah) dalam "bahasa" itu
(1977:23-24). Herder mengembangkan lebih dalam kerangka pemikiran studi itu nampaknya merupakan pemi-
lonjut pem ik iran seru pa dari Vico. Bahkan bahasa-bahasa klasik yang sudah sendirl. Bahasa yang hidup dalam kiran yang tertltama diserap kaum
Peter H. Salus (1969:3) berpendapat 50- mati. Penjajahan Barat memung- suatu konteks sosial yang dinamis terpelajar klta di Indonesia pada
krates sudah pernah mengajukan penolakan
kinkan tersedianya sejumlah data telah direduksi menjadi sekedar abad ini. Sementara pemikiran ai-
,erupa itu. Kala u bah asa diyakini tidak contoh-contoh dari sistem kaidah- ternatlf .terhadapnya mulal bangkit
berasal dari Tuhan. maka pada dasamya tentang bangsa-bangsa terjajah,
kaidah yang terletak di luar kehi- kembali dl Barat dan sudah, walau
pemikiran \tu secara potensial memandang maka para ahli bahasa menerap-
dupan bahasa yang dlnamis !tu. perlahan-lahan dan sedikit-sedlklt
ba h asa tidak bersi rat un iversa!. kan model pemikiran yang telah
24 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
25

dikenal di tanah air pada tahun-ta- kaum terpelajar kita ialah buku S. Hono (1982:8), berdasarkan "ang- taan-pernyataan lnl T1ampaknya
hun belakangan ini.26) Takdir Alisjahbana (1959) yang di- gapan bahwa pada hakikatnya ba- bertentangan dengan gagasan ba-
Pandangan bahwa bahasa "me- awali dengan "batasan bahasa" hasa itu wahana terpenting untuk hasa sebagai pembentuk (bukan
rupakan kurnia Tuhan yang dibe- sebagai "utjapan pikiran dan pe- mengungkapkan arti". Jadi sea- alat pengantar atau penyampai)
rikan kepada manusia" (Miska, rasaan manusia dengan teratur kan-akan "arti" sudah bisa ter- pikiran yang dijadikan judul tulis-
1985) ternyat<;l masih hidup di In- dengan memakai alat bunji". Da- bentuk tanpa bahasa dan bahasa annya.
donesia, walau mungkin tidak lagi lam batasan ini yang diliyatakan hanya sewaktu-waktu dibutuhkan
secara eksplisit sebagai "alat" Sewaktu diwawancarai Kompas
terlalu populer di kalangan kaum jika ada orang yang himdak
ialah "bunyi". Tetapi jika kita (1985a) belum lama ini, Harsya W.
terpelajar, dan tidak dengan sen- mengungkapkannya. Seakan - akan
amati lebih jauh uraian Alisjahba- Bachtiar menyatakan pemikirannya
dirinya dapat dianggap berasal "ken yataan" hadir terpisah dari
na, kita dapat mengamati pan- tentang "bahasa Indonesia .... me-
dari Barat. Pandangan bahwa ba- "bahasa"; yang kedua hanya ber-
dangannya atas bahasa sebagai rupakan alat komunikasi vital bag!
hasa merupakan semacam a/at fungsi mengungkapkan yang per-
sesuatu yang hanya dibentuk, ter- bangsa ini". Pemikiran serupa di-
atau perkakas untuk menyatakan tama. "Bagaimana caranya bahasa
gantung, atau ditentukan oleh pi- kemukakan oleh tiga guru Bahasa
sesuatu yang terpisah dari alat! mengungkapkan bahkan melam-
kiran!perasaan ("Tidak ada baha- Indonesia dalam laporan wawan-
perkakas itu, yakni pikiran dan! bangkan struktur kemasyarakatan"
sa kalau tidak ada pikiran dan pe- cara yang sarna. Sementara itu
atau perasaan Juga masih tetap menjadi pokok bahasan Anton- M.
rasaan") sebagai yang pernah di- Jujun S. Suriasumantri (1985)
kuat di kalangan kaum terpelajar Moeliono (1982:8), dalam pidato
kita. Istilah "a lat" atau "perka- yakini Aristo,t~les. Agaknya tidak pengukuhan sebagai guru besar menggolongkan fungsi-fungsi ba-
terpikirkan olehnya proses yang bahasa pada Universitas Indone- hasa menjadi dua kelompok besar
kas" kadang-kadang diperhalus
sebaliknya juga: (tidak ada pera- "yakni sebagai alat komunikasi
atau diKrama-kan menjadi "sara- sia.
saan dan pikiran jika tidak ada yang bersifat ekspresif dan alat
n a " a t au " wa hana.
" Pandangan
bahasa) seperti' yang pernah dike- Pandangan serupa diungkapkan komunikasi yang bersifat argumen-
demikian kadang-kadang terung- mukakan Herder. Pandangan ba- oleh Daoed Joesoef (1983), bekas tatl£". Contoh-contoh ini dapat,
kap secara eksplisit, walau sering- hasa sebagai kegiatan konstitutif menteri P & K yang kini menjadi tapi tak perlu, diperpanjang di
kali secara implisit. Untuk jelas- nampaknya tidak dimilikinya; Y2lng Ketua Dewan Direktur CSIS; ke- sini.
nya, berikut .ini akan saya angkat ada hanyalah sebagai instrumen: tika membicarakan "bahasa aka-
contoh -con toh te rungkapn ya pan- Dengan mengamati contoh-con-
"Kalau seseorang berbicara, ia demik" yang didefinisikan seba-
dangan atas bahasa sebagai toh di atas kita tak dapat menutup
mengucapkan pikiran (atau) pera- gai: mata pada contoh lain, walau pun
"alat" itu. saan' , . Pandangan Alisjahbana
Sarana kebahasaan yang dipakai untuk
sangat langka di kalangan kaum
Salah satu buku pelajaran tata atas bahasa sekedar sebagai alat terpelaj ar In donesia mutakhir,
rnengkaji dan mengutarakan pikiran ,serta
bahasa paling awal yang dikenal terungkap secara eksplisit dalam gagasan ilmiah. Jadi ia ada1ah alat komu- yang justru menolak pandangan
tulisannya yang lain, ketika ia nika.si ~ang dipakai di lingkungan rnasyaTa· dominan tersebut. Slamet Iman
membahas: kat Ilmlah pada umumnya dan di kalangan Santoso (1983) merupakan salah
pendidikan pada khususnya.
26) Ulasan tentang sejumlah pandang- satu tokoh ilmuwan Indonesia mu-
an alas bahasa di alas tidak saja lerbatas Soal bahasa ... sebagai alat unlut menjel-
pada suatu wilayah kehidupan masyarakat makan perasaan dan pikiran, sebagai alat Untuk menyambut Konggres takhir yang dengan sadar men un-
di ~arat. lapi juga lerbalas pada sebagian untuk mendalamkan perasaan, menadjam- jukkan perlllnya pemahaman bah-
~an pikiran dan menambah pengetahuim
Bahasa IV, Gunawan Wibisono
kecil, yang saya anggap terpenting, dari wa "antara pemikiran dan bahasa
apa yang lerjadi di sana. Kononnya, di Jang besar pula gunanja untuk menetapkan Adidarmodjo (1983) menulis sebu-
Ind.ia juga tdah tumbuh pemikiran yang harapan dan tudjuan dan teristimewa scba- ah karangan mengenai "fungsi ada hubungan yang tidak dapat
malu sebelum tahun Masehi. Hal yang gai alat pergaulan dan perhubungan sesa· bahasa sebagai alat komunikasi". dipisah-pisahkan". Karena itu da-
sarna mungkin juga terjadi di Asia Timur rna manusia (Alisjahbana, 1957:17). Untuk mencapai komunikasi yang pat dipahami jika beliau secara
(Cina dan Jepang) serta Timur Tengah pa- baik, ia berpendapat bahwa baha- tandas menegaskan bahwa "Da-
.da masa kejayaan kebudayaan Islam; Karena Pandangan demikian masih hi- sa harus "dapat mengantarkan lam pendidikan apa pun, fungsi
terbatasnya pengetahuan saya ten tang itu dup cukup segar pada masa ini di
semua dan teTbatasnya lingkup bahasan di atau menyampaikan segala sesuatu bahasa tidak boleh dlpandang ha-
sini, h anya pandangan yang pilling berpe· kalangan kaum terpelajar kita. Pu- yang dinyatakan oleh penutur ser- nya sebagai alat komunikasi. Se-
ngaruh pada kaum terpelajar di Indonesia sat perhatian ilmu bahasa pada ta dapat diterima oleh penangkap kali pun fungsi dasar", demikian
masa ini yang dipertimbangkan di sini. masa ini, menurut Anton M,Moe- ba hasa' '. Va ng menari k, pern ya- ditulisnya walau saya kira yang di-
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
26 27

maksudkannya ialahsalah satu tahun-tahun belakangan ini. Kare- kita kerjakan dengan mudah dan dekati, kalau bukan rpengambil
fungsi dasar, "dari bahasa me- na itu, misalnyasaja, 'pada perte- disajikan dalam Iingkup tulisan int . alih bulat bulat, pengertian
mang sebagai alat komunikasi" . ngahan d2kade yang lalu pikiran- karena langkanya bahan studi un- language dalam bahasa lnggris
pikiran Hans-Goerg Gadamer tuk itu. Tap! beberapa keping in- moderen.27) Pengertian bhQs;g
Di atas telah kita amati bahwa (yang ditulis sepuluh tahun sebe-
di Barat pandangan yang menolak formasi dapat dipandang sebagai dalam bahasa Jawa Kuno dijelas-
lumnya) masih terasa penting un- sisa-sisa jejak yang sedikit atau
penurunan status bahasa sekedar kan cukup berpanjang-Iebar oleh
tuk diterjemahkan dan diterbitkan banyak dapat membantu studi
sebagai a/at berusia lebih tua (dua P.J. Zoetmulder (1974:146-147 dan
di Amerika Serikat. Gadamer awal klta dalam pelacakan pan-
abad) daripada di Indonesia. K~­ (1976:62-63) mengingatkan kemba-
1982:220). Menurut .,Zoetmulder,
rena itu, tidaklah aneh jika pubh- dangan pribumi yang lebih men- setidak-tidaknya ada dua kelompok
Ii bahwa "We can only think in dalam di masa depan.
kasi pandangan atas fungsi bahasa (pengelompokan kategoris ini bi-
language' '. Karena itu, menuru t
sebagai kegiatan konstit~tif dan Gadamer, "Language is not one of kinan Zoetmulder ?endiril) penger-
Seperti telah disinggung di tian bhasa. Yang pertama men-
tidak sekedar instrumental di ka- the means by which consciousness atas,problema pertama dan utama dekati pe"ngertian "bahasa" seba-
wasan Nusantara sudah sejak awal is mediated with the word... La- kita jika hendak membuat perban- gai yang kita pakai sekarang, dan
abad ini telah digarap seorang nguage is by no means simply an dingan pandangan kita atas "ba- yang kedua sebagai "poem in ka-
Eropah yang menjabat atase b~­ instrument, a tool". Maka, ia me-
hasa untuk Balai Pustaka yang dl- hasa" dan masyarakat lain ialah: kawin meters". Bahkan pada ke-
lanjutkan, "Learning to speak does apakah betul masyarakat bersang-
dirikan pemerintah penjajah Hin- not mean learning to use a pre- lompok pengertian yang pertama
kutan memiliki "bahasa" dan de-
dia Belanda, yakni GWJ Drewes. existent tool for designating a pun bhii~a tidak berarti sarna de-
ngan demikian juga pandangan
Dalam tulisannya yang berbahasa world already somehow familiar to ngan •'bahasa" dalam pengertian
atas "bahasa" itu. Hal ini perlu
Inggris dan diterbitkan di Batavia, us; it means acquiring a familiarity yang kita miliki. Pengertian bhii-
kita awasi, agar kita tidak terjeru-
Drewes (1929: 127) men ulls per- and acquaintance with the world sa tidak pernah teriepas dari pe-
mus pada kecenderungan me-uni-
nyataan -pern yataan seperti: "the itself and how it confronts us." ~gertian orang/bendalhal tingkah-
ver sa 1- k a n ka tegor i "bahasa".
language is something more than Pada waktu yang tidak berbeda laku "terhormat". Pengertian de-
the sounds which our organs of Jauh, Williams (1977: 24) menulis: Yang dapat kita kerjakan i~lah mikian nampaknya masih bertahan
speech produce and even mo:: menyadari manfaat dan sekahgus pada istilah basa dalam bahasa
than an instrument of thought , "Language is.... a distinctively resiko bahaya menerapkan sebuah (dan masyarakat) Jawa mutakhir.
juga "a language is not an orga- human opening of and opening to kategori pemahaman (framework)
nism which develops independen- the world: not a distinguishable or untuk memahami kenyataan
tly". Karena itu Drewes juga me-
instrumental but a constitutive fa- (substance) milik suatu kehidupan 27) Hal yang serupa dapat kita amati
culty". masyarakat yang mungkin tldak dengan istilah "saslra" seperti yang kila
nolak pandangan yang meman- pakai dalam masa in.i. Wala~ istilah. itu
dang bahasa seakan-akan mempu- memiliki padanan kategori pema- berasal dari India, tap! pengertiannya tidat
Dengan demikian jelaslah bah- haman demikian. (jauh) berbeda dari pengertian literature
nyai kehidupan tersendiri yang
wa pertentangan pandangan-pan- Baik dalam masyarakat Jawa dalam Bahasa Inggris moderen. Dengan
olonom. dangan di antara dua kelompok menggunakan istilah "sama" yang sudah
Di atas juga telah dijelaskan, lama mau pun Melayu lama, ka- berusia lua di Nusantara walau tidat "asH"
bahwa walau pandangan seperti besar pandangan di atas bukan tegori "bahasa" dalam pengertian untuk membicarakan' 'literature. ,. orang bi-
yang dikemukakan c;WJ Drewes pertentangan pandangan Barat yang kita miliki tidaklah ada. Da- sa merasa seakan-akan tfdal' keBaral-Ba-
dan Slamet 1man Sanloso itu telah versus Timur. Pertentangan itu lam bahasa Jawa kuno, dikenal ratan. Dengan mengganti substance yang
berusia dua abad di Eropah, pan- terdapat di masing-masing kelom- istilah bhlJ!?a yang tampang mau kefihatannya "pribumi" orang bisa merasa
lebih nasionalis daripada re.kan-rekannya
dangan demikian tidaklah menjadi pok masyarakat. Pendapat ini puri artinya dekat, ,~etapi ti~ak ~~­ yang sering memakai istilah asing dalam
ciri unik maupun ciri dominan mungkin lebih kuat jika kita dapat rna dengan istilah bahasa mlhk pergaulan, padahal framework untuk subs-
pandangan atas bahasa di Barat. membuktikan secara mendalam kita kini. Kedua istilah itu mung- tance itu tetap produk bangsa (betas) pen-
kemiripan - kemiripan pandangan kin berpsa\ dari sumber yang sa- jajah. Seorang rekan"Marthen ilDoen, per-
pribumi di Nusantara atas bahasa nah berka.a bahwa penjajahan mutakhir Ie-
Pandangan atas bahasa di Barat rna: bha!?Q , dari bahasa Sanseke~~ bih sulit dilawan daripada penjajahan masa
nampaknya masih banyak dikuasai dengan pandangan atas bahasa tao Tapi pengertian "bahasa lampau, karena yang kini harns dihadapi
oleh jenis atau kelompok Univer- dari kelompok Kontekstualis. Pem- yang kini kita miliki nampaknya ialah kekuatan bertampaitg pribumi se-
SCI Ii slhahasCI sphaqai a1<11) hingga buk tian demikian belum dapat bersumber dari Eropah, dan men- bangsa sendiri.
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
28 29

bahasa mutakhir mereka, dan ti- man yang memadai bagi kita me- dan reaksi negatif orang pada-
Bentuk, tingkat dan kosa - kata -ngenai pandan.9an-pandangan ejekan itu (Scherer, 1981). Keya-
penghormatan dalam bahasa Jawa dak berarti sarna denganistilah
"bahasa" dalam percakapan seha- mendasar- di kal~gan masyarakat kinan tradisianal dalam masyara-
mutakhir disebut basa. Memakai pribumi Melayuatau ,pun Jawa kat Jawa tentang babot nama itu
"bahasa" yang menghormati se- ri-hari mereka.28) Kalau pun pe-
ngertian kita atas "bahasa" hadir fe'l1tang "bah'asa"'--"Namtin seti- dapat dipertentangkan dengan pe-
perti itu disebut ber-basa (Wolff dak:tidaknya, kit~" dapat" mulai patah mutakhir "apalah artinya
dan Poedjosoedarmo, 1982:5). Ma- dalam tata gagasan masyarakat meraba dan merasakan selintas- sebuah nama 1" yang diambil alih
ka, jika Kita memandang basa rna- Melayu Lama, maka hal itu hanya-
pintas perbedaan kontras di antara oleh sejumlah tidak kecil kaum
syarakat Jawa itu sebagai "baha- lah sebagian saja dari pengertian
pandangan pribumi seperti itu dari terpelajar kita dari kalimat ~nar
sa' " kit a dapat mengatakan bahwa mereka' tentang "bahasa" (Wil-
pandangan atas bahasa pada ke- "What's in a name?" yang ditulis
dalam masyarakat itu "bahasa" kinson, 1901:136). Dalam kamus
lompok Universalis Indonesia mau- William Shakespeare (1564-1616)
tidak diperuntukkan bagi semua Inggris-Melayu yang diterbitkan
pun asing. Dalam pandangan pri- dalam dramanya Romeo and Juliet
orang. Masyarakat itu tidak me- tahun 1939, .R.O. Winstedt (1939: di akhir abad 16_ Pepatah itll di-
100) masih menerjemahkan culture bumi itu "bahasa" tidak sekedar
ngenal istilah/pengertian yang ne- dianggap sebagai alat, dan tidak impor bersamaan dengan gelom-
tral, abstrak dan universal seperti sebagai "bahasa". Dalam konteks
dianggap teriepas dari suatu "ke- bang pengaruh pandangan atas
apa yang kini kita sebut "baha- yang bersangkutan, terjemahan
nyataan" konkrit berkonteks ter- bahasa dari keloffipok pertama.
sa" Winstedt itu boleh jadi merupakan
terjemahan' terbaik yang bisa di- tentu. Sifat kegiatan berbahasa Meremehkan kaitan antara na-
buat orang. Tapi jika apa yang yang konstitutif dalam pandangan ma 'dan orang/benda/kenyataan
Dalam Bahasa Melayu Lama, "pribumi" semakin nampak pada
istilah "bahasa" juga tidak dipa- dimaksudkan dengan culture itu yang dinamai menjadi salah satu
disamakan dengan culture sebagai tradisi bermantera yang mereka ciri menon'Jol pandangan keloffiPok
hami sebagai sesuatu yang terie- miliki. Kata-kata diyakinl bisa pu-
pas dari tingkah-Iaku atau sopan istilah mutakh ir atau "(ke) budaya Universalis itu.
(an)" yang kini kita kenai, maka nya tenaga untuk menciptakan ke-
santun. Berdasarkan studinya at as nyataan, dan bukan sekedar alat Keyakinan adanya kaitan yang
nasKah Hikayat Hang Tuah, Shelly kita bisa jadi bingung memahami
penggunaan istilah lama "bahasa" untuk membicarakan kenyataan. timbal-balik dan tak terpisahkan di
Errington (1974:7) berusaha men- antara "bahasa" dan "kenyataan"
jelaskan cakupan pengertian "ba- dalam kalimat seperti: Dalam masyarakat Jawa, kata baik dalam pandangan pribumi
hasa" itu dengan menguras isti- yahg dipakai sebagai nama sese- kita, mall pun pandangan kelom-
La ilaha i!1a 'Allah; apakah bahasanya
lah-istilah padanan berbahasa Ing- Tuanku begitu? Bukankah sudah patik sem-
orang juga secara tradisional diya- pok Kontekstualis di Barat mem-
gris "religion, culture, manners, bahkan dahulu jangan Tuanku pakai seperti kini mempunyai tenaga yang ber- berikan alasan kepada kita untuk
norms, and speech". pakaian yang demikian ini ..... 29) pengaruh pada kehidupan orang menyatukan mereka ke dalam satu
yang bersangkutan. Dalam masya- kelompok besar. Tapi periu disa-
Penjelasan Errington tentunya ti- rakat tersebut, nama-nama untuk
dak dapat kita anggap sebagai ter· Uraian di atas memang belum dari pula adanya variasi-variasi
orang diyakini mempunyai bobot pandangan dalam setiap kelompok
jemahan persis pengertian lama secara jelas memberikan pemaha-
daya/tenaga yang berbeda-beda. tersebut. Kaitan tak terpisahkan
"bahasa' , . Penjelasan Errington SeseorllOg yang dianggap menjadi
bermanfaat untuk membantu kita dan timbal-balik di antara "baha-
wong cilik dianggap tidak boleh 'sa" dan "kenyataan" dalam pan-
memahami luasnya Iingkup pe- 28) Istilah "bangsa" dalam pepatah
memiliki nama dengan bobot yang
ngertian lama "bahasa". Penger- yang sama juga tidak berarti sama dengan dangan masyarakat pribumi kita
"bangsa" atau "nasion", atau "masyara- relatif berat. Kalau tabu ini dilang- bisa dibedakan dari pandangan
tian "bahasa" yang berusia cukup kat" dalam bahasa kita masa kini. Karena gar, sejumlah malapetaka diang-
tua itu masih tersisa pada pepatah itu ungkapan lama tersebut akan mempu- gap akan menyulitkan kehidupan Kontekstualis di Barat. Jika dalam
"bahasa menunjukkan bangsa" nyai pengertian yang sangat lain _jilca di-
orang yang bersangkutan. Karena pandangan pribumi kita kaitan itu
yang pada abad ini mulai kurang sampaikan kepada khalayak umum di Indo-
nesia dalam Bahasa Indonesia masa ini. itu banyak anak cii kalangan wong dianggap bersifat "gaib" atau su-
populer. Bukan hanya karena cilik yang diganti namanya jika se- pernatural (istilah kategaris 1m
kaum terpelajar kita sekarang ku- 29) Kalimat itu diucapkan Blljang Sela- ring sakit-sakitan. Masih hidupnya milik kita,' bukan istilah pribumi)
rang suka memakai pepatah Mela- mat kepada tuannya (keduanya tokoh dalam keyakinan seperti itu pada masa maka dalam pandangan kelompok
yu lama, tapi juga karena istilah Hikayat AlIggulI eik TUlIggaf), ketika me- ini dapat diamati dari ejekan no- Kontekstualis di Barat sejak abad
"bahasa" dalam pepatah tua itu reka menyerang dan menaklukkan Koman-
velis Yudhistira Ardi Noegraha 18 kaitan itu dianggap bersifat 50-
•. I"l,r:" In<-", .... · ~."" (,T ... ~, 1091·' 11:\
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
30 31

sial-historis. nakah landasan pemikiran kampa- Pengertian bahasa yang "baik" jumlah ulasan yang pernah dipu-.:
nye tersebut. Tetapl jika ditim- dijelaskan olehAnton M. Moeliono
Jika hendak diperinci lebih lan- blikasikan kita dapat mengamati
bang-timbang besarnya investasi (1977) sebagai: "Pemanfaatan ra-
jut, pada kelompok besar pan- serangkaian asumsi tersebut. Un-
untuk kampanye tersebut serta gam yang tepat dan serasi menu-
dangan Kontekstualis juga pasti tuk memudahkan sistematika pem-
dampak yang diakibatkannya, kita rut golongan penutur dan jenis
dapat kita teinukan sejumlah va- bahasan, asumsi-asumsi yang sa-
perlu mengkaji isyu tersebut seca-
riasi. Tapi dengan semua variasi pemakaian" . Ia juga menamhah- ling ber~a}tan erat itu dapat digo-
ra lebih' mendalam daripada seke- kan bahwa bahasa yang baik da-
itu, pembagian pandangan - pan- long-golongan menjadi tiga kelom-
dar memandangnya secara sekilas- lam pengertlannya itu "tidaklah
dangan atas bahasa menjadi dua pok utama. Asumsi pertama, me-
pintas.
kelorTtpok besar seperti diuraikan selalu perlu beragam baku". Pe- ngenai pandangan atas "bahasa"
di sini bukannya tidak bermanfaat. Untuk mengkaji lebih terperinci ngertian serupa dijelaskan oIeh yakni adanya semacam nilai ata~
Dengan pengelompokan besar itu apa yang sebenarnya sudah dapat Yus Badudu (1985) dengan kata- ukuran "baik" dan "henar" yang
kita dapat memahami peta perma- kita pahami dengan pengamatan kata:" bahasa yang dapat bersifat universal. Asumsi kedua
salahan kebahasaan di Indoriesia selintas itu, kita perlu bersikap mengungkapkan pengertian secara mengenai kenyataan berbahas~
masa ini. Dengan semua uraian adi!. Kita perlu memahami terle- tepat, tidak kabur, tidak bermakna sehagian rakyat Indonesia yang
teoriHs yang mendasar di atas, bih dahulu bagaimana para perin- ganda, cocok dengan situasi, de- dianggap helum sadar atau helum
akan lebih mudah bagi kita untuk tis dan pendukung utama kampa- ngan orang yang diajak bicara, mampu berbahasa pada tingkat
membahas isyu kebahasaan yang nye itu menjelaskan pokok-pokok dengan tempat di mana bahasa itu yang diidealkan secara universal
muncul ke permukaan sejaraPl pe- pikiran rnereka dengancara mere- digunakan. " tersebut. Asumsi ketiga, peran
mikiran kaum intelektual mutakhir ka sendiri, baik tentang pengertian sekelompok warga elit dalam ma-
di Indonesia. bahasa yang baik dan benar mau- Pengertian bahasa yang "be- syarakat yang berkuasa mengen-
pun asumsi-asurnsi dasar di balik- nar" dijelaskan oleh Anton M. dalikan dinamika perubahan baha-
BAHASA INDONESIA BAlK DAN , nya. Moeliono (1977) sebagai: "Pema- sa rakyat dianggap mutIak penting
BENAR kaian bahasa yang mengikuti kai- demi kesejahteraan rakyat banyak.
Pada umumnya, pengertian ba-
dah yang dibakukan' atau yang Untuk jelasnya, serangkaian asum-
Besarnya bobotmau pun luas- hasa yang "baik" dan pengertian
dianggap baku ... ". Penjelasan itu si tersebut akan ditelaah secara
nya lingkup perhatLan klllUm terpe- bahasa yang "benar" dijelaskan
tidak jauh berbeda dari penjelasan lebih rinci.
lajar Indonesia pada isyu Bahasa sebagai dua hal yang berbeda,
Yus Badudu (1985) tentang pokok
Indonesia yang "baik dan benar" walau keduanya bukan tidak bisa
yang sama, yakni bahasa yang Pandangan tentang adanya se-
sudah tidak perlu dijelaskan lagi didudukkan berdampingan. Perbe- perangkat nilai "baik" dan "be-
daan kedua pengertian itu dijelas- "sesuai dengan sistem bahasa,
dalam karangan ini. Dengan yang Anda gunakan".
mengamati sekilas-pintas saja kita kan secara eksplisit oleh Anton' M. nar" secara universal yang dijadi-
dapat merasakan kuatnya sikap Moeliono' (1977) dari Pusa( Pem- Anton M.Moeliono (1977) me- kan asumsi pertama di atas ter-
normatif atau preskriptif pada binaan dan Pengemhangan Bahasa rangkai kedua pengertian tersebut ungkap dalam sejumlah ulasan be-
kampanye bertaraf nasion'al terse- sebagai berikut: sebagai berikut: bahasa yang baik berapa tokoh ahli kita mengenai
but. Dengan mempertimbangkan dan benar adalah "pemakaian ra- sejarah pertumbuhan bahasa-baha-
uraian teoritls pada bagian terda- .... pada asasnya, kita mungkin mengguna- gam bahasa yang serasi dengan sa di dunia maupun Bahasa Indo-
hulu dalam karangan ini, penga- kan bahasa yang baik, artinya yang tepat, sasarannya dan yang di samping nesia pada khususnya. Beberapa
matan yang sekilas-pintas saja pa- tetapi yang tidak termasuk bahasa yang itu mengikuti kaidah bahasa yang canton ini akan menunjukkan ada-
benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa betul" ,
da kampanye itu juga sudah dapat yang benar yang tidak baik penerapan- nya sikap atau pandangan kese-
membuahkan pemahaman baik nya ...... jarahan yang unilinier dan tempo-
tentang asumsi dasar mau pun Kajian yang mendasar atas sentrik, yakni menilai dinamika
dampak sosial - politik - ekorioml kampanye pengembangan dan kehidupan berbahasa berbagai ma-
kampanye tersebut dalam masya- Tidak dijelaskan olehnya apakah pembinaan Bahasa Indonesia yang syarakat dari berbagai kurun ja-
rakat Indon'esia. Dengan penga- bahasa yang baik lebih penting baik dan benar itu membutuhkan man menurut ukuran nilai yang
matan sekilas, dapat dijelaskan daripada bahasa yang benar, a'tau pemahaman yang memadai ten- dimiliki si penilai pada kurun masa
termasuk dalam kelompok besar sebaliknya, atau kedua-keduanya tang asumsi-asumsi mendasar di hidupnya sendiri. Perkemhangan
pnndanqan atas bahasa yang ma- sarna penting. batik kampanye tersebut. Dari se- bahasa-bahasa dijelaskan secara
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
32 :,,33

universal oleh Gunawan Wiradl bagl konteks sostllli. 01 sinl akan t8Jl~~g, I t1ng~t" !cesadaran, , 'or~g ma-sama mengatas-namakan dem!
(1984) sebagal berlkut: "Semula nampak, 'walau, tidllk selalu secara Indonesia ,padc:i: t'kesalahan'" ber- kepentingan nasional. Anton M.
tidak keruan, lama kelamaan, se- eksplisit" adanya pandangan yang baha,sa Jnereka, ketiga pengamat Moeliono (1977) misalnya, dengan
makin teratur". Pada proses per- kelas-sentrlk, yakni mengukur nilai bahasa ~i, atas mempunyai keya- halus dim simpatik menjelaskan~' .
kembangan itu, menurutnya juga, dinamika rnasyarakat sejaman ber- kinan yang sama tentang menon-
"Kemudian timbullah orang-orang dasarkan ukuran nllal yang berlaku. joInya "kesalahan" berbahasa se-
'cendekia' . .. yang merenung dan pada kelas sosilll (dalam hal ini bagian atau sebagian besar orang "Oi Indonesia, mengingat kedu-
berpikir... mengidentlflkasikan ke- elitis) si penilal. "Ketrampilan un- Indonesia. Hal ini mengingatkan dukan bahasa naslon-ain'Ya· yang
teraturan-keteraturan itu, dan me- tuk berbahasa baik dan benar", kita pada ucapan '~rakyat masih amat 'penting dalam .peri kehidtip-
ru~uskannya" .30) Sementara itu, tulis Laksrni Oewanti (1985), "ha- bodoh" yang beberapa tahun lalu an warga negaranya, ada badan
Yus Badudu (1985) berpendapat ruslah melingkupi segala golongan sering dituduhkan oleh sejumlah pemerintahan yang dltugasi pe-
bahwa Bahasa Melayu, yang men- dan lapisan masyarakat di segala pemuka masyarakat di Indone- nanga nan pembakuan bahasa. Na-
jadi induk Bahasa Indonesia itu usia". MenurutLaksmi "kita sa- sia.31) , manya Pusat Pembinaan dan Pe-
merupakan bahasa "yang miskin". dari bahwa penggunaan bahasa ngembangan Bahasa". Dengan se-
Indonesia oleh bangsa Indonesia Kedua macam asumsi di atas mangat menggebu, Yus Badudu
Bahkan menurut Yus Badudu, sendiri pada waktu Ini belumlah membantu kita memahami asumsi (1985) menjelaskan kegiatan peja-
penggunaan Bahasa Indonesia pa- memadai". Apa yang dimaksud ketiga yang melandasi kampanye bat yang diberi kekuasaari walau
da dua dekade yang lalu "rnaslh dengan istila:h "kita" olehnya jelas Bahasa Indonesia yang balk dan terbatas untuk mengendalikan per-
banyak sekali kesalahan .... Tetapi terbatas hanya pada warga masya- benar. Karena "rakyat" dianggap tumbuhan Bahasa Indonesia itu
sekarang, penggunaan BI Itu rna- raKat Indonesia yang setlngkat ke- "masih bodOh" t tidak mampu ber- sebagai "para pejabat yang mem-
kin balk, makin mengasyikkan". las so sial dengannya, sedang bahasa dengan baik dan benar, baktikan dirinya bagi k~majuan
"bangsa Indonesia" adalah "me- dan kadang-kadang tidak menya-
dari ketidak-mampuan itu, maka bangsa, bagi kemajuan orang ba-
Karena diasumsikan adanya reka". Oari kelompok warga ma-
peran pembina Bahasa Indonesia nyak". Untuk itu Yus Badudu
seperangkat nila! ("balk" dan syarakat yang tersebut belakangan
ditampilkan sebagai pahlawan mengharapkan penghargaan darl
"benar") berbahasa yang berlaku in! ada yang "sangat disayang-
bangsa yang berjasa memberantas kita semua, Usaha pembinaan dan
untuk berbagai konteks sosial-his- kan" oleh Laksmi, yakni "keku-
pengembangan Bahasa Indon-esia
toris, maka diasumsikan pula nllai rangsadaran" mereka "terhadap "kebodohan" rakyat. Dan karena
tersebut dapat digunakan untuk perbaikan bahasa nasionalnya" . para pembina tersebut merupakan tersebut tidak saja diharapkan,
mengukur nilai kegiatan dan ke- sekelompok elit yang menikmati misalnya oleh Anton M. Moeliono
mampuan berbahasa segaia warga Ramainya kampanye "agar kita seperangkat kekuasaan sosial mau- (1977), . dapat men ingkatkan
Indonesia pada masa ini dari ber- mernakai bahasa Indonesia dengan pun ekonomis, maka kekuasaan "gengsi dan wibawa" bangsa kita,
baik dan benar" menurut l. Su- dengan contoh model bahasa-ba-
mereka ditampilkan sebagai se-
harno (1983a) disebabkan "karena hasa Melayu Tinggi, Perancis, Ing-
suatu yang sah dan .dapat dibenar-
kita sadar akan adanya bahasa kan. Gagasan tersebut dipropagan- gris, Jerman, Belanda;, Spanyol
Indonesia yang tidak balk dan dakan dengan retorika yang ka- dan Italia. Lebih dari itu,ada yang
30) Namun, Gunawan Wiradi menolak
pendapat bahwa orang-orang "cendekia"
tidak benar", Walau pun Bahasa dang-kadang cukup "halus" dan menganggap usaha tersebut mut-
yang muneul belakangan dalam sejarah ilu Indonesia oleh Yus Badudu (1985) simpatik, kadang-kadang secara lak diperlukan· untuk memungkin-
adalah pengatur bahasa yang "semula Ii· dinilai jauh lebih baik daripada blak-blakan. Tapi, semuanya sa- kan pemakaian bahasa yang "be-
dak karuan' menjadi "Ieratur". Menurut· Bahasa Melayu, tetapi ia berpen- nar". Anggapan demikiantersirat
nya, proses perubahan itu "terjadi dengan
sendirinya, lanpa perin[ah siapa pun", De· dapat bahwa orang Indonesia se- dalam pernyataan Pamusuk Enes-
ngan kala lain, dalam pandangan Guna- ring "tidak menyadari kesalahan te, 'editor: sastra dan bahasa Indo-
wan, manusia adalah mahluk yang pasif bahasa (kata yang tak tepat artl,
dalam sejarah, yang tidak ikut menentukan nesia Penerbit Gramedia~ "Bagai-
bentuk kata atau susunan kalimat
perubahan sejarah (bahkan mungkin diten- mana bisa berbahasa yang benar
yang sa.1ah) yang dlgunakan Itu", 31) Ueapan "rakyat rnasih bodoh" per-
tukan oleh sejarah), dan hanya berpikir, nah disinggung Benedict Anderson (1966: kalau belum ada standar.... seha-
merenung dan merumuskan sejarah (di luar I to) ketika rnembahas pengKrarnaan publik rusnya pusat Bahasa cepat me-
gerak sejarah itu sendiri). TerJepas dari perbedaan penilaian Bahasa Indonesia. ni'lnQ(lIli;omoi ma,<;"ii'lh ini" (Kom-
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> 35
.34
cakup pokok-pokok permasalahan bentuk yang salah dalam bahasa
pas, 1984) .. dari beberapa pengamat·laln: Me- baku. Yang benar, menurutnya,
seperti diuraikan di atas: (1) pe-
nurut Harimurti (1982:30)· "dewasa ialah "anggota" dan "mengesam-
ngertian bahasa yang baik; (2) ba-
ini tersebarpengertian yang keliru hasa yang benar, dan (3) serang- pingkan". Anton M. Moeliono
SALAH-PAHAM ATAS PAHAM tentang standardisasi.Orang sering (1977) tidak menyalahkan penggu-
kalan asumsi dasarnya. Tetapi ka-
YANG SALAH menyamakan standardlsasl dengan rena pokok - pokok permasalahan naan istilah -istilah "cewek, ngelo-
uniformasi." Anton M. Moeliono tersebut saling berkaltan, maka tok, ngopi, dan enggak" asal tidak
(1984:27-29) mau pun Abdussomad dipakai dalam ragam bahasa baku,
Sebelum kita mempersoalkan keterkaitan Itu juga perlu diung-
(1983) mengibaratkan kegiatan minimal untuk kurun masa ini. Jos
"baik dan benar" atau tidaknya kapkan, dan pokok-pokok terse but
berbahasa yang baik dengan ber- tidak dlbahas secara tegas sebagai Daniel Parera (1985) memperingat-
pengertlan bahasa yang "balk dan pakaian yang baik: keduanya ber-
benar" di atas beserta asumsi- pokok-pokok yang terpisah-pisah. kan "jangan mengharapkan Jojon
asumsi mendasar yang dijadikan aneka-ragam dan setiap ragam ha- berbicara tentang harga pasar sa-
nya cocok atau baik untuk situasi Pengertian bahasa yang baik rna dengan analisis ·ekonorni An-
pijakan nya, perlu dicatat:· dulu se-
tertentu. yang talah dikampanyekan terse- war Nasutlon' '. Dengan demikian
jumlah tanggapan yangdapat di-
but di atas telah memberikan sua- kebakuan suatu ragam bahasa se-
nilai sebagai kesalah-pahaman. Pada pihak lain, sejumlah ke- tu keluwesan pemahaman, dan akan-akan ditentukan oleh bentuk
Yus Badudu (1985) pernah luhan juga dinyatakan oleh pihak- mendekati pandangan Kontekstu- atau pun isi kebahasaan tertentu
mengeluh, karena banyak plhak pihak di luar Pusat Pembinaan dan alis. T etapl karena pendekatan dalam kaidah-kaidah kebahasaan
telah keliru menafsirkan isi kam- Pengembangan Bahasa yang diha- tersebut tidak cukup mendalam itu senciiri, bukan oleh konteksnya.
panye pengembangan dan pembi- rapkan mendukung dan menga- atau radikal, sejumlah masalah
naan Bahasa Indonesia yang baik malkan pesan dan pedoman berba- masih tetap tersisa, baik yang da- Dua masalah praktis dapat se-
dan benar. Kesalah-pahaman itu hasa dari pusat tersebut. Sebab, pat diamat! segera dan bersifat gera muncul. Pertama, karen a ba-
tampak paling menon}oI dalam taf- pedoman resmi tersebut sering praktis maupun yang bersifat lebih hasa ragam baku dan sltuasl ko-
siran beberapa pihak mengenai berganti-ganti. Keluhan semacam mendasar dan berjangka panjang. munikasi resmi dipahami secara
pemakaian bahasa baku. Banyak itu tidak dibantah, tetapi diterima statis sebagai duakenyataan yang
Pengertian bahasa yang balk
orang mengejek adanya pihak-pi- atau dibenarkan oleh beberapa to- terpisah dan hanya bahasa ragam
dalam versl pihak yang resmi tadi
hak yang mengharapkan terpakai- koh dar! lembaga yang bersang- baku yang dirumuskan kebakuan-
sudah mengakui batas-batas "ke-
nya bahasa Indonesia yang baku di kutan (Kompas, 1984). nya, maka bagaimana seseorang
balkan" pemakaian bahasa ragam
sembarang tempat atau situasi, blsa memahami batas-batas ke
Baik kesalah-pahaman khalayak baku, yakni dalam suatu situasi
Juga di pasar-pasar. Ejekan itu , 'resmi" an suatu situasi kornunika-
maupun kekurangan dari pihak komunikasl tertentu saja, yang la- si yang tidak pernah dibakukan
menurut Yus Badudu tidak me- Pusat Pembinaan dan Pengern- sim dlsebut dengan istilah-istilah
ngena jika ditujukan pada cita-cita dan dirumuskan keresmiannya?
bangan Bahasa seperti diuraikan seperti "resmi", "formal" atau Dan jika tak ada batasan yang je-
asH pengembangan dan pembina- di atas bukanlah pokok utama per- "ilmiah". Tetapi sejumlah masa-
an Bahasa Indonesia yang baik las tentang resmi atau tidaknya
hatian kita dalam bahasan ini. Hal- lah maslh menjadi problematik suatu sltuasi komunikasi, bagaima-
dan benar. Mengenai hal ini rasa- hal tersebut dapat dianggap seba- yang tidak sepe\e karena pengerti-
nya tidak ada yang perlu diper- na seseorang bisa yakin ragam ba-
gai kesalahan-kesalahan yang rela- an-pengertian "bahasa baku" dan hasa macam apa yang "baik" un-
bantahkan. Yus Badudu benar dan tif kedl dan tidak mendasar. Kalau sltuasi komunikasi "resmi" terse-
patut mendapat simpati. Karena tuk dipakainya dalam situasi itu?
problema kampanye Bahasa Indo- but masih dipaharni secara statis. Biasanya keresmian itu diidentifi-
itu pula kita dapat memahami nesia yang baik dan benar hanya Seakan -akan "bahasa baku", ba-
mengapa Yus Badudu merasa per- kaslkan dengan atribut-atribut ma-
dipahami sebatas persoalan-perso- hasa "tidak baku", situasi "res- terial tertentu, misalnya ada peja-
lu mengulang-ulang kembali pen- alan itu maka usaha perbaikan m!" dan situasi "tidak resmi" me-
jelasan tentang pengertian bahasa bat tinggi, ada mlkrofon, ada po-
yang akan dilaksanakan juga cen- rupakan kenyataan-kenyataan yang dium, ada bendera, ada dast, ada
Indonesia yang "baik" sebagai otonom dan berdlri sendiri-sendiri.
derung terbatas pada hal-hal yang sepatu, atau gedung megah. Tapi,
bahasa yang "cocok dengan situa- kurang mendasar itu dan status Yus Badudu (1985) misalnya, me- benarkah ke" resrni" an atr! but-
si" . quo dapat dipertahankan. Kajian nllal bahwa kata "anggauta" atau atribut seperti Itu bersifat intrinsik
Keluhan seperti itu tidak hanya problema yang lebih mendasar , 'mengen yampingkan " mer upakan di dalam atribut-atrlbut itu sendi-
.I..,+-..,n'~ ~....., .... ; Vl'-- n . . . . r11Irl11 t:"nt t!ln?l hprikut ini akan rliusrlhi'lki'ln mf'.n-
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
37
36

ri? J ad! ke" resm i "an yang statis bahasa Jojon akan pasti tidak baik "alat" belaka. Jujun S. Suriasu- Masih kuatnya pandangan atas
dan tidak ditentukan konteksnya? jika sarna dengan bahasa para ahli mantrl (1983) pernah berusaha ilmu sebagai sesuatu yang netral,
ekonami atau ahli-ahli yang lain. bertahun-tahun "mempengaruhi obyektif dan universal, serta pan-
Kedua. hubungan dialektis di dangan atas bahasa sebagai alat di
Bayangkan jika Jojon berlagak me- op-ini masyarakat untuk mengubah
antara "bahasa" dan "kenyataan" antara kaum terpelajar mutakhir
niru-nirukan bahasa para ahli ilu. kata 'ilmu pengetahuan' menjadi
(yan 9 "resm i" a tau pun ti dak) kita membantu pemahaman kila
lstilah - istilah seper!i "enggak". 'ilmu' saja, sehingga terdapat pa-
agaknya telah diabaikan atau di- "cewek", atau "ngopi" juga letap tentang besarnya perhatian dan
danan 'ilmu' untuk science dan
ingkari dalam pandangan versi usaha yang telah mereka kerahkan
bisa menjadi bag ian dari kegialan 'pengetahuan' untuk know/edge".
resmi mengenai bahasa yang baik_ terutama, tapi tidak hanya, untuk
berbahasa resmi secara baik pada Agaknya ia ingin memperbaiki
Mikrofon. podium. bendera. atau kepentingan keilmuan. Usaha ter-
kurun waktu in!. Misalnya saja, atau memilih secara lebih tepat
dasi yang dipakai dalam suatu per- sebut tidak banyak menggali pokok
dalam komunikasi di pengadilan, "alat" untuk menyatakan suatu
himpunan orang bisa menjadi kon- permasalahan yang mendasar ten-
alciu pun dalam analisa tekstual kenyataan yang obyektif. Tentan'g
leks bagi bahasa yang mereka pa- tang "bahasa" dan "ilmu", tetapi
bahasa dan sastra dalam forum il- bahasa keilmuan, Anton M. Moe-
kaL Tapi begitu pula sebaliknya_ Iiorio' (1984:33) memandang bahwa terbatas pada usaha memperbaiki
miah. Tulisan "resmi" Anton M.
Bahasa yang dipakai dalam suatu Moeliono (1977) yang bermaksud "orang mulai mengubah dan me- onderdil perkakas komunikasi ke-
perhimpunan membentuk atau menolak pemakaian istilah-istilah ninjau kembali adat kebiasaan ber- ilm uan yang disebut "bahasa" .
menjadi konteks makna benda- lersebut dalam komunikasi "res- bahasa agar dapat disesuaikan de- Misalnya dengan menambahl
benda dan kenyataan sosial lain mi" berbahasa "baku" terbantah ngan fakta-fakla yang diamati- mengganti kosa kata untuk mener-
yang berada di sekitar pemakaian oleh lingkah penulisnya sendiri nya". Padahal, terbentuknya apa jemahkan istilah teknis keilmuan
bahasa_ Pandangan tentang pema- yang menggunakan istilah-istilah yang disebut "fakta-fakta" sebe- dari Barat dan menata kembali ta-
kaian bahasa yang baik menurut itu dalam usaha menjelaskan pe- narnya juga tidak terlepas dari ta kalimat dan karangan menurut
versi resmi hanya menekankan nolakannya! pem bentukan "bahasa" tertentu. "log ika" (Barat!). Usaha itu me-
perlunya memakai suatu ragam mang tidak mudah. Tetapi bukan
Secara lebih mendasar. pemi-
bahasa tertenlu yang ditentukan Keilmuan mutakhir para cendekia- hal- itu yang perlu dipersoalkan di
atau tunduk pada "siluasi" komu- kiran tenlang bahasa baik yang
wan kila yang datang dari Barat sini. Persoalan utama mengenai
memilah-milahkan sejumlah ragam
nikasi terlentu. Pandangan terse- tidak terlepas dari sumbangan dan pengembangan dan pembinaan
situasi komunikasi pada praktek-
but melalaikan patensi bahasa se- sekaligus keterbatasan bahasa-ba- bahasa keilmuan yang layak kita
nya juga mengukuhkan kesenjang-
bagai konstitutif. Pandangan itu hasa Barat yang hidup bersama perhatikan dapat dinyatakan de-
an sosial-politik-ekonomi yang ada
melalaikan kenyataan bahwa pe- dan saling menghidupi ilmu terse- ngan dua pertanyaan. Pertama,
dalam masyarakat kila. Uraian le-
makaian suatu ragam bahasa ter- but. Karena itu menuntut agar secara struktur-sosial maupun in-
bih lanjut tentang hal ini akan di-
tenlu juga menentukan dan mem- pertumbuhan bahasa keilmuan di dividual, pihak-pihak mana sajakah
ben tuk "si tuasi" kom un ikasi yan 9 berikan pada bag ian yang berikut Indonesia disesuaikan dengan kai- dalam masyarakat kita yang telah
ada. Jadi yang terjadi bukan hanya dalam tullsan ini. dah-kaidah keilmuan juga sedikit atau bakal dapat ambil bagian da-
kila mesH berbahasa baku karena atau banyak berarti menuntut tun- lam kegiatan keilmuan tersebut?
kita berada dalam situasi" resmi, Pengertian bahasa yang benar, duknya bahasa di Indonesia pada
tetapi sebaliknya juga: kila berada pada hakekatnya berpusat pada pola atau kerangka berbahasa di Kedua, secara struktur-sosial mau
dalam situasi yang bisa menjadi permasalahan ketaatan mematuhi Barat. Mungkin hal itu merupakan pun individual, pihak-pihak mana
resmi karena bahasa baku yang seperangkat kaidah yang dibaku- suatu kepahitan yang sulit atau sajakah dalam masyarakat kita
kila pakai me"resmi"kan situasi kan. Permasala han tersebut paling mustahil dihindarkan. Tetapi seti- yang telah atau bakal berkesem-
tersebut. Kalimal-kalimat yang te- banyak dihubungkan dengan ke- dak-tidaknya kepahitan demikian patan atau berhak mengecap hasil
lah ditetapkan secara resmi se- pentingan kegiatan keilmuan yang perlu diungkapkan, bukannya di- dari perkembangan ilmu tersebut?
bagai conloh kalimal baku bisa seringkali dianggap bersifat "uni- tutup-tutupi dengan- propaganda Dengan hanya mengerahkan tena-
menjadi bag ian dari berbahasa versal", misalnya oleh Daoed Joe- tentang "bahasa" yang berfu ngsi ga, anggaran, dan waktu besar-be-
yang cacok di panggung lawakan, soef (1983) atau Koentjaraningrat netral sebagai "alat" untuk me- saran pada usaha memperbaiki
jika ternyala kalimat-kalimat itu (1974:108). Dalam kaitan itu, ba- nyatakan dan merumuskan pikiran dan membenarkan "bahasa" un-
menimbulkan gelegar gelak-tawa hasa hampir selalu dipandang se- dan fakta-fakta i1miah yang diang- - tuk "il mu' " kita akan mengukuh-
had ir in. J ad i lida k lah benar j ika bagai "sarana". "wahana", atau gap "u n i versal" . kan status quo -funqsi ilmu dalam
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
38
39
masyarakat kita: dari, oleh dan ragam baku seharusnya bersumber kat .33) . Tentu saja, pemaha:man pusat-pusat kekuatan yang berbe-
untuk kaum yang kaya dan ber- dari "Iogika". Sebab, seperti di- mendasar tentang ketidak-pernah- da-beda. Kontradiksi selalu me-
kuasa. lImu yang tidak "netral" jelaskan oleh Anton M.Moeliono netralan suatu bahasa tidak selalu nyertai setiap bag ian kehidupan
makin dapat ditampilkan seakan- (1984:20) dengan cukup gamblang: dapat membantu kita menjelaskan kita. Ketegangan dan persaingan
akan netral, berkat bahasa. Bahasa fungsi praktis sejumlah besar ka- di antara mereka bukannya sesua-
untuk Hmu yang tidak hidup seba- ta, kalimat atau makna yang di-
Pada dasarnya ada tata bahasa· yang baku tu yang Larang terjadi, termasuk
gai bagian dari kegiatan sosial resmikan sebagai bagian dari ba-
karena ada golongan yang berpengaruh dalam soal bahasa. Anton M.
mayoritas warga bangsa, tapi di- hasa baku. Sebagian besar pe-
atau yang berwibawa, yang menetapkannya Moeliono (1977 dan 1984:29) seba-
buat dalam "kamar-keria" Hmu- sebagai patokan. Juga dalam hal ini lidak nguasa juga tidak mampu, kalau gai seorang tokoh ahli bahasa
wan dan linguis, semakin mem- d iadakan pem ungulan suara sehingga pun seandainya mau, menguasai
perlebar kesenjangan sosia1 kaum akhirnya suara mayodtas harus berkua- mengeluh karena pemegang ke-
sa.32)
secara total bahasa, rakyat, atau kuatan formal dalam pemerintahan
elit terpelajar dan klalayak awam. pun kekayaan alam yang berada di sering tidak berbahasa seperti
bawah wewenangnya. Setidak - ti- yang diresepkan para ahli kita. fa
Dalam kaitan itu layak diper- daknya pemahaman tentang tidak
tanyakan juga keabsahan wewe- Baik atau benarnya suatu bahasa mengharapkan agar "kemah iran
mungkin pernah bebasnya ' 'baha- berbahasa" dijadikan "salah satu
nang sekelompok warga masyara- tidak ditentukan oleh unsur-unsur sa" dari kepenti ngan -kepen ti ngan
obyektif dalam bahasa itu sendiri, prasyarat kenaikan pangkat bagi
kat eli! untuk mengendalikan di- politis sejumlah warga masyara-
tetapi oleh ketentuan penguasa pegawai negara dan anggota ang-
namika kegiatan berbahasa masya· katnya menjadi teramat penting
rakat umum maupun masyarakat katan bersenjata" seperti di jaman
atau lembaga lain· yang diberi bagi suatu masyarakat yang telah
ilmiah. Siapa atau bahkan adakah kolonial Belanda. Harapannya itu
kuasa olehnya. Dengan pemaham- dikuasai pandangan atas bahasa
di antara kila yang berhak mene- disadari belum cukup cerah, kare-
an seperti itu kila bisa mempela- dari kelompok Universalis.34)
tapkan makna dan isHlah "cang- na menurut pengamatannya "di
jari bagaimana pembentukan isH-
gih", , 'rekayasa" , , 'tari-kejang" Indon es ia ka ttebeJ/etj e atau
lah dan makna mutakhir dalam . Tetapi harus kita ingat pula,
atau tata ejaan dan bentuk tata bahasa (misalnya "diamankan",
backing lebih ampuh daripada ija-
para pemegang kekuatan sosial, zah kemampuan berbahasa seba-
kalima! tertentu sebagai bag ian " stabilltas", "canggih", "rekaya- besar- m en e nga h -at au kedl, tidak gai prasyarat untuk masuk "ka-
dari bahasa yang benar dan baku? sa", "tari-kejang", atau "kumpul dapat disama-ratakan atau diang-
kebo") bisa mendukung kepen- langan yang berkuasa. "35) Pem-
gap sebagai suatu kelompok pe-
Dari mana datangnya hak terse- tingan politis pihak-pihak tertentu binaan dan pengembangan baha-
ngendali kekuasaan yang terpadu.
but? Secara polos, Anton M. Moe· yang berkuasa dalam masyara-
Hono (1977) telah mengakui bahwa Dalam banyak kasus, justru yang
keabsahan dan hak demikian ber· terjadi sebaliknya. Mereka terpe-
sumber dari kekuasaan pemerin- 35 1 Banyak ahli bahasa yang kerja dan
cah-pecah dan berorientasi pada kedudukannya disponsori pemerintah me-
tah. Tentunya, kekuasaan suatu rasa dikecewakan oleh banyaknya pejabal
32) Bagian akhir dad pernyataan Anion
pemerintah mana pun bukannya pemerintahan yang lidak berbahasa sesuai
M.· Moeliono ini dapat mengundang perde·
tidak boleh atau tidak dapat diper- batan. Kekuasaan tidak selalu bersumber dengan resep para ahli itu. Conloh yang
tanyakan, karena keabsahan itu ti- 33) Lihat juga (Ariel, 1985) mengenai paling menonjol adalah lafal -ken dan se-
dari "suara mayoritas". tapi juga bisa ber· pokok yang s~ma.
dak datang daTi Tuhan atau pun asal dari kekuatan-kekuatan lain yang bisa mangkin untuk akhiran "-kan" dan kata
menekan "mavoritas" untuk ber"suara" "sernakin". Ada contoh-conloh lain me·
perisliwa alam. 34) Belum lama ini Lukman Ali (J98J), ngenai ketegangan di antara hum mene-
tcrtentu demi kepenlingan pemilik kekuat-
salah satu tokoh ahli bahasa Indonesia yang ngah . alas. Walau istilah "Iari kejang"
an. Bagairnana pun juga, inti pesan Anton
pernah menjabat kedudukan di Pusat Ba- berasal dari lapisan atas masyarakal, tapi
M. Mocliono patut mendapat penghargaan
hasa. dan KBRI Kuala Lumpur. menulis korban utamanya bukanlah rakyat dad lao
Itu sebabnya, pendapat yang kita. Pcsan yang penting itu justru luput
esei mengenai soal yang tidak baru: pem·
dad pemahaman Keraf, ketika ia membuat pisan bawah (yang memang tidak banyak
selama ini telah banyak atau se· bentukan Ejaan Yang Disempurnakan. la ~rbreak dance). Bahasa "mbeling" dan
ring kita dengar bahwa bahasa ter- tinjauan atas buku Anton M. Moeliono:
menulis bahwa proyek pembenlukan Ejaan "prokem" kaum remaja dalam media-mas-
bentuk daTi suatu konvensi atau "Bahasa sebagai suatu sistim komunikasi Yang Disempurnakan itu merupakan usaha sa juga bukan gerakan rakyat paling ba·
rnerupakan hasil suatu konvensi antar-ang· yang "bertolak dari kebutuhan bahasa In-
perjanjian juga patut dipertanya- gota masyarakat bahasa itu. Konvensi atau
wah, walau bahasa Itu merupakan pem-
donesia sendid" dan bukan usaha para ahli bangkangan terhadap keabsahan wewenang
han. Begitu juga pemikiran bahwa kesepakatan anggota masyarakat itu .... " bahasa yang "mernpolitikkan kegiatan iI. sekclompok elit .dalam menguasai kegialan
henar atau tidaknya suatu bahasa (Keraf. 1984). miah". bcrbahasa mawarakat (Ariel. 1985).
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
40
41

sa, juga . membutuhkan backing itu tentu saja tidak ditujukan ke- semacam ltu kehidupan masyara- tulisan ini akan disimpulkan bebe-
untuk mencapai tujuannya. pada pihak-pihak yang mengkam- kat luas jadi tergantung, atau ter- rapa inti permasalahan yang· telah
panyekan Bahasa Indonesia baik tekan o!eh praktek standardisasi terurai di atas, khususnya hal-hal
Dengan mempertimbangkan mengenai kaitan tak terpisahkan di
dan benar menurut versi resmi, tersebut.
hal·hal yang terurai di atas, sebe- antara kekuasaan, bahasa, dan
tetapi kepada para penyanggah Dengan jitu Ivan Illich (1980:
narnya kita sudah mulai memper- perubahan sosial. Pada bagian ter-
dan pelontar kritik atas kampanye 44) melukiskan hake kat dari peris-
soalkan juga beberapa asumsi da- akhir karangan ini juga akan diper-
itu sendiri. tiwa yang diakibatkan oleh proses
sar yang dijadikan landasan kam- tegaskan perJunya mengkaji kern-
Akh im ya, perl u dipersoalkan peralihan kehidupan berbahasa
panye Bahasa Indonesia yang baik bali pokok-pokok pikiran tentang
secara tegas pula asumsi tentang yang semula dibiarkan tumbuh
dan benar itu. Beberapa asumsi kebahasaan yang kini dominan di
peran dan kedudukan para pem- tanpa dikendalikan penguasa pu-
lain yang belum terurai secara Indonesia.
bina dan penyumbang resmi pem- sat, menuju ke kehidupan berba-
eksplisit dapat semakin dipertegas
bakuan bahasa Indonesia, yang hasa yang dlatur dan diajarkan
berikut ini, . Apa yang pemah ditulis Bene-
oleh Yus Badudu (1985) dikatakan dari "atas".
Kita dapat mempersoalan dict Anderson dua dekade yang
sebagai orang' 'yang bekerja tanpa
kepentingan kampanye yang di- As language teaching has become a .lob. it lalu mengenai perkembangan mu-
pamrih.... membaktikan dirinya
hubung-hubungkan atau diatas has begun 10 cosl a 101 of monev. Words takhir Bahasa Indonesia agaknya
bagi kemajuan bangsa, bagi ke- ure now OIre of Ihe two largesl cal~gories of
namakan demi kepentingan nasio- masih dapat diamati pada masa
majuan orang banyak .... " dan marketed l'Qlues Ihal make lip the gros's
nal atau rakyat banyak. Sementara ini. Waktu itu ia menulis tentang
"harus kita hargai". Selama ber- nalional product (GNP). Money decides
Yus Badudu (1985) berbicara ten- whal shall be said, - who shall say it, when Jawanisasi Bahasa Indonesia yang
abad-abad masyarakat di seluruh
tang Bahasa Indonesia sebagai and what kind of people shall be target/ed dikaitkan dengan sejumlah krisis
kepulauan Nusantara tnt hidup
"bahasa kita" dan bahasa "yang for the message .... In schools people leant sosial-politik-ekonomi di Indonesia
berbahasa dan berbahasa yang hi- to speak as they should. Money is spent to
digunakan oleh seluruh bangsa sejak 30 tahun yang lalu. Apa
dup. Mereka menghasilkan sejum- make the poor speak more like the
Indonesia yang terdiri atas berba- wealthy, ... , ... .. yang dimaksudkan Anderson de-
lah kejayaan (di samping sejumlah
gal suku", Kompas (1985b) mela- ngan Jawan isasi bukan lah "cu/-
kekalahan) dan prestasi kebudaya-
porkan hasil suatu survei oleh Proses peraHhan kehidupan berba- hlw/ imperialism of the Jauanese"
an (walau bukan tanpa korban)
P.W.J. Nababan dan Tony S. hasa ltu dipahami secara mendasar seperti yang mungkin pernah dise·
yang dibangga-banggakan sebagi-
Rachmadie bahwa, pada tahun oleh Illich (1980:37) sebagai awal but-sebut orang, melainkan suatu
an besar bangsa Indonesia kini.
1980-1981, lebih dari 88% pendu- dari proses kegiatan lain yang se- proses perubahan sosial yang ru-
Semua ltu dihasilkan tanpa ada
duk Indonesia tidok menggunakan rupa: peralihan menyusui anak mit dan kompleks. Proses itu, me-
pembakuan bahasa yang dikenda-
Bahasa Indonesia sebagai bahasa dengan buah dada menjadi dengan nurut Anderson, anlara lain ditan-
likan dari "pusat", Jadi tidaklah
ibu atau bahasa pertama. susu botol. Dari kehidupan ekono- dai oleh ketidak-berdayaan Bahasa
benar jika diasumsikan seperti
mi subsistence menuju welfare, Indonesia sendiri sebagai modal
Kita juga perlu mempertegas oleh Pamusuk (Kompas 1984)
Dari kegiatan produksi untuk di- kerangka berpikir mutakhir,' Me-
persoalan asumsi kampanye bahwa bahwa orang tidak bisa berbahasa
pakai bagi pemenuhan kebutuhan nurutnya pula, proses itu rnenam-
banyak orang Indonesia yang ber- dengan benar kalau belum ada
sendiri menjadi produksi untuk pilkan sejumlah wajah yang dapat
bahasa secara tidak baik dan tidak standard isas i b ahasa. J ustru stan-
pasar, Padaha!, ada yang lebih diamati: (I) peng-Krama-an publik
benar. demi diabsahkannya usaha dardisasi bahasa, setidak-tidaknya
parah dan serius dari semua itu. Bahasa Indonesia: (2) timbulnya
kampanye untuk memperbaiki dan dalam konteks seperti masyarakat
IlIich (1980:39) menggunakan pe- Ngoko baru dalam Bahasa indo-
me m ben a rka n bahasa mere ka. mutakhir kita, melumpuhkan ke-
ringatan Dante (1265-1321) bahwa nesia; (3) memudarnya watak re-
Yang menarik, walau asumsi se- kuatan atau daya hidup dan mo-
bahasa yang mesti dipelajari, yang volusloner dari Bahasa Melayu
perti itu juga dipakai Yus Badudu biBtas sosial-politik-ekonomi ma-
mesti patuh pada tata bahasa, tl- lingua-franca; (4) kebangkitan
(1985). tetapi ia mempunyai suatu syarakat luas, Sebab, bukan saja
dak bisa tidak merupakan bahasa kembali citra ke-Jawa-Jawa-an da-
pa n dangan: " And a j a ngan hanya. dalam waktu yang cukup panjang
yang mati. lam kancah politik (Anderson,
melihat kepada orang yang belum mereka tidak bakal mampu mena-
dah/membeli komoditi massal 1966: 109-115).
menguasai BI (Bahasa Indonesia] KEKUASAAN DAN PERUBAHAN
dengan baik", sebab katanya lagi, yang disebut bahasa Indonesia Dalam batas tertentu, pertum·
SOSIAl buhan pemikiran Bahasa Indonesia
"mencari kesalahan dan keku· baik dan benar ltu. Tapi dengan
rilnn",n ~il nOilt ml Idiln" { )cilniln "d"nv" sistern' produksi berbahasa Dalam ba~ian penutup untuk yanq baik oim benar menllTut saya
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
42 43

dapat dipahami dalam kerangka kebahasaan mutakhir tersebut, ada 17. Tetapi mengenai sebab-musa- Pembakuan Bahasa Indonesia
sejarah-soslal seperti yang pernah baiknya. klta menengok sekilas tlga bab terjadinya tingkat-tingkat ber- menuju ke bahasa yang dianggap
diajukan Anderson. Yakni Bahasa peristiwa penting. Pertama, seja- bahasa Jawa itu, pendapat Moe- baik dan benar memang tidak da-
Indonesia yang dianggap baik dan cah pertumbuhan awal Krama dan djanto dan Anderson tidak saling pat dianggap sarna persis dengan
benar sebagai bahasa "halus" Ngoko dalam bahasa Jawa. Kedua, berbeda. DaJam kata-kata Moe- penciptaan Bahasa Jawa Krama,
atau Krama bagi kaum terpeiajar sejarah bibit-bibit pemikiran ten- djanto (1985:271): "tataran ngoko- walau dampak sosial-politik-ekono-
atau "priyayi" mutakhir. Sedang- tang standardisasi bahasa naslonal krama memang sengaja dikem- minya dapat diperbandingkan. Ka-
kan bahasa yang dianggap tidak di tanah air ini. Ketiga, salah satu bangkan, sehingga menjadl rumit, rena itu, perbandingan tersebut
baik dan tidak benar dapat diban- contoh tertua sejarah awal pemba- sebagai alat politik, justru karena akan lebih lengkap jika disertai
dingkan dengan bahasa Ngoko kuan atau standardisasl hahasa di dinasti Mataram menyadari dirinya pula dengan perbandingan lain se-
yang , 'kasar' '. Ke- Krama-an Ba- Eropah. Dari pengamatan atas ke- berasal dari kalangan petani" . perti yang telah saya sebutkan di
hasa Indonesia mutakhir oleh An- tiga peristiwa yang ikut memberi- Terciptanya tingkatan bahasa itu atas.
derson (1966:1l1) pernah diban- kan sumbangan sendiri-sendiri pa- digunakan oleh penguasa Jawa
dingkan dengan ke-Krama-an Ba- da pertumbuhan kebahasaan di yang bersangkutan untuk menaik- Perbandingan berikut diambil
hasa Jawa Krama: terserapnya Indonesia mutakhir itu akan tam- kan derajatnya, untuk menciptakan dari peristiwa di Nusantara sendiri
istilah-istilah tua, dari bahasa San- pak betapa besar peran kekuasaan "jar ak sosia 1" (menu rut istilah yang terjadi pada Bahasa Melayu
sekerta dan Jawa Kuno yang di- dan kepentlngan penguasa dalam Moedjanto) di antara mereka yang di masa penjajahan Hindia Belan-
serta i konotasi kern u liaan, kejaya- masyarakat yang bersangkutan. berkuasa dan mereka yang dikua- da. Sudah cukup banyak pihak di
an dan gengsi tingg\. Bahasa In- Sejarah timbulnya Krama-Ngo- sal. Dengan demikian uraian An- antara kaum terpelajar kita yang
donesia dari masa revolusi yang ko Bahasa Jawa pernah diuraikan, derson maupun Moedjanto men- membahas keputusan pemerintah
pernah mempersatukan kaum anti- antara lain, oleh Benedict Ander- dukung pandangan kelompok penjajah Hindia Belanda yang me-
penjajah, oleh Anderson dicatat son (1982:76-78) dan G. Moedjanto Kontekstualis: berbahasa sebagai netapkan Bahasa Melayu Tinggi
sebagai bahasa yang tidak mem- (1985). Kedua sarjana itu menyam- kegiatan sosial yang berdaya kons- sebagai semacam bahasa baku
punyai akar mendalam secara ba- palkan uraiannya dengan gaya dan titutif. Bahasa bukanlah sekedar yang baik dan benar. Anton M.
tiniah bagi sebagian besar warga kerangka pandangan yang tidak alat komunikasi untuk membica- Moelibno (1977) misalnya, menje-
Indonesia. Kekuatan bahasa terse- seragam. Tetapi inti-inti pendapat rakan tentang "kenyataan", tetapi laskan kedudukan dan fungsi Ba-
but, menu rut Anderson (1966:105 - mereka mengenai sebab-musabab juga mendesakkan terbentuknya hasa Melayu Tinggi itu sebagai
106) segera mengempes setelah awal timbulnya Krama-Ngoko da- "kenyat aan" 36). "bahasa baku atau bahasa stan-
kekuatan penjajah asing itu bera- lam Bahasa Jawa bersifat saling dar ... Ragam ini tidak saja dite-
khir. Proyek pengembangan dan mendukung. Menurut Anderson laah dan diperikan, tetapi juga di-
pembinaan Bahasa Indonesia pada (1982: 76- 77) , Krama sebenarn ya 36) Pandangan yang sedikit atau ba- ajarkan di sekolah". Tidaklah ber-
masa ini bukannya menumbuhkan merupakan "penggunaan yang di- nyak mewarisi atau mewakili pandangan lebihan jika Anton M. Moeliono
akar·akar batiniah kebahasaan ter- bikin-bikin terhadap........ bahasa alas bahasa dari kelompok Universalis pasti (1977) menulis bahwa "bahasa
sebut, malah semakin memformal- menjelaskan gejaJa ini secara lain. Bahasa Melayu Tinggi dikenal juga seba-
yang. . .. lazim di kalangan orang dijelaskan sekedar sebagai "cermin" atau
kan, mengeringkan, dan menjauh- Jawa". Dan, Bahasa Jawa Krama "pantulan" alas kenyataan (yang dianggap gai bahasa sekolah". Jadi bukan
kan kehidupan batiniah masyara- terbentuk di luar kegiatan berbahasa). Per- bahasa yang hidup dalam sebagian
kat dad bahasa nasionalnya. Se- itu terbentuk karena memang de- hatikan, misalnya pemyataan Maurils D.S. besar warga masyarakat, yang
mua ini diselenggarakan demi ter- ngan sadar dibentuk para pengua- Simatupang (1983) pada pidalo pengukuh- menghidupi dan dihidupi oleh me-
capainya peningkatan gengsi lem- sa Jawa sesudah abad 18 sebagai annya sebagai guru besar Fakultas Sastra
reka.
"kompensasi dari hilangnya ke- Universitas Indonesia: "Adanya ragam
baga, para pejabat dan pranata Ngoko, Kromo, dan Kromo Inggil dalam
sosial "resmi" serta kegiatan "il- kilasaan kongkrit". Tentang masa
bahasa Jawa, misalnya, merupakan refleksi
miah" dan administrasi/teknokra- awal timbulnya Krama-Ngoko da- struktur sosial yang terdapat dalam masya- Berbahasa" yang dijadikan judul pidato-
tik proyek "Pembangunan" yang lam Bahasa Jawa, G. Moedjanto rakat J awa". Pandangan demikian sesuai nya. G. Moedjanto sendiri di satu pihak
efisien. mempunyai pendapat yang sedikit dengan pandangan Simatupang yang me- menunjukkan timbal·balik di antara bahasa
berbeda. Menurut G. Moedjanto mandang bahasa sebagai "cara dan alat" dan kehidupan sosial (Moedjanto, 1985;295)
untuk berkomunikasi. Tetapi pandangan itu dan di pihak lain berpandangan bahasa
Untuk melengkapi wawasan (1985:278,295) hal itu sudah mulai agak bertentangan dengan usahanya mem- "merupakan pantulan dad" kenyataan so-
pemahaman kita pada gejala-gejala terjadi secara menonjol pada abad bicarakan "Aspek Sosial Budaya Dalam sial (Moedjanto, 1985:299).
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
44 45

Keputusan pemerintah Hindia' "tidak sekedar menyedlakan ba- pi! pada penerbitan roman Sitti' Indonesia selama berpuluh-puluh
Belanda tersebut bukanlah sekedar caan bagl orang muda. tetapl Juga Noerbaja (1922), yang ditulis oleh tahun kemudlan, bahkan hingga
keputusan menurut pertimbangan mengarahkan mereka ke suatu si- seorang pribumi dalam bahasa harl ini, tidak saja suatu versi se-
ilmiah kebahasaan. Tetapi hasil kap yang tidak membahayakan pe- yang pada waktu itu dianggap jarah kesusasteraan Indonesia mo-
dari suatu pertimbangan politik merintah" penjajah Hindia Belan- "baik" dan "benar". Novel yang deren, tetapi juga politik kebaha-
untuk mengukuhkan kekuasaan- da. Kedua, lembaga yang ..ama dalam sejarah kesusasteraan Indo- saan yang dikendalikan dan dia-
nya. Benar, keputusan itu kemudi- penting untuk diperhatikan karena nesia moderen versi resmi warisan jarkan dari "atas" untuk rakyat
an ikut berjasa mempersatukan perannya sebagai salah satu ben- pemerintah penjajah diunggul-ung- yang dianggap tidak atau belum
kaum terpelajar pribumi yang ber- tuk formal tertua pembakuan ba- gulkan sebagai salah satu contoh berbahasa dengan baik atau pun
sekolah. Tapi juga memperlebar hasa di Nusantara ini oleh pengua- ,"klasik" dan sebagai karya "pe- benar. Hingga tahun 1979, Teeuw
jurang pemisah di antara kaum sa pemerintah pusat, sebagaimana rintis" itu pada intinya berkisah (1979:14) masih berpendapat bah-
terpelajar itu dengan kehidupan dijelaskan Anton M_Moeliono tentang aspirasi "moderen" yang wa awal timbulnya (sejarah) ke-
sebagian besar rakyat pribumi di (1985: 17,90). Tindakan pemerintah datang dari Barat melawan aspi- susasteraan Indonesia moderen
lapisan bawah. Bahasa Melayu penjajah yang bermaksud mempe- rasidan tata sosi,aI pribumi yang merupakan berkat didirikannya Ba-
, Rendah pernah mempersatukan ngaruhi kaum terpelajar muda pri- "tradisional". Tokoh pahlawan da- lai Poestaka oleh pemerintah pen-
kaum terjajah dan membangkitkan bumi "ke suatu sikap yang tidak lam roman tersebut, Samsulbakhrl, jajah Hindia Belanda. Dengan pe-
kekuatan anti-penjajah yang ber- membahayakan pemerintah" pen- adalah seorang pribumi siswa se- mikiran semacam itu bangsa Indo-
watak "pribumi". Bahasa Melayu jajah itu bukannya tanpa alasan. kolah ala Belanda dan menjadi nesia seharusnya berterima kasih
Tinggi merupakan bahasa birokrat Pada masa itu (awal abad 20), bu- serdadu pemerintah penjajah. Se- kepada penjajah asing untuk jasa
yang pertumbuhan dan pengaja- kan saja sedang bertumbuh kesa- dang tokoh penjahatnya, Datuk mereka di bidang tersebut. Walau
rannya (di sekolah-sekolah) diken- daran nasicnalisme di kalangan Maringgih, adalah seorang pribu- sanggahan terhadap versi sejarah
dalikan oleh pemerintah penjajah. kaum terjajah yang bersekolah. mi, pemberontak kekuasaan peme- awal kesusasteraan Indonesia mo-
Pengendalian ini pasti tidak terle- Tetapi juga sedang berkembang- rintah penjajah, yang periu di- deren yang ·seperti itu telah ba-
pas dari kepentingan kekuasaan sl nya penerbitan buku-buku yang "tumpas" oleh serdadu seperti nyak diajukan berbagai pihak, na-
pengendali. Pengendalian itu se- menentang kepenUngan politik pe- Sam sulbakhri. 37) mun sanggahan-sanggahan itu
dikit atau banyak menghasilkan merintah penjajah, dan terbit da- tampaknya masih belum cukup
suatu benteng pertahanan bagi lam bahasa Melayu Rendah. De- Apa yang diwariskan para pe- kuat menumbangkan versi yang
kekuatan penjajah. Lebih jauh lagi, ngan demlklan, proyek lembaga nguasa dan kaum terpelajar pro- telah mapan.38) Sedang mengenai
benteng tersebut berwajah pribu- yang disponsori pemerintah pen- duk pemerintah penjajah Hindia keputusan pemerintah penjajah
mi. Sehingga benteng ini bukan jajah itu tidak sekedar menerbit- Belanda kepada kaum terpelajar bahwa bahasa Melayu Tinggi
saja sulit untuk diambrukkan, te- kan buku-buku dalam bahasa yang (yang dianggap berasal dari
tapi bahkan sulit untuk dikenali diresmikan sebagai bahasa baik
sebagai benteng musuh (asing) dan benar; tetapi juga sekaligus 37) Kasus retorika politis kisah Silti
yang perlu dilawan. menertibkan bahasa dan pikiran Noerba)a ini sudah seringkali dipersoalkan 38) Hingga tahun 1985. misalnya dalam
kaum terjajah yang telah hidup beberapa pengamat sastra, misalnya Sa- Seminar Sastra yang diadakan Fakultas
Didirikannya Commissie I)oor dalam masyarakat, yang menghi- pardi Djoko Damono. termasuk dalam Sim- Sastra Universitas Diponegoro, 12-13 Sep-
de Volkslectuur (1908), yang ke- dupi dan dihidupi mereka. Tam- posium Nasional Sastra Indonesia Moderen tember 1985 di Semarang, tidalr. sedikit
1984 (SapardL 1984). Bahkan dua puluh orang yang masih menganggap sejarah ke-
muclian disebut Bala'! Poestaka (se- pilnya wajah "pribumi" dalam tahun yang lalu, saya mendengar pengka- susasteraan Indonesia moderen berawal se-
jak 1917), oleh pemerintah penja- operasi politik bahasa tersebut jian serupa oteh seorang guru bahasa dan kitar tahun 1920an. bukan 1870an. Salah
jah Hindia Belanda layak menda- tampak juga pada keterlibatan be- sastra di SMP kamL Tapi tampaknya peng- satu sanggahan terawal (terhadap anggap-
pat perhatian utama dalam pokok berapa intelektual pribumi balk kajian itu masih belum cUkup kua! melawan an ilu) yang seriDg diacu. orang ialah sang-
persoalan tersebu t belakangan. sisa-sisa warisan pemikiran kaum terpelajar gahan PTamoedya Ananta Toer dan Bahri
dalam penulisan maupun staf re- yang pernah bekerja pada pemerintah pen- Siregar pada tahun·tahun 1960an. Sang-
Lembaga ini penting untuk dlper- daksi penerbitan buku-buku ba- jajahan Belanda. Bahkan dalam buku ten- gahan ini bergema lagi semalr.in kua! sejak
hatikan setidak-tidaknya untuk dua caan oleh lembaga tersebut. tang kesusasteraan Indonesia yang saat ini tahun 1970an, Misalnya dalam karya-karya
alasan utama. Pertama, seperti paling lengkap dan bergengsi, Sitti Noer- tuBs Watson (1971,1982), Sykorsky (1980),
pernah ditulis oleh Sapardi Dioko Contoh terbaik dari keadaan ba)a masih dianggap "to a large extent 0- Salmon (1981), dan PTamoedya Anania
Damono (1984:14), lembaga ini yang tersebut belakangan itu tam- or pre-notionolist" (Teeuw. 1979:15). Toer (1982) sendiri.
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
46
47
Riauwj, yakni bahasa kaum terpe- di masa lalu yang menarik sekali
lajar, sebagai bahasa yang baik datang dari karangan Sutan Takdir pengembangan kemerdekaan menjadi apa yang kemudian dise-
dan benar untuk karya sastra mau- Alisjahbana (1957 :6-11) "Bahasa bangsa ini untuk bertumbuh seca- but Span yo 1 Baru, sumbangan
pun non-sastra tampaknya masih Indonesia Bahasa Persatuan" yang ra mandiri. pengabdian Nebrija kepada Ratu
belum ban yak dipersoalkan secara ditulisnya untuk Suara Umum (Su- Apa yang dibayangkan Alisjah- bersifat lebih mendasar dan pen-
kritis.39) rabaya) pada tanggal 7 Maret bana dan Nieuwenhuis tentang si- ting. Nebrija menjadi panglima
1932. Sambil mensyukuri pertum- kap penjajah Spanyol terhadap ke- perluasan wilayah kekuasaan Ratu
Seperti disebutkan di atas, ke- ke daerah yang "baru" yakni ke-
buhan bahasa Indonesia, Alisjah- hidupan berbahasa di tanah jajah-
putusan pemerintah penjajahan hidupan subsisten rak)'at sehari-
ban a menyalahkan "kekikiran" annya menghantar kita pada urai-
Hindia Belanda untuk mengkam- hari: bahasa! Nebrija menawarkan
penjajah karena tidak mengajarkan an mengenai sejarah awal pem-
panyekan suatu bahasa resmi dan kemungkinan bagi Ratu untuk
bahasa Belanda sebanyak-banyak- bakuan bahasa di dalam masyara-
baku melibatkan sejumlah perma- menjajah bahasa rakyatnya sendiri
nya kepada pelajar pribumi di kat Spanyol sendiri. Peristiwa itu
salahan yang cukup kompleks. Ke- dengan cara memaksakan bahasa-
Hindia Belanda. Ia mendukung sangat menarik dan penting, ka-
putusan itu tidak saja menjadi sa- ibu sang Ratu.
pendapat Niuewenhuis agar sebe- rena nampaknya itulah salah satu
lah satu bibit peng-Krama-an ba-
lum habis masa penjajahan Hindia contoh terawal di dunia untuk per- Buku tata bahasa pertama da-
hasa Indonesia, tetapi juga bib it
Belanda, bahasa Belanda diajarkan cobaan pemakaian bahasa demi lam sejarah bahasa-bahasa Eropah
nasionalisme karena bahasa yang
mereka pilih bukan bahasa Belan- seluas-luasnya di tanah jajahan kepentingan penguasa. Walau pe- moderen, menurut IIlich, adalah
da atau salah satu bahasa asing itu. Menurut Niewenhuis jika hal ristiwa itu tidak secara langsung buku tata bahasa Spanyol yang di-
lainnya. Tentang pilihan ini sejum- itu dikerjakan pemerintah penja- membentuk gejala yang terjadi di hasilkan Nebrija. Sementara ia me-
lah ahli telah mengemukakan taf- jah, maka bukan saja bangsa In- Indonesia masa ini, tetapi kedua- nyelesaikan buku tata bahasanya,
siran yang kurang lebih sera- donesia akan semakin cepat maju nya tak dapat dipisahkan. Apalagi Nebrija juga menyiapkan sebuah
gam .40) Tetapi salah satu tafsiran memasuki dunia moderen, tetapi karena adanya sejumlah kemiripan kamus yang, menurut IlIich, hing-
kejayaan (bekas) penjajah Hindia paralel di antara kedua peristiwa ga masa ini merupakan buku acu-
Belanda akan diperpanjang usia- di masa dan tempat yang berbeda. an terbaik mengenai bahasa Spa-
39) Dalam manuskrip novel Jejak Lang- nya. Seperti yang dikerjakan pen-
kah, Pramoedya Ananta Toer dengan bag us Seluruh uraian berikut menge- nyol Kuna. Dengan kaidah tata
jajah Spanyol di Filipina atau bahasa dan kaidah bentuk serta
menggambarkan reaksi tokoh Minke pada nai pembakuan bahasa terawal da-
siasat pemerintah penjajah tersebut: Amerika Selatan. Dukungan Ali- makna kata Nebrija menyediakan
"Orang-orang seperti aku, yang menggu- sjahbana pada pendapat Niewen- lam masyarakat Eropah moderen
diangkat dari tulisan Illich (1980), kendali bagi penguasa kerajaan
nakan bukan Melayu sekolah atau Melayu huis jadi menarik karen a jika se- untuk menguasai ke-Bhinneka-an
Gubermen, segera dapat menangkap mak- andainya pemerintah penjajah Hin- kecuali jika ada tambahan- tam-
sud Gubermen, ialah agar bocah-bocah bahan komentar yang akan dije- dalam kehidunan rakyat di keraja-
dapat menganggap [bahasa yang] bukan dia Belanda memenuhi harapan annya. Menurut Nebrija, seperti
Melayu Sekolah atau Gubermen sebagai Nieuwenhuis sulit untuk diramal- laskan sumbernya.41) Illich mem-
perkenalkan satu tokoh sejarah yang dilaporkan Illich, bahasa se-
bahasa rendahan yang tidak patut, tidilk kan bahwa hal itu akan sarna-sarna lalu merupakan jodoh kekuatan
sopan. Dengan demikian diharapkan mere- menguntungkan penjajah dan yang selama ini kurang kita kenaI.
ka tidak akan membaca koran, buku, atau Tokoh itu bernama Elio Antonio de kerajaan: mereka terbentuk bersa-
majalah Melayu Pasar, yang pada umum-
kaum terjajah. Apalagi lebih rna, bertumbuh dan berkembang
menguntungkan pihak kaum ter- Nebrija, yang hidup sejaman dan
nya tidak menggubris kebesaran Guber-
selingkung-pergaulan keraton bersama, serta runtuh bersama-
men, maka juga bukan diterbitkan oleh jajah. Bukannya mustahil hal itu sarna pula.
Gubermen. Dengan caranya yang tidak akan lebih berakibat tersambung- Spanyol dengan Christopher Co-
langsung Gubermen hendak menanamkan nya kekuatan penjajah daripada lumbus. Jika Columbus memberi- Nebrija meyakinkan Ratunya
ketidak percayaan Ipada segala yang serba kan sumbangan pengabdiannya ke- bahwa bahasa hidup rakyat yang
Melayu pasar". Dalam novel Jejak Langkah
yang diterbitkan Hasta Mitra (1985), bagian sekaligus terhadap apa yang kelak dinama- pada Ratu Spanyol dengan mele- tidak dikendalikan dan diatur akan
terkutip di atas tidak terdapat. kan bahasa Indonesia; di satu pihak karena barkan wilayah kekuasaan kerajaan menjadi suatu ancaman bagi kera-
sarna sekali tak ada maksud untuk menja- jaan. Karena itu Nebrija mengu-
dikan bahasa Belanda sebagai bahasa ke- sulkan perlunya menindas bahasa-
40) Belakangan, Anderson (1982:71) hidupan kolonial antar suku, di pihak lain 41) Tulisan lllich (1980) ini merupakan
mencuplik pendapat John Hoffman "bahwa karena Belanda memerlukan wah ana ko- salah satu dari sejumlah bahan acuan ter- bahasa rakyat yang tumbuh tanpa
pemerintah jajahan Belanda itulah justru munikasi tunggal untuk kawasannya yang penting untuk penyusunan karangan ini kendali itu. Argumentasi Nebrija
pendekar paling gigih dan paling terdepan heterogen itu". yang saya dapatkan atas kebaikan Prof. diajukan dengan latar belakang
Alton L. Becker. pengalaman masyarakat sejaman
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
48 49

yang mulai menikmati bacaan hi- rakyat, yakni bahasa yang bertum- alaman rakyat Spanyol abad 15 dapatkan pengesahan bagaimana
buran yang dinilainya "liar" atau buh dan berubah-ubah dari, oleh dan rakyat Indonesia masa kini. seharusnya mereka menyatakan
"murahan". Apa yang terjadi di dan untuk rakyat. Rampasan itu Mereka didudukkan sebagai pihak gagasan, kemarahan, kekecewaan,
akhir abad 15 di Eropah itu de- diolah dan diproduksikan kern bali ~ yang tergantung kehidupan sosial- cinta kasih, atau keprihatinan de-
ngan kata-kata kepada sesamanya.
ngan awal pertumbuhan percetak- menjadi bahasa baku yang mati nya, status sosialnya, dan mobili-
an buku, nampaknya dapat diban-
dingkan dengan Jatar belakang
pembentukan Balai Poestaka di
dan dijual serta sedikit atau ba-
nyak wajib dibeli rakyat. Keberha-
silan Nebrija membuat rakyat jadi
• tas sosialnya dari pencapaian pe-
lajaran bahasa baku yang dipro-
duksi dan dijual kaum elit dari
Bukanlah lelucon atau sesuatu
yang berJebihan jika Hersri (1981:
88) memperingatkan kit a bahwa
Betawi oleh pemerintah penjajah pihak yang tergantung, yang me- atas.43) Salah satu tampang gejala pengajaran bahasa harus dipahami
Hindia Belanda hampir 5 abad nadah bahasa produksi dari at as ini tampak secara menyolok dari dalam kerangka politik untuk me-
kemudian. Seperti perancang pen- tatanan sosiai. Seakan-akan rakyat kecenderungan sejumlah besar nanamkan patriotisme. Sebab, me-
dirian Balai Poestaka, Nebrija me- tidak dapat membaca atau menulis kaum terpelajar dan melek-huruf nurutnya, "tanpa dengan usaha
. yakinkan Ratunya akan penting- sesuatu dalam bahasa mereka sen- di Indonesia yang antri berkonsul- demikian maka bahasa nasional itu
nya suatu bahasa yang stan dar. diri jika tidak diajar berbahasa tasi dan mengajukan pertanyaan akan berupa kerangka teknis yang
tertentu yang ditetapkan dari kepada para "ahli" atau "pakar" hidup dalam abstraksi, kemudian
Hal ini dikomentari oleh IIIich
penguasa. Sejak itu, status sosial yang ber "wenang" mengenai ba- akan menjadi bahasa asing di ta-
(1980:35) dengan pandangan yang
dan mobilitas seseorang dapat di- gaimana seharusnya mereka ber- nah air sendiri dan - bukan pula
sangat menarik :
capai dengan membeli pelayanan bahasa dengan sesama warga ne- mustahil - bahkan bisa dianggap
Our contemporaries believe that standard- berbahasa yang resmi. gara. Mereka merasa tidak berda- sebagai bahasa kolonisator atas
ized language is a necessary condition to ya dalam berbahasa tanpa bantuan tanah air sendiri".
Apa yang terjadi di Spanyol 5
teach people to read. indispensable for the pihak-pihak yang diresmikan men- Kalau pun apa yang dikuatir-
distribution of printed books. '47> The argu- abad yang lalu memang tidak da-
jadi "ahli" bahasa. Mereka terma- kan Hersri tersebut telah mende-
ment ill 1492 in the opposite: Nebrija is pat dianggap sarna persis dengan
kan oleh kampanye tentang ke- kati kenyataan, mungkin hal itu
upset because people who speak in dozens apa yang terjadi di Indonesia masa
of distinct vernacular tongues have become mampuan berbahasa mereka sen- bukannya disebabkan karena ke-
ini. Terlalu gegabah jika kita lang-
the victims of a reading epidemic. They diri yang oleh pranata sosial resmi "jahat"an para ahli bahasa kita
sung saja menyamakan politik Ne-
waste their leisure. throwing away their dinilai tidak baik dan tidak benar. yang bermain politik. Mungkin
time on books that circulate outside of any brija dengan kegiatan para ahli
Bahasa Indonesia yang pernah me- yang terjadi justru sebaliknya;
possible bureauctic control. bahasa kita yang seperti dikatakan
reka hidupi dengan akrab telah mereka tidak dengan sengaja
Yus Badudu (1985), "bekerja tan-
Apa yang terjadi setelah Nebri- mereka tampik sendiri. Sebagai mempercepat terbentuknya status
pa pamrih .... membaktikan dirinya
ja berhasil melaksanakan proyek- gantinya mereka blingsatan quo kehidupan sosial-politik-ekono-
bagi kemajuan bangsa, bagi ke-
nya dilukiskan secara baik oleh mengejar produk-produk baru (ka- mi dengan kesibukan, ketulusan,
majuan orang ban yak' '. Kita tak
IIlich. Negara merampas bahasa ta, makna, tata ejaan, serta tata dan keahlian mengotak-atik "on-
usah terlalu mempersoalkan atau
kalimat) yang dijual dari para derdil" bahasa. Sebab, seperti te-
meragukan ketulusan sikap patrio-
"ahli" bahasa. Mereka berbon- lah dijelaskan di bagian atas tadi,
42) Bandingkan dengan pendapat Yus tik atau nasionalis seseorang se-
dong-bon dong berkonsultasi dulu pemikiran mendasar tentang ba-
Badudu (1985): "Kalau kita rnengatakan, perti Yus Badudu. Perbedaan hu-
bahwa tak ada gunanya rnengutik-utik terus dengan para pengasuh forum hasa yang selama beberapa deka-
bungan di an tara Nebrija dan Ratu
'onderdil' bahasa itu" untuk rnengernbang- "pembinaan" bahasa untuk men- de terakhir dominan di Indonesia
Spanyol dengan hubungan di an-
kan dan membina Bahasa Indonesia yang justru mengabaikan kajian sosial-
tara para ahli bahasa kita dengan
baik dan benar. lalu "bagairnana Anda
akan mcngajarkan bahasa di sekolah-seko- para pejabat pemerintahan cukup .6 politik-ekonomi kebahasaan terse-
gamblang dari ketegangan di an- 43) Apa yang bertahun-tahun diharap- but. Hal-hal itu dianggap berada
lah? Oi seluruh dunia. di tiap negara. ba-
hasa diajarkan seperti itu di sekolah-seko- tara para ahii bahasa dan pejabat I kan orang sepeni Anton M. Moeliono keli-
hatannya mulai terpenuhi. Kompas (1984)
di "Iuar" wilayah studi bahasa.
lah". Agaknya Yus Badudu perlu lebih cer-
mat mengamati sejarah bahasa. sejarah
pemerintahan di Indonesia masa melaporkan bahwa kenaikan pangkat war- Terlepas dari kadar kesenga-
dunia. dan sejarah sekolah. Tentunya kita kini seperti telah diuraikan di atas. tawan yang bekerja di harian Suara Karya jaan tersebut, apa yang terjadi di
tak rnau hanya rnernikir nasib elit yang ditentukan antara lain oleh kernarnpuan
Tapi di luar perbedaan-perbe- dalam masyarakat kita kini meru-
rnencari nafkah dengan menjual pelajaran berbahasa yang "baik dan benar" itu. De-
bah,asa baku di sekolah-sekolah dalarn sta- daan tersebut, ada suatu persama- mikian pula di kalangan birokrasi lernbaga pakan sesuatu yang teramat serius
tus quo kita masa ini. an yang mendasar di antara peng- pemerintahan. rnenurut laporan yang sarna. dan secara mendesak menuntut
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
51
50
Ariel Heryanto Drewes. G.W.J.
pengkajian secara mendasar dan DAFTAR ACUAN 1984 "Sastra 'dan' Politik', RIMA. 1929 "The Influence of Western Ci-
bersungguh-sungguh tentang ha- Vo1.18/Summer. University of vilization on the Language of the
Sydney, hal.6-43. East Indian Archipelago", The
kekat dan fungsi bahasa dalam ke- Abdussomad Effects of Western Influences.
hidupan nyata bermasyarakat. 1985 "Ganasnya Bahasa, Ganasnya
1983 "Berbahasa Yang Baik Dan Be- disunting B. Schrieke, Batavia:
Kekuasaan", Kompas, 30 April,
Tanpa kajian demikian kita masih nar: Apa Artinya?", Suara Kar-
ha1.IV. G. Kolff & Co.
akan secara dangkal berakrobatik ya. 7 Januari, hal.5. Errington, Shelly
Alisjahbana. S. Takdir Aristotle
dengan sejumlah perdebatan ten- 1958 The Pocket Aristotle. disunting 1974 "A Disengagement: Notes on the
1954 Tatabahasa Baru Bahasa Indone· Structure of Narrative in a Clas-
Justin D. Kapten, New York:
tang masalah-masalah makna, sia jilid I, cetakan VII. Jakarta: sical Malay Text", makalah Con-
Washington Square Press.
bentuk atau ejaan kata dan susun- Pustaka Rakyat. ference on Modem Indonesian
an kata-kata, serta pengajaran ba- 1957 Dari Pe1juangan Dan Pertumbuh- Badudu, Yus S. Literature, University of Wiscon-
hasa yang dianggap "baik dan be- an Bahasa Indonesia, Jakarta: 1980 Membina Bahasa Indonesia Ba- sin, ha1.2-12.
Pustaka Rakyat. ku. Bandung: CV Pustaka Prima.
nar". 1959 Tatabahasa Baru Bahasa Indone- 1982 Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. ce- Fish, Stanley
sia jilid II. cetakan XIX, Jakarta: takan XXI, Bandung: Pustaka 1980 Is There a Text in This Class?,
Walau secara langsung, akro- Cambridge: Harvard University
Pustaka Rakyat. Prima.
batik mahal seperti itu telah me- Anderson, Benedict R. 1985 "Bahasa Indonesia Bahasa Ki- Press.
musingkan dan membebani kaum 1966 "The Languages of Indonesian ta". Kompas. 15 Mei, hal.IV. Fou1cher, Keith
elit terpelajar kita, bukannya tidak Politics", Indonesia, No.1 (April), Becker. Alton dan I Gusti Ngurah Oka 1978 "Image and Perspective in Re-
ada dampak lebih besar (walau tak haI.89-116. 1974 "Person in Kawi: Exploration of cent Indonesian Literature". RI-
1972 "The Idea of Power in Javanese an elementary semantic dimen- MA, Vo1.l2/No.2, hal.l-16.
langsung) yang harus ditanggung Gadamer, Hans-Geog
Culture", Culture and Politics in sion", dalam Oceanic Linguistics.
rakyat kelas bawah yang tidak ter- Indonesia. disunting Claire Holt, No.13, hal.229-2S5. 1976 Philosophical Hermeneutics. di-
lalu perduli dengan isyu bahasa Ithaca: Cornell University Press. terjemahkan dan disunting David
yang "baik dan benar". Gunawan 1982 "Sembah-Sumpah, Politik Bahasa Becker, Alton L. E. Linge, Berkeley: University of
1979 "Text-Building. Epistemology, California Press.
Wiradi (1984) mengungkapkan dan Kebudayaan Jawa", Prisma.
and Aesthetics in Javanese Sha-
No.lI1Th.XIIhal.69-96.
pendapat yang tidak asing di kha- dow Theatre", The Imagination Goenawan Mohamad
layak umum: "Bahasa yang acak- Anton M. Moeliono of Reality. editor: Becker dan 1985 "Sedikit Tentang Kekuasaan" ,
1977 "Bahasa Indonesia dan Ragam- Yengoyan, Norwood: Ablex, hal. Honson, No.7 ITh.XX/ha1.221-
acakan adalah cermin dari kehi-
Ragamnya", bagian kedua dari 211-243. 224.
dupan yang acak-acakan pula". rangkaian tulisan di Kompas. 1982 "Binding Wild Words: Cohesion Gunawan Wibisono Adidarmodjo
Bahasa dianggap sebagai alat 25-26 Oktober. in Old Javanese Prose". cetak 1983 "Bahasa Indonesia Sebagai Pem-
pengungkap pikiran dan perasa- 1982 "Bahasa Dan Struktur Sosial", lepas, Jakalia: Bhratara. bentuk J alan Pikiran" , Suara
an.44) Padahal, bahasa yang Analisis Kebudayaan, No.3/Th. 1984 "Biography of a Sentence: A Karya, 18 Nopember.
II/hal.8-1S. Burmese Proverb", Text. Play, Gunawan Wiradi
"baik dan benar" harus dicapai 1984 Santun Bahasa. Jakarta: PT Gra- 1984 "Turut Belajar Membahas Baha-
and Story. editor Edward Bruma.
dengan belajar yang tidak murah media. Washington: American Ethnolo- sa", Kompas, 6 Maret, hal.lV.
harganya.45) Maka. "jangan ka- 19115 Pengembangan dan Pembinaan gical Society. hal.135-1SS. Hamel, A.G. Van
get kalau ada pihak tersekolah Bahasa. Jakarta: Penerbit Djam- 1972 Sedjarah Ilmu Bahasa, terjemah-
batan. an Willie Koen, Ende: Nusa In-
yang (diam-diam atau bisik-bisik) Budiman, Arief
1979 "Modernization. Development dah.
menilai kaum tak berduit, tak ber- and Dependence: A Critique on Hersri S.
sepatu, tak berparfum itu tak pu- "takdir". dan oleh Abdussomad (1983) the Present Model of Indonesian 1981 "Proses Pembentukan Bahasa
nya pikiran serta perasaan yang bersumber dari "naluri manusia" yang Development", dalam What Is Nasional Indonesia", Prisma,
baik dan benar" (Ariel, 1985)e bersifat "alamiah". Keberuntungan kaum Modem Indonesian Culture?, pe- No.9 (September), haJ.81-88.
, elit yang mempunyai kedudukan sosial-po- nyunting Gloria Davis, Athens: Humaini
litik-ekonomi istimewa dalam masyarakat Ohio University. 1985 "Romo Mangun: Awas Usaha-
dan memungkinkan mereka berbahasa de- Usaha Menjatuhkan Harga Wa-
44) Menurut Laksmi Dewanti (1985), ngan "baik dan benar" dipahami oleh 1982 "Sistem Perekonomian Pancasila, nita", Minggu Ini. 15 September.
bahasa prokem term as uk "bahasa pergau- Daoed Joesoef (1983). Tetapi menurut Kapitalisme dan Sosialisme", hal. VI.
Ian kasar, yang dipakai para penjahat". Daoed Joesoef. hal itu patut dibanggakan Prisma, No.lITh.XIIha1.l4-25.
oleh kaum elit, sebab, menurutnya pula, Humboldt, Wilhelm von
45) Perbedaan kemampuan berbahasa keberuntungan yang menciptakan kesen- 1983 "lImu-Ilmu So sial Indonesia A- 1969 "Introduction to Concerning the
yang bersumber dari perbedaan kedudukan jangan sosial-politik-ekonomi itu hanyalah Historis", wawancara dalam Pris- Variety of Human Language and
sosial politik-ekonomi ini, dipahami oleh "hasil sampingan (by-productc)" dan "ti- ma, No.6/Th.XII/hal.74-89. Its Influence on the Intellectual
Miska M. Amien (1985) bersumber dari dak buruk sarna sekali".
52
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
53
Development of Mankind", On hal.VI. ber, hal.IV. Winamo Surakhmad
Language, disunting Peter H. Moedjanto, G. I983b "Masalah Penirbaratan Ilmu So- 1985 "Demitoiogisasi Sektor Pendidit-
Salus, New York: Holt, Rinehart 1985 "Konsolidasi Kedudukan Dinasti sial dan Humaniora", Kompas, an". Kompas, 3 April, hal.IV.
and Winston. Mataram Lewat Pengembangan 13 Desember, hal.IV.
IlIich, Ivan Bahasa Jawa", Basis, No.7-81Th. Winsted!, R.O.
Sykorsky, W.V. 1939 An English-Malay Dictionary
1980 "Vernacular Value". CoEvolution XXXIV; 1980 "Some Additional Remarks on
Quarterly, Summer, haI.23-49., (third edition), Singapore: KeUy
Osman, Mohd.Taib dan Abu Hassan Sham the Antecedents of a Modem
Joesoef, Daoed (eds) & Walsh Ltd.
Indonesian llterature", Bijdra- Wittgenstein, Ludwig
1983 "B ah asa Akadem ik, Bahasa 1983 Warisan Prosa Klasi1c, Kuala gen 136. rv, hal,498-516. 1980 Culture and ValIN!, terjemahaa
Asin'g, Bahasa Indonesia", Sinar Lumpur: Dewan Bahasa dan Pus- Teeuw, A.
Harapan, 28 Oktober, hal.6. taka. ' Peter Winch, suptingan G.H. von
Jos Daniel Parera 1979 Modem Indonesian Literature, Wright, Chicago: The University
Pramoedya A. Toer Vol.l., The Hague: Martinus Nij-
1985 "Kapan Anda Berbahasa Indone- of Chicago Press.
1982 Tempa Doeloe, Jakarta: Hasta hoff. Wojiwasito, S.
sia Dengan Balk dan Benar", Mitra. Watson, C.W.
Sinar Harapan. 9 Juli, ha!.VI. Quinn. George 1965 Linguistii, Jakarta: Gunung
J ujun S. Suriasumantri 1971 "Some Preliminary Remarks on Agung.
1983 "The Case of the Invisible lite- the Antecedents of Modem Indo-
1983 "Apalah Artinya Sebuah Na- rature: Power, Scholarship, and Wolff, John U. dan Soepomo Poedjosoedar-
rna!", Kompas. 7 Juni. hal.lV. nesian Literature", Bijdragen,
Contemporary Javanese Writing" 127. IV, haI.417-433. mo
1985 "Peningkatan Sararia Berpikir 11- Indonesia, No.35 (April), hal.1-36 1982 Communicative Codes in Central
miah", Sinar Harapan, 13 Agus- 1982 "A New Introduction to Modem
Ramos, Terestita V dan Videa De Quzman Indonesian Literature", Indonesia Java, Linguistic Series VII, Itha-
tus. hal.VI. 1971 Tagalog For Beginners, Honolu- ca: Southeast Asia Program,
Keraf Circle, 29 (November), haI.33-40.
lu: University of Hawaii Press. Cornell University.
1984 "Upaya Membentuk Konvensi", Reid, Anthony dan David Marr (eds) Wilkinson, Richard James Zoetmulder, P.J.
Kompas, 28 Oktober, hal. VIII. 1979 Perceptions of the Past in 1901 A Malay-English Dictionary, Si· 1974 Kalangan, the Hague: Martinus
Keraf, Gorys Southeast Asia. Singapore: Asian ngapore: Kelly & Walsh Ltd. Nijhoff.
1984 Linguistilc Bandingan Historis, Studies Association of Australia. Williams, Raymond 1982 Old Javanese-English Dicti01lQry
Jakarta: PT Gramedia. Salmon, Claudine 1977 Marxism and Literature, Oxford: (Part I), 'S-GravenhRge: Martinus
Koentjaraningrat 1981 Literature in Malay by the Oxford University Press. Nijhoff.
1974 K ebudayaan. Mentalitet dan Chinese of Indonesia, Paris:
Pembangunan. Jakarta: PT Gra- A ssocia tion
media.
Kompas Salus, Peter H. (ed)
1984 "HasH Kampanye Bahasa Belum 1969 On Language: Plato to von Hum-
Terasa 'Meledak' ", 18 Oktober, boldt, New York: Holt, Rinehart,
hal.!. and Winston.
1985a "Kemampuan Berbahasa indo- Sapardi Djoko Damono
nesia Rata-Rata Siswa Mempri- 1984 "Sosiologi Sastra Indonesia Mo-
hatinkan", 10 Mei, haJJ. dern", makalah untuk Simposium
1985b "88 Persen Jumlah Penduduk In- Nasional Sastra Indonesia Mo-
donesia Berbahasa Ibu", 4 Sep- dern, 26-27 Oktober, di Yogya-
tember, hal.VI. karta.
Sch ere r, Sa vitri
Laksmi Dewanti 1981 "Yudhistira Ardi Nugraha: Social
1985 "Ketrampilan Berbahasa Pen- Attitudes in the Works of a Po-
tingkah?". Sinar Harapan. 14 pular Writer", Indonesia, No.311
September, hal. VI, VIII. Apri lIh a1.31-5 2.
Lukman Ali Simatupang, Maurits D.S.
1983 "Masih Soa1 Kalah Menang". 1983 "Aspek Sosial Budaya Dalam
Tempo. 21 Mel, ha1.75. Berbahasa", Suaro Karya. 28
Marbangun Hardjowirogo Oktober.
1983 "Pertarungan Bahasa Indonesia Slamet Im3n Santoso
Dan Melayu Tempo Doeloe". Si- 1983 "Bahasa Indonesia D,JIam Proses
nar Harapan. 19 Nopem ber, hal.6 Pengebirian", Sinar Haropan, 6
Desember, hal. 6.
Miska M. Amien Suhamo, I.
1985 "Hubungan Pikiran Dengan Ba- 1983a "Mencari Acuan Bahasa Indone-
hasa, Sinor Haropan. 18 Juli, sia Baku". Kompas, 26 Nopem-

Anda mungkin juga menyukai