Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

BAHASA INDONESIA/MKWU4108

Nama : Alya Jamila Rimadani


Nim : 042456224

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday!


2. Jelaskan perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan kongres VII
s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping)!
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!
1) Temukanlah infromasi awal, identitas dan topik artikel! (langkah survey)
2) Buatlah 3 pertanyaan yang relavan dengan is teks! (langkah question)
3) Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor
2! (langkah read)
4) Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada
nomor 3! (langkah recite)
5) Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)

Jawab!

1. Tujuh fungsi bahasa menurut M.A.K Halliday yaitu :


a). Fungsi Instrumental
Berfungsi memanipulasi lingkungan, menyebabkan hal atau peristiwa tertentu
terjadi.
Contoh “jangan membuka jendela”, mempunyai fungsi instrumental. Memiliki
daya perlokusioner atau efek sebuah kondisi tertentu.
b). Fungsi Regulatoris Bahasa
Mengontrol peristiwa, fungsi regulatoris bahasa tidak begitu “mengumbar”
kekuatan ketika menjalankan kontrol.
Contoh “dengan berkelakuan baik, anda dapat memperoleh pembebasan bersyarat
dalam 10 bulan”, aturan-aturan penjumpaan diantara manusia persetujuan,
ketidaksetujuan, kontrol perilaku, penetapan hukum dan kaidah. Semuanya adalah
ciri-ciri regulatoris bahasa.
c). Fungsi Representasional
Berfungsi untuk membuat pernyataan, menyatakan fakta dan pengetahuan,
menjelaskan atau melaporkan. “Menghadirkan kembali” realitas sebagaimana
orang melihatnya.
Contoh “matahari panas”, “presiden berpidato tadi malam”. Semuanya
menjalankan fungsi representasional.
d). Fungsi Interaksional
Berfungsi memastikan pemeliharaan sosial, istilah Malinowsky merujuk pada
kontak komunikatif antara dan di kalangan manusia yang memungkinkan mereka
membangun kontak sosial dan menjaga saluran-saluran komunikas tetap terbuka
adalah bagian dari fungsi interaksional bahasa. Komunikasi interaksional berhasil
menghendaki pengetahuan tentang slang, jargon, gurauan, folklore, norma budaya,
sopan santun dan pengharapan formalitas, dan kunci-kunci lain bagi pergaulan
sosial.
e). Fungsi Personal
Memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan perasaan, emosi, personalitas,
reaksi-reaksi “naluriah”. Individualitas seseorang biasanya dicirikan oleh
penggunaan fungsi personalnya dalam berkomunikasi. Dalam watak personal
bahasa, kognisi, afeksi, dan budaya semuanya berinteraksi.
f). Fungsi Heuristik
Berfungsi melibatkan bahasa yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan,
untuk mempelajari lingkungan. Fungsi heuristic sering disampaikan dalam bentuk
pertanyaan yang mengundang jawaban. Anak-anak umumnya menggunakan
fungsi heuristik sebagai pertanyaan yang tak henti-hentinya “mengapa” tentang
dunia sekitar mereka. Penyelidikan adalah sebuah metode heuristik untuk
memancing representasi realitas dari orang lain.
g). Fungsi Imajinatif
Berfungsi menciptakan sistem-sistem imajiner atau ide-ide. Mendorong, bergurau,
atau menulis novel membutuhkan penggunaan fungsi imajinatif. Puisi, kata-kata
yang diucapkan, permainan kata, dan contoh-contoh lain permainan bahasa juga
termasuk fungsi imajinatif. Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa kita bebas
melampaui dunia nyata untuk melayang ke ketinggian, keindahan bahasa itu
sendiri.

2. Peta konsep perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil


kongres VII s.d XI

Perkembangan Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil kongres

Kongres Kongres Kongres IX, Kongres X, Kongres


VII, Jakarta VIII, Jakarta Jakarta Jakarta VII, Jakarta

Pada Pada Pada Pada Pada

26 Oktober 14-17 28 Okt-1 Nov 28-31 Okt 28-31 Okt


1998 Oktober 2003 2008 2013 2018

Memiliki Menyimpulka Muncul Mengusung


Membahas
kesimpulan n rekomendasi tema

Mengusulkan Kongres -Bahasa -Pemantapan


Sumpah Indonesia kedudukan Menjayakan
dibentuknya
Pemuda 28 -Bahasa bahasa Bahasa dan
Badan
Okt 1928 Daerah -Peningkatan Sastra
Pertimbangan
menyatakan -Penggunaan sosialisasi Indonesia
Bahasa
bahwa para Bahasa Asing pembakuan
pemuda -Pengajaran bahasa
Indonesia Bahasa dan -Media
memiliki satu Sastra pendidikan
bahasa Meluncurkan
-Bahasa karakter
Media Masa -Penerapan
UKBI
Melahirkan pokok : -Peningkatan
-Memperkukuh kedudukan pengawasan -KBBI Braille
bahasa -Peran media -UKBI Daring
-Bahasa Indonesia bagi Penutur masa -Korpus Indonesia
Asing Yaitu : -Peningkatan -BIPA Daring
-Organisasi profesi Bahasa lembaga KPI -Aplikasi SPAI
-Perkembangan ilmu Indonesia -Dukungan -Kamus Vokasi
pengetahuan dan teknologi pendirian -Kamus Bidang Ilmu, dll
program studi
3. Teknik SQ3R adalah suatu metode membaca yang ditujukan untuk menemukan
ide pokok dan kalimat pendukungnya dalam bacaan, serta membantu mengingat
agar lebih tahan lama melalui 5 langkah kegiatan, yaitu : read, question, survei,
recite, dan review.

1) Survey

Judul Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Nama Majalah (Sumber) www.kompasiana.com
Bagian Pembuka Parenting menjadi isu hangat dewasa ini. Semakin
tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari
bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai
bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.
Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh
otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
Sub Judul Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat,
orang tua adalah cerminan anak, ornag tua dan anak
adalah setara, memperhatikan tentang perasaan dan
emosi.
Bagian Penutup Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat
dipahami bahwa gaya asuh mereka merupakan
perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya
authoritative (berwibawa). Demikian, perbedaan gaya
asuh orang tua di Amerika dan gaya asuh orang tua di
Jepang.
Penulis Buyung Okita
Tahun Terbit 2020

2) Question
1. Apa saja jenis-jenis gaya perenting?
2. Apa saja fase-fase gaya asuh orang tua di Jepang?
3. Jenis gaya asuh orang tua apa yang diterapkan di Jepang?

3) Read
1. Jenis-jenis Parenting ada 4, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif.
2. Fase-fase gay asuh orang tua di Jepang :
-Fase Balita (0-5 Tahun), anak diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan
kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang
tua beranggapan sebisa mungkin menemani putra-putrinya.
-Fase Anak-Anak (5-15 Tahun), fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Pada fase ini orang tua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
-Fase Remaja (15-20 Tahun), fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan
kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar berungkah
laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai diajarkan
independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa.
3. Jenis gaya asuh orang tua di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya
permisif dan gaya authoritative (berwibawa).

4) Recite
1. Jenis gaya asuh orang tua pada umumnya ada 4 yaitu :
- Otoriter, dimana orang tua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan perspektif anak.
- Berwibawa, dimana orang tua menjadi panutan teladan bagi anak-anaknya.
- Permisif, dimana orang tua tidak memberikan batasan-batasan pada anaknya.
- Protektif, dimana orang tua banyak memberikan batasan-batasan pada
anaknya.
2. Fase-fase gaya asuh orang tua di Jepang
-Fase Balita (0-5 tahun), pada fase ini hubungan orang tua dan anak sangat
dekat, orang tua sebisa mungkin menemani anak-anaknya, pada fase ini anak
dibiarkan bebas bereksplorasi.
-Fase Anak-Anak (5-15 tahun), pada fase ini anak mulai diajak dan diajarkan
disiplin, mulai diberi batasan-batasan.
-Fase Remaja (15-20 tahun), pada fase ini anak dipersiapkan untuk menjadi
dewasa, orang tua memberikan ruang untuk anak menjadi lebih mandiri,
sehingga hubungan orang tua dan anak tidak hanya sebatas orang tua tetapi juga
menjadi teman.
3. Dilihat dari fase-fase yang ada nampak jenis gaya asuh orang tua di Jepang
adalah perpaduan antara gaya permisif dan gaya berwibawa, dimana anak diberi
kebebasan namun para orang tua tetap menjadi panutan bagi anak-anaknya.

5) Review
Ada 4 jenis parenting yaitu otoriter, berwibawa, permisif, dan protektif. Di
Jepang gaya asuh orang tua diterapkan pada beberapa fase seperti Fase Balita (0-5
tahun), Fase Anak-Anak (5-15 tahun), dan Fase Remaja (15-20 tahun). Pada
masing-masing fase ini gaya asuh orang tua di Jepang berkembang dari gaya
permisif perlahan menjadi gaya berwibawa. Pada fase balita dibiarkan untuk
bebas bereksplorasi, lalu pada fase anak-anak diajarkan kedisiplinan hingga pada
fase remaja orang tua mempersiapkan anak-anaknya untuk mandiri untuk menjadi
dewasa. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan nilai budaya barat yang
menginspirasi, namun gaya asuh orang tua di Jepang dalam menyayangi
anak-anaknya tidak berubah.
Sumber :
Bahasa Indonesia/MKWU4108

Anda mungkin juga menyukai