Bab 3 Ranc P RKPD 2020
Bab 3 Ranc P RKPD 2020
BAB III
KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3. 2
Pertumbuhan PDB Sisi Lapangan Usaha Tahun 2019-2020 (Persen)
No Uraian 2020: Sebelum 2020: Setelah
2019a)
COVID-19 b) COVID-19c)
1. Pertumbuhan PDB 5,02 5,3 (0,4)–2,3
2. Pertanian, Kehutanan dan 3,6 3,7 0,8 –2,5
Perikanan
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.4
Target Pembangunan Tahun 2020 (Persen)
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
dan Bekasi; (4) Bantuan sosial khusus bagi keluarga terdampak di wilayah DKI
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, bagi 1,9 juta KPM selama 3
bulan; (5) Bantuan pembebasan serta pengurangan tarif listrik 450 VA dan 900
VA bagi penduduk miskin dan rentan; serta (6) pemanfaatan Dana Desa untuk
mengurangi dampak COVID-19. Dengan bantuan tersebut diharapkan angka
kemiskinan dapat ditekan pada kisaran 9,7–10,2 persen pada tahun 2020.
e. Indeks gini
Indeks gini yang mengalami penurunan secara bertahap sejak tahun
2015 hingga mencapai 0,380 pada September 2019 diperkirakan akan kembali
meningkat sebagai dampak penyebaran wabah COVID-19. Pada tahun 2020,
capaian indeks gini diperkirakan bisa menyentuh kisaran angka 0,379-0,381.
Angka ini berada di bawah 0,002-0,003 gini poin di bawah target RKP 2020
sebelumnya.
f. Indeks Pembangunan Manusia
Perlambatan pertumbuhan ekonomi berdampak pula pada IPM,
terutama pada komponen pengeluaran per kapita yang merupakan indikator
standar hidup layak. Penurunan pengeluaran per kapita ini disebabkan oleh
merosotnya konsumsi rumah tangga akibat menurunnya pendapatan dan daya
beli. Pembatasan aktivitas penduduk selama pandemi menyebabkan
banyaknya pekerja yang dirumahkan atau diberhentikan, serta terhentinya
aktivitas ekonomi pekerja informal.
Tekanan yang cukup besar bagi perekonomian ini dapat diminimalisir
jika sistem kesehatan mampu mengendalikan pandemi. Kecepatan
menghentikan penularan akan mencegah jumlah kematian yang besar,
mempercepat selesainya pandemi dan membatasi penyebaran COVID-19 pada
wilayah tertentu (disease containment). Namun saat ini sistem kesehatan
Indonesia masih relatif lemah disebabkan oleh kecilnya investasi di sektor
kesehatan, khususnya sektor kesehatan publik (public health) termasuk
infrastruktur dan kemampuan sumber daya pada aspek promotif, preventif
maupun kuratif. Alhasil, tekanan besar pada sistem kesehatan untuk
mencegah penularan dan menekan kematian karena COVID-19 berdampak
pada terhambatnya penanganan pelayanan kesehatan utama seperti kesehatan
ibu dan anak, gizi masyarakat dan pengendalian penyakit.
Pandemi COVID-19 juga berdampak nyata pada penyelenggaraan
pendidikan dengan pengalihan proses pembelajaran dari sekolah ke rumah
(keluarga), melalui pembelajaran daring berbasis teknologi informasi. Sebagai
langkah darurat, sekolah di rumah tentu saja penting, namun proses
pembelajaran daring tidak sepenuhnya efektif. Dampak lain yang juga harus
mendapat perhatian serius adalah kemampuan finansial keluarga (rumah
tangga) yang menurun karena kehilangan pekerjaan, sehingga tidak dapat
membiayai pendidikan bagi anak-anak mereka. Kondisi demikian dapat
menyebabkan siswa-siswa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan berikutnya. Dengan berbagai perkembangan tersebut, IPM
diperkirakan akan mencapai 72,11–72,16 lebih rendah dari sasaran yang
ditetapkan dalam RKP tahun 2020 sebesar 72,51.
g. Neraca Pembayaran
Kinerja neraca pembayaran Indonesia tahun 2020 (Tabel 3.5) mengalami
tekanan terutama pada neraca modal dan finansial, seiring dengan rendahnya
FDI dan arus modal asing keluar Indonesia (capital outflow). Penyebaran wabah
COVID-19 di berbagai negara dan ketidakpastian waktu penyelesaiannya
menyebabkan turunnya aliran FDI di tingkat global, termasuk ke Indonesia.
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.5
Neraca Pembayaran Indonesia 2019-2020 (US$ Miliar)
2020
No Uraian 2019a)
(Outlook)b)
1. Neraca Pembayaran Secara Keseluruhan 4,7 (2,4)–(1,1)
2. Neraca Transaksi Berjalan Sebagai persen dari PDB (30,4) (13,4)–(19,1)
(2,7) (1,3)–(1,7)
3. Neraca Perdagangan Barang 3,5 9,2 –5,5
4. Neraca Perdagangan Jasa (7,8) (6,6)–(7,6)
5. Neraca Pendapatan Primer (33,8) (22,2)–(24,0)
6. Neraca Pendapatan Sekunder 7,6 6,2 –7,0
7. Neraca Modal dan Finansial Sebagai persen dari 36,4 11,0 –18,0
PDB 3,2 1,0 –1,6
8. Investasi Langsung 20,0 6,2 –11,8
9. Investasi Portofolio 21,5 11,2 –13,0
10. Investasi Lainnya (5,4) (6,5)–(6,9)
11. Posisi Cadangan Devisa 129,2 126,8 –128,1
− Dalam bulan impor 7,3 9,4 –8,7
Sumber: Rancangan Awal RKP 2021
a) Bank Indonesia, 2020; b) Perkiraan Bappenas, Mei 2020
h. Keuangan Negara
Pendapatan negara dan hibah tahun 2020 diperkirakan turun seiring
dengan melambatnya kondisi ekonomi global dan domestik, serta menurunnya
harga komoditas, utamanya minyak dunia. Pemberian stimulus berupa insentif
fiskal dan penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen pada
tahun 2020 turut memperlebar berkurangnya penerimaan perpajakan.
Penerimaan PPN juga terimbas dari sisi melemahnya permintaan dan
berkurangnya aktivitas ekspor-impor dari sektor-sektor produktif, termasuk
sektor manufaktur yang berkontribusi terbesar terhadap PPN. Kondisi tersebut
berdampak pada penerimaan perpajakan yang diperkirakan akan mencapai
Rp1.462,6 triliun atau 8,7 persen PDB. Perkiraan tersebut turun 5,4 persen
dari realisasi tahun 2019. Selanjutnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
juga diperkirakan menurun akibat harga komoditas migas terutama harga
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
minyak mentah Indonesia yang menurun cukup tajam dan harga komoditas
nonmigas yang relatif berfluktuasi. PNBP diperkirakan turun menjadi sebesar
Rp 297,76 triliun pada tahun 2020.
Dari sisi belanja negara, pandemi COVID-19 berdampak pada
peningkatan yang signifikan untuk akselerasi penanganan dampak COVID-19.
Akselerasi tersebut diperlukan untuk mencegah berbagai krisis baik
kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan. Dibutuhkan tambahan belanja
untuk akselerasi penanganan pandemi COVID-19 yang diperkirakan mencapai
Rp 255,1 triliun untuk kebutuhan sebagai berikut (1) intervensi
penanggulangan COVID-19 sebesar Rp 75,0 triliun untuk bidang kesehatan
berupa insentif tenaga medis dan belanja penanganan kesehatan; (2)
tambahan jaringan pengaman sosial sebesar Rp 110,0 triliun; dan (3)
pemberian dukungan kepada sektor industri sebesar Rp 70,1 triliun berupa
pajak dan bea masuk yang ditanggung pemerintah, serta stimulus Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Tambahan belanja berupa stimulus fiskal diharapkan
mampu meningkatkan daya tahan sektor-sektor terdampak COVID-19,
menjaga daya beli masyarakat, serta memelihara keberlanjutan dunia usaha.
Seiring dengan akselerasi penanganan COVID-19 tersebut di atas,
belanja negara diperkirakan mencapai Rp 2.613,8 triliun, meningkat 13,1
persen dibandingkan realisasi tahun 2019, atau mencapai sebesar 15,5 persen
PDB. Berdasarkan komponennya, belanja pemerintah pusat diperkirakan
mencapai Rp 1.851,1 triliun atau 11,0 persen PDB termasuk tambahan belanja
penanganan COVID-19 sebesar Rp255,11 triliun pada tahun 2020.
Selanjutnya, Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diperkirakan
mencapai Rp. 762,7 triliun atau 4,5 persen PDB. Tambahan belanja tersebut
selain merupakan tambahan alokasi juga diperoleh melalui realokasi anggaran
dari belanja yang bersifat kurang mendesak, untuk kemudian dipusatkan ke
sektor kesehatan dan bantuan sosial.
Berdasarkan perkiraan pendapatan dan belanja negara tersebut, defisit
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 diperkirakan
mencapai Rp 852,9 triliun atau 5,1 persen terhadap PDB (Tabel 3.6). Defisit
tersebut akan dibiayai utamanya dari pembiayaan utang yang diperkirakan
mencapai sebesar Rp 1.006,4 triliun (rasio utang diperkirakan sebesar 36,4
persen PDB. Selain itu, pembiayaan defisit bersumber dari Saldo Anggaran
Lebih (SAL) sekitar Rp70,6 triliun dan pembiayaan investasi sekitar negatif
Rp229,3 triliun. Dukungan pembiayaan anggaran juga diberikan untuk
penanganan COVID-19 sebesar Rp150,0 triliun yang digunakan sebagai
pembiayaan pendukung program pemulihan ekonomi nasional.
Tabel 3.6
Postur APBN (Persen PDB)
Realisasi 2020
No Uraian 2019a) APBN Outlook Perpres 54/2020
1. Pendapatan Negara dan Hibah 12,2 12,8 10,5
2. Penerimaan Perpajakan 9,8 10,7 8,7
3. PNBP 2,6 2,1 1,8
4. Belanja Negara 14,6 14,6 15,5
5. Belanja Pemerintah Pusat 9,5 9,6 11,0
6. TKDD 5,11 4,9 4,5
7. Keseimbangan Primer (0,5) (0,1) (3,1)
8. Surplus / (Defisit) (2,2) (1,8) (5,1)
9. Rasio Utang 30,2 30,2 36,4
Sumber: Rancangan Awal RKP 2021
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.1
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dan Nasional
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.2
Pangsa perekonomian Provinsi di Jawa terhadap nasional
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
Gambar 3.3
Perbandingan pertumbuhan ekonomi provinsi di Jawa (%, yoy)
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Sisi Pengeluaran
Gambar 3.4
Perkembangan realisasi investasi di Jawa Barat
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.5
Perkembangan Impor Jawa Barat
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
Gambar 3. 6
Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan II 2020
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.7
Proporsi penggunaan pendapatan Triwulan II 2020
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.8
Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama II 2020
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Impor 6,97 5,53 5,25 4,41 5,46 -4,89 (8.7)-(8.30) (2.1)-(1.7) (3.5)-(3.1)
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
menjadi 0,15 persen (yoy) pada triwulan I 2020. Perlambatan kinerja sektor
perdagangan seiring dengan menurunnya konsumsi dan daya beli masyarakat
akibat pendapatan yang menurun serta pembatasan aktivitas usaha. Sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I 2020 mengalami
kontraksi yang cukup dalam yakni sebesar -10,92 persen (yoy). Hal ini
disebabkan oleh pergeseran musim tanam akibat anomali cuaca yang terjadi
pada tahun 2019. Periode panen baru terjadi pada triwulan II 2020. Selain itu,
banjir yang melanda di beberapa wilayah di Jawa Barat pada awal tahun 2020
mengakibatkan gagal panen pada komoditas hortikultura.
Gambar 3.9
Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
2019 2020
Uraian
I r
II r
III r
IVr
Total I II P
IIIP TotalP
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
7,21 11,82 8,61 1,71 7,25 5,26 (2.9)-(2.5) (1.0)-(0.6) 0.6-1.0
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 9,56 12,75 13,55 1,67 9,31 24,89 25.3-25.7 12.0-12.4 17.3-17.7
Jasa Keuangan dan
-0,48 -2,00 1,28 10,31 2,22 6,06 (3.1)-(2.7) 0.9-1.3 1.8-2.2
Asuransi
Real Estate 8,62 8,88 9,72 10,84 9,54 12,05 (2.3)-(1.9) 2.0-2.4 4.0-4.4
Jasa Perusahaan 6,52 11,44 9,12 9,63 9,18 9,82 (8.4)-(8.0) 2.6-3.0 1.7-2.1
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan 0,33 10,13 8,46 1,92 5,10 3,73 4.5-4.9 4.6-5.0 3.5-3.9
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 3,61 1,00 8,31 7,76 5,19 9,78 (5.5)-(5.1) 1.7-2.1 2.2-2.6
Jasa Kesehatan dan
6,05 13,48 14,88 3,73 9,48 8,83 8.9-9.3 8.9-9.3 8.6-9.0
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 6,93 8,06 7,36 6,27 7,14 5,67 (9.9)-(9.5) (3.4)-(3.0) (1.3)-(0.9)
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
b. Laju Inflasi
Inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2020 tetap terkendali dan berada pada
rentang sasaran inflasi 2020 yaitu 3%±1%, tepatnya sebesar 3,94 persen (yoy).
Nilai inflasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai
2,96 persen atau dengan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar
3,21 persen (yoy) (Gambar 3.10.a). Secara kumulatif Januari hingga Maret,
inflasi Jawa Barat triwulan I 2020 tercatat merupakan yang terendah kedua
selama 3 (tiga) tahun terakhir (Gambar 3.10.b).
a. b.
Gambar 3.10
a. Inflasi Jawa Barat dan Nasional; b. Inflasi kumulatif di Jawa Barat
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.11
Komoditas penyumbang inflasi dan deflasi Jawa Barat Januari-Maret 2020
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
Gambar 3.12
Inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Ramadhan dan Idul fitri 2020 di Jawa Barat tercatat lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata historisnya sehubungan dengan dua penyebab utama, yaitu
penurunan permintaan akibat menurunnya daya beli masyarakat serta periode
puncak panen padi dan hortikultura pada triwulan II 2020. Realisasi inflasi
bulan April sebesar 3,77 persen (yoy) dan pada bulan Mei 2020 terjadi deflasi
sebesar 2,93 persen (yoy). Sedangkan pada triwulan III 2020, tekanan inflasi
Jawa Barat diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2020
meskipun masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional.
Tekanan inflasi keseluruhan pada tahun 2020 diperkirakan berada dalam
kisaran inflasi nasional 3%±1% (yoy) bahkan berpotensi berada pada rentang
bawah target, sehubungan dengan adanya penurunan daya beli masyarakat dan
penurunan permintaan sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Beberapa
faktor pendorong inflasi antara lain administered price, seperti kenaikan cukai
hasil tembakau, kenaikan harga komoditas pangan tertentu akibat kendala
pasokan, kenaikan permintaan pada komoditas kelompok kesehatan serta
kenaikan komoditas pendidikan yang tetap menjadi prioritas masyarakat di
tengah pandemi. Sedangkan faktor penahan inflasi lebih disebabkan oleh
turunnya harga komoditas dunia, khususnya minyak bumi, dan pembatasan
aktivitas yang berdampak pada penurunan permintaan komoditas angkutan.
Bappeda Provinsi Jawa Barat pun mencatat laju inflasi dari tahun ke
tahun “year on year” (Desember 2019 terhadap Desember 2018) sebesar 3,21
persen. Pada tahun 2020, berdasarkan analisis outlook ekonomi yang
dilakukan UNPAD, inflasi diperkirakan bergerak antara 2 persen dan 4 persen.
Nilai ini senada dengan BI yang memprediksikan inflasi sekitar 3%±1% (yoy).
c. Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat kembali menurun pada
Februari 2020 di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan I
2020. Hal ini sehubungan dengan pandemi COVID-19 pada Maret 2020 belum
terpotret dampaknya pada hasil survei Februari 2020. TPT Jawa Barat menurun
dari 7,73 persen pada Februari 2019 menjadi 7,69 persen pada Februari 2020
(Gambar 3.13).
Gambar 3.13
Perkembangan jumlah penduduk bekerja dan TPT Jawa Barat
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
bawah (23,8 persen), diikuti lulusan SMP (23,1 persen) dan SMK (21,9 persen)
(Gambar 3.14.a). Adapun TPT tertinggi berdasarkan pendidikannya masih
terjadi pada tingkat pendidikan SMK yakni mencapai 11,30 persen, diikuti
Diploma I/II/III (10,95 persen), SMP (9,34 persen) dan SMA (8,91 persen)
(Gambar 3.14.b). Kondisi ini mengindikasikan tingkat pengangguran pada
lulusan pendidikan tinggi dan menengah di Jawa Barat masih sangat tinggi.
a. b.
Gambar 3.14
a. Pangsa penganggur berdasarkan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan; b.
TPT berdasarkan tingkat Pendidikan terakhir
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
Berdasarkan data dari Bappeda Provinsi Jawa Barat, capaian TPT Provinsi
Jawa Barat di tahun 2019 yaitu 7,99 persen dari target yang ditetapkan 7,70-
8,00 persen. Namun dengan adanya pandemi COVID-19, mengacu pada analisis
outlook ekonomi yang dilakukan UNPAD, pada tahun 2020, pengangguran
diprediksi meningkat dari menjadi 12% dalam skenario terparah.
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3. 15
Tingkat kemiskinan dan ketimpangan (Indeks gini) Jawa Barat
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
12 % 0.45 POIN
6.33 5.98
6 0.315 0.318
0.30
4
0.35
0.25
% KEMISKINAN PERKOTAAN % KEMISKINAN PEDESAAN SEP'12 SEP'13 SEP'14 SEPT'15 SEP'16 SEP'17 SEP'18 SEP'19
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
rendah cenderung memiliki profesi yang lebih beragam, seperti pada sektor
industri keuangan atau sektor jasa.
Gambar 3.15
Tingkat kemiskinan 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Mei 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Gambar 3.16
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat, 2010-2019
Sumber: BPS, Februari 2020
Pada tahun 2020 ini, besaran IPM Provinsi Jawa Barat berdasarkan
RPJMD Jawa Barat 2018-2023 ditargetkan antara 71,91–72,52. Namun dengan
adanya Pandemi COVID-19, IPM akan terkoreksi sekitar 71,5, tumbuh lebih
lambat dibandingkan tahun 2019 (72,03).
3.1.1.3 Kondisi Ekonomi Kabupaten Cianjur
Realisasi ekonomi daerah di tahun 2019 mampu tumbuh di atas 5
persen dan berada di atas pertumbuhan nasional maupun Provinsi Jawa
Barat, Namun di tahun 2020 berjalan perekonomian Kabupaten Cianjur
tampaknya mengalami penurunan sejalan dengan merebaknya pandemi
COVID-19 yang berdampak pada berbagai sektor perekonomian daerah
diantaranya pariwisata, UMKM, industri dan lain-lain.
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.9
Pertumbuhan PDRB sisi Lapangan Usaha Kabupaten Cianjur
Tahun 2019 – 2020 (Persen)
**Proyeksi 2020 **Proyeksi 2020
Realisasi
No Uraian Sebelum COVID- Setelah COVID-
2019*
19 19
1. Pertanian, Kehutanan, dan 2,61 2,77 -0,46 – 1,81
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian (0,50) 1,90 -0,80 - (-0,37)
3. Industri Pengolahan 11,05 10,02 1,09 – 5,23
4. Pengadaan Listrik dan Gas 2,28 4,02 1,14 – 1,94
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 6,31 6,51 -2,29 – 4,18
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6. Konstruksi 4,60 6,82 1,42 – 1,75
7. Perdagangan Besar dan Eceran; 4,76 4,87 0,50-0,52
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 8,11 8,70 -3,93 – 2,77
9. Penyediaan Akomodasi dan 7,04 8,35 -6,31 – 0,97
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 8,58 11,33 10,22 – 16,31
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,29 6,47 4,33 – 5,25
12. Real Estate 10,68 8,32 4,68 – 4,92
13. Jasa Perusahaan 9,09 8,38 2,08 – 3,44
14. Administrasi Pemerintahan, 3,08 3,41 2,35 – 3,34
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 6,30 7,50 3,15 – 6,20
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 7,80 10,05 7,41 – 11,93
Sosial
17. Jasa lainnya 7,24 8,36 -0,91 – 5,28
Pertumbuhan PDRB 5,47 5,87 0,3 – 3,1
Sumber : * BPS, **Hasil Analisis Bappeda, 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
b. Tingkat Pengangguran
Hasil analisis dampak COVID-19 terhadap ketenagakerjaan
menimbulkan banyaknya pengangguran akibat adanya pemutusan hubungan
kerja, dirumahkan terutama di sektor industri dan pariwisata. Tahun 2019
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 9,72 persen dan diperkirakan
kembali meningkat di tahun 2020, diharapkan maksimal dikisaran 10,12
persen.
c. Laju Inflasi
Laju inflasi Kabupaten Cianjur tahun 2019 sebesar 2,33 persen, lebih
rendah dibandingkan inflasi tahun 2018 sebesar 2,95 persen. Laju inflasi ini
lebih rendah dibandingkan laju inflasi Jawa Barat sebesar 3,21 persen
maupun nasional sebesar 2,72 persen. Laju inflasi di tahun 2020 diperkirakan
relatif stabil, tidak mengalami lonjakan yang tinggi seiring dengan menurun
daya beli masyarakat karena menurunnya tingkat pendapatan dan
pembatasan kegiatan ekonomi masyarakat. Perkiraan laju inflasi tahun 2020
tetap dapat dipertahankan di angka 3,0 + 1,0 persen.
d. Tingkat Kemiskinan
Angka kemiskinan Kabupaten Cianjur dari tahun ke tahun terus
menurun signifikan. Tahun 2019 tingkat kemiskinan sebesar 9,15 persen
menurun dari tahun sebelumnya sebesar 9,81 persen. Dampak COVID
menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat akibat dari bertambahnya
pengangguran dan berkurang aktivitas ekonomi karena adanya pembatasan
aktifitas di luar rumah. Banyak penduduk yang berkurang pendapatan
menyebabkan mereka rentan jatuh di bawah garis kemiskinan dan berakibat
meningkatnya penduduk miskin di Kabupaten Cianjur. Tahun 2020
diperkirakan tingkat kemiskinan kembali meningkat ke kisaran 9,9 persen.
f. Indeks Gini
Indeks gini merupakan indikator untuk menunjukkan ketimpangan
tingkat pendapatan secara menyeluruh. Tahun 2016 – 2018, indeks gini
Kabupaten Cianjur relatif konstan dan nilainya lebih rendah dibandingkan
indeks gini Jawa Barat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
ketimpangan pendapatan di Kabupaten Cianjur relatif lebih rendah di
bandingkan ketimpangan pendapatan di Jawa Barat. Tahun 2020, tekanan
kondisi ekonomi terdampak COVID-2019 akan berpengaruh terhadap
penurunan pendapatan masyarakat. Namun penurunan ini diperkirakan tidak
terlalu berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat
sehingga indeks gini tetap dapat dipertahankan di angka 0,35 poin.
Indikator ekonomi 2019 dan 2020 untuk Kabupaten Cianjur dapat
dilihat pada Tabel 3.10.
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.10
Indikator Ekonomi Kabupaten Cianjur
Tahun 2019 dan 2020
No Uraian Realisasi 2019* Proyeksi 2020**
Tabel 3.11
Perbandingan Indikator Ekonomi Nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Cianjur
2019 dan 2020
No. Uraian Nasional Provinsi Jawa Barat Kab.Cianjur
2019 2020* 2019 2020* 2019 2020*
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,02 (0,4) – 2,3 5,07 1,2 -1,6 1 5,47 0,3 – 3,1
(LPE) (poin) (2,1)-0,6 2
2. Laju Inflasi (%) 2,72 3,0±1,0 3,21 3,0±1,01 2,333 3,0±1,01
2 – 42
3. Tingkat Pengangguran 5,3 7,8 - 8,5 7,99 12,02 9,72 10,12
Terbuka (TPT) (%)
4. Tingkat Kemiskinan (%) 9,2 9,7 – 10,2 6,82 7,22 9,15 9,9
5. IPM (poin) 71,92 72,11- 72,03 71,52 65,38 65,08
72,16
6. Indeks Gini (poin) 0,380 0,379- 0,398 0,37-0,382 0,35 0,35
0,381
Catatan : Prediksi 2020 Prov Jawa Barat 1 =BI ; 2 =UNPAD (yang ditulis skenario terparah) ; 3 =
mengacu ke Kota Sukabumi. Data Kabupaten Cianjur Tahun 2019 bersumber dari BPS sedangkan tahun
2020 hasil analisis Bappeda Cianjur Tahun 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Strategi dan arah kebijakan ini harus lebih tajam merespon tantangan
yang dihadapi dalam jangka pendek di Tahun 2019 dan 2020. Seiring kondisi
perekonomian, tantangan dan prospek yang telah dijelaskan dan disajikan
pada bagian sebelumnya, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan
ekonomi Jawa Barat untuk Tahun 2020, sebagai berikut:
1. Strategi mempercepat pencapaian sasaran Jawa Barat sebagai daerah
pertanian, kehutanan, kelautan, dan perikanan yang mandiri. Strategi ini
ditempuh dengan menyediakan pangan yang berkualitas bagi masyarakat
dengan arah kebijakan meningkatkan ketersediaan, akses, distribusi,
keamanan, dan penguatan cadangan, serta konsumsi pangan yang beragam.
Hal tersebut perlu diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang saat ini masih
memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap PDRB Jawa Barat. Secara
regional, potensi lapangan usaha ini masih cukup besar, nampak dari data
pangsa PDRB lapangan usaha tersebut terhadap total PDRB di 14
kabupaten/kota yang dalam kurun waktu 2010-2016 rata-rata di atas Jawa
Barat. Keempatbelas kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten
Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota
Banjar.
Dengan demikian belanja program terkait peningkatan pertumbuhan
ekonomi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dapat
diprioritaskan pada keempatbelas kabupaten/kota tersebut. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi lapangan usaha tersebut tentunya membutuhan
investasi yang ditujukan untuk peningkatan produktivitasnya secara
menyeluruh melalui kegiatan penyediaan bibit unggul maupun teknologi
tepat guna. Pemerintah daerah perlu memberikan insentif bagi para investor
yang akan berinvestasi di kegiatan ini. Perlindungan lahan-lahan pertanian
pun harus konsisten dilakukan. Selain itu dalam memotong rantai pasok
perdagangan komoditas pertanian, kehutanan, dan perikanan sehingga
harga pangan serta ketersediaan pangan dapat terpenuhi, nampaknya
kehadiran BUMD Pangan dapat menjadi salah satu pilihan.
BUMD langsung beli dari petani untuk selanjutnya dijual langsung ke
konsumen, sehingga terjadi efisiensi rantai dagang dan harga lebih
terjangkau. Arah kebijakan ini sejalan dengan arahan nasional yaitu
meningkatkan pertumbuhan potensial Indonesia melalui transformasi
struktural untuk peningkatan kesejahteraan, revitalisasi industry
pengolahan, modernisasi pertanian dan transformasi sektor jasa.
2. Strategi mengembangkan inovasi untuk peningkatan
produksi/produktivitas dan nilai tambah hasil pertanian, kehutanan, serta
kelautan dan perikanan perlu diwujudkan melalui peningkatan kontribusi
agroindustri terhadap PDRB dan kesempatan kerja lokal. Pembangunan
aktivitas-aktivitas kegiatan usaha yang memiliki keterkaitan erat baik
kedepan maupun kebelakang dengan sektor ini, sehingga diharapkan
mampu membentuk klaster-klaster aktivitas usaha yang kompetitif.
Pembangunan aktivitas ini seyogyanya ditunjang oleh penyediaan faktor
produksi yang mencukupi dan terampil, serta infrastuktur yang memadai.
Arah kebijakan ini sejalan dengan arahan nasional yaitu meningkatkan
pertumbuhan potensial Indonesia melalui transformasi struktural untuk
peningkatan kesejahteraan, revitalisasi industri pengolahan, modernisasi
pertanian, dan transformasi sektor jasa.
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Kualitas hidup, pendidikan dan stabilitas sosial. Kedua hal tersebut menjadi
faktor yang perlu ditingkatkan. Investasi sumber daya manusia dapat
dilakukan melalui program-program yang menekankan pada aspek-aspek
berikut:
a. Keterampilan berbasis kekuatan ekonomi lokal untuk percepatan
pengembangan ekonomi di Jawa Barat melalui:
(1) Pembangunan sarana dan sarana pendidikan yang memadai, serta
meningkatkan aksesibilitas setiap warga untuk mengenyam
pendidikan dasar sesuai dengan program nasional
Untuk pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tinggi,
diarahkan untuk membangun sarana dan sarana Pendidikan yang
sesuai dengan potensi perekonomian lokal yang ada baik dengan
anggaran pemerintah maupun mendorong investasi swasta di sektor
pendidikan menengah dan tinggi.
(2) Identifikasi kebutuhan tenaga kerja terampil dengan cara
menyeleraskan penawaran tenaga kerja dengan pemintaan skill oleh
perusahaan. Hal ini ditindaklanjuti dengan penyusunan kurikulum
pelatihan berbasis kebutuhan lokal. Kurikulum dapat dimanfaatkan
oleh sekolah formal, BLK maupun kursus (non-formal).
(3) Revitalisasi BLK sebagai wadah pelatihan terpadu. Dengan adanya
keterbatasan BLK, pelatihan tentunya tidak dapat dilakukan untuk
semua sektor ekonomi, melainkan dapat dioptimalkan untuk sektor
yang memerlukan skill tertentu seperti industri pengolahan dan
pariwisata.
(4) Investasi pada riset dan penelitian terkait diversifikasi pangan untuk
mendukung ketahanan pangan.
(5) Pengenalan IPTEK tepat guna untuk peningkatan produktivitas
tenaga kerja untuk penguatan daya saing produk dan destinasi
wisata Jawa Barat agar dapat bersaing di tingkat nasional maupun
internasional.
b. Investasi terkait modal sosial dapat dilakukan melalui program-program
yang menekankan pada aspek-aspek berikut:
(1) Peningkatan peran serta masyarakat dalam aktivitas produktif yang
dapat meningkatakan kesejahteraan ekonomi.
(2) Peningkatan akses terhadap dukungan modal usaha.
(3) Pembentukan jaringan diaspora untuk mendukung promosi produk
unggulan Jawa Barat serta mencegah terjadinya brain drain.
(4) Peningkatan ketahanan sosial melalui program dan kegiatan untuk
meningkatkan kesadaran hukum, kemandirian, dan tanggungjawab.
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3. 12
Proyeksi Pertumbuhan PDRB berdasarkan Lapangan Usaha
di Kabupaten Cianjur Tahun 2020
No Uraian Realisasi 2019 Proyeksi 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 2,61 -0,46 – 1,81
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian (0,50) -0,80 - (-0,37)
3. Industri Pengolahan 11,05 1,09 – 5,23
4. Pengadaan Listrik dan Gas 2,28 1,14 – 1,94
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 6,31 -2,29 – 4,18
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6. Konstruksi 4,60 1,42 – 1,75
7. Perdagangan Besar dan Eceran; 4,76 0,50-0,52
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 8,11 -3,93 – 2,77
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,04 -6,31 – 0,97
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 8,58 10,22 – 16,31
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,29 4,33 – 5,25
12. Real Estate 10,68 4,68 – 4,92
13. Jasa Perusahaan 9,09 2,08 – 3,44
14. Administrasi Pemerintahan, 3,08 2,35 – 3,34
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 6,30 3,15 – 6,20
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,80 7,41 – 11,93
17. Jasa lainnya 7,24 -0,91 – 5,28
18. Pertumbuhan PDRB 5,47 0,30 – 3,12
Sumber: Hasil Analisis Bappeda, 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3. 13
Indikator Makro Ekonomi Tahun 2020
Kabupaten Cianjur
Realisasi
No Uraian Proyeksi 2020
2019
1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,47 0,3 – 3,1
2 Indeks Pembangunan Manusia (poin) 65,38 65,40
3 Nilai investasi (Rp. Trilyun) 1,76 0,52
4 Indeks Kesehatan (poin) 76,78 76,82
5 Indeks Pendidikan (poin) 56,51 58,48
6 Indeks Daya Beli (poin) 64,41 64,43
7 Laju Inflasi (%) 2,33 3,0 + 1,0
8 Persentase penduduk miskin (%) 9,15 9,9
9 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 9,72 10,12
10 Indeks gini (poin) 0,35 0,35
Sumber: Hasil Analisis Bappeda, 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.14
Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun 2015-2019
(dalam jutaan rupiah)
REALISASI RATA -
RATA
No URAIAN PERTUM-
2015 2016 2017 2018 2019 BUHAN
%
1 PENDAPATAN 3.114.053,00 3.241.038,00 3.764.267,00 4.017.389,95 3.995.406,81 6,43
PENDAPATAN ASLI
1.1 454.637,00 455.156,88 535.232,53 569.844,59 628.558,81 8,44
DAERAH
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 122.681,00 131.691,90 170.746,31 192.762,03 195.831,00 12,40
Pendapatan Retribusi
1.1.2 27.422,00 18.482,44 20.911,69 28.261,49 34.470,00 5,89
Daerah
Pendapatan Hasil
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan 7.333,00 8.886,05 9.543,50 9.248,23 9.167,00 5,74
Daerah Yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli
1.1.4 297.201,00 296.096,49 334.031,02 339.572,83 389.088,81 6,97
Daerah yang Sah
1.2.2 Dana Alokasi Umum 1.443.963,00 1.569.946,98 1.542.820,70 1.548.376,28 1.627.020,00 3,03
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 213.520,00 502.316,90 576.310,13 617.131,83 564.171,00 27,49
LAIN-LAIN PENDAPATAN
1.3 929.574,00 631.032,70 1.027.761,40 1.201.351,89 1.105.008,00 4,42
DAERAH YANG SAH
Dana Bagi Hasil Pajak Prov 189.481,00 189.559,72 203.622,61 219.388,94 238.044,00 5,87
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.15
Realisasi Pendapatan Tahun 2018-2019 dan Proyeksi Pendapatan Daerah
Tahun 2020
(Dalam juta)
REALISASI PROYEKSI P RAPBD
NO URAIAN TAHUN TAHUN
2018 2019 2020
1 PENDAPATAN DAERAH 4.017.389,95 3.995.406,81 3.801.160
1.1 Pendapatan Asli Daerah 569.844,59 628.558,81 553.637.
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 192.762,03 195.831,00 144.389.
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 28.261,49 34.470,00 23.137.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 9.248,23 9.167,00 10.152.
1.1.3 yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang 339.572,83 389.088,81 375.957.
1.1.4 Sah
1.2 Dana Perimbangan 2.246.193,46 2.261.839,00 2.132.347
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 80.685,34 70.647,00 101.929
1.2.2 Dana Alokasi Umum 1.548.376,28 1.627.020,00 1.508.219
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 617.131,83 564.171,00 522.198
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 1.201.351,89 1.105.008,00 1.115.175
1.3.1 Pendapatan Hibah 258.213,12 284.939,00 252.471
1.3.2 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 219.388,94 238.044,00 226.461,79
Bantuan Keuangan dari Pemerintah 351.546,96 158.341
1.3.4 Daerah lainnya
1.3.5 Dana Desa 346.452,87 158.628,00 423.935
1.3.6 Dana Insentif Daerah (DID) 25.750,00 412.324,00
JUMLAH PENDAPATAN 4.017.389,95 3.995.406,81 3.801.160
Sumber: BPKAD Kabupaten Cianjur Tahun 2020
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3.16
Realisasi Tahun 2017-2018, Proyeksi P RAPBD Tahun 2019 dan Proyeksi
Belanja Daerah Tahun 2020
(dalam jutaan rupiah)
REALISASI
NO URAIAN TAHUN
2017 2018 2019
2 BELANJA DAERAH 3.664.119,18 4.000.993,75 3.935.268,66
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.960.221,22 2.014.010,30 2.094.980,89
2.1.1 Belanja Pegawai 1.320.186,19 1.311.153,86 1.361.467,04
2.1.2 Belanja Bunga - -
2.1.3 Dana Subsidi - -
2.1.4 Belanja Hibah 48.728,96 63.135,94 70.743,36
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 216,5 1.426,00 2.436,50
Belanja bagi hasil kepada Propinsi 4.463,42
3.650,16 5.315,58
2.1.6 /Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada 651.139,08
Propinsi/Kabupaten/Kota dan 586.107,39 631.201,56
2.1.7 Pemerintahan Desa dan Partai Politik
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 1.332,01 1.777,34 4.731,47
2.2 BELANJA LANGSUNG 1.703.897,96 1.986.983,44 1.840.287,77
2.2.1 Belanja Pegawai 121.675,03 107.941,21 123.430,54
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 759.008,23 950.431,92 1.026.203,63
2.2.3 Belanja Modal 823.214,70 928.610,30 690.653,59
BELANJA DAERAH 3.664.119,18 4.000.993,75 3.935.268,66
Sumber: Hasil pengolahan Bappeda
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tabel 3. 18
Proyeksi Alokasi Belanja Anggaran Prioritas pada Perubahan
RAPBD Tahun 2020
RKPD Tahun 2020 P RKPD 2020
No Uraian (Rp) (Rp)
KAPASITAS KEMAMPUAN KEUANGAN
A DAERAH 4.144.883.031.862,46 4.088.269.901.314,77
1 Pendapatan Daerah 4.109.883.031.862,46 3.801.160.149.282,00
Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran
2 (SiLPA) 35.000.000.000,00 287.109.752.032,77
B BELANJA 4.121.383.031.862,46 4.066.443.860.739,77
1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.313.489.659.667,46 2.458.166.533.473,78
PRIORITAS I 2.188.854.559.667,46 2.263.063.502.473,78
Gaji, Tunjangan, Insentif Pemungutan
a Pajak/Retribusi 1.497.310.826.018,04 1.416.851.715.166,77
b Belanja Bagi Hasil 8.932.754.000,00 16.752.742.000,00
31
Pemerintah Kabupaten Cianjur
31