Dandi Febriansyah
Dandi Febriansyah
Pmks Sidoarjo
Disusun Oleh :
Dandi Febrianshyah
202110030311019
1. Latar Belakang
dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat
kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar
(Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial).
Anak balita terlantar adalah seorang anak yang berusia 5 tahun ke bawah yang di
telantarkan orang tuanya dan/atau berada di dalam keluarga tidak mampu oleh orang
perlindungan bagi anak sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi serta anak
2. Anak Terlantar
Anak terlantar adalah seorang anak berusia 6 tahun sampai dengan 18 tahun, meliputi
anak yang mengalami perlakuan salah dan di telantarkan oleh orang tua/keluarga dan
Anak yang berhadapan dengan hukum adalah orang yang telah berumur 12 tahun
tetapi belum mencapai umur 18 tahun, meliputi anak yang di sangka, didakwa, atau di
jatuhi hukuman pidana karena melakukan tindak pidana dan anak yang menjadi
korban tindak pidana atau melihat dan/mendengar sendiri terjadinya suatu tindak
pidana.
4. Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalan, anak yang bekerja di jalanan,
dan anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghasilkan sebagian besar
5.
Anak Disabilitas
Anak disabilitas adalah seorang yang belum berusia 18 tahun yang mempunyai
kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan hambatan bagi
layak, yang terdiri dari anak dengan disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental
6.
Anak yang menjadi korban tindak kekerasan adalah anak yang terancam secara fisik
dan non fisik karena tindak kekerasan, di perlakukan salah atau tidak semestinya
terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun
Anak yang memerlukan tindakan khusus adalah anak yang berusia 6 tahun sampai
dengan 18 tahun dalam situasi darurat, dari kelompok minoritas dan terisolasi,
Lanjut usia terlantar adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-
9. Penyandang Disabilitas
intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika berhadapan dengan
berbagai hambatan hal ini dapat mengalami partisipasi penuh dan efektif mereka
Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama
lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan
11. Gelandangan
Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan
norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mampunyai
pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.
tempat umum dengan berbagai cara untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
13. Pemulung
penduduk, pertokoan dan/atau pasar yang bermaksud untuk di daur ulang atau di jual
menyebabkan dirinya rentan mengalami masalah sosial seperti gay, waria, dan
lesbian.
Adalah seseorang yang telah selesai menjadi masa pidananya sesuai dengan
Adalah seorang yang menggunakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di
tertentu yang mengalami tindak kekerasan, baik sebagai akibat perlakuan salah,
sosialnya terganggu.
Adalah pekerja migran internal dan lintas negara yang mengalami masalah sosial,
baik dalam bentuk tindak kekerasan, penelantaran, mengalami musibah. Faktor alam
terganggu.
Adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat
bencana yang di akibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang di sebabkan
oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung Meletus, banjit, kekeringan, angin
Adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat
akibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat.
Adalah seseorang perempuan dewasa menikah, belum menikah atau janda dan tidak
Adalah keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama antar suami-istri,
orang tua dengan anak kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak
Adalah kelompok sosial budaya yang bersifat local dan terpencar serta kurang atau
Masalah kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan di tengah-
tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional. Terlebih di masa pandemi
COVID-19, permasalahan kesehatan jiwa akan semakin berat untuk diselesaikan. Dampak
dari pandemi COVID-19 ini tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, namun juga
berdampak terhadap kesehatan jiwa dari jutaan orang, baik yang terpapar langsung oleh virus
maupun pada orang yang tidak terpapar. Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan saat ini masyarakat masih berjuang
mengendalikan penyebaran virus COVID-19, tapi di sisi lain telah menyebar perasaan
kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan
hubungan sosial, serta ketidak pastina “Hal-hal tersebut tentu berdampak terhadap terjadinya
peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat,” katanya dalam konferensi
pers secara virtual, Rabu (6/10). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih
dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional,
dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Selain itu
berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016,
diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang
melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang
merupakan usia anak remaja dan usia produktif. Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Dr.Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah
kesehatan jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan
gangguan jiwa. Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa
sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-
potensi masalah gangguan jiwa. “Ini masalah yang sangat tinggi karena 20% dari 250 juta
jiwa secara keseluruhan potensial mengalami masalah kesehatan jiwa,” katanya. Ditambah
lagi sampai saat ini belum semua provinsi mempunyai rumah sakit jiwa sehingga tidak semua
Permasalahan lain, lanjut Celestinus, adalah terbatasnya sarana prasarana dan tingginya
beban akibat masalah gangguan jiwa. “Masalah sumber daya manusia profesional untuk
tenaga kesehatan jiwa juga masih sangat kurang, karena sampai hari ini jumlah psikiater
sebagai tenaga profesional untuk pelayanan kesehatan jiwa kita hanya mempunyai 1.053
orang,” ucapnya. Artinya, satu psikiater melayani sekitar 250 ribu penduduk. Menurutnya, ini
suatu beban yang sangat besar dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan jiwa di
Indonesia.
Tak hanya itu, masalah kesehatan jiwa di Indonesia juga terkendala stigma dan diskriminasi.
“Kita sadari bahwa sampai hari ini kita mengupayakan suatu edukasi kepada masyarakat dan
tenaga profesional lainnya agar dapat menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap orang
dengan gangguan jiwa, serta pemenuhan hak asasi manusia kepada orang dengan gangguan
jiwa,” tutur Celestinus. dr. Maxi mengatakan situasi masalah kesehatan jiwa tersebut
mendorong pemerintah untuk memastikan bahwa kesehatan mental agar dapat lebih
diprioritaskan dari sebelumnya. Pemerintah daerah harus menjadikan program dan pelayanan
kesehatan jiwa dapat menjadi fokus perhatian, tentunya dengan menyediakan berbagai sarana
dan prasarana terkait kesehatan jiwa yang memadai. “Kepada masyarakat, agar menjaga
kesehatan diri dan tetap patuh dan disiplin dengan protokol kesehatan agar tidak tertular
COVID-19, serta selalu menjaga kesehatan jiwa dengan mengelola stress dengan baik,
menciptakan suasana yang aman, nyaman bagi seluruh anggota keluarga,” ujarnya.
Tema Global peringatan hari kesehatan jiwa Sedunia tahun 2021 ini adalah “Mental Health in
an Unequal World : Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk Semua”. Tema tersebut
mengamanahkan pada setiap Negara agar lebih memberikan akses layanan yang lebih besar
dan luas, agar kesehatan mental masyarakat lebih terjamin dan setara dengan kesehatan fisik
lainnya.
1. Kepada masyarakat, agar menjaga kesehatan diri dan tetap patuh dan disiplin dengan
protokol kesehatan agar tidak tertular COVID-19, serta selalu menjaga kesehatan jiwa dengan
mengelola stress dengan baik, menciptakan suasana yang aman, nyaman bagi seluruh anggota
2. Kepada para tenaga kesehatan, kader kesehatan jiwa dan komunitas peduli kesehatan jiwa,
saya sampaikan ucapan terima kasih karena telah selalu menjaga kesehatan dan mencegah
penularan COVID-19 serta berdedikasi menjaga kesehatan jiwa masyarakat, baik melalui
kegiatan di komunitas dan atau di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan layanan
dan pendampingan bagi masyarakat yang mengalami masalah kesehatan jiwa, sehinga
3. Kepada para pimpinan pemerintah daerah, sebagai pengampu dan yang berwenang di
daerah, kami berpesan agar program dan pelayanan kesehatan jiwa dapat menjadi fokus
perhatian tentunya dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana terkait kesehatan jiwa
bapak/ibu.
4. Kepada para organisasi profesi yang telah berkontribusi terhadap kesehatan jiwa
masyarakat, kami sampaikan terima kasih dan tentunya karya nyata pengabdian pada
5. Kepada para Media dapat memberikan informasi secara berimbang terkait pemberitaan
masalah kesehatan jiwa, sehingga diharapkan dapat mengurangi stigma dan meningkatkan
. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. : 72 Tahun 2020, tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang, bahwa Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
kesehatan jiwa secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengupayakan pelayanan
kesehatan jiwa pencegahan ( Prefentif ), pelayanan kesehatan jiwa pemulihan ( Kuratif ) dan
pelayanan kesehatan jiwa Rehabilitasi. Yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya
pencegahan dan pemeliharaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Rumah Sakit Jiwa Dr.
BAB II
LITERATUR
ODGJ adalah singkatan dari orang dengan gangguan jiwa. Dikutip dari situs Kabupaten
Tegal Dinas Sosial, Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa menjelaskan,
ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam berpikir, berperilaku, dan berperasaan
yang kemudian terbentuk dalam sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna,
dan dapat menimbulkan penderitaan serta hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai
manusia.
Gejala pada ODGJ adalah hubungan yang kompleks antar unsur somatic, psikologis dan
sosial budaya. Umumnya, gejala gangguan jiwa dapat berwujud primer dan sekunder. Berikut
Gangguan Kognisi
Gangguan kognisi pada ODGJ adalah keadaan mental individu yang menyadari dan
macam, yaitu:
Gangguan sensasi, yaitu tidak dapat merasakan suatu rangsangan.
Gangguan persepsi, yaitu merasakan berbagai macam rangsangan yang masuk dan didapat
Gangguan asosiasi adalah keadaan mental individu yang perasaan, kesan, dan gambaran
ingatannya menghasilkan gambar ingatan atau konsep lain yang berkaitan dengan individu
tersebut.
Gangguan perhatian, yaitu gangguan pada proses kognitif yang meliputi pemusatan pikiran
atau konsentrasi.
Gangguan ingatan adalah gangguan kognitif yang berkaitan dengan mencatat, menyimpan,
Gangguan psikomotor adalah gangguan pada aspek motorik individu yang berkaitan dengan
peningkatan aktivitas, penurunan aktivitas, aktivitas yang dilakukan tidak sesuai, aktivitas
Gangguan kemauan adalah keadaan di mana individu tidak dapat mempertimbangkan dan
Gangguan emosi dan afektif, yaitu gangguan pada emosional individu, baik perubahan
Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh ketidakmampuan individu dalam melaksanakan tugas
selama proses perkembangannya. Proses ini akan menimbulkan berbagai masalah dan
perubahan yang harus dihadapi. Bila tidak dapat mengatasi permasalahannya, gangguan jiwa
1. Usia
Salah satu penyebab ODGJ adalah usia. Usia dewasa merupakan masa produktif yang
membuat individu harus menyesuaikan diri dan mandiri. Pada tahap inilah, usia dewasa
memiliki tanggung jawab yang lebih berat dan kompleks. Ketika tidak dapat dihadapi, mudah
2. Pekerjaan
Faktor selanjutnya adalah pekerjaan. Orang yang tidak bekerja memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami gangguan jiwa karena tidak adanya penghasilan, tapi tanggung jawab yang
dipikul lebih berat atau semakin besar tiap harinya. Selain itu, tidak bekerja juga dapat
3. Predisposisi Biologis
Orang yang sudah mengalami gangguan jiwa akan lebih mudah mengalami gangguan jiwa
lagi. Hal ini mungkin terjadi karena masih banyaknya stigma negatif di masyarakat tentang
ODGJ sehingga menghasilkan penolakan. Penolakan inilah yang pada akhirnya membuat
sendiri tanpa diketahui orang lain sehingga permasalahannya menumpuk di hati, sedangkan
5. Putus Obat
Faktor selanjutnya terhadap ODGJ adalah putusnya konsumsi obat. Konsumsi obat jangka
panjang diperlukan bagi sebagian ODGJ. Ketika obat ini dihentikan, bisa saja gangguan jiwa
kembali muncul.
6. Pengalaman Buruk
Pengalaman yang dialami individu, khususnya pengalaman yang buruk, dapat menimbulkan
trauma pada individu. Pengalaman ini dapat berupa penganiayaan, pengucilan, serta
7. Konflik
Konflik yang terjadi dan tidak dapat terselesaikan, baik itu dengan keluarga, teman ataupun
orang-orang terdekat, dapat memberikan stres atau tekanan berlebih pada individu tertentu.
Hal ini dikarenakan individu tidak memiliki mekanisme yang baik antar satu individu dengan
yang lain.
Gangguan jiwa berikut ini merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling sering dialami
masyarakat, misalnya:
1. Gangguan Bipolar
mood atau suasana hati. Mood atau suasana hati ini dapat ditandai dengan ide-ide dan energi
yang berlebihan, banyak bicara, tidak butuh tidur, dan sering berisiko dalam melakukan suatu
hal.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah halusinasi (gangguan persepsi panca indera, misalnya mendengar bisikan
atau melihat bayangan yang tidak ada sumbernya); delusi (keyakinan yang salah, tidak sesuai
realita/logika); gangguan pada pikiran, pembicaraan, dan perilaku; serta emosi yang tidak
sesuai.
3. Depresi
Depresi adalah perasaan sedih dan hilangnya minat terhadap suatu hal. Pasien seperti ini
biasanya mengungkapkan mereka merasa bersalah, tidak memiliki harapan, hingga tidak
berharga. Selain itu, ODGJ depresi lebih mudah merasa lelah, nyeri di beberapa bagian
4. Ansietas/Cemas
Selanjutnya ada anxiety atau kecemasan. Perasaan ini biasanya membuat individu cemas atau
khawatir tanpa alasan yang jelas. Biasanya, gangguan jiwa ini disertai dengan gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas, seperti tercekik,
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menangani ODGJ. Penanganan untuk tiap
gangguan jiwa berbeda-beda, tergantung hasil diagnosa dokter. Hanya dokter dengan
kompetensi terkait yang dapat menentukan jenis penanganan yang diperlukan. Namun,
1. Psikoterapi
penyembuhan, ODGJ dirujuk ke rumah sakit untuk bisa ditangani. Ketiga, psikoterapi
sembuh, tetapi belum bisa bertemu dengan keluarga atau kerabat, bisa masuk ke panti
2. Pengobatan
pengelolaan gejala. Pengobatan yang dipasangkan dengan psikoterapi dapat menjadi cara
3. Manajemen Kasus
Manajemen kasus mengkoordinasikan layanan untuk individu dengan bantuan manajer kasus.
Seorang manajer kasus dapat membantu menilai, merencanakan, dan menerapkan sejumlah
4. Rawat Inap
Dalam sebagian kecil kasus, rawat inap mungkin diperlukan agar seseorang dapat dipantau
secara ketat, didiagnosis secara akurat, atau obatnya disesuaikan ketika penyakit mentalnya
5. Support Group
Kelompok pendukung adalah pertemuan kelompok di mana para anggota saling membimbing
satu sama lain menuju tujuan bersama untuk pemulihan. Kelompok pendukung sering kali
terdiri dari nonprofesional, tetapi rekan-rekan yang telah menderita pengalaman serupa.
Pengobatan Komplementer & Alternatif, atau CAM, mengacu pada pengobatan dan praktik
yang biasanya tidak terkait dengan perawatan standar. CAM dapat digunakan sebagai
Rencana bantuan mandiri adalah rencana kesehatan di mana seseorang mengatasi kondisinya
6. Dukungan Sebaya
Dukungan Teman Sebaya mengacu pada menerima bantuan dari individu yang pernah
PEMBAHASAN
A. PROFIL LEMBAGA
UPT Balai Rehabilitasi PMKS Sidoarjo adalah sebuah badan yang dibentuk oleh
pemerintah Jawa Timur, didirikan pada tahun 1975. Pernyataan Sukardi yang di kutip dari
kominfo.jatimprov.go.id UPT Balai Rehabilitasi PMKS Sidoarjo memiliki visi yang berfokus
Misinya sendiri berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan
mekanisme kerja dalam menangani penghuni jalanan dengan pemerintah daerah, serta
Sebagai lembaga yang menjadi penampungan pertama dan/atau sementara, pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi klien Gelandangan psikotik atau biasa disebut orang dengan
ganngguan jiwa (ODGJ), Pengemis, Gelandangan, Wanita Tuna Susila dan Anak Jalanan,
bimbingan fisik dan pemeriksaan Kesehatan fisik dan psikis, pelatihan keterampilan,
bimbingan psikososial, dan bimbingan rekreatif. dengan target untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka, mengembangkan potensi individu, dan mempersiapkan mereka untuk hidup
Kedudukan
Dinas
Sosial merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, dipimpin oleh seorang kepala dinas,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Alamat
Jl. Gayung Kebonsari No.56b, Gayungan, Kec. Gayungan, Kota SBY, Jawa Timur 60235
email : dinsos56b@jatimprov.go.id
website : https://dinsos.jatimprov.go.id/
Dinas Sosial mempunyai tugas membantu Gubernur menyiapkan bahan pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi di bidang Sosial serta tugas
pembantuan.
Fungsi
Dinas Sosial dalam menyiapkan bahan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud di atas
menyelenggarakan fungsi:
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan
fungsinya.
korban bencana sosial, warga negara migran bermasalah dan pemulangan orang
terlanta.
B. HASIL INTERVEW
UPT Balai Rehabilitasi PMKS Sidoarjo adalah sebuah lembaga yang berfokus pada
rehabilitasi dan pelayanan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial di wilayah Sidoarjo,
Jawa Timur, Indonesia. Lembaga ini bertujuan untuk menjadi lembaga yang profesional
dalam memberikan layanan rehabilitasi dengan pendekatan holistik dan berbasis hak asasi
manusia. Melalui visi dan misinya, lembaga ini berupaya memberikan layanan rehabilitasi
Dalam menjalankan misinya, lembaga ini menawarkan berbagai program seperti pengamatan
dan evaluasi kondisi klien, terapi dan konseling individu dan kelompok, pelatihan
keterampilan (vocational training), dukungan sosial, reintegrasi sosial, serta penyuluhan dan
advokasi. Layanan ini dilakukan oleh tenaga profesional yang terlatih dan berpengalaman,
seperti psikolog, pekerja sosial, konselor, petugas medis, dan ahli rehabilitasi lainnya.
Selain itu, lembaga ini juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kapasitas dan
keterampilan sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan rehabilitasi, sekaligus
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial
penyandang masalah kesejahteraan sosial. Lembaga ini juga melaksanakan kegiatan riset dan
Di Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial PMKS Sidoarjo penggunaan kode etiknya masih
dan rehabilitasi sosial PMKS Sidoarjo menerapkan itu semua seperti ketika penerimaan klien
datang yang biasanya terdapat case record dari dinas sosial pengirim dan pada berkas itu
berisi masalah-masalah klien dan tentunya pekerja sosial menerapkan prinsip kerahasiaan
namun prinsip kerahasiaan ini diterapkan untuk kerahasiaan sesama klien. Tetapi untuk
sesame petugas pasti tau karena untuk kewaspadaan namun tetap sebagai pekerja sosial harus
bisa menjaga kerahasiaan. Biasanya yang memiliki penyakit khusus diisolasi di ruang
terpisah.
Prinsip hubungan dengan teman sejawat dimana sesama sejawat harus saling menghargai dan
menghormati. Namun disini peksos tidak memiliki spesifik untuk satu klien tetapi sesama
peksos saling bekerja sama untuk membantu klien semuanya mempunyai jobdesknya masing-
masing. Contoh ketika peksos 1 bagian untuk memberikan pelayanan konseling kepada klien,
Prinsip tanggung jawab terhadap pelayanan di Lembaga juga diterapkan seperti ketika awal
disini semua klien dijadikan satu, lalu balai membuat cluster berdasarkan keberfungsian
Berdasarkan hasil kajian lapang yang dilakukan di Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
klien pihak balai memiliki program-program dan fasilitas yang bisa dikatakan cukup
memadai karena dalam proses pembinaannya mulai dari fasilitas dan sumber daya
pembimbing sangat mumpuni dan memang ahli dalam membina penyandang masalah
kesejahteraan sosial, kemudian fasilitas sarana seperti ruang bimbingan, ruang kesehatan,
ruang asrama, dan lapangan untuk bimbingan keterampilan juga sangat memadai. Jadi Balai
sebagai strukturnya mampu memfasilitasi tenaga pembimbing yang sebagai fungsinya untuk
Dinas Sosial Kabupaten Bogor, “Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial” ( 17 juli 2017).
https://dinsos.bogorkab.go.id/ppks-pemerlu-pelayanan-kesejahteraan-sosial/
https://www.detik.com/bali/berita/d-6484099/odgj-adalah-gejala-penyebab-dan-
penanganan-yang-tepat