Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN APPENDICOGRAFI

A. Anatomi dan Fisiologi Appendiks


Appendiks merupakan bagian dari usus besar, muncul seperti corong dari apeks
sekum. Pada orang dewasa appendiks mempunyai pintu keluar yang sempit pada
dinding medial sekum, tetapi masih mungkin dilewati beberapa isi usus. Panjang
appendiks berkisar antara 2-20 cm dan diameternya antara 0,5-1 cm. Appendiks
terletak pada region iliaka kanan, dan hubungannya dengan dinding anterior abdomen
adalah : pangkalnya terletak sepertiga dari garis yang menghubungkan spina iliaka
antero superior dengan umbilicus.
Appendiks mempunyai penutup peritoneum yang lengkap, yang melekat pada
lapisan bawah mesentrium usus halus untuk membentuk mesentriumnya sendiri yang
pendek, yaitu mesoappendiks. Ukuran mesoappendiks berbeda-beda, dan kadang-
kadang sampai sebanyak sepertiga distal appendiks tidak mempunyai mesentrium.
Mesoappendiks merupakan kelanjutan dari mesentrium usus halus, membawa arteri
dan vena appendikularis di belakang bagian akhir ileum menuju appendiks.

Gambar 1 : Anatomi Appendiks

B. Patologi Appendiks
Penyebab appendisitis belum sepenuhnya dimengerti. Pada kebanyakan dugaan,
peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di
dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa
pecah.
• Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan :
– Masuknya lumen usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang
berakibat fatal.
– Terbentuknya abses.
– Pada wanita, indung telur dan saluran bisa terinfeksi dan menyebabkan
kemandulan.
– Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia/keracunan darah).
Kelainan Pada Appendiks
1. Radang
• Appendisitis Akut
Jarang ditemukan pada anak berumur di bawah 5 tahun atau pada orang tua
di atas 50 tahun. Jarang ditemukan pada orang yang tidak makan daging
(vegetarian). Tidak menunjukkan perbedaan jenis kelamin, dan tidak ada
perbedaan ras
• Appendisitis Kronis
Keadaan ini dicirikan oleh suatu penebalan yang timbul oleh karena fibrosis.
Appendisitis akut jika tidak keras dapat sembuh dan akan menjadi appendisitis
kronik. Appendiitis kronis bisa berupa :
a. Appendisitis kronik fokalis
secara mikroskopik tampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat
menyebabkan stenosis.
b. Appendisitis kronik obliterativa
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan submukosa dan
subserosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama di bagian distal,
dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.
2. Benda asing dalam appendiks
Benda asing yang paling sering ditemukan dalam appendiks ialah fecalith, yaitu
sisa-sisa makanan berupa feces yang mengeras. Juga cacing jenis Oxyuris
vermicularis (kremi), tetapi cacing jenis ini tidak menyebabkan kelainan patologik
yang jelas pada jaringan.
Ascaris lumbricoides yang besar jika masuk rongga appendiks dapat
menyebabkan penyumbatan dengan akibat radang appendiks sekunder dan cacing
Trichuris trichiura dapat menyebabkan infeksi karena merusak selaput lendir
appendiks.
3. Hiperplasi folikel limfoid, seperti pada tonsil maka pada campak dapat pula
terjadi hiperplasi jaringan limfoid appendiks dan kelenjar getah bening regional.
4. Tumor, Tumor jinak maupun ganas yang berasal dari mesenchym, pada appendiks
sangat jarang.
5. Mukokel dan Pseudomiksoma Peritonii, Mukokel appendiks merupakan dilatasi
kistik dari lumen appendiks oleh pengumpulan bahan musinosa.
C. Teknik Radiografi Appendiks
Apendikografi atau disebut juga apendikogram adalah pemeriksaan secara
radiografi dengan menggunakan media kontras positif yang dimasukkan ke dalam
lumen apendiks dengan tujuan untuk mengetahui apakah appendiks terisi media
kontras atau tidak, guna menegakkan diagnosa.
1. Persiapan Pemeriksaan
• Persiapan pasien yang harus dilakukan yaitu :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan pasien makan makanan yang lunak, tidak
berserat dan tidak berlemak (Contoh : bubur kecap, mie instan).
2. Jika pemeriksaan dilakukan pukul 08.00 WIB maka sehari sebelum
pemeriksaan minum garam inggris 30 gram dilarutkan dalam segelas air putih
(pukul 12.00 dan pukul 17.00).
3. Pukul 20.00 WIB makan malam terakhir dilanjutkan minum obat Dulcolax
tablet ( 1 tablet/10 kg BB)
4. Setelah itu puasa (pantang makan, pantang merokok dan kurangi bicara).
Dianjurkan banyak minum air putih.
5. Pagi harinya pukul 05.00 WIB ditambah supositoria 10 mg (masukkan dalam
anus).
6. Pukul 08.00 masih dalam keadaan puasa dan dilakukan pemeriksaan sistem
gastrointestinal.

2. Persiapan Alat dan Bahan (menyesuaikan teknik pemasukan Media Kontras)


Untuk mendukung kelancaran pemeriksaan diperlukan persiapan alat dan
bahan-bahan sebagai berikut ;
1. Pesawat sinar-X
2. Kaset beserta film ukuran 30x40 cm.
3. Grid
4. Marker
5. Baju pasien
6. Apron
7. Media kontras barium sulfat

3. Teknik Pemberian Media Kontras


a. Antegrade : Oral, biasanya dengan cara diminum.
b. Retrograde : Anal, media kontras masuk melalui anus (colon in loop).

4. Proyeksi Pemeriksaan
Menurut Clarck (1973) terdapat 3 macam posisi pemeriksaan yaitu supine,
prone, dan oblique. Sedangkan menurut Ballinger (1995) proyeksi yang digunakan
yaitu proyeksi oblique yang memperlihatkan kolon ascendens, sekum termasuk
appendiks dengan baik adalah Right Posterior Oblique (RPO) dan Right Anterior
Oblique (RAO).
Proyeksi Antero Posterior
• Pasien diposisikan tidur terlentang di atas meja pemeriksaan dan kedua tangan
lurus di samping tubuh, sedangkan kedua kaki juga lurus. MSP tubuh tepat di
pertengahan grid, kaset diatur sehingga pertengahan kaset setinggi krista iliaka.
• Arah sinar vertikal tegak lurus kaset, titik bidik pada MSP setinggi krista iliaka.
Ekspose pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas, jarak fokus ke film 90 cm,
menggunakan ukuran kaset dan film 30x40 cm.

Gambar 2 : Hasil Radiograf FPA

Gambar 3 : Hasil radiograf proyeksi AP post minum kontras

Proyeksi Right Posterior Oblique


• Pasien diposisikan tidur terlentang kemudian tubuhnya dirotasikan ke kanan
sehingga membentuk sudut 35 – 45 derajat terhadap meja pemeriksaan. Film
diatur sehingga pertengahan film setinggi krista iliaka.
• Arah sinar vertikal tegak lurus kaset pada titik 1 – 2 inchi lateral MSP tubuh
pada sisi yang diangkat setinggi krista iliaka,
• Jarak fokus ke film 90 cm, menggunakan ukuran kaset dan film 30x40 cm.
• Ekspose dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
Gambar 4 : Radiograf oblik kanan (RPO)

Gambar 5 : Radiograf Oblik Kiri (LPO) dan Radiograf Proyeksi PA/ Prone

Anda mungkin juga menyukai