Modul Praktikum Teknik Radiografi Appendicografi
Modul Praktikum Teknik Radiografi Appendicografi
B. Patologi Appendiks
Penyebab appendisitis belum sepenuhnya dimengerti. Pada kebanyakan dugaan,
peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di
dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa
pecah.
• Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan :
– Masuknya lumen usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang
berakibat fatal.
– Terbentuknya abses.
– Pada wanita, indung telur dan saluran bisa terinfeksi dan menyebabkan
kemandulan.
– Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia/keracunan darah).
Kelainan Pada Appendiks
1. Radang
• Appendisitis Akut
Jarang ditemukan pada anak berumur di bawah 5 tahun atau pada orang tua
di atas 50 tahun. Jarang ditemukan pada orang yang tidak makan daging
(vegetarian). Tidak menunjukkan perbedaan jenis kelamin, dan tidak ada
perbedaan ras
• Appendisitis Kronis
Keadaan ini dicirikan oleh suatu penebalan yang timbul oleh karena fibrosis.
Appendisitis akut jika tidak keras dapat sembuh dan akan menjadi appendisitis
kronik. Appendiitis kronis bisa berupa :
a. Appendisitis kronik fokalis
secara mikroskopik tampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat
menyebabkan stenosis.
b. Appendisitis kronik obliterativa
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan submukosa dan
subserosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama di bagian distal,
dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.
2. Benda asing dalam appendiks
Benda asing yang paling sering ditemukan dalam appendiks ialah fecalith, yaitu
sisa-sisa makanan berupa feces yang mengeras. Juga cacing jenis Oxyuris
vermicularis (kremi), tetapi cacing jenis ini tidak menyebabkan kelainan patologik
yang jelas pada jaringan.
Ascaris lumbricoides yang besar jika masuk rongga appendiks dapat
menyebabkan penyumbatan dengan akibat radang appendiks sekunder dan cacing
Trichuris trichiura dapat menyebabkan infeksi karena merusak selaput lendir
appendiks.
3. Hiperplasi folikel limfoid, seperti pada tonsil maka pada campak dapat pula
terjadi hiperplasi jaringan limfoid appendiks dan kelenjar getah bening regional.
4. Tumor, Tumor jinak maupun ganas yang berasal dari mesenchym, pada appendiks
sangat jarang.
5. Mukokel dan Pseudomiksoma Peritonii, Mukokel appendiks merupakan dilatasi
kistik dari lumen appendiks oleh pengumpulan bahan musinosa.
C. Teknik Radiografi Appendiks
Apendikografi atau disebut juga apendikogram adalah pemeriksaan secara
radiografi dengan menggunakan media kontras positif yang dimasukkan ke dalam
lumen apendiks dengan tujuan untuk mengetahui apakah appendiks terisi media
kontras atau tidak, guna menegakkan diagnosa.
1. Persiapan Pemeriksaan
• Persiapan pasien yang harus dilakukan yaitu :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan pasien makan makanan yang lunak, tidak
berserat dan tidak berlemak (Contoh : bubur kecap, mie instan).
2. Jika pemeriksaan dilakukan pukul 08.00 WIB maka sehari sebelum
pemeriksaan minum garam inggris 30 gram dilarutkan dalam segelas air putih
(pukul 12.00 dan pukul 17.00).
3. Pukul 20.00 WIB makan malam terakhir dilanjutkan minum obat Dulcolax
tablet ( 1 tablet/10 kg BB)
4. Setelah itu puasa (pantang makan, pantang merokok dan kurangi bicara).
Dianjurkan banyak minum air putih.
5. Pagi harinya pukul 05.00 WIB ditambah supositoria 10 mg (masukkan dalam
anus).
6. Pukul 08.00 masih dalam keadaan puasa dan dilakukan pemeriksaan sistem
gastrointestinal.
4. Proyeksi Pemeriksaan
Menurut Clarck (1973) terdapat 3 macam posisi pemeriksaan yaitu supine,
prone, dan oblique. Sedangkan menurut Ballinger (1995) proyeksi yang digunakan
yaitu proyeksi oblique yang memperlihatkan kolon ascendens, sekum termasuk
appendiks dengan baik adalah Right Posterior Oblique (RPO) dan Right Anterior
Oblique (RAO).
Proyeksi Antero Posterior
• Pasien diposisikan tidur terlentang di atas meja pemeriksaan dan kedua tangan
lurus di samping tubuh, sedangkan kedua kaki juga lurus. MSP tubuh tepat di
pertengahan grid, kaset diatur sehingga pertengahan kaset setinggi krista iliaka.
• Arah sinar vertikal tegak lurus kaset, titik bidik pada MSP setinggi krista iliaka.
Ekspose pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas, jarak fokus ke film 90 cm,
menggunakan ukuran kaset dan film 30x40 cm.
Gambar 5 : Radiograf Oblik Kiri (LPO) dan Radiograf Proyeksi PA/ Prone