Anda di halaman 1dari 49

GAMBARAN DARI DAMPAK PENGGUNAAN DIALIZER REUSE PADA

PASIEN HEMODIALISA DI RSUD DR. SOERDARSO PONTIANAK


KALIMANTAN BARAT

PROPOPAL PENELITIAN

OLEH:
DIMAS PERMADI
NIM 821202027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2023/2024
GAMBARAN DARI DAMPAK PENGGUNAAN DIALIZER REUSE PADA
PASIEN HEMODIALISA DI RSUD DR. SOERDARSO PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai persyaratan untuk


Menyelesaikan Pendidikan S1 Keperawatan

OLEH:
DIMAS PERMADI
NIM 821202027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa ta’ala, Tuhan pemilik alam
semesta yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayat-Nya yang telah
memberikan kesehatan dan keselamatan, hingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian, yang berjudul “GAMBARAN DARI DAMPAK
PENGGUNAAN DIALIZER REUSE PADA PASIEN HEMODIALISA DI
RSUD Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat”. Proposal Penelitian ini
merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi
keperawatan tahap akademik di STIKES YARSI Pontianak.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi
wasallah, sebagai tauladan kita semua. Teriring ucapan terima kasih, penulis
ucapkan kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan, dukungan serta
kritik dan saran kepada penulis. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala, senatiasa
membimbing kita dalam usaha serta niat dalam rangka menjadi hamba yang
berlomba-lomba dalam kebaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua saya yaitu Bapak Ngadino dan Ibu Partini, serta seluruh keluarga
saya dengan kasih sayang, doa, didikan, finansial dari merekalah yang
memberikan dorongan dan motivasi sehingga membuat penulis terus
bersemangat dalam menyelesikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M. Kep selaku Ketua STIKes YARSI
Pontianak
3. Ibu Ns. Nurpratiwi, M. Kep selaku Ketua Prodi Ners STIKes YARSI
Pontianak.
4. Dosen dan staff STIKes Yarsi Pontianak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang banyak memberi inspirasi sehingga terselesaikan skripsi ini.
5. Pihak RSUD Dr. Soedarso Pontianak yang akan menjadi tempat penelitian
saya.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga
dukungan dan motivasi kalian semua, dibalas Allah Subhanahu wa ta’ala,
dengan kasih sayang-Nya.

ii
Proposal penelitian ini terbuka untuk yang ingin memberikan kritik dan saran
yang membangun. Semoga Proposal Penelitian ini dapat menjadi sumber
pengetahuan yang berarti bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Pontianak, 24 Februari 2023

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................ 4
D. Manfaat penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Keperawatan Pada Masa Pandemi............................................. 9
1. Definisi Pelayanan Keperawatan Pada Masa Pandemi......................... 9
2. Faktor Pelayanan Keperawatan........................................................... 10
3. Indikator Pelayanan Keperawatan....................................................... 10
B. Kepuasan Pasien ....................................................................................... 11
1. Definisi Kepuasan Pasien ................................................................... 11
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan ................................... 13
3. Indeks Kepuasan................................................................................. 15
C. Pelayanan Keperawatan Pada Masa Pandemi Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien ........................................................................................................17
D. Kerangka Teori ......................................................................................... 19
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 20
B. Hipotesis.................................................................................................... 20
C. Definisi Operasional ................................................................................. 21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 23
B. Waktu dan Tempat penelitian .................................................................. 23

iv
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 23
D. Data .......................................................................................................... 26
E. Teknik Pengumpulan ............................................................................... 26
F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 27
G. Pengolahan Data ....................................................................................... 28
H. Analisi data ............................................................................................... 31
I. Etika Penelitian ........................................................................................ 32
Daftar Pustaka
Lampiran

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) yaitu perubahan fungsi yang
progresif dan irreversible, dimana ginjal tidak mampu untuk mempertahankan
keseimbangan cairan sisa metabolism tubuh (Terry & Aurrora, 2013). Gagal
ginjal yaitu suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada ginjal yang sudah kronis, penurunan fungsi ginjal secara
berlahan. Penurunan fungsi ginjal ini biasanya terjadi selama berbulan bulan
ataupun bertahun tahun sampai ginjal bersifat ireversibe atau tidak bisa di
gunakan lagi, dan sampai suatu saat harus di ganti ataupun di terapi
hemodialisa maupun transplatasi ginjal.( Kritiawan, 2017 ).
Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan secara
global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik
(Ratnawati dalam Rostanti, 2016). Prevalensi populasi gagal ginjal kronik di
Amerika Serikat atau di negara industri pada stadium 4 atau 5 sebesar 0,4%.
Variasi insiden dan prevalansi gagal ginjal kronik pada stadium 5 yang
diberikan terapi sangat tinggi terutama dinegara industri.
Jumlah penderita gagal ginjal telah meningkat setiap tahunnya,
berdasarkan data dari RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan
bahwa, pada tahun 2013 prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa
dari dokter di Indonesia yaitu sebesar 0,2%. Dengan prevalensi tertinggi
dengan jumlah pasien gagal ginjal di wilayah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%,
kemudian untuk wilayah seperti DIY, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengan masing masing menempati urutan ke 3 jumlah pasien gagal ginjal
dengan presentase 0,3% (RISKESDAS, 2013).
Jumlah penderita gagal ginjal kronik yang ada di Indonesia telah
mencapai 150 ribu orang, dan sekitar 10 ribu orang yang hidupnya telah
bergantung pada mesin dialisis (Ismail, Hasanuddin & Bahar, 2014).
Sebanyak 23% pasien gagal ginjal yang disebabkan oleh penyakit DM, 46%

1
penyakit hipertensi, 11% penyakit kardiovaskuler, 2% penyakit
serebrovaskuler, 2% penyakit saluran pencernaan, 3% penyakit saluran
kemih, 1% penyakit Tb, 2% penyakit HBSAG/ Hepatitis B, 2% penyakit
hepatitis C/ anti HCV, 4% keganasan, 5% lain-lain, dan 78% dari seluruh
pasien yang mengalami penyakit ginjal yang menjalani terapi hemodialisa
(PERNEFRI, 2012).
Menurut Andi (2012), kenyataan bahwa pasien GGK tidak bisa lepas dari
terapi hemodialisa sepanjang hidupnya yang dapat menimbulkan dampak
psikologis yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti ini dapat menyebabkan
terjadinya kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada seperti kebebasan,
pekerjaan dan kemandirian. Hal ini bisa menimbulkan gejala gejala depresi
yang sangat nyata pada pasien gagal ginjal kronik, pada pasien gagal ginjal
sampai dengan tindakan bunuh diri. Selain itu juga terdapat sejumlah masalah
lain yang ketergantungan pada saat menjalani terapi hemodialisa dan akan
berdampak pada masalah ekonomi dikarenakan hemodialisa yang pada
umumnya 4 sampai 5 jam dalam satu hari dan dilakukan sebanyak 2 sampai 3
kali dalam seminggu sehingga akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit
dalam melakukan terapi hemodialisa dan akan menyebabkan beban pikiran
pada pasien dan keluarga pasien yang mengalami gagal ginjal.
Pasien dengan kondisi psikologis yang baik dapat melakukan
penyesuaian penyesuain diri terhadap perubahan perubahan dalam dirinya.
Perubahan perubahan yang ditimbulkan akibat dari terapi hemodialisa yaitu
diet pasien, tidur dan istirahat, penggunaan obat obatan, dan aktifitas sehari
hari (Schatell & Witten, 2012). Kondisi tersebut akan dapat menimbulkan
berbagai perubahan ataupun gangguan, baik secara fisik maupun psikologi
secara emosional, intelektual, social, dan spiritual pasien. Perubahan sebagai
orang yang tergantung pada alat atau terapi untuk kelangsungan hidupnya,
perubahan efek dari sakit dan terapi hemodialisa yang dijalani, seperti
perubahan warna kulit, kekuatan fisik karena penurunan masa otot, mual
muntah, pembatasan diit dan aktifitas, hipotensi, sakit kepala dan nyeri dada
(Smeltzer & Bare, 2010).

2
Sedangkan di Indonesia sendiri telah memiliki sejumlah pelayanan
hemodialisis yang dilakukan sebanyak 82% dari pada terapi pengganti ginjal
yang lain. Jumlah total tindakan hemodialisis secara rutin pada tiap bulannya
yang ada di Indonesia sebesar 857.378 kali (Indonesia Renal Registry, 2016).
Angka yang besar dari total tindakan hemodialisis akan mengakibatkan biaya
yang akan dikeluarkan tidaklah sedikit. Pada tahun 2015 saja dari pihak BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) telah menghabiskan dana 2,68 triliyun
rupiah untuk rawat inap maupun rawat jalan pasien yang mengalami gagal
ginjal, hal tersebut akan terjadi peningkatan dari tahun 2012 yang hanya
menghabiskan dana sebesar 2,2 triliyun rupiah (Kemenkes RI, 2017).
Terapi hemodialisis tidak dapat menyembuhkan ataupun memulihkan
penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik
atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal
serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Pasien harus menjalani terapi
dialisis sepanjang hidupnya ataupun sampai mendapat ginjal baru melalui
operasi pencangkokan (Smeltzer & Bare, 2010).
Hemodialisa atau tranplantasi ginjal diperlukan untuk kelangsungan
hidup dari pasien gagal ginjal kronis. Dialysis merupakan salah satu proses
yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah yang ada
didalam tubuh ketika ginjal tidak dapat melakukan hal tersebut. Dan
tujuannya adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien
sampai fungsi ginjal pulih kembali. Dalam metode terapi yang mencakup
hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialysis (Smeltzer & Bare, 2010).
Hemodialisis merupakan pilihan utama dari terapi pengganti ginjal pada
pasien PGK stadium V. Namun, akan tetapi terapi hemodialisa ini telah
menghabiskan banyak dana, yang terbanyak dibandingkan dengan modalitas
terapi pengganti ginjal yang lainnya. Di Negara Kanada sendiri, sebuah
fasilitas hemodialisa sendiri telah menghabiskan banyak biaya sekitar
US$70,000 per pasien dalam 1 tahun, sementara itu di NegaraAmerika
Serikat sendiri telah menghabiskan dana sebanyak US$68,000 dan di Negara
Jepang sendiri telah menghabiskan dana sebesar US$67,000 per pasien per

3
tahun (Ferguson et al., 2015). Oleh karena itu, penggunaan kembali dialyzer
reuse sangatlah diharapkan guna membantu untuk menurunkan biaya
hemodialisa yang sangat mahal (Aggarwal et al., 2012).
Perubahan pada tingkat permebilitas pada membran dialyzer, merupakan
penurunan dari kualitas membran dialyzer itu sendiri, serta adanya perbesaran
pada diameter pori pori pada membran dialyzer maka dapat berpotensi
menyebabkan hilangnya protein, lemak, dan glukosa pada darah pasien
(Qureshi et al., 2016; Salame et al., 2018).
Dalam pemakaian ulang dializer (dializer reuse) adalah merupakan suatu
tindakan dimana pemakaian dializer reuse lebih dari satu kali pada pasien
yang sama. Dializer yang telah digunakan dalam proses terapi hemodialisis
harus dibersihkan dan dilakukan sterilisasi baik menggunakan mesin maupun
secara manual. Pemakaian dializer reuse di Indonesia sendiri mulai sekitar
tahun 1998 sebagai dampak dari krisis moneter yang telah melanda Indonesia.
PT Askes yang merupakan penyandang dana untuk asuransi kesehatan
pegawai negeri memberlakukan sistem reuse ini (Dharmeizar, 2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas tersebut maka dapat di rumuskan
pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana dampak dari pasien hemodialisa
yang menggunakan dialyzer reuse di Ruang Hemodialisa”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak pasien
Hemodialisa yang menggunakan dialyzer reuse di Ruang Hemodialisa.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dampak pasien hemodialisa yang melakukan
hemodialisa menggunakan dialyzer reuse.
b. Untuk mengetahui dampak pasien hemodialisa yang melakukan
hemodialisa menggunakan dialyzer reuse.
c. Untuk mengetahui dampak pasien yang menggunakan dialyzer reuse
dengan tingkat kualitas dialyzer reuse ke 1 sampai ke 5.

4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengembangan ilmu
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan tentang
gambaran dampak penggunaan dialyzer reuse pada pasien hemodialisa
diruang hemodialisa DI RSUD Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan
Barat”..
2. Manfaat bagi praktisi (tempat Penelitian)
a. Bagi Peneliti
Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan dan memperoleh pengetahuan serta wawasan tentang
gambaran efektifitas dialyzer reuse pada pasien hemodialisa. Hasil
penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan informasi di dunia
keperawatan tentang gambaran efektifitas dialyzer reuse terhadap
pasien hemodialisa.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang hubungan lama hemodialisa dengan perubahan
peran pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa.
c. Bagi institusi keperawatan / rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
meningkatkan pemakaian dialyzer reuse pada pasien hemodialisa
dalam menyeterilkan alat dialyzer yang telah digunakan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal
1. Definisi
Penyakit gagal ginjal kronik yaitu merupakan suatu proses
patofisiologi tersebut dengan etiologi yang sangat beragam, sehingga
dapat menurunkan fungsi dari ginjal yang progresif, dan ireversibel, pada
suatu derajat yang tetap, berupa dialysis ataupun melakukan transplatasi
pada ginjal tersebut (bruner & lazarus, 2012).
Gagal ginjal kronis menurut Kidney Disease Improving Global
Outcam (KDIGO) adalah abnormalitas pada sebuah fungsi ataupun
secara struktur pada ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan dengan
sebuah implikasi pada kesehatan penderita gagal ginjal yang di tandai
dengan adanya satu atau lebih tanda kerusakan pada ginjal tersebut
(KDIGO, 2013).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan yang sangat fatal pada setiap
tahunnya dan sangat berpengaruh pada tingak kerusakan jaringan ginjal
yang irreversible dan progresif (Irawan, 2016).
2. Etiologi
Penyebab yang sering terjadi pada penyakit gagal ginjal kronik
adalah diabetes dan tekanan darah tinggi, yaitu sekitar dari dua pertiga
dari jumlah seluruh kasus yang telah terjadi di seluruh dunia (National
Kidney Foundation, 2015). Maka dalam keadaan lain yang dapat
menyebakan penyakit gagal ginjal kronik adalah peradangan seperti
glomerulonephritis, penyakit gagal polikistik, malformasi saat
perkembangan janin dalam Rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu ginjal,
tumor atau pembesaran pada kelenjar prostat, infeksi saluran kemih yang
berulang (Wilson, 2010).
Menurut lindbeg (2010) menyatakan bahwa setiap berat badan
pada pasien gagal ginjal kronik tersebut 1 kg sama dengan 1 liter air yang

1
masuk kedalam tubuh pasien. Maka setiap kali melakukan sesi terapi
hemodialisa pasien dianjurkan penarikan cairan dalam tubuh pasien yaitu
sekitar 2,5 % sampai dengan 3,5 % dari seluruh berat badan kering pasien
untuk mencegah qterjadinya kardiovaskuler. Untuk pertambahan berat
badan dalam tubuh diantara dua kali sesi hemodialisa dapat ditoleransi
oleh tubuh yaitu sekitar 1,0 % sampai 1,5 % kg.
Gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah gangguan pada klirens ginjal, penurunan pada laju
filtrasi glomerulus, retensi cairan, dan natrium, asidosis, anemia,
ketidakseimbangan pada kalsium dan fosfat, dan penyakit tulang uremik
(Smeltzer & bare, 2008).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Nahas & Levin (2010) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat dari pericarditis, efusi
perikarditik dan gagal jantung akibat dari penimbunan cairan,
gangguan pada irama jantung dan edema.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kusmaul, batuk dengan sputum yang kental, suara
krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, pendarahan pada mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan musculoskeletal
Pegal pada kaki sehingga selalu digerakkan, rasa kesemutan, tremor,
miopati (kelemahan dan hipertropi otot otot ekstermitas).
e. Gangguan intergumen
Kulit berwarna pucat akibat dari anemia dan kekuning kuningan
akibat dari penimbunan urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku yang
tipis dan rapuh.

7
8
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : gangguan pada saat menstruasi dan aminor.
Gangguan pada metabolik glukosa, gangguan pada metabolik lemak,
dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Biasanya terdapat retensi garam dan air, akan tetapi dapat juga terjadi
akibat kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hyperkalemia,
hipokalsemia.
h. System hematologic
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi erotropoietin,
sehingga rangsangan pada eritropoesis pada sum sum tulang belakang
berkurang.
4. Pencegahan Gagal Ginjal Kronis
Penyakit gagal ginjal kronik yaitu merupakan salah satu jenis
penyakit yang tidak menular dengan jumlah angka penderita yang sangat
cukup tinggi, namun penyakit gagal ginjal kronik tersebut dapat dicegah
dengan beberapa cara yaitu (Irawan, 2016):
a. Pengendalian penyakit diabetes militus, tekanan darah, dan penyakit
jantung. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit sekunder dari
akibat penyakit primer yang mendasarinya.
b. Mengurangi makanan yang mengandung garam dan merupakan salah
satu jenis makanan yang sangat banyak dalam mengandug natrium.
c. Minum air putih setiap harinya
d. Jangan menahan untuk buang air kecil
e. Makan makanan yang baik. Makanan yang baik yaitu makanan yang
mengandung nutrisi dan gizi yang baik.
5. Patofisiologi
Disfungsi ginjal yang dapat mengakibatkan keadaan patologik
yang cukup komplek yang termasuk diantaranya yaitu dengan penurunan
GFR (Glomerulus Filtration Rate), pengeluaran urin dan ekskresi yang
abnormal. Hipostenuria merupakan salah satu dari tanda awal dari

9
penyakit CKD dan dapat menyebabkan dehidrasi yang ringan, dan dapat
memekatkan urin semakin berkurang. Jika fungsi ginjal ini sampai dalam
posisi ini maka serum BUN akan meningkat secara otomatis, dan pasien
akan mengalami kelebihan beban cairan, seiring dengan output urin yang
telah dikeluarkan oleh pasien semakin tidak adekuat.
Perubahan metabolik pada pasien gagal ginjal yang dapat
menyebabkan gangguan ekskresi BUN dan kreatinin. Kreatinin
merupakan dekskresikan oleh pembentukan serum kreatinin. Adanya
sejumlah peningkatan pada konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah
yang disebut yaitu azotemia dan merupakan salah satu petunjuk dari
penyebab dari gagal ginjal.
Hipertropi akan terjadi apabila adanya peningkatan pada tekanan
darah akibat dari kelebihan cairan, sodium, dan kesalahan system renin.
Angiotensin aldosterone CHF dapat menyebabkan peningkatan beban
kerja pada jantung karena anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan
(Brunneer & Suddart, 2010).
B. Hemodialisa
1. Definisi Hemodialisa
Hemodialysis didefinisikan sebagai suatu proses dari pengubahan
komposisi solute darah oleh larutan yang lain (cairan dialisat) yang
melalui dari membrane semi permeable (membrane dialisis). Hemodialysis
dapat diartikan juga sebagai sebuah proses pemisahan atau penyaringan
atau pembersihan darah melalui membaran permeable yang akan
dilakukan pada pasien gagal akut maupun kronik (Suhardjono, 2014).
Hemodialisa merupakan salah satu alat untuk pengganti ginjal pada
pasien gagal ginjal kronik. Terapi hemodialisa ini dapat dilakukan untuk
menggantikan fugsi ginjal yang rusak (Brunner dan Suddarth, 2011).
Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk mengambil
zat-zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam darah dan mengeluarkan
air yang berlebih (Rahman et al., 2016).

10
Hemodialisis (HD) dalam praktiknya sangatlah penting
untuk mencegah sindroma uremia, menurunkan potensi
komplikasi, sehingga dapat meningkatkan ataupun memperpanjang
dari usia harapan hidup bagi para penderita gagal ginjal kronik.
Dalam metode HD ini telah diterapkannya saat ini ada dua jenis
yaitu single use dan reuse. Maka dari masing masing metode
tersebut telah memiliki sejumlah keungggulan dan kekurangannya
masing masing. Pada single use tentunya tidak akan ada kerusakan
pada sebuah membrane dialiser yang disebabkan oleh tindakan
sterilisasi, oleh karenanya potensi kerusakan selaput lendir yang
ada pada sistem respirasi, integumentum dan mata yang dapat
dihindarkan. Terlepas dari hal itu, para nefrolog internasional telah
menyebutkan bahwa dalam metode reuse ini akan diberikan
dengan tepat maka adanya sebuah potensi tersebut yang dapat
dicegah, dimana pada sebuah proses sterilisasinya akan dilakukan
dengan benar dan tepat. pada ini telah berkembang secara pesat
sebuah teknik dan alat guna mensterilisasi dialiser yang telah
memiliki, pada kemampuan tersebut guna mensterilisasi secara
baik dan menghindarkan membrane dari kerusakan, salah satunya
yaitu sebuah teknik sterilisasi secara otomatis (Black & Hawks,
2010).

11
2. Indikasi Hemodialisa dan Kontra Indikasi
Pada pasien gagak ginjal kronik tahap 5 inisiasi dari tindakan terapi
hemodialisa dengan beberapa indikasi sebagai berikaut:
a. Kelebihan (overload) dari cairan ekstraseluler yang akan lebih sulit
guna dikendalikan atau hipertensi
b. Hyperkalemia yang refraktor terhadap reaksi diit dan terapi
farmakologis.
c. Asidosis metabolik yang refrakter dalam sebuah teknik pemberian
terapi bikarbonat.
d. Hiperfostemia yang merupakan refrakter terhadap restraksi dari diit
dan merupakan terapi pengganti dari fosfat.
e. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritopoetn dan besi.
f. Adanya penurunan dari fungsi atau kualitas hidup tanpa sebab yang
jelas.
g. Penurunan bb dan malnutrisi, yang disertai dengan beberapa gejala
seperti mual, muntah, atau adanya bukti lain gastroduodenitis.
h. Adanya gangguan neurologis (neuropati ensefalopati, gangguan
psikiatri), pleuritis serta diathesis hemoragik dengan
pemanjanganwaktu pendarahan.
Kontraindikasi dapat dibagi menjadi dua yaitu kontra indikasi absolut
dan kontra indikasi relative. Kontraindikasi yang absolut tersebut apabila
telah terdapat sebuah akses vaskuler. Kontraindikasi yang relative yaitu
telah ditemukannya sebuah kesulitan dalam mengakses vaskuler, fobia
terhadap jarum, dan pasien dengan gagal jantung (SUHARJO, 2014).

12
3. Faktor yang Mempengaruhi
Hemodialisis yang adekuat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kebersihan pada ureum yang tidak optimal, waktu dialisis yang
kurang, dan kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium. Untuk mencapai
yang adekuasi hemodialisis, maka besarnya dosis yang diberikan harus
memperhatikan hal-hal berikut seperti (Pernefri, 2003; Septiwi, 2011;
Daugirdas, Depner, Inrig, et al., 2015):
a) Interdialytic Time
Waktu yang tepat untuk interval atau frekuensi dalam pelaksanaan
hemodialisis yaitu berkisar antara 2 kali/minggu atau 3 kali/minggu.
Idealnya dalam hemodialisis yang dilakukannya 3 kali/minggu dengan
durasi 4 sampai 5 jam dan 21 jam setiap sesi, akan tetapi di Indonesia
sendiri masih dilakukan 2 kali/minggu dengan durasi hemodialisa 4
sampai 5 jam (Gatot, 2003).
b) Time of Dialysis
Lama waktu pelaksanaan hemodialisis idealnya 10 sampai 12 jam per
minggu. Apabila terapi hemodialisis yang dilakukan 2 kali/minggu
maka lama waktu tiap kali hemodialisis adalah 5 sampai 6 jam,
sedangkan bila dilakukan 3 kali/minggu maka waktu tiap kali
hemodialisis adalah 4 sampai 5 jam dalam satu hari (Pernefri, 2003).
c) Quick Of Blood (Blood flow)
Besarnya aliran darah yang dialirkan ke dalam dialiser yaitu antara
200 sampai 600ml/menit. Dengan pengaturan Qb yaitu 200 ml/menit
akan memperoleh bersihan ureum sekitar 150ml/menit, dan
peningkatan Qb sampai 400ml/menit akan meningkatkan bersihan
ureum sekita 200ml/menit. Dalam tingkat kecepatan aliran darah (Qb)
rata rata adalah 4 kali berat badan pasien, jika ditingkatkan secara
bertahap selama hemodialisis dan akan dimonitor setiap jam (Septiwi,
2011).
d) Quick Of Dialysate (Dialysate Flow)

13
Besarnya aliran dialisat yang menuju dialiser dan keluar dari dialiser
yang dapat mempengaruhi tingkat bersihan yang dicapai, sehingga
perlu di atur sebesar 400 samapai 800 ml/menit (Daugirdas, Depner,
Inrig, et al, 2015).
4. Komponen Hemodialisa
Dialisa yaitu merupakan sebuah cairan yang akan digunakan untuk
menarik limbah dalam tubuh pasien dan memisahkan antara darah
dengan limbah dalam darah pasien, dan buffer pada umumnya adalah
bikarbonat, oleh karena itu bikarbonat memiliki tingkatan resiko yang
lebih rendah saat terjadinya hipotensi dibandingkan dengan buffer
natrium. Sedangkan kadar zat dalam dializat yang harus diatur terlebih
dahulu agar sesuai dengan porsinya. Dan untuk air yang digunakan harus
di proses terlebih dahulu agar tidak dapat menimbulkan resiko yang fatal
dari kontaminasi air dengan tubuh pasien pada saat berlangsungnya
hemodialisa.
Ada tiga komponen utama yang akan digunakan dalam melakukan
terapi hemodialisa yaitu dialyzer, cairan dialisat, dan system penghantar
darah. Dialyzer merupakan sebuah alat yang dapat digunakan guna dalam
proses dialysis yang fungsinya untuk mengalirkan darah dan dialisat ke
dalam sebuah kopartemen darah yang didalamnya telah dibatasi dengan
sebuah membrane yang disebut semipermeable(Imelda Hermawan,
2010).
System yang menghantarkan darah dapat dibagi menjadi beberapa
bagian lagi yaitu di mesin dialysis dan akses pada pasien. Pada mesih
pompa darah, pengaliran dializat dan sebagian dari monitor. Untuk yang
ada di bagian tubuh pasien terdapat dua bagian yaitu fistula dan graf atau
kateter. Prosedur yang efektif yaitu membuat av pistula dengan cara
menyambungankan pistula yang anatomis antara arteri dan vena. Salah
satu prosedur yang sangat umum dilakukan untuk menyambungkan arteri
radialis dengan vena sephalika atau yang biasa disebut fistula cimino
brechia ( Imelda Herman, 2010).

14
5. Dosis dan Edukasi Hemodialisa
Kecukupan dialysis dapat ditentukan bedasarkan kriteria klinis, dan
atas dasar Kxt/ V, seperti yang telah direkomendasikan oleh KDOQI. K
adalah klirens urea dan dialiser, T adalah lama hemodialisa, dan V adalah
volume distribusi urea (rocco et all.,2015).
Dosis hemodialisa merupakan jumlah tingkat kebersihan dari farksi
urea dalam satu sesi dialysis yang dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh
pasien, maka fungsi dari ginjal, asupan protein, derajat anabolisme atau
katabolisme dan adanya komoroid. Saat ini juga telah dipakai rumus
URR (% Urea Reduction Rate), yang besarnya penurunan ureum dalam
persen. URR= 100 x 1- (ureum sebelum/ kreatinin dialisisi). Maka pada
saat hemodialysis yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu minggu
dianjurkan untuk mencapai target URR setiap kali hemodialisa diatas
65% (Suhardjono, 2014).
6. Prinsip Hemodialisa
Hemodialisa merupakan gabungan kata dari proses difusi dan
ultrafiltrasi. Perbedaan laju difusi terjadi pada molekul terbesarnya.
Dalam mekanisme ini gunanya untuk mengeluarkan sisa sisa dari
molekul kecil seperti ureum, kreatinin, elektrolit, dan menambahkan
serum bikarbonat. Zat yang terlarut tersebut tidak dapat melarutkan
protein karena protein tersebut tidak dapat menembus dari membrane
pada dialyzer (Suhardjono, 2014).
Ultrafiltrasi adalah sebuah aliran secara konveksi (air dan zat
terlarut) akan terjadi apabila adanya perbedaan antara tekanan osmotic
pada dializer. Ultrafiltrasi dapat terjadi karena adanya sebuah tekanan
yang bersifat positif dengan kompartemen pada darah dengan tekanan
negatife yang terbentuk pada kompartemen dialisat yang dihasilkan dari
pompa dialisat. Pada proses difusi filtrasi sedang berjalan secara
bersamaan maka dapat di program yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pada proses hemodialisa ini cairan dialisat akan berlawanan arah dengan

15
aliran darah sehingga dapat mempertahankan kecepatan dari difusi yang
optimal(Suhardjono, 2014).
Hemofiltrasi yang serupa dengan filtrasi glomerulus. Jika darah
sedang dipompa maka pada tekanan hidrostatik yang lebih tinggi dari
cairan disisi lain membran, maka air akan dipaksa membawa sisa dari
elektrolit tubuh pasien hemodialisa (O”Callaghan, 2009).
7. Proses Hemodialisa
Sebelum hemodialysis laksanakan akan terlebih dahulu
dilakukannya pengkajian pradialis, dan akan dilanjutkan dengan
menghubungkannya pasien dengan mesin hemodialysis dengan
memasang blood line dan jarum pada vaskuler pasien, yaitu masuknya
darah ke tubuh, arteri venus fistula merupakan akses yang telah
direkomendasikan oleh karena itu lebih baik cenderung yang aman dan
nyaman bagi pasien.
Blood line dan vaskuler telah terpasang maka hemodialysis akan
segera dimulai san darah akan dialirkan ke luar tubuh, dan disaring di
dalam dialyzer. Infus heparin diletakan sebelum atau sesudah pompa
darah tergantung pada mesin atau peralatan yang digunakan. Darah akan
mengalir dari tubuh pasien melalui askes arterial menuju dialyzer
sehingga terjadi pertukaran zat sisa pada dializer. Maka darah harus dapat
di keluarkan kembali dari dialyzer dengan keFCcepatan 200 sampai 400
ml/menit menuju tubuh pasien dan mengalir seperti biasa.
Maka dalam proses selanjutnya yaitu darah akan meninggalkan
dialyzer dan akan melewati detector udara, setelah darah yang sudah
disaring akan dialirkan kembali ke vaskuler dan kembali lagi ke dalam
tubuh pasien. Dialysis akan berakhir jika selang dialysis telah dibilas dan
mengembalikan darah ke dalam tubuh pasien. Diakhir dialysis sisa
metabolisme akan dikeluarkan (Anna Farida, 2010).
Evektifitas hemodialisa dapat tercapai apabila melakukannya
dalam 2 sampai 3 minggu dalam 1 minggu dan selama 4 sampai 5 jam
dalam satu hari, paling sedikit 10 sampai 12 jam dalam seminggu.

16
Hemodialysis di Indonesia sendiri biasaya dilakukan sebanyak 2 kali
dalam seminggu dengan lama hemodialysis yaitu 4 jam.
8. Lama Terapi Hemodialisa
Lama hemodialisa menurut pranoto(2010) lama hemodialysis dapat
dibagi menjadi 3 yaitu kurang dari 12 bulan, 12 sampai 24 bulan dan
lebih dari 24 bulan. Pasien yang telah menjalani terapi hemodialisa ini
selama lebih dari 8 tahun kemudian akan melakukan terapi transpaltasi
gijal maka efeknya akan lebih buruk jika dibandingkan dengan pasien
yang melakukan terapi hemodialysis dan melakukan transpaltasi ginjal
yang sebelumnya melakukan terapi hemodialysis dalam waktu
singkat( Cambel, 2012).
9. Komplikasi Hemodialisa
Efek yang akan dirasakan oleh pasien hemodialisa yaitu
a. Fisik
Tingkat keparahan dari tanda dan gejala yang bergantung dari
seberapa banyak tingkat kerusakan pada ginjal yang telah menjalani
terapi hemodialysis yang dapat mempengaruhi dan usia pasien. Tanda
dan gejala yang dapat muncul yaitu
 Neurologi: kelemahan, fatigiue, kecemasan, penurunan
konsentrasi, disorientasi, tremor, kelemahan pada lengan
 Intergumen: kulit berwarna coklat keabu abuan, kering, kulit
mudah terkelupas, pruritus
 Kardiovaskuler: hipertensi, edema pitting (kaki, tangan, dan
sakrum), edema periorbita, pembesaran pada vena leher
 Paru paru : krekles, sputum yang lengket dan kental, depresi
reflek batuk.
 Gastroinmtestinal: bau anomia, nafas uremik, berasa logam,
ulserasi pada mulut dan berdarah.
 Hematologi: anemia, trombositopenia.
b. Hipotensi

17
Hipotensi adalah komplikasi yang sering muncul, pada pasien dengan
komplikasi diabetes. Faktor yang lain sering terjadinya hipotensi
antara lain adanya ultrafiltrasi di dalam darah dengan jumlah yang
lumayan besar dan akan tetapi yang tidak diimbangi oleh mekanisme
kompen dari sisa pengisian vaskuler (Samsu, 2016).
c. Kram otot
Faktor risiko kram pada otot antara lain adanya gangguan dari perfusi
otot, dikarenakan pengambilan cairan yang agresif dan dialisat yang
rendah sodium (Samsu, 2016).
d. Psikologi
Perubahan fungsi yang progresif sehingga pasien gagal ginjal akan
mengalami berbagai stress psikologi. Dalam perubahan ini
merupakan sebuah akibat yang harus dijalani oleh setiap pasien telah
terdiagnosis gagal ginjal kronik, dan diwajibkan untuk mengecek ke
laboratorium guna memeriksakan darahnya, dan akan mengakibatkan
perubahan dari segi finansial biaya yang dikeluarkan oleh pasien dan
perubahan psikologi pada penderita gagal ginjal tersebut ( Purba &
Moni, 2012). Keadaan lainnya yang membuat suatu kondisi
psikologis pasien semakin berat yaitu sebuah ancaman kematian,
potensial malpraktik oleh petugas kesehatan, perasaan menjadi objek
percobaan akibat dari seringnya diambil darah guna pemeriksaan
laboratorium, stress akibat efek dari penyakit yang telah
diterimanya(Kastroini et al,2010).
Dalam kondisi ini biasanya pasien gagal ginjal kronik akan
mengalami depresi. Depresi yang dialami oleh pasien gagal ginjal
kronik yaitu multidimensional meliputi fisik, psikologis, dan social
(Davinson, 2010).
Pasien hemodialisa akan melalui tiga tahapan dalam penyesuaian
secara psikologis, yaitu
 Periode home moon disebut juga dengn periode optimis, yang
dapt ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan pikiran

18
pasien maasih jernih. Dalam hal ini munculnya harapan dan
kepercayaan pasien. Setelah lebih dari tiga minggu menjalni
hemodialisa yang pertama sampai enam bulan pertama.
 Periode kekecewaan, dari rasa senang, rasa percaya,
rasa harapan mulai berkurang dan akhirnya akan
menghilang. Pasien tersebut akan mulai sedih dan tidak
berdaya. Periode ini akan berlangsung selama tiga
sampai enambelas bulan.
 Periode adaptasi jangka panjang pasien (long term
adaption), pasien mulai akan lebih menerima dari
keterbatasan dalam dirinya, kekurangan, dan
komplikasi hemodialisa tersebut. Perubahan perisode
ini akan bertahap pada diri pasien. Perubahan ini
ditandai dengan sikap frutasi pasien terhadap tingkat
perasaannya/ emosional, dan tingkat kesehatannya.
Masalah psikologi yang menghampiri pada pasien
hemodialisa yang lain yaitu perubahan harga diri pasien,
perubahan pola hidup pasien, perubahan personal dan pola
rutinitas pasien, serta perubahan peran pasien hemodialisa.
a) Perubahan social
Pada pasien gagal ginjal biasanya akan mengalami gangguan sosial
seperti strees, depresi, cemas, putus asa, dan frustasi (Hudak & Gallo,
2010). Dikarenakan keterbatasan fisik pada pasien, maka pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik akan mengalami perubahan peran dalam
keluarga dan sosial dalam bermasyarakat di lingkungan rumah.

19
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka kerja untuk
hubungan antara konsep – konsep yang akan diukur atau diamati melalui
penelitian yang akan dilakukan (Agustini, 2021). Kerangka konsep penelitian
ini menjelaskan keterkaitan antara variabel independent dan variabel
dependen digambarkan secara skematis pada skema 3.1 berikut ini:
Skema 3.1
Kerangka Konseptual

Pasien gagal ginjal yang


menggunakan dialyzer reuse
yang melakukan terapi
hemodialisa

Dampak dari pasien yang melakukan Faktor yang mempengaruhi


terapi hemodialisa yang menggunakan pasien Hemodialisa
dialyzer reuse
a. Interdialytic Time
a) Kram otot
b) Pusing b. Time of Dialysis
c) Gangguan pencernaan c. Quick of Boold (Blood Flow)
d) Mudah lelah
e) Sedih dan tertekan
d. Quick of Dialysate (Dialisate
f) Tidak mempunyai garah untuk Flow)
hidup
g) Takut akan kematian

Keterangan
: Yang di teliti
: Yang tidak diteliti

1
A. Hipotesa
Ha: Terdapat dampak dari penggunaan dialyzer reuse pada pasien
hemodialisa dengan adanya Gangguan pada pasien gagal ginjal
kronik pada saat terapi hemodialisa di RSUD Soedarso Pontianak.
Ho: Tidak adanya dampak dari penggunaa diaslizer reuse pada pasien
hemodialisa Gangguan pada pasien gagal ginjal kronik pada saat
terapi hemodialisa di RSUD Soedarso Pontianak.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan penjelasan sementara yang diusulkan
tentang hubungan antara dua atau lebih fenomena terukur/variabel yang
memungkinkan secara empirik (Nuraeni, 2018). Hipotesis yang digunakan
pada penelitian ini adalah hipotesis alternative (Ha) yaitu, terdapat dampak
dari penggunaan dialyzer reuse pada pasien hemodialisa dengan adanya
Gangguan pada pasien gagal ginjal kronik pada saat terapi hemodialisa di
RSUD Soedarso Pontianak.

21
C. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu sesuatu yang didapatkan dalam
memberikan suatu penjelasan tentang suatu variabel dalam bentuk yang
dapat diukur (Arianto, 2010). Definisi operrasional ini dapat memberikan
sebuah informasi yang dapat diperlukan guna untuk mengukur sebuah
variabel yang akan diteliti oleh peneliti. Hasil dari dampak penggunaan
dialyzer reuse pada pasien hemodialisa yaitu hasilnya positif memiliki
dampak yang bermasalah yang signifikan untuk dampak pasien dari
penggunaan dialyzer reuse, seperti kram otot, pusing, lemas, batuk, dll.
Dikarenakan adanya penurunan dari kualitas dari dialyzer tersebut untuk
kemungkinan dialyzer reuse yang pertama belum memiliki efek atau
dampak yang begitu kelihatan pada pasien yang menjalani terapi
kemungkinan mulai kelihatan dampaknya ketika dialyzer akan digunakan
yang ke dua sampai yang ke lima.

Table 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
Dampak Dampak penggunaan Menggunakan 1. Tidak pernah Ordinal
penggunaan dialyzer reuse pada pasien skor dari stiap 2. Kadang-
dailizer reuse hemodialisa yaitu mearasa pertanyaan kadang
pada pasien sesak nafas, badan terasa yang dijawab 3. Sering
hemodialisa panas dingin, lemas lesu, oleh pasien 4. Selalu
stress atau banyak pikiran,
batuk, cemas, mual muntah,
kram otot, nyeri dada, badan
terasa sakit sebagian atau
semua
Dalyzer reuse Dialyzer reuse hanya dapat Kondisi Mengetahui Reuse ke 1
direkomendasikan pada daripasien
kondisi pasien ke 2
pemakaian ke 4 dan ke 5 hemodialisa
dikarenakan dari berbagai yang hemodialisa ke 3
alasan, dan diantaranya menjalani
yang ke 4
adalah telah terjadi terapi
penurunan nilai Urea hemodialisa menggunakan ke 5
Reduction Ratio (URR)
dialyzer reuse
sehingga terjadi kurangnya
optimal apabila telah pada saat
dipakai untuk proses
menjalani terapi
hemodialysis yang
selanjutnya dan juga dapat hemodialisa hasil
mengakibatkan dampak

22
yang buruk bagi pasien ukur untuk
tersebut sehingga dianjutkan
dampak
digunakan sampai ke 4
ataupun yang ke 5 dalam penggunaan
penggunaan dialyzer reuse.
dialyzer reuse
pada pasien
hemodialisa

23
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah explanatory
research. Menurut (Hidayat, 2018), exppenlanatroty research merupakan
penelitian survei yang digunakan untuk penjelasan tentang hubungan sebab
akibat antar variabel. Pengambilan data yang dilakukan secara bersamaan
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut (Hidayat, 2018)
cross sectional adalah rancangan penelitian yang dilakukan pengukuran atau
pengamatan secara bersamaan atau satu periode pengumpulan data tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah RSUD Dr.
Soedarso Pontianak Kalimantan Barat.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi merupakan suatu wilayah baik itu dalam obyek
maupun subyek yang memiliki kuantitas serta karakteristik tertentu
yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil suatu
kesimpulan (Rodhi, 2022). Populasi adalah semua objek penelitian
dalam sebuah tempat/wilayah yang peneliti lakukan (Nalendra, 2021).
Pada penelitian ini yang akan dilakukan populasinya mencakup pasien
gagal ginjal kronik yang telah melakukan terapi hemodialisa secara
rutin di RSUD Soedarso Pontianak.

1
2. Sampel
Menurut Arikunto (2014) berpendapat bahwa sempel yaitu
sebagian ataupun yang mewakili dari jumlah populasi yang akan
diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami
gagal ginjal yang aktif menjalani terapi hemodialisa di RS PKU
Muhammadiyah Gombong. Sampel yang akan diambil pada saat
penelitian dengan metode purpose sampling. Purpose sampling
merupakan sebuah metode yang menggunakan pemilihan sampel yang
digunakan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang telah
ditentukan oleh peneliti (Kelana Kusuma Dharma, 2011).
a. Besar sampel
Besar sempel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah berbentuk table krejcie. Table krejcie yang akan digunakan
pada saat menentukan sebuah ukuran sampel yang praktis. Dalam
melakukan perhitungan sempel yang didasarkan pada tingkatan
kesalahannya yaitu sebesar 5%, sehingga dari tingkat kepercayaan
yaitu sebesar 95%, sehingga dalam melakukan perhitungan yang
dapat dihasilkan dalam bentuk pecahan (dalam bentuk koma),
dengan ini maka jumlah sempel yang akan dilakukan dijadikan
sempel yaitu sebanyak 30 pasien dari 270 pasien yang sedang
menjalani terapi hemodialisa.
b. Teknik pengambilan sempel
Dalam pengambilan teknik sempel pada penelitian ini dapat
menggunakan teknik purpose sampling. Purpose sampling yaitu
merukan suatu metode penelitian yang ada dalam sebuah pemilihan
sempel yang akan dilakukan bedasarkan atau tujuan yang telah
ditentukan oleh seorang peneliti (Kelana Kusuma Dharma, 2011).
3. Kriteria sampel
Kriteria sampel adalah karakteristik sampel supaya tidak
menyimpang dari populasinya, maka sebelum pengambilan sampel perlu
ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Notoadmodjo, 2018):

25
a. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi yaitu merupakan batasan dari ciri ciri ataupun
sebuah karakter yang secara umum telah masuk dalam sebuah
metode kriteria eksklusi (Saryono, 2011). Maka ada beberapa jenis
kriteria inklusi yang masuk dalam penelitian ini yaitu:
a) Pasien telah bersedia menjadi responden penelitian.
b) Pasien dapat diajak kooperatif dalam menjalani perannya
menjadi responden.
c) Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik yang sedang
menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa di RS
PKU Muhammadiayah Gombong.
d) Pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani terapi
hemodialisa secara rutin selama 2x dalam seminggu yang
menggunakan dialyzer reuse.

26
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu bagian dari subjek yang telah emenuhi
sebuah kriteria dari inklusi, harus dikeluarkan dalam penelitian oleh
karena itu sebagai sebab yang dapat mempengaruhi dari sebuah hasil
penelitian sehingga dapat terjadi sebuah bias yang ada hasilnya
(saryono, 2011). Adapun beberapa kriteria eksklusi dalam sebuah
penelitian sebagai berikut:
a) Mengalami penurunan kesadaran.
b) Dapat mengalami gangguan jiwa.
c) Dapat mengalami gangguan pengelihatan dan
pendengaran.

D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kebutuhan
yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan jenis data yang dikumpulkan dengan cara
diperoleh dari responden, dan narasumber penelitian (Gebang, 2021).
Pengumpulan data primer dari kuesioner dan wawancara. Data perlu
diolah kembali.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak
langsung (Gebang, 2021). Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data yang diperoleh dari pengolahan data prevalensi di rumah sakit
serta sumber – sumber literatur jurnal dan buku. Data perlu diolah
kembali.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian (Notoadmodjo, 2018). Pengumpulan data dilakukan secara
langsung terhadap responden. Teknik pengumpulan data yang disebarkan

27
kepada responden dengan cukup menjawab pertanyaan pada kolom yang
sudah disediakan menggunakan Skala Likert.
Pengumpulan data dibantu oleh asisten peneliti yang merupakan perawat
di salah satu ruang rawat inap RSUD Dr. Soedarso dan bersedia menjadi
asisten dalam penyebaran kuesioner. Tahap-tahap pengumpulan data antara
lain:
1. Pra penelitian
Peneliti mengobservasi dan studi pendahuluan ke RSUD Dr.
Soedarso Pontianak untuk menentukan populasi sehingga mendapatkan
sampel untuk penelitian.
2. Persiapan penelitian
a. Peneliti melakukan persiapan yang meliputi perumusan masalah,
penyusunan proposal, menyusun instrument penelitian, penyusunan
surat ijin penelitian dan pertemuan dengan Ketua Diklit RSUD Dr.
Soedarso Pontianak untuk meminta persetujuan.
3. Pelaksanaan penelitian
a. Menentukan responden yang dapat berpartisipasi dalam penelitian
sesuai dnegan kriteria inklusi
b. Peneliti dibantu oleh asisiten peneliti.
c. Peneliti menjelaskan kepada asisten peneliti tentang kuesioner dan
aturan-aturannya.
d. Asisten peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai
kuesioner, jika bersedia menjadi responden maka dipersilahkan
menandatangani surat pernyataan informed consent.
e. Setelah lengkap responden menjawab kuesioner, peneliti melakukan
analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara,
pengamatan, dan pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan
informasi. Penelitian yang berkualitas sangat bergantung pada instrumen
penelitian yang disusun secara sistematis dan valid (Saputra, 2020). Penelitian

28
ini menggunakan kusioner dengan pertanyaan negatif dan positif. Pertanyaan
dalam kusioner ini secara tertutup dengan menjawab cukup mencheck list (√)
jawaban pada kolom yang disediakan. Dalam penelitian ini menggunakan 3
bagian penilaian yang meliputi:
1. Kuesioner A
Kuesioner A memuat data demografi responden, seperti: jenis
kelamin, pendidikan, usia, dan pekerjaan.
2. Kuesioner B
Kuesioner B adalah kuesioner pelayanan keperawatan. Kuesioner
adopsi dari penelitian (Astuti, 2017). Kuesioner ini menggunakan skala
likert yang terdiri dari 28 item pertenyaan 16 pernyataan positif dengan
diberi skor yaitu (5) sangat baik, (4) baik, (3) Kurang baik, (2) tidak baik,
(1) sangat tidak baik dan 12 pertanyaan negatif dengan skor yaitu (1)
sangat baik, (2) baik, (3) Kurang baik, (4) tidak baik, (5) sangat tidak
baik.
3. Kuesioner C
Kuesioner C adalah kuesioner tentang kepuasan pasien. Kuesioner
adopsi dari (Nursalam, 2015). Kuesioner ini menggunakan skala likert
yang terdiri dari 25 item pertanyaan, 15 pertanyaan positif dengan skor
pilihan (5) sangat puas, (4) puas, (3) Kurang puas, (2) tidak puas, (1)
sangat tidak puas dan 10 pertanyaan negatif dengan skor (1) sangat puas,
(2) puas, (3) Kurang puas, (4) tidak puas, (5) sangat tidak puas.

Tabel 4.1 Kisi-kisi Kusioner


No. Variabel Indikator Positif Negatif
1 Pelayanan 1. Caring 1, 3, 4 2
Keperawatan 2. Kolaborasi 6, 8 5, 7
Pada Pandemi 3. Kecepatan 12 9, 10, 11 14
4. Empati 13, 15 18, 20
5. Courtesy 16, 17, 19 24
6. Sincerity 21, 22, 23 25,26
7. Komunikasi Teraupetik 27, 28

29
3 Kepuasan 1. Responsiveness 1, 2, 3 4,5
Pasien 2. Reability 7, 9, 10 6,8
3. Assurance 11, 12, 14, 15 13
4. Emphaty 16, 17, 20 18,19
5. Tangible 21, 25 22,23,24

G. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah mengubah sejumlah informasi yang dapat
digunakan untuk analisis serta mengambil kesimpula penelitian (Rustam,
2017). Langkah – Langkah pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut
(Sinaga, 2019):

30
1. Pemeriksaan data (Editing)
Pemeriksaan data dari kuesioner dan kejelasan jawaban dari
responden. Jawaban tersebut apakah semua pertanyaan di jawab, apakah
nomor berurutan dan berbagai kesalah lainnyac.
2. Pemberian kode (Coding)
Data yang sudah terkumpul, akan dilakukan pengkodean (coding)
untuk mengklasifikasi data dan memberi kode setiap pertanyaan, kode
tersebut menjadi panduan untuk menentukan skor yang didapat
responden. Kode dari masing-masing variabel dengan kriteria:
Tabel 4.2 Pengolahan Data
a. Jenis kelamin

Jenis Kelamin Kode


Laki-laki Kode 1
Perempuan Kode 2

b. Umur
Umur Kode
18-25 Kode 1
26-35 Kode 2
36-45 Kode 3
46-55 Kode 4
56-65 Kode 5

c. Pendidikan
Pendidikan Kode
SD Kode 1
SMP Kode 2
SMA Kode 3
Perguruan Tinggi Kode 4

31
d. Pekerjaan
Pekerjaan Kode
Tidak Bekerja/IRT Kode 1
Swasta Kode 2
Wiraswasta Kode 3
PNS Kode 4
Mahasiswa/Pelajar Kode 5
Petani/Buruh Kode 6
Lain-lain, disebutkan Kode 7

e. Pelayanan keperawatan

Pelayanan Keperawatan Kode


Sangat Tidak Baik Kode 1
Tidak Baik Kode 2
Kurang Baik Kode 3
Baik Kode 4
Sangat Baik Kode 5

f. Kepuasan pasien
Pelayanan Keperawatan Kode
Sangat Tidak Puas Kode 1
Tidak Puas Kode 2
Kurang Puas Kode 3
Puas Kode 4
Sangat Puas Kode 5

3. Pemasukan data (Entry)


Data yang telah di coding akan dimasukkan ke dalam komputer.
Semua data akan dimasukkan dan disimpan dalam media penyimpanan
menggunakan format atau perangkat lunak (software).

32
4. Pembersihan data (Cleaning Data)
Melakukan pengecekan data, apakah data yang dimasukkan (entry)
sudah benar atau tidak untuk mencari kesalahan yang kemungkinan
didapat. Data yang masuk ke program sudah benar-benar tidak terdapat
kesalahan lagi dan siap di analisis.
5. Penyusunan data (Tabulating Data)
Data penelitian di analisis, masuk, kemudian direkap serta disusun
dalam bentuk tabel supaya dapat dibaca dengan mudah.

H. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dari responden melalui pembagian kusioner
peneltian, maka langkah selanjutnya peneliti akan menganalisa data. Analisis
data yang digunakan peneliti sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada 1 variabel
secara tunggal. Analisa univariat dilakukan dengan melakukan
penghitungan pada satu variabel untuk melihat besar masalah kesehatan
tersebut. Analisa univariat merupakan langkah pertama dalam analisis
data. Hasil dari analisis ini digunakan sebagai dasar untuk penentuan
analisis bivariat (Hidayati., 2020). Dalam penelitian ini dilakukan untuk
analisis univariat adalah mendeskripsikan karakteristik responden yang
meliputi: jenis kelamin, pendidikan, usia dan pekerjaan, variabel
pelayanan keperawatan dan variabel kepuasan pasien.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan pada 2 variabel secara
langsung. Analisa bivariat dilakukan dengan mengaitkan data variabel
pertama dengan variabel kedua (Hidayati., 2020). Dalam penelitian ini
menganalisa hubungan pelayanan keperawatan pada masa pandemi
dengan tingkat kepuasan pasien di rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan uji Koefisien korelasi pearson (r),
namun skala yang dikumpulkan atau data berdistribusi tidak normal
menggunakan koefisien korelasi spearman (ρ,rho) (Heavey, 2014).

33
I. Etika Penelitian
Etika penelitian secara garis besar menurut (Notoadmodjo, 2018), Etika
penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti danmsyarakat yang
memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Secara garis besar.
Melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang yaitu
(Sumantri, 2015) :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak–hak subjek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian
serta memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan bebas dari
paksaan untu berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap manusia memiliki hak – hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu. Adapun, tidak semua orang menginginkan
informasinya diketahui orang lain, sehingga peneliti perlu memerhatikan
hak – hak dasar individu tersebut.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan memiliki keterbukaan dan adil, untuk emmenuhi
prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,
professional, berperikemanusiaan, dan memerhatikan faktor–faktor
ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religious subjek penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermandaat semaksimal mungkin bagi
subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subjek (nonmaleficence).

34
DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, H. K., D. Jain, A. Sahney, T. Bansal, R. K. Yadav, K. L. Kathuria.


2012. Effect of dialyser reuse on the efficacy of haemodialysis in patients
of chronic kidney disease in developing world. JIMSA April-June 2012
Vol. 25 No. 2.
Agustini, R. (2010). Dampak dukungan keluarga dalam mempengaruhi
kecemasan pada pasien penderita gagal ginjal kronik di RS Panti Rapih,
Yogyakarta.
Andi. (2012). Peran Perawat Ginjal dalam Mengoptimalkan Kualitas Hidup
Pasien Dialisis. Makalah disampaikan dalam jakarta nephrology Nursing
Symposium, Jakarta.
Arikunto S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Balitbag Kemenkes RI.
Ayu, P., (2010), Hubungan antara beberapa parameter anemi dan laju filtrasi
glomerulus pada penyakit ginjal kronik pradialisis. Diunduh dari:
http://unud.ac.id. Diakses tanggal 12 September 2012.
Azahra, M. (2013). Peran Konsep Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi
Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa.Black & Hawks (2010). Medical & Surgical Nursing
Clinical Management for Positive Outcomes. 8th Edition. St Louis
Missouri: Elsevier Saunders.
Bruner & Suddart. (2010). Teks Book of Medical Surgical Nurshing 12thEditon..
China: Lww.
Bruner & Suddart. (2010). Teks Book of Medical Surgical Nurshing 12thEditon..
China: Lww.
Cambell, R. (2012). File Case Bedah. Edisi Ketiga, Jakarta: Karisma Publishing
Group.
Daugirdas, Desner, Inreg e.t al, (2015) KDOQI Clinical Practice Guideline For
Hemodialysis Adequacy: 2015 Update. Am J Kidney Dis. 66(5):884–930.
Davinson, G. C., Neale, J. M. & Kring, A. M. (2010). Psikologi Abnormal.
Jakarta: Rajawali Pres.
Dharmeizar. (2012). Naskah Lengkap Simposium Nasional Peningkatan
Pelayanan Penyakit Ginjal Kronik dan Indonesia Renal Registry.
Yogyakarta: Pernefri Wilayah Yogyakarta.
Dinkes Jateng. (2011). Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2011.
http://www.dinkejatengprov.go.id .
Dinkes. (2011). Jumlah Penderita Gagal Ginjal Kronik di Kabupaten Kebumen.
Kebumen: Dinkes Kota Kebumen.
(Dharmeizar, 2012). Pathophysiologi: clinical consepts of disease procces.
Michigan University: Mosby.
_______. (2011). Konsensus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik,
Perhimpunan Nefrologi (PERNEFRI). Jakarta.

35
Ferguson, T. W., N. Tangri, C. Rigatto, P. Komenda. 2015. Cost-effective
treatment modalities for reducing morbidity associated with chronic
kidney disease. Expert Rev Pharmacoecon Outcomes Res 2015; Early
Online: 1-10.
Ferguson et al., 2015. Medical surgical nursing: Assessment and management of
clinical problem. Philadelphia Pennsylvania: W. B. Saunders.
Gatot D, 2003. Ratio Ureum Dializer 0,90; 2,10; dan Dializer Seri 0,90; Dengan
1,20. USU Digital Library. 1- 17.
Ginjal Kronik dan Indonesia Renal Registry. Yogyakarta: Pernefri Wilayah
Yogyakarta.
Gorman e.t al, 2006; Maourujud e.t al, 2012. Clinikal Outcames and Dialysis
Adequacy in Adolescent Hemodialysis Patients, American Journal of
Kidney Diseases, 47 (2), pp. 285-293.
Hudak & Gallo, (2010). Keperawatan kritis Edisi 6. Jakarta: EGC.
Heven, (2005). Quality of psychologibin hemodialyty. Jakarta: EGC.
Indonesian Renal Registry. 8th Report Of Indonesian Renal Registri 2015. TIM
Indonesian Renal Registry; 2015.
Indonesia Renal Registry, 2014. 7 th Report Of Indonesian RenaRegistry: Diakses
dari:
http://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN20%RENAL2
0%REGISTRY20%2014.pdf.
Indonesian Renal Registry (IRR). 2016. 9th Report of Indonesian Renal Registry.
Tim Indonesian Renal Registry: 1-46.
Indonesia Renal Registry. 2016. 9 th Report of Indonesian Renal Registry. Tim
Indonesian Renal Registry: 1-18.
Irawan, 2016. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.
KDIGO, 2013. Clinikal Practice Guideline For The Evalution and Menegement
of Chonic Kidney Disease. ISN. 3(I): 1-6.
Kritiawan, 2017. Gagal ginjal kronis. Medika sehat: Jakarta.
Kemenkes RI. 2017. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI Pusat Data Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar
(RISKEDAS) 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2017. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI Pusat Data Informasi.
Kusuma, N. T. (2013). Pengaruh Penggunaan Hemodializer Re-Use Terhadap
Adekuasi Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5
Ditinjau dari Nilai URR, Tekanan Darah, Berat Badan, dan Hemoglobin
Di Instalasi Hemodialisis RSD Dr. Soebandi Jember Skrpsi. Jember:
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Lestariningsih. (2012). Naskah Lengkap Simposium Nasional Peningkatan
Pelayanan Penyakit Ginjal Kronik dan Indonesia Renal Rdgistry.
Yogyakarta: Penefri Wilayah Yogyakarta.
Linberg, M. (2010). Excessive Fluid Overload Among Hemodialysis Patients :
Prevalence, Individual Characteristic and Self Regulation of Fluid Intake.
Disertasi. Faculty of GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

36
Muttaqin, A & Sari, K.(2012). Asuhan keperawatan gangguan perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
National Kidney Faoundation (2015) About Chronic Kidney Disease:
http//:www.kidneyorg/kidneydisease/aboutckd (Diakses pada tanggal 12
januari 2019)
National Kidney Faoundation (2015) About Chronic Kidney Disease:
http//:www.kidneyorg/kidneydisease/aboutckd. (Diakses pada tanggal 12
januari 2019.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin (2010) Chronic Kidney Disease: Practical
guide to Understanding and Manegement. USA: Oxvord University Press.
Notoatmojo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur Salam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu
Keperawatan.
O’ Callaghan, (2009). Sistem Gagal Ginjal edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Penefri. 2003. Konsensus Dialisis Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Jakarta.
Permadi, 2011 Hemodialisa, dalam: dalam buku ajaran ilmu dalam FK UI, Edisi 4
jilitd 1, Balai penerbit FK UI.
Penefri,2003; Septiwi 2011; Daugirdas, Desner, Inreg e.t al, (2015). KDOQI
Clinical Practice Guideline For Hemodialysis Adequacy: 2015 Update.
Am J Kidney Dis. 66(5):884–930.
PERNEFRI (2012), Naskah lengkap, workshop & simposium nasional
peningkatan pelayanan hemodialisis, penyakit ginjal dan aplikasi
Indonesian renal registry Joglosemar 2012.
PERNEFRI (2012) Naskah Lengkap Simposium Nasional Peningkata Pelayanan
Penyakit Ginjal Kronik dan Indonesia Renal Registry. Yogyakarta:
Pernefri.
Pranoto, I, (2010). Hubungan Antara lama menjalani hemodialisa dengan
terjadinya perdarahan intraserebral (Skripsi) Surakarta: Universitas
Sebelas Maret. http://eprint.uns.ac.id/7886/1/13579098201012051 .pdf.
(Dinkes pada tanggal 6 januari 2019).
Priece & c1 Wilson. (2008). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
6th ed. H. Hartanto. ed. Jakarta: EGC.
Qureshi, R., M. F. Dhrolia, K. Nasir, S. Imtiaz, A. Ahmad. 2016. Comparison of
total direct cost of conventional single use and mechanical reuse of
dialyzers in patients of end-stage renal disease on maintenance
hemodialysis: a single center study. Saudi J Kidney Dis Transpl
2016;27(4):774-780
Qureshi et al., 2016; Salame et al., 2018). Riset keperawatan dan tekhnik
penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Rahman, M. T., Kaunang, T. M. & Elim, C. 2016. Hubungan Antara Lama
Menjalani Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani
Hemodialisis Di Unit Hemodialisis Rsup. Prof. Dr. Rd Kandou Manado.
E-Clinic, 4.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013. Diakses: 6 Oktober 2016.

37
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013. Diakses: 6 Oktober 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesd as
%202013.pdf.
(RISKESDAS, 2013). Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Roach, S. (2010). Introductory gerontological nursing. Philadelphia Lippincott
Williams & Wilkins.
Rostanti, Anggreini dkk. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Menjalani Terapi Hemodialisa Pada Penyakit Ginjal Kronik Di Ruangan
Dahlia Dan Melati RSUP PROF. Dr.R. D Kandou Manado. Diakses 18
November 2017 pukul 10.00 wib
Rocco M.et al. (2015) KDOQI Clinical Practice guideline for hemodialysis
adequacy: 2105 updete abstrak university of minesota department of
medicine. AJKD. 884- 930
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mirta Cendekia
Press.
Scalltel D, Witten B (2012). Measuring dialysis patient`s health- related quality
of life with the KDQOL- 36 TM- Wisconcin: Medical Educational Institute.
Septiwi C. (2011). Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisa Dengan Kualitas
Hidup Pasien Hemodialisa Unit Hemodialisa RS. Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto. Universitas Indonesia.
Sidarta, B. (2008). Kompas. Usia muda rentan gagal ginjal.
Smeltzer, et al. (2014). BRUNNER & SUDDARTH’S TEXTBOOK of Medical-
Surgical Nursing. Lippincott Williams & Wilkins.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107 415324.004.
Smeltzer SC, Bare BG. (2010). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC.
Sudarmono E. (2010). Perbandingan kliren-n dan Rasio Penurunan Urea-n antara
ginjal buatan (dializer) Baru dan pakai berulang. Repository Universitas
Diponegoro.
Sudarmono E. (2010). Perbandingan kliren-n dan Rasio Penurunan Urea-n antara
ginjal buatan (dializer) Baru dan pakai berulang. Repository Universitas
Diponegoro.
Suharjo. (2014). Hemodialisis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2
Edisi 6. Editor Siti Setiati. Jakarta: Interna Publishing.
Suharjono. (2014). Hemodialisis: Prinsip Dasar dan Pemakaian Kliniknya. Dalam;
Setiati S, Alwi I, Penyunting: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Internal Publishing. Hlm. 214-98.
Sukardi & Roffi. (2010). Pemakaian Dializer Reuse yang layak Digunakan Pada
Pasien dengan Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. 1(1): 8-
14.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatis dan R & D.
Bandung. Alfabeta.
Sujarweni, V, Wiratna. (2015). Akutansi Menejemen. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.

38
Terry, c., & Aurora,W. (2013). Keperawatan kritis. Yogyakarta: Rapha
Publishing
Upadayay & Jaber. (2007). Single-Use Versus Reusable Dialyzers: The Known
Unknowns. Clinical Journal of the American Society of Nephrology. 2 (5):
1079–1086.
Vitahealt. (2008). Gagal ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Wahyuningsih. (2011). Gangguan Psikologi Pasien Gagal Ginjal. Jakarta:
Gramedia.
Wein, Kavoussi, Novick, Partin & Peters (2012). Campbell-walsh Urology.
International Edition. Cambridge press: USA.
WHO. 2018. World Health Organization [Online]. Available:
Https://Www.Who.Int/Bulletin/Vol umes/96/6/17-206441/En/ [Accessed].
Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (2012). Emosi Labil Pada Pasien Gagal Ginjal,
Dialife, dilihat 15 Januari 2013 < www. Statmyweb.com/s/yayasan-
kesehatan-ginjal.html>
Yuliaw, Anny. (2009). Hubungan Karateristik Individu dengan Kualitas Hidup
Dimensi Fididk Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang.

39
Lampiran

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat
Sehubungan dengan penyusunan skripsi Program Studi
Keperawatan Program Sarjana STIKes Muhammadiyah Gombong,
dengan ini saya :
Nama : Dimas Permadi
Nim : 821202027
Status : Mahasiswa semester 8 Prodi S1 Keperawatan Program
Sarjana Stikes Yarsi Pontianak.
Akan melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Dampak
Penggunaan Dializer Reuse pada pasien hemodialisa” Penelitian ini
menggunakan deskriftif kuantitatif, responden akan diberikan lembar
kuesioner untuk kelengkapan data yang dibutuhkan. Kerahasiaan data
pribadi pasien hemodialisa akan dijaga dan digunakan hanya untuk
penelitian saja. Dengan ini saya memohon kesediaannya untuk menjadi
responden penelitian secara sukarela. Apabila responden menyetujui
menjadi responden, maka responden diwajibkan menandatangani
lembar persetujuan yang sudah disediakan oleh peneliti. Demikian atas
bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Pontianak, 27 Februari
2023

peneliti

(Dimas Permadi)

40
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama inisial :
Umur :
Alamat :
No Telepon :
Saya bersedia menjadi untuk berpartisipasi menjadi partisipan dan
sudah mendaatkan penjelasan terkait penelitian yang akan dilakukan
oleh Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Gombong “dampak dari peggunaan dialyzer reuse pada pasien
hemodialisa”
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat fatal/
negative terhadap saya. Sehingga jawaban yang saya berikan adalah
sebenar benarnya data yang mengenai saya bahwa penelitian ini dijaga
kerahasiaannya olleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan
identitas saya akan hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data
dan bila sudah tidak digunakan kembali akan dimusnahkan. Demikian
persetujuan ini ditandatangani dengan sukarela tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Kubu Raya, 27 Februari 2023

Saksi responden

41
(……………..) (………………..)

KUESIONER DAMPAK PENGGUNAAN DIALIZER REUSE PADA


PASIEN HEMODIALISA

Petunjuk umum pengisian :


1. Bacalah dengan cermat disetiap bagian pertanyaan dalam kuesioner ini.
2. Mohon kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk mengisi kuesioner dengan
tanda ceklist (√) sesuai dengan kondisi yang dialami dan lengkap.
3. Apabila terdapat pertanyaa yang kurang jelas, silahkan meminta petunjuk
kepada peneliti atau peneliti pembantu.
4. Atas partisipasinya kami ucapkan terimakasih

Nomor Responden
(Diisi oleh peneliti)
A. DATA DEMOGRAFI
1. Umur anda saat ini : Tahun
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan : SD : SMP
: SMA :Perguruan tinggi
: Lainnya,sebutkan
4. Lama menjalani Hemodialisa : < 1 tahun ≥1 tahun
5. Menggunakan dializer reuse ke :

42
B. KUESIONER DAMPAK PENGGUNAAN DIALIZER REUSE PADA
PASIEN HEMODIALISA
Petunjuk :
Silahkan beri tanda checklist ( √) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan kondisi yang dialami

Keterangan:
Selalu Kadang kadang
Sering Tidak pernah

JAWABAN
NO PERTANYAAN KADANG TIDAK
SELALU SERING KADANG PERNAH

1 Saya merasakan sesak nafas


2 Saya merasa badan panas dingin
3 Saya merasa lemas atau lesu
4 Saya sering stress atau banyak
pikiran
5 Saya sering batuk saat sedang
menjalani terapi
6 Saya merasa sering cemas
7 Saya merasa sering mual muntah
saat menjalani terapi
8 Saya sering mengalami kram otot
pada saat menjalani terapi
9 Saya sering merasa nyeri dada
10 Saya merasa badan terasa sakit
semua atau sebagian

43

Anda mungkin juga menyukai