Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KRATON

Jl. Musikanan KT II/457 Yogyakarta KodePos 55131 Telp. (0274) 380880


Email :puskkt@gmail.go.id
HOTLINE SMS :08122780001 HOTLINE E MAIL :
upik@jogjakota.go.idWEBSITE : www.jogjakota.go.id

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KRATON


NOMOR 036 TAHUN 2023

TENTANG
PANDUAN PENANGANAN GAWAT DARURAT

KEPALA PUSKESMAS KRATON

Menimbang : a. Bahwa pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai


prioritas pelayanan;
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
perorangan di Puskesmas Kraton Kota Yogyakarta, perlu disusun
kebijakan panduan penanganan gawat darurat;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Puskesmas
Tentang Penanganan Gawat Darurat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 50635);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016
Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5942);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6617);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6618);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 308);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 857);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1799);
10.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 19);
11.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1335);
12.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021
Tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 316);
13.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Tingkat Pertama;
14.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/165/2023 Tentang Standar Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat;
15.Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 123 Tahun 2020 Tentang
Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, Dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Kesehatan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KRATON TENTANG


PANDUAN PENANGANAN GAWAT DARURAT.
KESATU : Menetapkan Kebijakan Panduan Penanganan Gawat Darurat di Puskesmas
Kraton seperti dalam lampiran Surat Keputusan ini;
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila pada
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diperbaiki
sesuai ketentuan.

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada Tanggal 10 April 2023
Kepala,

dr. Deo Hadi Nanda


LAMPIRAN : PANDUAN PENANGANAN GAWAT DARURAT
NOMOR : 036 TAHUN 2023

TANGGAL : 10 April 2023

PANDUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT

DI PUSKESMAS KRATON KOTA YOGYAKARTA


I. Definisi Umum
A. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Suatu pertolongan yang cepat dan
tepat untuk mencegah kematian maupun kecatatan.Berasal dari istilah critical ill patient
(pasien kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat).
B. Penderita Gawat Darurat Penderita yang mendadak berada dalam keadaan gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya. Contoh : AMI, Fraktur terbuka, trauma kepala.
C. Penderita Gawat Tidak Darurat Penderita yang memerlukan pertolongan “ segera” tetapi
tidak terancam jiwanya/menimbulkan kecacatan bila tidak mendapatkan pertolongan
segera, misalnya kanker stadium lanjut.
D. Penderita Darurat Tidak Gawat Penderita akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
E. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Penderita yang menderita penyakit yang tidak
mengancam jiwa/kecacatan, Misalnya pasien dengan DM terkontrol, flu, maag dan
sebagainya.
II. Ruang Lingkup
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
A. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
B. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang
lebih memadai.
C. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan
penderita gawat darurat.
D. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli.
E. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan
III. Tatalaksana
A. Penanganan Pasien
Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan
dengan Secondary Survey Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,
pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang
mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang
dilakukan pada primary survey antara lain ;
1. Airway maintenance dengan cervical spine protection
2. Breathing dan oxygenation
3. Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
4. Disability-pemeriksaan neurologis singkat
5. Exposure dengan kontrol lingkungan

Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap langkah
harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika langkah
sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas
sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti
airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian waktu
dalam keterlibatan mereka. Primary survey perlu terus dilakukan berulang-ulang pada seluruh
tahapan awal manajemen. Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang
terarah, kemudian diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang
melalui pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment). Primary survey dilakukan
melalui beberapa tahapan, antara lain

1. General Impressions
a. Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
b. Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
c. Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
2. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien
dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan
nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka.
Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang
belakang leher harus dilindungi jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien
tidak sadar. Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain:
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien.
Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas.
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
1) Adanya snoring atau gurgling
2) Stridor atau suara napas tidak normal
3) Agitasi (hipoksia)
4) Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
5) Sianosis
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi seperti ;
1) Muntahan
2) Perdarahan
3) Gigi lepas atau hilang
4) Gigi palsu
5) Trauma wajah
c. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
1) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
2) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi
3) Chin lift/jaw thrust
3. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka
langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan. Yang
perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
a. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
1) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
2) Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan
pneumotoraks.
3) Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
d. Penilaian kembali status mental pasien.
e. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
g. Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan
terapi sesuai kebutuhan.
4. Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock
didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat,
ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena
itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman
untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk
melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin
membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade,
cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus
diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik.
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
1) Menentukan ada atau tidaknya
2) Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
3) Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
4) Regularity
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).
f. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
5. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal
yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun
stimulus verbal.
6. Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga
memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan.
Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien
hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,
tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan
pemeriksaan ulang. Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:  Lakukan
pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien  Perlakukan setiap temuan luka
baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada
pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.
IV. Dokumentasi
Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan penanganan pasien
gawat darurat dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses penanganan pasien gawat darurat yang mencakup
dokumentasi :
A. Rekam Medis
B. Lembar Monitoring

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada Tanggal 10 April 2023
Kepala,

dr. Deo Hadi Nanda


LAMPIRAN : PANDUAN PENANGANAN GAWAT DARURAT
NOMOR : 036 TAHUN 2023

TANGGAL : 10 April 2023


Ditetapkan di Yogyakarta
Pada Tanggal 10 April 2023
Kepala,

dr. Deo Hadi Nanda

Anda mungkin juga menyukai