Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI NY. N


DENGAN KEBUTUHAN HAMIL SEHAT
DIPUSKESMAS BONANG II DEMAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik

Stase Prakonsepsi

Oleh:

Titik Muslikhah

NIM.42022170248

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI NY. N


DENGAN KEBUTUHAN HAMIL SEHAT
DIPUSKESMAS BONANG II DEMAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik


Stase Pra Nikah Dan Prakonsepsi

Oleh:

Titik Muslikhah

NIM.42022170248

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing CI

( ) ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi Bidan

(Bdn Indah Puspitasari, S.SiT M.Keb)

NIDN. 0628098801
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Ny. N Dengan Kebutuhan Hamil
Sehat Dipuskesmas Bonang II Demak
” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Dengan adanya tugas ini dapat menambah p e n g e t a h u a n d a n
wawasan kami terkait bidang yang ditekuni. Kami juga
m e n g u c a p k a n terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 28 Desember 2023

Penyusun

iii
iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting
dalamkehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil
kehamilan yang positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya
hidup yang sehatsebelum mereka hamil. Keadaan yang kurang mendukung
kondisi-kondisi prakonsepsiakan berdampak kurang baik pula terhadap
pembentukan terjadinya proses konsepsi (Sujiono, 2004). Perawatan kesehatan
yang baik, penting untuk perkembangan dan kesejahteraan janin, sehingga
berada dalam kondisi kesehatan yang prima sebelumkehamilan menjadi hal yang
penting (Curtis, 1999).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan, baik itu persiapan fisik
maupun mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan
sebelum masa kehamilan agar berdampak positif pada adaptasi fisik dan
psikologis ibu selama kehamilan sertakondisi janin yang baik (Oktalia dan
Herizasyam, 2016).
Hasil penelitian (Doloksaribu, dkk., 2019) menunjukan bahwa karakteristik
sampel Menurut usia dikategorikan berdasarkan usia ideal menikah dan usia
reproduksi yang baik bagi seorang wanita. Menurut badan kependudukan dan
keluarga berencana nasional atau BKKBN (2017) yaitu 21- 25 tahun. Hasil
penelitian menunjukan bahwa masih ada wanita yang menikah bukan pada usia
yang seharusnya, yaitu sebanyak 10% sampel wanita menikah lebih muda dari
kategori usia ideal dan reproduksi (21-25 tahun) dan 6,7% lebih tua dari kategori
usia ideal dan reproduksi (>35 tahun).
Pengetahuan adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang benar dan
dibenarkan. Pengetahuan merupakan hasil pembelajaran yang melibatkan panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman,
dan indra rasa, serta perabaan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan kader yang
baik tentang dengan Persiapan Kehamilan Sehat diperlukan untuk
mengoptimalkan kesehatan prakonsepsi WUS (Depkes RI, 2015).
Kader merupakan salah satu penentu keberlanjutan sebuah Posyandu.
Kader merupakan faktor penting yang menentukan keberlanjutan sebuah
2

posyandu. Kader juga berperan sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan


puskesmas untuk membantu upaya pemerintah dalam menurunkan AKI di
Indonesia. Oleh sebab itu, setiap kader perlu dibekali pengetahuan yang baik
tentang kesehatan seperti gizi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), Imunisasi, Penanggulangan diare dan ISPA serta kegiatan lain
sesuai kebutuhan masyarakat setempat (Depkes RI, 2015).
Kader juga dianggap sebagai sosok yang paling dekat dengan masyarakat
sehingga ikut menentukan status kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu,
kesadaran masyarakat terhadap kesehatannya dapat dibangun melalui peran aktif
kader yang dianggap sebagai motor penggerak atau pengelola upaya kesehatan
primer (Depkes RI, 2015; Fatmah; Nasution, 2012) Pengetahuan kader yang baik
tentang dengan Persiapan Kehamilan Sehat diperlukan untuk mengoptimalkan
kesehatan prakonsepsi WUS (Depkes RI, 2015).
Sekitar 75-87% pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata dan
13-25% lainnya disalurkan melalui indera yang lain (Azwar S, 2013; Meidiana et
al., 2018). Kemampuan seseorang dalam mengingat informasi jauh lebih lama
menetap dengan melihat dibandingkan dengan hanya mendengar (Notoatmodjo,
2012). Kemampuan seorang individu dalam mengingat salah satunya juga
dipengaruhi oleh media edukasi yang digunakan. Media mempengaruhi
keberhasilan suatu penyampaian informasi kepada seorang individu
(Notoatmodjo, 2012). Maretta (2019) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa
edukasi dengan media Video dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap WUS
tentang kesehatan prakonsepsi (Maretta, 2019). Sejalan dengan penelitian
Maretta (2019), penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susanti (2015) juga
menjelaskan bahwa media video yang digunakan dalam suatu edukasi lebih
efektif untuk memperbaiki pengetahuan dan sikap remaja dibandingkan ceramah
(Susanti et al., 2015). Penggunaan media Video dalam kegiatan edukasi ini,
memberikan kesempatan kepada seluruh kader untuk menggunakan lebih banyak
panca indranya pada saat edukasi diberikan. Media Video juga memberikan
pengalaman belajar yang menyerupai pengalaman belajar langsung sehingga
kader lebih mudah menerima informasi (Oktavera, 2015).
Usia pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi. “pra” berarti
sebelum, “konsepsi” berarti pertemuan sel ovum dengan sperma atau yang
disebut dengan pembuahan. Prakonsepsi merupakan masa sebelum terjadi
3

pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan sebelum hamil. Ada
beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum merencanakan kehamilan.
Dimulai dari masa remaja, yaitu dengan menjaga kesehatan organ reproduksi,
kebutuhan akan gizi seimbang, perilaku hidup sehat, dan lain-lain (Dieny, dkk.,
2019).
Kesehatan prakonsepsi adalah kesehatan baik pada perempuan maupun
laki-laki selama usia reproduktif yakni usia yang masih dapat memiliki keturunan.
Tujuan kesehatan prakonsepsi adalah untuk mencapai ibu dan anak dalam
kondisi sehat. Bhutta dan lassi (2015) menyebutkan proporsi mortalitas dan
mordibitas pada ibu dan bayi secara signifikan dapat dicegah dengan cara
pemberian intervensi gizi sederhana sebelum kehamilan. Alasan pemberian
intervensi gizi tersebut adalah status zat gizi mikro adekuat pada masa
prakonsepsi bagi perempuan sangatlah penting, disamping menjaga berat badan
(status gizi) dalam rentang normal (Anggraeny dan Dian. 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi prakonsepsi ?
2. Apa tujuan prakonsepsi ?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi penilaian prakonsepsi ?
4. Apa manfaat adanya skrining prakonsepsi ?
5. Bagaimana asuhan pada prakonsepsi ?
6. Bagaimana kebutuhan gizi pada masa prakonsepsi ?
7. Bagaimana asuhan kebidanan pada masa prakonsepsi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi prakonsepsi
2. Mengetahui tujuan dari prakonsepsi
3. Mengetahui apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi penilaian
prakonsepsi
4. Mengetahui manfaat adanya skrining prakonsepsi
5. Mengetahui asuhan pada prakonsepsi
6. Mengetahui kebutuhan gizi pada masa prakonsepsi
7. Mengetahui asuhan kebidanan pada masa prakonsepsi dengan 7 langkah
varney
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Prakonsepsi
Prakonsepsi merupakan penggabungan dua kata, yaitu pra yang berarti
sebelum, konsepsi yang berarti pertemuan sel telur wanita dan sel sperma pria.
Prakonsepsi adalah masa sebelum terjadi pertemuan sel telur atau diasumsikan
sebagai wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu.
Prakonsepsi merupakan masa sebelum terjadinya kehamilan. Kesehatan
wanita pada masa prakonsepsi menentukan status kesehatannya di masa
mendatang termasuk status kesehatan bayi yang akan dilahirkannya. Faktanya,
sebagian besar wanita memasuki periode kehamilan dengan status kesehatan
yang tidak optimal karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap
kesehatan sendiri pada masa sebelum terjadinya kehamilan (prakonsepsi)
(Akinajo, Opeyemi Rebecca; Osanyin, Gbemi Eniola; Okojie, 2019).
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum
terjadi pertemuan sel ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita prakonsepsi
diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi
seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak,
remaja, ataupun lanjut usia. Perbaikan kesehatan prakonsepsi berdampak pada
peningkatan kesehatan reproduksi dan dapat menurunkan resiko pengeluaran
biaya yang mungkin muncul karena masalah kesehatan reproduksi. Pelayanan
prakonsepsi dianggap sebagai komponen utama pelayanan kesehatan pada
wanita usia subur (Dieny, dkk., 2019).
Pelayanan prakonsepsi dianggap sebagai komponen utama pelayanan
kesehatan pada wanita usia subur. Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah
menyediakan sarana promosi, skrining, dan intervensi pada wanita usia subur
dalam rangka menurunkan faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan yang
akan datang.
Lebih lanjut Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berada dalam
peralihan masa remaja akhir hingga usia dewasa awal. Karakteristik WUS yang
paling utama adalah ditandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan
5

tercapainya puncak kesuburan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah


berkembang dengan baik. WUS diasumsikan sebagai wanita dewasa yang siap
menjadi seorang ibu.
Wanita usia subur adalah wanita yang berada dalam peralihan masa
remaja akhir hingga usia dewasa awal. Karakteristik wanita usia subur yang
paling utama adalah di tandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan
tercapainya puncak kesuburan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah
berkembang dengan baik. Wanita usia subur diasumsikan sebagai wanita dewasa
yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan
masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Kebutuhan zat gizi pada masa ini
menjadi penting karena merupakan masa dalam mempersiapkan kehamilan dan
menyusui (Dieny, dkk., 2019).
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah
menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi
merupakan masa sebelum kehamilan. Perencanaan kehamilan merupakan hal
yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara
psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan
(Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan
untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanyakehamilan yang
sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).
Perawatan pada periode prakonsepsi merujuk pada segala intervensi
biomedis maupun perilaku yang ditujukan pada masa sebelum terjadinya
kehamilan. Perawatan pada periode ini penting sebagai upaya mengoptimalkan
kesehatan ibu jauh sebelum terjadinya kehamilan (Poels et al., 2017).
Posyandu adalah bentuk dari Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi wanita usia
subur selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi merupakan kunci
kelahiran bayi normal dan sehat.
6

Pelayanan prakonsepsi dianggap sebagai komponen utama pelayanan


kesehatan pada wanita usia subur. Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah
menyediakan sarana promosi, skrining, dan intervensi pada wanita usia subur
dalam rangka menurunkan faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan yang
akan datang. Posyandu adalah bentuk dari Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

B. Tujuan Prakonsepsi
Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) tujuan pemberian perawatan pada masa
prakonsepsi antara lain:
1. Mengurangi angka kematian ibu dan anak
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4. Mencegah bayi lahir mati, lahir premature, dan berat bayi lahir rendah
5. Mencegah bayi lahir cacat
6. Mencegah infeksi neonatal
7. Mencegah berat badan rendah dan stunting
8. Mencegah penularan vertikal HIV/IMS
9. Menurunkan resiko beberapa bentuk kangker pada anak
10.Menurunkan resiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskuler penyakit dikemudian
hari.
Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) skrining pranikah atau disebut juga
perawatan prakonsepsi adalah serangkaian intervensi yang bertujuan
mengidentifikasi dan memodifikasi resiko biomedis, perilaku, dan sosial yang
berkaitan dengan kesehatan wanita serta hasil kehamilan nantinya. Skrining
prakonsepsi dilakukan sebagai langkah pertama untuk memastikan kesehatan
calon ibu serta calon anak sedini mungkin, bahkan sebelum proses pembuahan
terjadi. yang termasuk dalam perawatan masa prakonsepsi yaitu pada masa
sebelum prakonsepsi dan masa antara konsepsi yang dapat dimulai dalam jangka
waktu dua tahun sebelum konsepsi.

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Prakonsepsi


7

1. Riwayat Reproduksi
a. Informasi dapat melalui kuesioner pada kunjungan rutin prakehamilan
Mencakup : usaha-usaha sebelum kehamilan, adanya infertilitas, hasil
kehamilan abnormal termasuk abortus, kehamilan ektopik, kematian janin
berulang
b. Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang,
atauadanya kelainan susunan kromosom
c. Perlu dicatat pemakaian teknologi reproduksi untuk menjadi hamil,
contohnya penyuntikkan sperma intrasitoplasma (intra cytoplasmic sperm
injection / ICSI) berkaitan dengan adanya penyulit tertentu (Bowen dkk,
1998)
2. Riwayat pemakaian alkohol, dan merokok
Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan
satu-satunya sindroma retardasi mental yang diatasi dengan pencegahan
primer.
a. Pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan kuesioner berupa rangkaian
dariempat pertanyaan mengenai : adanya toleransi terhadap alkohol, rasa
terganggumengenai kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan
riwayat minum di pagihari
b. Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan
janin, berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder /
ADHD serta masalah prilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah
(American Collegeof Obstetricians and Gynecologists, 1999).
3. Riwayat Sosial
a. Usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan
b. Kehamilan usia 15-19 tahun → resiko anemia dan janin dengan
pertumbuhanterhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi
lebih tinggi → sering tidak direncanakan sehingga tidak ada konseling
c. Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih
besar daripada wanita yang lebih tua → berat badan sering kurang
d. Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan
meningkatkan morbiditas dan mortilitas perinatal
8

e. Merokok juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan yang berkaitan


denganinsufisiensi vascular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio
plasenta
f. Konseling → kurangi / bahkan hentikan merokok prakehamilan

4. Riwayat pemakaian obat-obatan terlarang


a. Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik
terhadapmanusia.
b. Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched,
tidakmaumenyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan
kadang kadang kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis pada
penggunaan jarum bersama
c. Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi,
disampingefek kardiotoksik. Komplikasi terhadap kehamilan : abortus
spontan, IUFD,PROM, kelahiran preterm, IUGR, dan solusio plasenta.
Bersifat teratogenik :mikrosefal, defek batang tubuh, malformasi traktus
genitourinari. Resikoabnormalitas neurobehavior dan orientasi.
d. Penggunaan amfetamin berhubungan dengan berkurangnya lingkar kepala
janindan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR dan IUFD, namun
tidak ada bukti berefek teratogen.
5. Riwayat mengalami kekerasan dalam rumah tangga
Riwayat kekerasan dalam rumah tangga berhubungan dengan
pasangan pecandu alkohol /obat, menganggur, dan memiliki latar belakang
pendidikan atau pendapatan yang rendah. (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk,
1999)
6. Imunitas
a. Konseling prakehamilan → penilaian atas imunitas terhadap rubella dan
hepatitis B
b. Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus,
hepatitisB, meningokokus, rabies), atau virus hidup yang sudah dilemahkan
(campak,gondongan, polio, rubela, cacar air, demam kuning)
c. Pemberian vaksin hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya
diberikan paling sedikit 3 bulan sebelum kehamilan
7. Riwayat pajanan lingkungan
9

a. Pajanan lingkungan mencakup organisme infeksius, seperti : perawat NICU,


perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial
traktusrespiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah
mungkin terpajan parvovirus dan rubella
b. Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat-zat kimia seperti logam
beratatau pelarut organik
c. Konseling pajanan lingkungan → hindari pajanan tersebut sebelum dan
selama kehamilan
8. Riwayat makanan dan gizi
a. Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan
kotoran;sering dikaitkan dengan anemia
b. Kebiasaan makan seperti diet vegetarian memperlihatkan defisiensi protein,
tetapidapat dikoreksi dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju
c. Konsumsi vitamin A tidak dianjurkan karena mempunyai efek
teratogenikterhadap manusia pada dosis 20.000-50.000 IU per hari,
diantaranya malformasi janin
d. Obesitas berhubungan dengan penyulit seperti hipertensi, preeklampsia,
DMgestasional, tromboflebitis, kelainan persalinan, kehamilan post matur,
seksiosesarea dan penyulit operasi (Wolfe, 1998).
e. Defisiensi gizi seperti anoreksia dan bullimia meningkatkan resiko
timbulnyamasalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan
kelainansaluran cerna (Becker dkk, 1999)

D. Manfaat Adanya Skrining Prakonsepsi


Adapun manfaat dengan adanya skrining prakonsepsi antara lain :
1. Bagi seorang wanita
Skrining pranikah tidak hanya sekedar untuk merencanakan kehamilan,
tetapi untuk, menjaga dan memilih kebiasaan untuk hidup sehat.
2. Bagi seorang laki-laki
Skrining pranikah berguna untuk memilih untuk menjaga tetap sehat
dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama, dan sebagai mitra
wanita berarti mendorong dan mendukung kesehatan pasanganya dan jika
menjadi seorang ayah, ia akan melindungi anak-anaknya. Jadi kesehatan
10

prakonsepsi yaitu tentang menyediakan diri sendiri dan orang yang anda cintai
dengan masa depan yang cerah dan sehat.
3. Bagi bayi
Skrining pranikah akan membuat orang tua melaksanakan hidup sehat
sebelum dan selama kehamilan sehingga akan melahirkan bayi tanpa cacat
atau keadaan yang tidak normal lainya dan memberi kesempatan pada bayi
untuk memenuhi kehidupanya dengan sehat.
4. Bagi keluarga
Skrining pranikah akan menciptakan keluarga yang sehat dan akan
menciptakan kualitas keluarga yang lebih baik dimasa yang akan datang.

E. Asuhan pada Prakonsepsi


Penelitian (Anggraeny dan Dian, 2017) asuhan kesehatan prakonsepsi
merupakan asuhan kesehatan bagi laki-laki dan perempuan yang diberikan oleh
dokter atau tenaga kesehatan profesional lainya yang fokusnya pada upaya untuk
memiliki anak yang sehat dimana dengan asuhan tersebut dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi (WHO, 2014).
Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) mengeluarkan beberapa rekomendasi
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan prakonsepsi yaitu:
1. Kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur (terjadwal)
2. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi dan kehamilan seperti
skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat, pengkajian
konsumsi alkohol, dan riwayat penyakit.
3. Pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu skrining kesehatan
prakonsepsi dapat dilakukan dengan menggunakan formulir untuk
mempermudah mendapatkan data. Point-point yang dapat dicantumkan dalam
formulir tersebut antara lain riwayat diet, aktivitas fisik, pola hidup, riwayat
kesehatan individu dan keluarga, obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat
kesehatan seperti pola menstruasi, faktor genetik, dan lingkungan. Berbagai
faktor juga harus dikaji melalui pemeriksaan fisik secara rutin. Pengkajian
meliputi komposisi makanan (diet) seimbang, aktivitas fisik, antropometri (berat
badan, tinggi badan, indeks masa tubuh), anemia, dan resiko defisiensi zat gizi
11

(asam folat, zat besi, seng, kalsium, yodium, vitamin). Petugas kesehatan yang
ikut berperan dalam suplementasi zat besi maupun asam folat.

F. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi


Penelitian (Winarsih, 2018) dijelaskan bahwa gizi adalah rangkaian proses
secara organik makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan kehidupan
seseorang. Gizi berasal dari bahasa arab “ghidza”, yang memiliki arti sebagai
makanan. Di indonesia, gizi berkaitan erat dengan pangan, yaitu segala bahan
yang dapat digunakan sebagai makanan.
Makanan adalah bahan yang mengandung zat-zat gizi dan unsurunsur
ikatan kimia yang dapat direaksikan oleh tubuh menjadi zat gizi sehingga berguna
bagi tubuh. Zat gizi atau nutrients adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Berkaitan dengan asupan gizi seseorang,
setidaknya kondisi seseorang akibat mengonsumsi makanan dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu gizi buruk, baik, dan lebih (Winarsih, 2018).
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu gizi adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubunganya
dengan kesehatan optimal. Ilmu gizi juga bisa didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubunganya dengan
kesehatan optimal (Winarsih, 2018).
Energi dibutuhkan supaya metabolisme tubuh berjalan dengan baik.
Kecukupan yang dianjurkan dibedakan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Kebutuhan energi pada laki-laki lebih kurang 2600-2750 Kkal, sedangkan pada
wanita 2100-2250 Kkal. Energi tersebut paling banyak diperoleh dari karbohidrat,
lemak, dan protein (Dieny, dkk., 2019)
Kebutuhan yang diperlukan pada masa prakonsepsi yaitu:
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Setiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 Kkal. Contoh
bahan makanan sumber karbohidrat adalah nasi, kentang, jagung, singkong,
ubi, roti, dan mie. Konsumsi karbohidrat dianjurkan sebesar 55-70% dari
kebutuhan energi sehari.
12

2. Protein
Kebutuhan protein pada masa prakonsepsi sebesar 10-30% dari
kebutuhan energi sehari. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur,
serta perbaikan jaringan dan sel-sel yang rusak. Fungsi utama protein
bukanlah sebagai sumber energi, tetapi protein dapat menjadi sumber energi
dengan menyediakan 4 Kkal per gram. Kebutuhan protein dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber protein hewani, seperti ikan,
telur, daging, daging ayam, susu, serta bahan makanan sumber protein
nabati, seperti kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3. Lemak
Lemak merupakan seumber energi terbesar dibandingkan dengan
karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 Kkal, anjuran
asupan lemak per hari adalah 20-30%. Lemak berperan dalam penyerapan
vitamin A,D,E, dan K. Asupan lemak akan memengaruhi jumlah lemak tubuh
yang berhubungan dengan produksi hormon, baik pada wanita maupun pria,
sel lemak yang menjaga ketersediaan hormon dalam tubuh akan
memengaruhi siklus menstruasi pada wanita dan produksi serta kematangan
sperma pada pria. Sumber makanan yang mengandung lemak banyak
ditemukan pada daging merah, ayam, ikan, udang, susu, keju, dan minyak.
4. Serat
Serat merupakan komponen yang sangat penting pada asupan setiap
orang. Asupan serat yang kurang dapat mengakibatkan susah buang air
besar (sambelit/konstipasi), hemmoroid (ambeien), dan obesitas. Untuk
mencegah terjadinya gangguan pencernaan, tiap individu harus
mengkonsumsi serat dalam jumlah cukup untuk membantu menjaga
kesehatan sistem pencernaan. Kebutuhan serat pada masa prakonsepsi
untuk pria adalah 37-38 gram dan wanita sebesar 30-32 gram. Sumber serat
yang baik adalah sayuran, buahbuah, dan kacang-kacangan.
5. Cairan
Kebutuhan cairan pada setiap orang dapat berbeda, tergantung dari
usia, jenis kelamin, suhu lingkungan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan
jenis aktivitasnya. Rekomendasi asupan cairan adalah 1,5-2 liter air/hari atau
setara dengan 8 gelas air/hari. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi dari air
13

minum dan air dalam makanan. Air putih lebih disarankan daripada kopi, teh,
muniman bersoda, atau sirup.
6. Vitamin A
Vitamin A berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, fungsi
penglihatan, dan sebagai sumber antioksida. Angka kecukupan Gizi (AKG)
vitamin A pada pria dimasa prakonsepsi adalah 600 mcg, sedangkan pada
wanita adalah sebesar 500 mcg. Bahan makanan sumber vitamin A, antara
lain daging, kuning telur, susu, mentega, wortel, tomat, kacang panjang, dan
bayam.
7. Vitamin D
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berperan dalam
mengoptimalkan kesehatan tulang serta fungsi otot. Vitamin D terdapat dalam
bahan makanan seperti hati, telur, dan ikan. Selain itu, konsumsi bahan
makanan yang berasal dari hewan ataupun tumbuhan yang mengandung
provitamin D akan berubah menjadi vitamin D bila terkena sinar matahari.
Kebutuhan vitamin D menurut AKG 2013 untuk pria dan wanita pada masa
prakonsepsi sebanyak 15 mcg.
8. Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksida dan berfungsi dalam sistem
kekebalan tubuh. Vitamin E ditemukan secara alami dalam beberapa
makanan dan suplemen makan. Sumber utama vitamin E adalah minyak
nabati (seperti minyak, jagung, minyak bunga matahari, dan minyak zaitun),
kacang-kacangan dan biji-bijian (seprti biji bunga matahari, kacang kenari),
serta alpukat. Angka kecukupan gizi (AKG) vitamin E pria dan wanita pada
masa prakonsepsi adalah 15 mg/hari.
9. Vitamin K
Vitamin K merupakan vitamin larut lemak yang berfungsi dalam proses
pembekuan darah. Kebutuhan vitamin K berdasarkan AKG 2013 untuk pria
dan wanita pada masa prakonsespsi adalah 1,3-1,4 mg/ hari. Bahan
makanan yang banyak mengandung vitamin K, diantaranya alpukat, minyak
kedelai, sayuran hijau, dan pisang.
10. Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air. Di dalam tubuh,
vitamin C Berperan penting dalam membantu absorbsi zat besi, metabolisme
14

asam folat, sebagai antioksidan, dan meningkatkan kekebalan tubuh.


Kebutuhan vitamin C berdasarkan AKG adalah 90 mg/hari pada pria dan
wanita 75 mg/hari pada wanita. Sumber utama vitamin C adalah buah dan
sayuran segar.
11. Asam folat
Folat merupakan bagian dari beberapa vitamin B kompleks yang
secara alami terdapat pada bahan makanan atau dalam suplemen. Asam
folat berperan untuk memperoduksi sel darah merah bersama vitamin B12,
metabolisme asam amino, menjaga sistem kekebalan tubuh, dan berperan
penting dalam sistem otak serta saraf. Mengonsumsi folat diketahui dapat
menurunkan kejadian ovulasi infertil pada wanita. Selain itu, asupan asam
folat yang cukup juga berkaitan dengan berkurangnya sperma abnormal pada
pria. Asupan folat harus dijaga kecukupanya hingga masa kehamilan untuk
menghindari kelainan perkembangan janin diawal kehamilan. Angka
kecukupan gizi (AKG) folat pada pria dan wanita saat masa prakonsepsi
adalah 400 mcg/hari. Asam folat terdapat pada berbagai bahan makanan,
seperti daging, buah-buahan, sayuran terutam asparagus, kacang-kacangan,
wijen, dan serelia (biji-bijian).
12. Zat besi
Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin dan
mioglobin yang dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Kekurangan
asupan zat besi dapat menyebabkan anemia dan gangguan ovulasi pada
perempuan. Kebutuhan asupan zat besi meningkat saat kehamilan. Untuk
mencegah kekurangan zat besi saat kehamilan, simpanan zat besi dapat
dikaitkan pada masa prakonsepsi, angka kecukupan gizi (AKG ) zat besi pada
pria sebesar 13-15mg/hari, sedangkan pada wanita sebesar 26 mg/hari, zat
besi dapat diperoleh dari daging, ikan, dan unggas.
Bahan makanan tersebut mengandung zat besi heme yang tinggi.
Sumber zat besi non-home adalah dari nabati, seperti kacangkacangan,
sayuran warna hijau, dan rumput laut. Ketersediaan zat besi dari bahan
makanan nabati (zat besi non-heme) lebih rendah dibandingkan yang
terdapat dalam zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani (zat besi
heme).
13. Selenium
15

Selenium mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kekebalan


tubuh dan antioksidan. Suplementasi selenium dan vitamin E diketahui dapat
meningkatkan kualitas sperma. Angka kecukupan gizi (AKG) selenium pria
dan wanita pada masa prakonsepsi adalah 30 mcg/hari. Selenium banyak
terdapat dalam daging, ikan, telur, kerang, biji-bijian, dan padi-padian.
14. Seng (Zinc)
Seng berperan penting untuk fungsi kekebalan, antioksida, serta
reproduksi. Angka kecukupan gizi (AKG) seng pada pria saat masa
prakonsepsi adalah 13-17 mg/hari. Sementara itu, pada wanita kebutuhan
seng sebesar 10 mg/hari. Kekurangan seng pada pria menyebabkan
rendahnya kualitas sperma. Seng banyak terdapat dalam bahan makanan
seperti ikan, kerang, daging, serta kacang-kacangan. (Dieny, dkk., 2019).
16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan pra konsepsi penting untuk dilakukan oleh pasangan usia subur,
asuhan tidak hanya berkaitan dengan persiapan secara fisik, melainkan persiapan
secara psikologis dan mental. Intervensi yang diberikan memiliki tujuan utama
untuk meningkatkan status kesehatan pasangan dengan harapan jangka panjang
dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas Ibu dan Anak.
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”N” usia 27 tahun dalam
masa prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dan mengacu pada tujuan
yang ada makadapat ditemukan suatu diagnosa kebidananya yaitu “Wanita
dalam masa pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat”. Dalam
melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan
pernikahannya dan dukungan keluarga serta petugas.
B. SARAN
Penulisan makalah ini merupakan proses menuju sempurna, berbagai
aspek dalam makalah ini perlu adanya peningkatan, oleh karena itu sangat
diperlukan kritik dan saran yang membangun guna tercapainya proses belajar.
Saran kepada semua pihak dalam kasus di atas yaitu :
1. Untuk Tenaga Kesehatan
a. Dapat berkomunikasi dengan tepat dan jelas
b. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
17

c. Memberikan motivasi atau dukungan


2. Untuk Pasien
a. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri
secara bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani
yaitu sebagai suami istri
b. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang
dan lancar dalam menghadapi kehidupannya
c. Hendaknya mau kontrol ke bidan setelah 1 bulan

DAFTAR PUSTAKA

Akinajo, Opeyemi Rebecca; Osanyin, Gbemi Eniola; Okojie, O. E. (2019).


Preconception care: Assessing the level of awareness, knowledge and practice
amongst pregnant women in a tertiary facility. Journal of Clinical Sciences,
16(3), 87–92. https://doi.org/10.4103/jcls.jcls
Anggraeny, O. dan A. A. D. (2017). Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan Menyusui. UB
press.
Azwar S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Depkes RI. (2015). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Kemenkes RI.
Dieny, D. (2019). Gizi Prakonsepsi. (N. Syamsiah (ed.). Bumi Medika.
Doloksaribu, L. G. dan A. M. S. (2019). Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita Pranikah di Kecamatan Batang Kuis.
Wahana Inovasi, 8(1), 63–73.
Fatmah; Nasution, Y. (2012). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader
Posbindu dalam Pengukuran Tinggi Badan Prediksi Lansia, Edukasi Gizi
Seimbang dan Hipertensi Studi di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat. Media Medika Indonesia, 46(1), 61–68.
Maretta, M. (2019). Edukasi Video Sejam Kusuka Efektif Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap WUS tentang Kesehatan Prakonsepsi di Universitas
Setia Budi Surakarta. JURNAL KEBIDANAN, 8(2 SE-Articles).
https://doi.org/10.35890/jkdh.v8i2.126
18

Meidiana, R., Simbolon, D., & Wahyudi, A. (2018). Pengaruh Edukasi melalui Media
Audio Visual terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Overweight. Jurnal
Kesehatan, 9(3), 478. https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.961
Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Oktavera, S. (2015). Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kemandirian Belajar
Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Dasar, 6(2), 312. https://doi.org/10.21009/jpd.062.13
Poels, M., van Stel, H. F., Franx, A., & Koster, M. P. H. (2017). Actively preparing for
pregnancy is associated with healthier lifestyle of women during the
preconception period. Midwifery, 50(April), 228–234.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2017.04.0 15
Susanti, E., Sutedja, E., Madjid, T. H., Husin, F., Setiawati, E. P., & Idhradinata, P.
S. (2015). Perbandingan penggunaan Media Video dan Metode Ceramah
Dampak Perilaku Seksual Pranikah Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja
di Kabupaten Rejang Lebong. Indonesian Journal of Education And Midwifery
Care, 2(3), 52–59. http://ijemc.unpad.ac.id/ijemc/article/vie w/60
Winarsih. (2018). Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Pustaka Baru Press.
Yulizawati, D. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education
Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita
Usia Subur di Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016. 11–20.

Anda mungkin juga menyukai