Makalah Pencatatan Dan Pelaporan Imunisasi - Erni
Makalah Pencatatan Dan Pelaporan Imunisasi - Erni
DISUSUSUN OLEH :
Nama: NETA SUSYANTI
Nim : PO71243220
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita
DOSEN PENGAMPU :
UMI DAIMAH, S.SiT,M.Kes
TINGKAT II
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan
makalah Termoregulasi.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Termoregulasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat.
Penulis,
PAGE \* MERGEFORMAT 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................
Error: Reference source not found
BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................1
1.3 TUJUAN................................................................................................. 2
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................18
3.2 SARAN...................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
PAGE \* MERGEFORMAT 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PAGE \* MERGEFORMAT 12
kehilangan panas pada kulit akibat dari proses radiasi, konveksi, konduksi, dan
juga evaporasi yang lebih lanjut menyebabkan redistribusi dan penurunan laju
metabolisme.
Hipotermi didefinisikan keadaan suhu inti yang kurang dari 35ºC dan
merupakan suatu faktor resiko independen terjadinya mortalitas setelah trauma.
Bila suhu kurang dari 36 ºC yang dipakai sebagai patokan maka insiden
hipotermia berkisar 50 – 70% dari 160 pasien yang menjalani pembedahan
(Hujjatulislam, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Mahalia (2019)
menemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah menjalani anestesi.
Salah satu komplikasi yang muncul setelah tindakan anestesi adalah hipotermi
(Setiyanti, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2018) menyebutkan
angka kejadian hipotermi saat pasien di ruang pemulihan sebanyak 113 orang
(87,6%) dari 129 pasien yang menjalani operasi baik pasca anestesi umum
maupun anestesi regional.
1. Pengetian Termoregulasi
2. Ketidak Efektifan Termoregulasi
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi
4. Mekanisme Hilangannya Panas pad BBL
5. Etiologi Terjadinnya Hipoterni.
6. Akibat yang di timbunlkan Oleh Hipotermi
7. Cara Mencegah Hipotermi
1.3 MANFAAT
PAGE \* MERGEFORMAT 12
BAB II
PEMBAHASAN
PAGE \* MERGEFORMAT 12
memiliki mekanisme keluaran panas untuk menjaga suhu inti tubuh tetap
terjaga.
PAGE \* MERGEFORMAT 12
h. Perubahan laju metabolisme
i. Suhu lingkungan ekstrem
j. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
k. Berat badan ekstrem
PAGE \* MERGEFORMAT 12
4. Umur 5 tahun: 37˚C
5. Umur 7 tahun: 36,8˚C
6. Sementara itu, suhu tubuh normal pada orang dewasa (remaja hingga
tua) rata-rata 36.5˚- 37.5˚ C.
2. Kecepatan Metabolisme
Metabolisme sangat berpengaruh terhadap perubahan suhu
tubuh.Metabolisme secara otomatis akan meningkat saat suhu tubuh
menurun, dan begitu juga sebaliknya.
Salah satu yang mempengaruhi kecepatan metabolisme adalah aktivitas
fisik.
PAGE \* MERGEFORMAT 12
3. Rangsangan Saraf
Umumnya, rangsangan saraf simpatis dipengaruhi oleh kondisi stres
yang dapat meningkatkan produksi epinefrin dan norepinefrin sehingga
dapat meningkatkan metabolisme tubuh.
4. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan atau growth hormon dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme hingga 15% yang mengakibatkan panas tubuh
jadi meningkat.
5. Hormon Kelamin
Pada perempuan, pengeluaran hormon progesterone saat masa ovulasi
dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C.
Sementara pada pria, hormon ini dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme sekitar 10% yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
6. Hormon Tiroid
Hormon tiroid berfungsi untuk meningkatkan reaksi kimia di tubuh
yang menyebabkan kadar tiroksin meningkat.
Hal ini dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% dan
dapat meningkatkan suhu tubuh.
a. Kerusakan hipotalamus
PAGE \* MERGEFORMAT 12
c. Kekurangan lemak subkutan
e. Malnutrisi
Menurut Noordiati (2019) hipotermia pada bayi baru lahir juga disebabkan
karena bayi kehilangan panas. Mekanisme kehilangan panas pada bayi
terdiri dari konduksi,konveksi, radiasi, dan evaporasi.
PAGE \* MERGEFORMAT 12
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi walaupun
tidak bersentuhan secara langsung
Penyebab Hipotermia
Seperti disebutkan sebelumnya, hipotermia terjadi akibat tubuh
kehilangan panas lebih cepat dibandingkan tubuh memproduksi panas.
Biasanya, kondisi ini disebabkan akibat paparan cuaca atau air dingin yang
terlalu lama tanpa pakaian yang lengkap untuk menahan kondisi dingin.
Hipotermia bisa menjadi parah ketika kamu berada di beberapa kondisi,
seperti:
1. Berada terlalu lama di tempat dingin.
2. Jatuh ke kolam air dingin dalam waktu lama.
3. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu yang cukup lama.
4. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, terutama pada bayi dan
lansia.
5. Mengenakan pakaian yang terlalu tipis saat cuaca sedang dingin.
6. Faktor Risiko Hipotermia
PAGE \* MERGEFORMAT 12
Beberapa faktor risiko hipotermia, antara lain:
1. Beraktivitas terlalu lama di tempat yang dingin, seperti mendaki
gunung atau berenang.
2. Mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Kedua
kebiasaan tersebut bisa menyebabkan pembuluh darah melebar,
sehingga tubuh akan melepaskan panas yang tinggi dari permukaan
kulit.
3. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan.
4. Pengaruh penyakit tertentu yang memengaruhi pengendali suhu tubuh,
seperti anoreksia nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.
5. Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer,
karena tidak sadar sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus
dilakukan.
6. Usia bayi dan manula, akibat kemampuan mengendalikan temperatur
tubuh yang belum sempurna pada bayi dan menurun pada manula.
7. Mengalami dehidrasi di tempat yang dingin.
8. Mengidap stroke atau malnutrisi.
9. Mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan, seperti antidepresan.
PAGE \* MERGEFORMAT 12
6. Melakukan pengawasan suhu ruangan dan tubuh secara berkala pada
lansia dan anak kecil.
Beberapa penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:
Segera lepas dan ganti baju yang basah dengan yang kering.
Gunakan beberapa lapis selimut atau jaket untuk menghangatkan tubuh.
Berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein.
Berikan kompres hangat di beberapa bagian tubuh.
Hindari paparan angin dan udara.
Pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat berbagi panas tubuh.
Hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas atau alas penghangat.
Perhatikan kondisi kesehatan pengidap hipotermia, seperti kondisi pernapasan hingga
kesadarannya.
Pencegahan Hipotermia
Beberapa upaya pencegahan hipotermia, antara lain:
PAGE \* MERGEFORMAT 12
Melakukan pengawasan suhu ruangan dan tubuh secara berkala pada lansia dan anak
kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
PAGE \* MERGEFORMAT 12