Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TERMOREGULASI

DISUSUSUN OLEH :
Nama: NETA SUSYANTI
Nim : PO71243220

MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

DOSEN PENGAMPU :
UMI DAIMAH, S.SiT,M.Kes

TINGKAT II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan
makalah Termoregulasi.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Termoregulasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah ini dapat dipaham bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan.

Muara Enim, Desember 2023

Penulis,

PAGE \* MERGEFORMAT 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................
Error: Reference source not found

BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................2

1.3 TUJUAN................................................................................................. 2

BAB II: PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Pengetian Termoregulasi

2.2 Ketidak Efektifan Termoregulasi

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi

2.4 Mekanisme Hilangannya Panas pad BBL

2.5 Etiologi Terjadinnya Hipoterni.

2.6 Akibat yang di timbunlkan Oleh Hipotermi

2.7 Cara Mencegah Hipotermi

BAB III: PENUTUP........................................................................................18

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................18

3.2 SARAN...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

PAGE \* MERGEFORMAT 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis.


Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan
panas yang dikeluarkan (Brooker, 2018). Manusia adalah makhluk endotermik
dimana suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya.
Sistem termoregulasi diatur fisiologis yang terintregasi dari respon sistem
efferent dan sentral. Reseptor sensitif suhu terdapat pada kulit dan membran
mukosa yang selanjutnya akan berintregasi menuju spinal cord dan berakhir di
hipotalamus anterior yang merupakan pusat control sistem termoregulasi
(Fauzi, 2018).

Anestesi spinal merupakan salah satu cara untuk menghilangkan sensasi


motorik dengan jalan memasukkan obat anestesi ke ruang subarakhnoid. Pada
tindakan anestesi spinal terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi
vasodilatasi yang mengakibatkan perpindahan panas dari kompartemen sentral
ke perifer, hal ini yang akan menyebabkan hipotermi. Selain itu salah satu efek
dari obat anestesi yang dapat menyebabkan hipotermia adalah terjadinya
pergeseran threshold pada termoregulasi sehingga tubuh lebih cepat merespon
penurunan suhu yang akan mengakibatkan hipotermi (Pramandu, 2018).

Pemeliharaan normotermia merupakan fungsi yang paling penting dari


sistem saraf autonom. Disfungsi sel dan jaringan dapat terjadi apabila terjadi
perubahan kecil suhu inti tubuh. Pada manusia, suhu inti tubuh dijaga dalam
suhu 36,5-37,5 ºC. Apabila terjadi perubahan suhu lingkungan tubuh akan
mempertahankan suhu dengan respon fisiologis dan juga perilaku. Dalam satu
jam pertama pemberian anestesi akan terjadi penurunan pada suhu inti tubuh
sebesar 0,5-1,5 ºC. Mekanisme penurunan suhu selama anestesi adalah

PAGE \* MERGEFORMAT 12
kehilangan panas pada kulit akibat dari proses radiasi, konveksi, konduksi, dan
juga evaporasi yang lebih lanjut menyebabkan redistribusi dan penurunan laju
metabolisme.

Hipotermi didefinisikan keadaan suhu inti yang kurang dari 35ºC dan
merupakan suatu faktor resiko independen terjadinya mortalitas setelah trauma.
Bila suhu kurang dari 36 ºC yang dipakai sebagai patokan maka insiden
hipotermia berkisar 50 – 70% dari 160 pasien yang menjalani pembedahan
(Hujjatulislam, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Mahalia (2019)
menemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah menjalani anestesi.
Salah satu komplikasi yang muncul setelah tindakan anestesi adalah hipotermi
(Setiyanti, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2018) menyebutkan
angka kejadian hipotermi saat pasien di ruang pemulihan sebanyak 113 orang
(87,6%) dari 129 pasien yang menjalani operasi baik pasca anestesi umum
maupun anestesi regional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengetian Termoregulasi
2. Ketidak Efektifan Termoregulasi
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi
4. Mekanisme Hilangannya Panas pad BBL
5. Etiologi Terjadinnya Hipoterni.
6. Akibat yang di timbunlkan Oleh Hipotermi
7. Cara Mencegah Hipotermi

1.3 MANFAAT

1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama


pendidikan.
2. Pembaca dapat memehami isi dari makalah.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan sistem otonomi saraf tubuh


yang vital untuk berespon terhadap dingin dan heat stress. Suhu tubuh
memiliki 2 komponen yaitu suhu inti tubuh dan suhu perifer tubuh. Suhu
inti tubuh diukur dari suhu trunkus dan kepala, sedangkan suhu perifer
tubuh diukur dari suhu ekstrimitas. Suhu inti tubuh cenderung lebih stabil
dan dalam kondisi lingkungan moderat suhu perifer lebih rendah 2-4
derajat dibanding suhu inti tubuh.16 Termoregulasi bekerja dengan
menjaga suhu inti tubuh dalam jarak 1-2 derajat dari 37oC untuk menjaga
sel berfungsi dengan normal. Panas diproduksi dan dihilangkan dari tubuh
supaya tubuh tetap berada dalam keadaan normotermia.

Suhu inti tubuh merupakan cerminan dari total keseluruhan panas


dalam tubuh. Masukan panas harus seimbang dengan keluaran panas untuk
menjaga suhu inti tubuh tetap seimbang. Masukan panas berasal dari
lingkungan eksternal dan produksi panas internal. Pada kondisi normal,
lebih banyak energi panas dari yang dibutuhkan tubuh sehingga tubuh

PAGE \* MERGEFORMAT 12
memiliki mekanisme keluaran panas untuk menjaga suhu inti tubuh tetap
terjaga.

2.2 Ketidak Efektifan Termoregulasi

Termoregulasi tidak efektif adalah kemampuan untuk menjaga


keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat
mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal. (Soerjono,
2018). Menurut (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017) termoregulasi tidak
efektif adalah kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal. Bayi dengan berat badan lahir rendah mengalami kesulitan
mempertahankan suhu tubuhnya. Persediaan karbohidrat sedikit,respon
terhadap asam amino gluconeogenesis kurang , kandungan lemak sedikit
dan metabolism lemak terganggu.

Abnormalitas ini masih ditambah dengan kurangnya persediaan


lemak coklat , suatu jaringan yang bertanggung jawab menghasilkan panas
pada neonatus. Pengaturan suhu lingkungan netral untuk bayi berat lahir
rendah pda prakteknya sulit dilakukan. Pertumbuhan yang lambat dapat
mencerminkan peningkatan gangguan oksigen relatif, dengan konumsi
kalori untuk produksi panas yang tetap tidak terlihat selama
mempertahankan suhu inti.(Anik Mayunani, 2018)

Etiologi Termoregulasi Tidak Efektif Adapun penyebab dari


termoregulasi tidak efektif adalah sebagai berikut:

a. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus


b. Fluktuasi suhu lingkungan
c. Proses penyakit (mis. Infeksi)
d. Proses penuaan
e. Dehidrasi
f. ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g. Peningkatan kebutuhan oksigen

PAGE \* MERGEFORMAT 12
h. Perubahan laju metabolisme
i. Suhu lingkungan ekstrem
j. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
k. Berat badan ekstrem

Patofisiologi Termoregulasi Tidak Efektif

Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang


sempit, walaupun terkena suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh
diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas
metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi,
evaporasi, konduksi dan konveksi. (Irianto, n.d.)

Dampak Termoregulasi Tidak Efektif pada BBLR

a. Kekurangan oksigen ke dalam tubuh


b. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan bayi terganggu
c. Gangguan pembekuan pada darah sehingga megakibatkan perdarahan
d. Apnea (Anik Mayunani, 2019)

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi

Setiap orang memiliki suhu tubuh berbeda, yang disebabkan oleh


proses metabolisme dan aktivitas yang dilakukan. Lantas, apakah ada batas
suhu tubuh normal pada manusia? Tentu saja, tapi hal itu juga bergantung
pada kondisi lingkungannya dan umurnya.
Dikutip buku berjudul Mewaspadai Virus Zika dan Virus Ganas
Lainnya Pada Wanita yang ditulis Sonia Prastika, suhu tubuh normal pada
bayi dan balita antara lain:
1. Umur 3 bulan: 37,4˚C
2. Umur 1 tahun: 37,6˚C
3. Umur 3 tahun: 37,2˚C

PAGE \* MERGEFORMAT 12
4. Umur 5 tahun: 37˚C
5. Umur 7 tahun: 36,8˚C
6. Sementara itu, suhu tubuh normal pada orang dewasa (remaja hingga
tua) rata-rata 36.5˚- 37.5˚ C.

Bisa dibilang suhu tubuh orang dewasa lebih rendah dibanding


bayi atau balita. Namun, bila sedang sangat aktif, suhu tubuh dapat lebih
tinggi dari normal.
Menurut Sodikin,dalam repository.ump.ac.id, tingkatan suhu tubuh
manusia yang tidak normal antara lain:
1. Keadaan kolaps (hipotermi): < 25˚C
2. Subnormal: < 35˚C
3. Pireksia: 37,8˚C - 39,5˚C (tinggi)
4. Hiperpireksia: > 39,5˚C

Faktor yang Menyebabkan Suhu Tubuh BerubahSuhu tubuh


manusia bisa berubah-ubah dengan cepat. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan suhu tubuh, di antaranya:
1. Demam
Demam adalah keadaan saat temperatur tubuh di atas normal (>37°C)
secara terus-menerus. Demam dapat disebabkan bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh.
Demam yang disebabkan sengatan matahari dan demam maligna bahkan
dapat mencapai suhu 40,5°C.

2. Kecepatan Metabolisme
Metabolisme sangat berpengaruh terhadap perubahan suhu
tubuh.Metabolisme secara otomatis akan meningkat saat suhu tubuh
menurun, dan begitu juga sebaliknya.
Salah satu yang mempengaruhi kecepatan metabolisme adalah aktivitas
fisik.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
3. Rangsangan Saraf
Umumnya, rangsangan saraf simpatis dipengaruhi oleh kondisi stres
yang dapat meningkatkan produksi epinefrin dan norepinefrin sehingga
dapat meningkatkan metabolisme tubuh.

4. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan atau growth hormon dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme hingga 15% yang mengakibatkan panas tubuh
jadi meningkat.

5. Hormon Kelamin
Pada perempuan, pengeluaran hormon progesterone saat masa ovulasi
dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C.
Sementara pada pria, hormon ini dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme sekitar 10% yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

6. Hormon Tiroid
Hormon tiroid berfungsi untuk meningkatkan reaksi kimia di tubuh
yang menyebabkan kadar tiroksin meningkat.
Hal ini dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% dan
dapat meningkatkan suhu tubuh.

2.4 Mekanisme Hilangannya Panas pada BBL

Hipotermia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar


penyebab hipotermia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI) :

a. Kerusakan hipotalamus

b. Berat badan ekstrem

PAGE \* MERGEFORMAT 12
c. Kekurangan lemak subkutan

d. Terpapar suhu lingkungan rendah.

e. Malnutrisi

f. Pemakaian pakaian tipis

g. Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)

h. Penurunan laju metabolisme

i. Efek agen farmakologis

Menurut Noordiati (2019) hipotermia pada bayi baru lahir juga disebabkan
karena bayi kehilangan panas. Mekanisme kehilangan panas pada bayi
terdiri dari konduksi,konveksi, radiasi, dan evaporasi.

a. Konduksi adalah kehilangan panas pada tubuh melalui kontak


langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja,
timbangan, tempat tidur yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

b. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi


terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas.

c. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban


pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga
terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi walaupun
tidak bersentuhan secara langsung

2.5 Etiologi Terjadinnya Hipotermi.

Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh


lebih cepat kehilangan panas dibandingkan panas yang dihasilkan. Kondisi
ini menyebabkan suhu tubuh menjadi sangat rendah. Suhu tubuh normal
adalah 37 derajat Celcius, sementara ketika kamu mengalami hipotermia,
suhu tubuh akan berada di bawah 35 derajat celcius.
Ketika kamu mengalami hipotermia, hal ini bisa memengaruhi
fungsi dari jantung, sistem saraf, dan organ lainnya sehingga mereka tidak
berfungsi dengan baik. Jika tidak segera diatasi, hipotermia dapat
menyebabkan kegagalan fungsi jantung total dan sistem pernapasan.

Penyebab Hipotermia
Seperti disebutkan sebelumnya, hipotermia terjadi akibat tubuh
kehilangan panas lebih cepat dibandingkan tubuh memproduksi panas.
Biasanya, kondisi ini disebabkan akibat paparan cuaca atau air dingin yang
terlalu lama tanpa pakaian yang lengkap untuk menahan kondisi dingin.
Hipotermia bisa menjadi parah ketika kamu berada di beberapa kondisi,
seperti:
1. Berada terlalu lama di tempat dingin.
2. Jatuh ke kolam air dingin dalam waktu lama.
3. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu yang cukup lama.
4. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, terutama pada bayi dan
lansia.
5. Mengenakan pakaian yang terlalu tipis saat cuaca sedang dingin.
6. Faktor Risiko Hipotermia

PAGE \* MERGEFORMAT 12
Beberapa faktor risiko hipotermia, antara lain:
1. Beraktivitas terlalu lama di tempat yang dingin, seperti mendaki
gunung atau berenang.
2. Mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Kedua
kebiasaan tersebut bisa menyebabkan pembuluh darah melebar,
sehingga tubuh akan melepaskan panas yang tinggi dari permukaan
kulit.
3. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan.
4. Pengaruh penyakit tertentu yang memengaruhi pengendali suhu tubuh,
seperti anoreksia nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.
5. Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer,
karena tidak sadar sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus
dilakukan.
6. Usia bayi dan manula, akibat kemampuan mengendalikan temperatur
tubuh yang belum sempurna pada bayi dan menurun pada manula.
7. Mengalami dehidrasi di tempat yang dingin.
8. Mengidap stroke atau malnutrisi.
9. Mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan, seperti antidepresan.

2.6 Akibat yang di timbulkan Oleh Hipotermi

2.7 Cara Mencegah Hipotermi

Beberapa upaya pencegahan hipotermia, antara lain:


1. Berpakaian yang tepat saat musim dingin.
2. Ganti baju basah dengan baju kering sesegera mungkin.
3. Keluar dari air dingin secepatnya.
4. Konsumsi kalori dan cairan yang cukup.
5. Aktif bergerak saat kamu merasa dingin saat berkegiatan atau ketika
berada di dalam rumah.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
6. Melakukan pengawasan suhu ruangan dan tubuh secara berkala pada
lansia dan anak kecil.
Beberapa penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:

 Sebelum pertolongan medis tiba:

 Segera lepas dan ganti baju yang basah dengan yang kering.
 Gunakan beberapa lapis selimut atau jaket untuk menghangatkan tubuh.
 Berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein.
 Berikan kompres hangat di beberapa bagian tubuh.
 Hindari paparan angin dan udara.
 Pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat berbagi panas tubuh.
 Hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas atau alas penghangat.
 Perhatikan kondisi kesehatan pengidap hipotermia, seperti kondisi pernapasan hingga
kesadarannya.

 Setelah pertolongan medis tiba:

 Menghangatkan saluran pernapasan pengidap dengan memberikan oksigen yang sudah


dihangatkan melalui masker dan selang.
 Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
 Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa organ
tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.
 Mengeluarkan dan menghangatkan darah pengidap, lalu kembali mengalirkannya ke
dalam tubuhnya, dengan menggunakan mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin
hemodialisis.

Pencegahan Hipotermia
Beberapa upaya pencegahan hipotermia, antara lain:

 Berpakaian yang tepat saat musim dingin.


 Ganti baju basah dengan baju kering sesegera mungkin.
 Keluar dari air dingin secepatnya.
 Konsumsi kalori dan cairan yang cukup.
 Aktif bergerak saat kamu merasa dingin saat berkegiatan atau ketika berada di dalam
rumah.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
 Melakukan pengawasan suhu ruangan dan tubuh secara berkala pada lansia dan anak
kecil.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran

DAFTAR PUSTAKA

PAGE \* MERGEFORMAT 12

Anda mungkin juga menyukai