Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN


DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Maternitas 1
Dosen Pengampu : Yuanita Syaiful, S.Kep.Ns., M.Kep

Oleh :
1. Wahyuni Nafisah (2020080001)
2. Dwyky Hizbul Aulia (2020080004)

KELAS A15
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Maternitas 1
dengan Materi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional

Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah
ini, baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………...…………………………….....…..2
Daftar Isi ....………………………………………………………......3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………..........4
1.2 Rumusan Masalah………………………….....…….....…4
1.3 Tujuan Penulis …………………….…………….....……4
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi..............................................................................5
2.2 Etiologi..............................................................................5
2.3 Klasifikasi..........................................................................6
2.4 Patofisiologi.......................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis..............................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik....................................................8
2.7 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan.............9
2.8 Penatalaksanaan................................................................10
2.9 Komplikasi........................................................................16
2.2.1 Prognosis.........................................................................17
BAB III Asuhan Keperawatan........................................................................18
BAB IV Penutup
Kesimpulan……………………………………......................28
Saran ………………………………………………...............28

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan


(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali
saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM
(tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar
menderita DM akibat hamil.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat
yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.
Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya
dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai
janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar
gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen,
steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi
hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Diabetes mellitus dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan,karena
penyakit ini aka banyak menimbulkan perubahan-perubahan metabolic dan hormonal
pada penderita yang juga dipengaruhi kehamilan, sebaliknya juga diabetes akan
mempengaruhi kehamilan dengan prekuensi 0,3 - 0,7%
Penyakit kronik yang komplek yang dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, hiperglikemi dan perkembangan dari mikrovaskuler ( kental
kapiler), arterisklerosis, makrivaskuler komplikasi dan neuropatik ( gangguan struktus
dan fungsi ginjal).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa penyebab dan patologi dari Diabetes mellitus pada kehamilan ?


2. Apa yang kalian tahu tentang manifestasi klinik dari Diabetes mellitus pada kehamilan ?
3.Bagaimana metode diagnosis klinik dalam mendeteksi penyebab Diabetes mellitus pada
kehamilan ?
4.Apa itu terapi pengobatan Diabetes mellitus pada kehamilan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui penyebab dan patologi dari Diabetes mellitus pada kehamilan.


2. Mengetahui manifestasi klinik dari Diabetes mellitus pada kehamilan
3. Mengetahui metode diagnosis klinik dalam mendeteksi penyebab Diabetes mellitus pada
kehamilan.
4. Mengetahui terapi pengobatan Diabetes mellitus pada kehamilan.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut


Diabetes Melitus Gestasional, merupakan penyakit diabetes
yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada
penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil
(polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa
lapar (polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan
pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus
diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab
pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya
selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan
juga biasa terjadi pada kehamilan normal.

2.2 Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter
dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi
darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-
perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

Risiko Tinggi DM Gestasional:


1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

5
2.3 Klasifikasi

Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang


dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak
sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:


1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang
timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah
melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai
sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan
komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati,
nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang
menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II).

2.4 Patofisiologi

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi


tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi
insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika
insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya,
komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar
gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya).

Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan


bayinya besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada
minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat

6
oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit
dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan
kembali normal, apabila tidak, maka perlu dilanjutkan
pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada
kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan
dan perkembangan fetus secara optimal. Pada kehamilan
normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna.
Hal ini disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis )
menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta
lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino

2.5 Manifestasi Klinis

1. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

2. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi
klien lebih banyak minum.

3. Polipagi (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap
saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
1. Penurunan berat badan
2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. Pruritus vulvae pada wanita
5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

7
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur
jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat
dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena
tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a) Kriteria Diagnosis:

1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl.


Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu
makan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8
jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO
dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air.

b) Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti


kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup)
dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari)
sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap
diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg
BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan
diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa
selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban
glukosa

8
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa
tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
 TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan
antara 140 – 199 mg/dl
 GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.

c) Reduksi Urine

Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian


dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di
klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria.
Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan
reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk
tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain,
seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg
%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan
pedoman.

2.7 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan

1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM


1. Kehamilan dapat menyebabkan status pre
diabetik menjadi manifes (diabetik).
2. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan

2. Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di


antaranya adalah :
1. Abortus dan partus prematurus
2. Hidronion
3. Pre-eklamasi
4. Kesalahan letak jantung

9
5. Insufisiensi plasenta

3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan


1. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama /
terlantar).
2. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan
operasi.
3. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga
terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati
4. Perdarahan post partum karena gangguan
kontraksi otot rahim.
5. Post partum mudah terjadi infeksi.
6. Bayi mengalami hypoglicemi post partum
sehingga dapat menimbulkan kematian

4. Pengaruh DM terhadap kala nifas


1. Mudah terjadi infeksi post partum
2. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung
infeksi mudah menyebar

5. Pengaruh DM terhadap bayi


1. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
2. Janin besar ( makrosomia )
3. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit
saraf dan jiwa

2.8 Penatalaksanaan

1. Terapi Diet

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan


diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan
mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan
interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan
insulin.

Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada


penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal
dan jenis makanan) yaitu :

10
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus
dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam
makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan
makanan manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas


beberapa bagian antara lain :
 Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung
karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
 Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %,
protein 12 %.
 Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %,
protein 20 %.
 Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik
dengan gangguan faal ginjal.

NO Tipe Diet Indikasi Diet


1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
4. Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
dan B2 klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).

Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein

11
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.

Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal


kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)

Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya,


pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan
gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.

1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang


baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan
paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak. Berikan
insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui
drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia
sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan
diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang
gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal =
(TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang
diperhitungkan dari:

 Kalori basal 25 kal/kgBB ideal


 Kalori kegiatan jasmani 10-30%
 Kalori untuk kehamilan 300 kalori

12
 Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5
gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar


glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia,
yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2
jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus
segera dimulai.

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan


alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu
seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM
umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori
per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.

Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105


mg/dl
2. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120
mg/dl
3. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
4. Mencegah episode hipoglikemia
5. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
6. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal
dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal


2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat
pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai
jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan
perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering Hb
glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.

Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5


kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg
setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat
badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu
BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu
BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka


insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus
preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin
yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat
menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah
plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat
mempengaruhi janin.

13
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam
DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat
diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan


keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah,
pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin,
kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan
kardiotokografi (jika memungkinkan).

Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu


dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat
Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan
pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin. Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu
dan janin dilakukan dengan cara :

a) Pengukuran tinggi fundus uteri

 NST – USG serial


 Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin
plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat
janin.
 Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia
kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin
merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara
seksio sesarea.
 Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat
dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42
mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan
janin (normal >l0x/12 jam).
 Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan
perawatan khusus.
 Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus
dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38
mg).
 Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi,
preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti
glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat
sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG
dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

b) Penatalaksanaan pada DMG

Meningkatkan jumlah insulin


1. Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
2. Meglitinide (repaglinide, nateglinide)

14
3. Insulin injeksi
4. Meningkatkan sensitivitas insulin
5. Biguanid/metformin
6. Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
7. Memengaruhi penyerapan makanan
8. Acarbose
9. Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral
(minuman manis atau permen) 6-8 minggu setelah
melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma
glukosa puasa dan OGTT 75 gram glukosa. Pasien
gemuk penderita GDM, sebaiknya mengontrol BB,
karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20
tahun kemudian

2. Terapi Insulin

Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai


berikut : Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan
makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan
antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan
sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda
bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi
hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah
menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada
140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.

Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-


hari berikutnya cadangan hidrat arang berkurang dan
kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan
mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan
atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang
kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi
hipoglikemik dapat disalah tafsirkan sebagai koma
diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita
dalam persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya
dalam masa persalinan diberi infus glukosa dan insulin pada
hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara
infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk
mengatasi komplikasi yang berbahaya.

Penanggulangan Obstetri pada penderita yang


penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja
dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat
diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu.
lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih
berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya

15
kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi,
maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih
dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan
terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam
pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa atau
dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika
mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus –
menerus.

Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil


meliputi manajemen diet, menjaga berat badan ibu tetap
ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik
dan olah raga.

3. Olahraga

Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai


direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin
dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga
juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang
dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi
dengan pembatasan intake kalori.

2.9 Komplikasi

a) Komplikasi pada Ibu


1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama
kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30
minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar

b) Masalah pada anak :


1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube
defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. Hipocalcemia
7. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8. Hiperbilirubinemia

16
c) Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional
1. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung
koroner,ulkus/ gangren.
2. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal
ginjal kronik), syaraf (stroke,neuropati).
3. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke

2.2.1 Prognosis

Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada


umumnya cukup baik, apalagi penyakitnya lekas diketahui
dan dengan segera diberikan pengobatan oleh dokter ahli,
serta kehamilan dan persalinannya ditangani oleh dokter
spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, apabila
penderita sampai meninggal biasanya karena penderita
sudah mengidap diabetes sudah lama dan berat, terutama
yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal.
Sebaliknya, prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan di
pengaruhi oleh ;

1. Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai


asetonuria
2. Insufisiensi plasenta
3. Prematuritas
4. Gawat napas (respiratory distress)
5. Cacat bawaan
6. Komplikasi persalinan (distosia bahu)

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.

Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100
mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.

No. Intervensi Rasional


Mandiri

1 Timbang berat badan setiap Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk
kunjungan prenatal. memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
2 Kaji masukan kalori dan pola Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien
makan dalam 24 jam. tentang aturan diet.
3 Tinjau ulang dan berikan Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan
informasi mengenai perubahan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan
yang diperlukan pada ketat dan adaptasi
penatalaksanaan diabetic.
4 Tinjau ulang tentang pentingnya Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia ,
makanan yang teratur bila sesudah makan dan kelaparan.
memakai insulin.
5 Perhatikan adanya mual dan Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi
muntah khususnya pada karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme
trimester pertama. lemak dan terjadinya ketosis.

6 Kaji pemahaman stress pada Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa,
diabetic. menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7 Ajarkan pasien tentang metode Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan
finger stick untuk memantau glukosa darah serum secara periodic
glukosa sendiri.
8 Tinjau ulang dan diskusikan Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada
tanda gejala serta kepentingan trimester pertama karena peningkatan penggunaan glukosa
hipo atau hiperglikemia. dan glikogen oleh ibu dan perkembangan janin.
Hiperglikemia berefek terjadinya hidramnion.
9 Instruksikan untuk mengatasi Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
hipoglikemia asimtomatik. mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
10 Anjurkan pemantauan keton Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan
urine. ketonuria, menandakan kebutuhan terhadap peningkatan

18
karbohidrat.

Mandiri

11 Diskusikan tentang dosis , Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan


jadwal dan tipe insulin. basal maternal dan rasio waktu makan.
12 Sesuaikan diet dan regimen Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama trimester
insulin untuk memenuhi pertama.
kebutuhan individu.
13 Kolaborasi dengan ahli gizi. Diet secara spesifik pada individu perlu untuk
mempertahankan normoglikemi.
14 Observasi kadar Glukosa darah. Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun
bila kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum
makan antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari
200 mg/dl.
15 Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – Memberikan keakuratan gambaran rata rata control
4 minggu. glukosa serum selama 60 hari . Kontrol glukosa serum
memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil.

19
2) Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada
sirkulasi.

Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge
Test negative atau Construction Stress Test secara normal.

No. Intervensi Rasional


Mandiri Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu
menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
Kaji control diabetik
1
sebelum konsepsi.
Tentukan klasifikasi white Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan
2
terhadap diabetes. apabila D adalah beresiko tinggi.
Kaji gerakan janin dan Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara
3 denyut janin setiap negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin.
kunjungan.
Observasi tinggi fundus Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
4
uteri setiap kunjungan.
Observasi urine terhadap Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf
5
keton. pusat yang tidak dapat diperbaiki.
Berikan informasi dan Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi baru
buatkan prosedur untuk lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan kenaikan
6 pemantauan glukosa dan kadar glukusa darah.
penatalaksanaan diabetes
di rumah.
Pantauan adanya tanda sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi
tanda edema, proteinuria, gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan
7
peningkatan tekanan dengan diabetes.
darah.
Tinjau ulang prosedur dan Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari
8 rasional untuk Non stress kesehatan janin.
Test setiap minggu.
Diskusikan rasional atau Contraction Stress Test dapat memberikan informasi tentang
prosedur untuk perfusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hasil positif menandakan
melaksanakan Oxytocin insufisiensi plasenta.
Challenge Test atau
9
Contraction Stress Test
setiap minggu mulai
minggu ke – 30 sampai
dengan minggu ke- 32.
Tinjau ulang prosedur dan Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan untuk
10 rasional untuk tindakan menentukan kelangsungan hidup.
amniosentesis
Kolaborasi

11 Kaji HbA1c setiap 2 – 4 Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat pada wanita

20
minggu sesuai indikasi. dengan kadar HbA1c tinggi pada awal kehamilan atau sebelum
konsepsi.
Kaji kadar albumin Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari
glikosilat pada getasi beberapa hari.
12 minggu ke 24 sampai ke
28 khususnya pada ibu
dengan resiko tinggi.
Dapatkan kadar serum alfa Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari
fetoprotein pada gestasi pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah buruk.
13
minggu ke 14 sampai
minggu ke 16.
Siapkan untuk Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan
ultrasonografi pada gestasi membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin.
14
minggu ke 8, 12, 18, 28,
36 sampai minggu ke 38.
Lakukan non stress test Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi plasenta.
dan Oxytocin Challenge
15
Test atau Construction
Stress test dengan tepat.
Dapatkan sekuensial Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan fungsi
serum atau specimen urine plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterin dan
16 24 jam terhadap kadar lahir mati.
estriol setelah gestasi
minggu ke 30.
Bantu untuk persalinan per Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir
vaginam atau seksio. mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu
17
ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia dengan
sefalopelvis disproporsi.

21
3) Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan
dengan perubahan kontrol diabetik, profil darah
abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan
perubahan respon imun.

Kriteria evaluasi :

 Tetap normotensif.
 Mempertahankan normoglikemia.
 Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan
plasenta.

No. Intervensi Rasional


Mandiri
Perhatikan klasifikasi Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi
white untuk diabetes. terhadap komplikasi kehamilan.
1 Kaji derajad kontrol
diabetik.
Kaji perdarahan Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes
2 pervaginam dan nyeri menandakan resiko abrupsi plasenta.
tekan abdomen.
Pantau terhadap tanda Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion
3 dan gejala persalinan dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
preterm.
Bantu untuk belajar Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena
memantau glukosa ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
4
darah di rumah yang
dilakukan 6 kali sehari.
Periksa keton dalam Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara
5
urin setiap hari. negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin
Identifikasi kejadian Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena
hipoglikemia dan aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin
hiperglikemia. dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen
6
plasenta. Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau
insulin untuk normoglikemia khususnya pada trimester kedua
dan ketiga karena kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.
Pantau adanya edema Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan vaskuler.
dan tentukan tinggi Insiden hidramnion sebanyak 6% – 25% pada kasus diabetes
7 fundus uteri. yang hamil kemungkinan berhubungan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion dan hiperglikemia
meningkatkan haluaran urin janin.
Kaji adanya infeksi Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat mencegah
8
saluran kencing. pielonefritis.
Pantau dengan ketat Obat tokolitik dapat meningkatkan glukosa darah dan insulin
bila obat tokolitik plasma.
9 digunakan untuk
menghentikan
persalinan.

22
Kolaborasi Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya ancaman
hipoglikemia.
Pantau kadar glukosa
10
serum setiap kunjungan.
Dapatkan urinalisa dan Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis. Monilial
kultur urin, kultur rabas vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan oral pada bayi baru
11 vagina, berikan lahir.
antibiotika sesuai
indikasi.
Kumpulkan spesimen Kemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi ginjal
untuk ekskresi protein dengan diabetes jangka panjang atau berat.
12 total, klirens kreatinin
nitrogen urea darah dan
kadar asam urat.
Jadwalkan pemeriksaan Latar belakang retinopati dapat berlanjut selama kehamilan
oftalmologi selama karena keterlibatan vaskuler berat. Terapi koagulasi laser dapat
trimester pertama, memperbaiki dan menurunkan fibrosis optik.
trimester kedua dan
13
ketiga bila berada
dalam diabetes
klasifikasi kelas D atau
diatasnya.
Siapkan untuk Mengetahui adanya tanda makrosomia dan diproporsi
ultrasonografi pada cephalopelvis.
gestesi ke-8, 12, 26, 36
dan 38 untuk
menentukan ukuran
14
janin dengan
menggunakan diameter
biparietal, panjang
femur dan perkiraan
berat badan janin.
Mulai terapi intra vena Glukagon adalah substansi alamiah yang bekerja pada glikogen
dengan dekstrose 5%, hepar dan mengubahnya menjadi glukosa yang memperbaiki
berikan glukogon sub status hipoglikemik.
15 cutan bila dirawat di
rumah sakit dengan
shock insulin dan tidak
sadar. Ikuti dengan
pemberian susu skim 8
oz bila mampu menelan

23
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis
dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi,
kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

Kriteria evaluasi :
 Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
 Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan
aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
 Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian
insulin.

No Intervensi Rasional
Mandiri Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap
Kaji pengetahuan tentang ambilan glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan
1 proses dan tindakan terhadap lemak dan protein untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi
penyakit termasuk hubungan seluler saat air dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik
dengan diet, latihan, stres dan glukosa dalam serum.
kebutuhan insulin.
Berikan informasi tentang Rasional: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan
cara kerja dan efek kebutuhan insulin berubah. Trimester pertama kebutuhan
merugikan insulin dan tinjau insulin rendah tetapi menjadi dua kali dan empat kali selama
ulang alasan menghindari trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin tidak melewati
obat hipoglikemi oral. plasenta, agen hipoglikemi oral dapat dan potensial
membahayakan janin.
Jelaskan penambahan berat Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat
badan normal. menyebabkan kerusakan janin dan menghambat penggunaan
protein optimal.
Berikan informasi tentang Rasional: Latihan setelah makan dapat membantu mencegah
kebutuhan program latihan hipoglikemia dan menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali
ringan. terjadi peningklatan glukosa berlebihan, dimana latihan dapat
meningkatkan ketoasidosis.
Berikan informasi mengenai Rasional: Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa
dampak kehamilan pada takut, meningkatkan kerja sama dan membantu menurunkan
kondisi diabetes dan harapan komplikasi janin.
masa depan.
Diskusikan mengenali tanda Rasional: Penting untuk mencari pertolongan medis awal untuk
infeksi. menghindari komplikasi.
Anjurkan mempertahankan Rasional: Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan,
pengkajian di rumah terhadap catatan harian dapat membantu bagi evaluasi dan perubahan
kadar glukosa serum, dosis terapi
insulin, diet dan latihan.
Bantu untuk mempelajari Rasional: Adanya gejala hipoglikemia seperti diaforesis,
pemberian glukosa, sensasi kesemutan dan palpitasi dengan kadar glukosa dibawah
instruksikan untuk 70 mg/di memerlukan tindakan dengan segera. Penggunaan
menyertainya dengan glukagon sebagai kombinasi susu dapat meningkatkan kadar
susu 8 oz dan periksa ulang glukosa serum tanpa resiko berbalik menjadi hiperglikemia.

24
kadar glukosa dalam 15
menit.

5) Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran


gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan
kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.

Kriteria evaluasi :

 Kehamilan cukup bulan.


 Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia
gestasi yang tepat.
 Bebas cedera.
 Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda
hipoglikemia

No Intervensi Rasional
.
Mandiri Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan
Tinjau ulang riwayat makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran
pranatal dan kontrol karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa
maternal. maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin
1
mengakibatkan hiperinsulinemia.

Periksa adanya glukosa Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan
atau keton dan albumin ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan
2
dalam urin ibu dan pantau potensial cedera susunan syaeaf pusat.
tekanan darah.
Observasi tanda vital. Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan
3
sepsis neonatal.
Anjurkan posisi rekumben Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan
4
lateral selama persalinan. kesediaan oksigen untuk janin.
Lakukan dan bantu Rasional: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko dis
dengan pemeriksaan janin.
5 vagina untuk menentukan
kemajuan persalinan.
Kolaborasi
6
Tinjau hasil tes pranatal Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasen
seperti profil biofisikal, tes untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.
nonstres dan tes stres
kontraksi.
Dapatkan atau tinjau ulang Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin.
7 hasil dari amniosentesis
dan ultrasonografi.

25
Pantai kadar glukosa Rasional: Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar
serum maternal dengan glikogen.
8 finger stick setiap jam,
kemudian setiap 2-4 jam
sesuai indikasi.
Observasi frekuensi Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada
9
denyut jantung janin. penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia jan
Lakukan pemberian cairan Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian
10 dekstrose 5% per glukosa sampai persalinan aktif mulai.
parenteral.
Siapkan untuk induksi Rasional: Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia gestasi
persalinan dengan yang tepat.
11
oksitosin atau seksio
saesar.

6) Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan


situasi krisis atau mengancam pada status kesehatan
(maternal atau janin).

Kriteria evaluasi :

26
 Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai
diabetes dan persalinan.
 Menggunakan strategi koping yang tepat.

No. Intervensi Rasional


Mandiri

1 Atur keberadaan perawat secara kontinu Rasional: Meningkatkan kontinuitas


selama persalinan. asuhan. Pasien dan keluarga perlu
mengetahui bahwa mereka tidak sendiri
dan tersedianya tenaga bantuan dengan
segera.
Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan Memberikan pengkajian dasar untuk
penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan perbandingan selanjutnya,
sistem pendukung. mengidentifikasi kekuatan dan masalah
yang potensial.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. Memberikan perasaan kontrol terhadap
situasi.
Jelaskan semua prosedur tindakan Pengetahuan tentang apa yang terjadi
perawatan. membantu menurunkan rasa takut.

. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan Suasana terbuka dan mendukung


perasaan. menurunkan intimidasi karena prosedur
atau peralatan.
Informasikan kepada keluarga tentang Membantu untuk menghilangkan atau
kemajuan persalinan dan keadaan janin. meminimalkan rasa khawatir dan
mengembangkan rasa percaya.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

27
Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama
kali saat kehamilan berlangsung.

B. SARAN

Untuk Perawat Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan harus lebih memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus
dari penyakit yang diderita klien dan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat diatasi sehingga tidak
terjadi perawatan yang berulang

Untuk Orangtua KlienMenjaga kebersihan lingkungan rumah, dan


membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi makan
anak serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang bersih dan
dapat dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke rumah sakit,
diberikan larutan gula garam.

28

Anda mungkin juga menyukai