Anda di halaman 1dari 31

SL1.

15 ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK

15 II.10 PEMERIKSAAN FISIK ANAK

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK


IV.10
ABNORMAL/PATOLOGIS
PEMERIKSAAN FISIK FISIOLOGIS

A. TINGKATAN PENCAPAIAN KOMPETENSI BERDASARKAN SKDI 2012


NO KELOMPOK KETERAMPILAN

Kompetensi 4

1 Penilaian keadaan umum

2 Pemeriksaan dan penilaian kesadaran (PCS)


Pemeriksaan fisik
3 Pemeriksaan dan penilaian tanda vital
umum
4 Pemeriksaan dan penilaian antropometri

5 Pemeriksaan kulit, tulang dan sendi

6 Penilaian bentuk dan ukuran kepala

7 Penilaian ubun-ubun dan sutura


Pemeriksaan
8 Penilaian rambut dan kulit kepala
kepala
9 Penilaian wajah

10 Penilaian saraf cranial

11 Penilaian kelainan bentuk mata

12 Penilaian palpebra, konjungtiva dan sclera


Pemeriksaan mata
13 Penilaian kornea, pupil dan refleks

14 Penilaian gerak bola mata

15 Penilaian rongga hidung


Pemeriksaan THT
16 Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane timpani

17 Pemeriksaan Penilaian bibir, mukosa, gigi dan gusi

18 mulut Penilaian faring, tonsil dan lidah

19 Penilaian trachea dan limfonodi

20 Pemeriksaan leher Penilaian JVP dan kaku kuduk

21 Penilaian kelenjar tiroid dan otot leher

22 Inspeksi dinding dada

23 Palpasi jantung-paru
Pemeriksaan dada
24 Perkusi jantung, paru dan hepar

25 Auskultasi jantung-paru

26 Pemeriksaan Inspeksi dinding perut

27 abdomen Palpasi hepar, lien, ginjal dan massa lain


28 Perkusi abdomen

29 Auskultasi abdomen

30 Penilaian tonus, gerakan dan kekuatan

31 Pemeriksaan Penilaian refleks fisiologis dan patologis

32 anggota gerak Penilaian tanda meningeal

33 Penilaian kelainan lain

34 Penilaian Z-score-antropometri
Pemeriksaan
35 Penilaian motorik kasar dan halus
tumbuh kembang
36 Penilaian kemampuan bahasa

37 Penilaian skor APGAR

Penilaian usia kehamilan berdasar sifat fisik dan neurologis


38
(Dubowitz/Ballard)

39 Penilaian keadaan umum dan perilaku neonatus

40 Pemeriksaan bayi Penilaian refleks primitif


baru lahir
41 Pemeriksaan cacat atau kelainan fisik

42 Penilaian antropometri bayi

43 Pemeriksaan /penilaian tanda vital

49 Penilaian tanda kegawatan neonatus

Keterampilan
44
khusus Pemeriksaan uji rumple leed

Kompetensi 3

45 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Kraemer

46 umum Penilaian panggul

47 Pemeriksaan Penilaian intelegensi

48 tumbuh kembang Pemeriksan Denver (DDST II)

B. PENGANTAR TEORI
1. Nama Blok
Blok ini bernama blok pemeriksaan fisik anak fisiologis. Setelah mempelajari blok ini,
mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik anak secara lege artis dan
sistematis.

2. Aplikasi Keterampilan Klinis dalam Praktik Klinis Dokter Layanan Primer


Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak
boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasana
harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk
diperiksa. Untuk anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan
pada bayi usia < 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa.
Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum dengan
membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya atau organ yang sama
pada sisi yang berbeda.
Palpasi, dilakukan dengan telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan
untuk menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui intensitas nyeri
serta konsistensi. Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan, terutama untuk
mengetahui adanya cairan atau ballottement.
Perkusi, ditujukan untuk mengetahui perbedaan suara ketukan sehingga dapat
ditentukan batas-batas organ atau massa abnormal. Suara perkusi dibagi menjadi 3 macam
yaitu sonor (perkusi paru normal), timpani (perkusi abdomen), dan pekak (perkusi otot).
Suara lain yang terdapat diantara dua suara tersebut seperti redup (antara sonor dan pekak)
dan hipersonor (antara sonor dan timpani).
Auskulatasi, pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar suara
pernafasan, bunyi dan bising jantung, peristaltic usus dan aliran darah dalam pembuluh
darah.

3. Landasan Teori dan Rasional Teknis Pelaksanaan Keterampilan Klinis


a. Pemeriksaan Umum
● Keadaan Umum
● Kesan sakit
● Kesadaran
● Kesan status gizi
b. Tanda Vital
● Tekanan Darah
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak, yang
ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua
per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 – 90 mmHg sistolik, dan 20 – 60
mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2 – 3 mmHg untuk kedua-duanya dan
sesudah pubertas mencapai tekanan darah dewasa.
● Nadi
Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama, isi/kualitas nadi
dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas
● Nafas
Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan.
● Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Rectal
Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan kiri
memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer dimasukkan anus
dengan tangan kanan ibu.
2. Oral
Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak > 6 tahun.
3. Aksiler
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit.
Umumnya suhu yang diperoleh 0,5 ° lebih rendah dari suhu rektal.

c. Data Antropometrik
● Berat Badan
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat.
Interpretasi :
1. BB/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia≤5 tahun)
● BB< -3 SD : Berat badan sangat kurang (severely underweight)
● BB -3 SD sd -2 SD : Berat badan kurang (underweight)
● BB -2 SD sd +1 SD : Berat badan normal
● BB > +1 SD : Risiko berat badan lebih
2. BB/U dipetakan pada kurve berat badan
● BB< sentil ke 10 : defisit
● BB> sentil ke 90 : kelebihan
2. BB/U dibandingkan dengan acuan standar, dinyatakan persentase :
● > 120% : gizi lebih
● 80% – 120% : gizi baik
● 60% - 80% : tanpa edema, gizi kurang; dengan edema, gizi buruk
● < 60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus), dengan
edema (kwasiorkhor).
● Tinggi Badan
Dinilai dengan :
1. TB/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia≤5 tahun)
● TB< -3 SD : Sangat pendek (severely stunted)
● TB -3 SD sd -2 SD : pendek (stunted)
● TB -2 SD sd 3 SD : normal
● TB >3 SD : tinggi
2. TB/U pada kurva
● < 5 sentil : deficit berat
● Sentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek
akibat defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional
2. TB/U dibandingkan standar baku (%)
● 90% - 110% : baik/normal
● 70% - 89% : tinggi kurang
● < 70% : tinggi sangat kurang
● BB/TB dan IMT/U
BB/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia≤5 tahun)
● BB/TB< -3 SD : Gizi buruk (severely wasted)
● BB/TB -3 SD sd -2 SD : Gizi kurang (wasted)
● BB/TB -2 SD sd +1 SD : Gizi baik (normal)
● BB/TB +1 SD sd +2 SD : Berisiko gizi lebih
● BB/TB >+2 SD sd +3 SD : Gizi lebih (overweight)
● BB/TB >+3 SD : Obesitas

IMT/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia>5 tahun)


● BB< -3 SD : Gizi buruk (severely thinnes)
● BB -3 SD sd -2 SD : Gizi kurang (thinnes)
● BB -2 SD sd +1 SD : Gizi normal
● BB +1 SD sd +2 SD : Gizi lebih
● BB > +2SD : Obesitas

d. Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus,
bercak ‘café au kait’, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan
kulit, dan stria.

e. Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak,
bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau
tidak.

f. Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri,
sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah,
rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.

g. Muka
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung
dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada
sinus.

h. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis,
eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan
kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.

i. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa,
sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.

j. Mulut
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
● Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan
● Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak
● Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan
● Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan, tepi
hiperemis/tidak
● Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak

k. Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh
mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada
lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna,
paradangan, eksudat, kripte)

l. Telinga
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga,
nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.

m. Leher
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea,
pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher.

n. Thorax
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
● Inspeksi
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada ≤ lingkar kepala
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada ≥ lingkar kepala
Perhatikan
a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
d. Ictus cordis
● Palpasi
Perhatikan :
1. Pengembangan dada : simetri/tidak
2. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
3. Sela iga : retraksi/tidak
4. Perabaan iktus cordis
● Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari
lain, atau secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan
mengetok terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil.
Tentukan :
1. Batas paru-jantung
2. Batas paru-hati : iga VI depan
3. Batas diafragma : iga VIII – X belakang
Bedakan antara suara sonor dan redup
● Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara tambahan :
Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound,
metamorphosing breath sound.
Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing
Suara jantung normal, bising, gallop

o. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan meliputi ;
● Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
1. Bentuk : cekung/cembung
2. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak kecil
3. Umbilikus : hernia/tidak
4. Gambaran vena : spider navy
5. Gambaran peristaltic

● Auskultasi
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 – 30 detik.
● Perkusi
Normal akan terdengar suara timpani.
Dilakukan untuk menentukan udara dalam usus, atau adanya cairan bebas/ascites.
● Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan di sendi
lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah.
Apabila ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir.
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya. Nilai perabaan terhadap hati,
limpa, dan ginjal.
HATI
Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual
Ukur besar hati dengan cara :
1. Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta dihubungkan dengan
umbilikus.
2. Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus.
Normal : 1/3 – 1/3 sampai usia 5 – 6 tahun.
Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi, nyeri tekan.
LIMPA
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara :
Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian arcus aorta kiri.
Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam 4 bagian. Garis ‘b’ diteruskan ke
bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4 bagian juga. Sehingga akan didapat S1 – S8.
GINJAL
Cara palpasi ada 2 :
Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan keras ke atas, akan
teraba ujung bawah ginjal kanan.
Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang. Jari-jari tangan kiri diletakkan
di bagian belakang sedemikian hingga jari telunjuk di angulus kostovertebralis kemudian
tangan kanan dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke tempat tidur, ginjal teraba oleh jari-
jari tangan kiri.

p. Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan
pembengkakan tulang.
Persendian
Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan.
Otot
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.

q. Genitalia/Alat Kelamin
Perhatikan :
Untuk anak perempuan :
a. Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
b. Labia mayor : perlengketan / tidak
c. Himen : atresia / tidak
d. Klitoris : membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
a. Orifisium uretra :
Hipospadi = di ventral / bawah penis, Epsipadia = di dorsal/atas penis.
b. Penis: membesar / tidak
c. Skrotum: membesar / tidak, ada hernia / tidak.
d. Testis: normal sampai puber sebesar kelereng.
e. Reflek kremaster: gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum

r. Anus dan Rektum


Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak.
Untuk anus, perhatikan :
a. Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal.
b. Fisura ani
c. Prolapsus ani
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan jari kelingking
masuk ke dalam rektum.
Perhatikan :
a. Atresia ani
b. Tonus sfingter ani
c. Fistula rektovaginal
d. Ada penyempitan / tidak.

4. Daftar Pustaka
Behrman.1999. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak.EGC.Jakarta.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FK UI
Lumbantobing. Diagnosis Fisik anak. 2002.

C. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Seorang anak laki-laki usia 2 tahun datang ke puskesmas untuk memeriksakan tumbuh
kembangnya. Lakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada anak tersebut.

D. DURASI PELAKSANAAN
Durasi pelaksanaan skill lab pemeriksaan fisik anak fisiologis adalah 100 menit untuk 10
mahasiswa/kelompok.
E. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)

JUDUL PEMERIKSAAN FISIK ANAK FISIOLOGIS


MODUL
KODE MODUL II.10

BOBOT SKOR BOBOT X BOBOT X


(0-2) 0/1/2 SKOR SKOR
No MAKSIM DIDAPAT
LANGKAH AL
1. Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas
pada pasien / orang tua pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Mempersilahkan pasien berbaring pada meja pemeriksaan
4. Mencuci tangan (sesuai WHO, 2005)
5. Melakukan pemeriksaan umum pasien
1. KU : kesadaran, kulit : anemis/ sianosis/ ikterik/ kemerahan, keadaan gizi,
pernapasan spontan teratur / cepat dan dalam
2. Tanda vital
7. Melakukan pemeriksaan kepala : mesochepal,ubun – ubun
cembung/cekung/normal
Melakukan Pemeriksaan muka : hipertelorisme,mongoloid,facies cholerica
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening kepala
8. Melakukan pemeriksaan mata: conjungtiva anemis/tidak,sklera
ikterik/tidak,mata cekung atau tidak,air mata ada/tidak,discharge,edem,palpebra
normal/tidak
9. Melakukan pemeriksaan hidung : nafas cuping hidung,discharge
10. Melakukan pemeriksaan mulut : sianosis,basah/kering,mukosa bucal
11. Pemeriksaan tenggorok : faring hiperemis/tidak,tonsil membesar/tidak
(menggunakan spatel tongue dan pen light)
12. Melakukan pemeriksaan telinga : low set ear, discharge
13 Melakukan pemeriksaan leher : simetris/ tidak, Melakukan pemeriksaan kelenjar
getah bening leher; JVP meningkat/tidak
. 14 Melakukan pemeriksaan thorak (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi)
Pemeriksaan paru : (dilakukan)
1. inspeksi : ada retraksi intercostal/tidak
2. perkusi : sonor diseluruh lapang paru
3. palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
4. auskultasi : suara dasar,tidak ada suara tambahan ronkhi/wheezing
(auskultasi dilakukan dari depan dan belakang)
pemeriksaan jantung
1. inspeksi : posisi ictus cordis,ictus cordis tampak atau tidak
2. palpasi : ictus cordis teraba di SIC 4/5, kuat angkat/tidak
3. perkusi : dari axilaris anterior ke arah medial
4. auskultasi : S I-II normal, suara tambahan (-)
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening axila
15.. Melakukan pemeriksaan abdomen:
1. Auskultasi : Bising Usus meningkat/tidak
2. inspeksi : datar,cembung,ada venektasi atau tidak
3. Perkusi : tympani diseluruh lapang abdomen
4. Palpasi :nyeri tekan ada/tidak, perabaan hepar dan lien
Pemeriksaan hepar :
metode Blank Hart: 1.dari umbilikus ke processus xiphoidues dan dari umbilikus
ke angulus costae
Pemeriksaan limfa : schuffner: Tarik garis sias dekstra ke 1/3 medial costae
terakhir sinistra melewati umbilicus, dibagi 8 bagian.Normal tidak teraba
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening inguinal
16. Melakukan pemeriksaan ekstremitas: akral dingin/hangat,capilary reffil, sianosis
17. Melakukan pemeriksaan genitalia : jenis kelamin wanita atau pria, testis
18. Melakukan pemeriksaan anus : anus ada/tidak, dalam batas normal
19. Cuci tangan dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
TOTAL TOTAL TOTAL
MAKS. DIDAPAT
NILAI

Keterangan terkait skor

0 tidak melakukan sama sekali


melakukan tidak secara lege artis, atau
1
hanya menyampaikan, tidak melakukan, atau
langkah terlewati dan mahasiswa menyadari/menyampaikan, “Seharusnya tadi dilakukan saat...” (Ini hanya
berlaku untuk langkah yang bisa dilewati tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi pasien)
2 mampu melakukan dengan lege artis

F. PENJELASAN TEKNIS LATIHAN BERDASARKAN DAFTAR TILIK


1. Teknis Pelaksanaan Tiap Nomor dalam Daftar Tilik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dan lege artis. Setiap mahasiswa menganggap
manekin seperti pasien sesungguhnya.
2. Kesalahan Umum
- Mahasiswa sering lupa mencuci tangan sebelumdan sesudah memeriksa pasien
- Mahasiswa tidak memperkenalkan diri dan meminta izin sebelum memeriksa pasien
- Urutan pemeriksaan yang tidak sistematis
3. Tips dan Trik
Mahasiswa perlu melatih diri berulang kali sampai bisa melakukan secara lege artis dan
sistematis

G. SARANA PRASARANA PENDUKUNG


1. Setting Ruang
o keterangan teknis penataan meja-kursi dokter & pasien; ruang/area pemeriksaan
pasien/tempat dilaksanakannya keterampilan; penempatan manekin, peralatan, bahan
habis pakai dan sarana prasarana lain yang diperlukan, serta posisi meja dan kursi
penguji.
o foto setting ruang jadi berdasarkan keterangan di atas
2. Manekin
o foto
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
3. Alat Medis
o Stetoskop
o Manset anak
o Tensimeter
o Timbangan anak
o Termometer
o Meteran tinggi badan
o Midline
o Palu refleks
o Jumlah masing-masing 1
4. Bahan Habis Pakai
o Hand sanitizer
o Banyaknya 1
5. Sarana Pendukung Lain
o Misal: audiovisual, laptop, tempat sampah, dll
o foto
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan

H. SUMBER BELAJAR TERTULIS


Kliegman RM. Nelson Textbook of Pediatrics. 2019
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FK UI
Lumbantobing. Diagnosis Fisik anak. 2002.

I. SUMBER BELAJAR AUDIOVISUAL


-

DAFTAR PENYUSUN
dr. Nenden Nursyamsi Agustina, SpA
dr. Alfi Muntafiah,MSc
Dr. dr. Lantip Rujito, MSi Med
Dr. dr. Fitranto Arjadi, MKes
PEMERIKSAAN FISIK ANAK PATOLOGIS

J. TINGKATAN PENCAPAIAN KOMPETENSI BERDASARKAN SKDI 2012


NO KELOMPOK KETERAMPILAN

Kompetensi 4

1 Allo-anamnesis

2 Auto-anamnesis anak yang lebih tua

3 Riwayat penyakit sekarang (rekonstrusi klinik penyakit)


Anamnesis
4 Riwayat dahulu (persalinan, perkembangan, imunisasi, nutrisi)

Berbicara dengan orang tua yang cemas dan/atau orang tua dengan
5
anak yang sakit berat

6 Penilaian keadaan umum

7 Pemeriksaan dan penilaian kesadaran (PCS)


Pemeriksaan fisik
8 Pemeriksaan dan penilaian tanda vital
umum
9 Pemeriksaan dan penilaian antropometri

10 Pemeriksaan kulit, tulang dan sendi

11 Penilaian bentuk dan ukuran kepala

12 Penilaian ubun-ubun dan sutura


Pemeriksaan
13 Penilaian rambut dan kulit kepala
kepala
14 Penilaian wajah

15 Penilaian saraf cranial

16 Penilaian kelainan bentuk mata

17 Penilaian palpebra, konjungtiva dan sclera


Pemeriksaan mata
18 Penilaian kornea, pupil dan refleks

19 Penilaian gerak bola mata

20 Penilaian rongga hidung


Pemeriksaan THT
21 Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane timpani

22 Pemeriksaan Penilaian bibir, mukosa, gigi dan gusi

23 mulut Penilaian faring, tonsil dan lidah

24 Penilaian trachea dan limfonodi

25 Pemeriksaan leher Penilaian JVP dan kaku kuduk

26 Penilaian kelenjar tiroid dan otot leher

27 Pemeriksaan dada Inspeksi dinding dada


28 Palpasi jantung-paru

29 Perkusi jantung, paru dan hepar

30 Auskultasi jantung-paru

31 Inspeksi dinding perut

32 Pemeriksaan Palpasi hepar, lien, ginjal dan massa lain

33 abdomen Perkusi abdomen

34 Auskultasi abdomen

35 Penilaian tonus, gerakan dan kekuatan

36 Pemeriksaan Penilaian refleks fisiologis dan patologis

37 anggota gerak Penilaian tanda meningeal

38 Penilaian kelainan lain

39 Penilaian Z-score-antropometri
Pemeriksaan
40 Penilaian motorik kasar dan halus
tumbuh kembang
41 Penilaian kemampuan bahasa

42 Penilaian skor APGAR

Penilaian usia kehamilan berdasar sifat fisik dan neurologis


43
(Dubowitz/Ballard)

44 Penilaian keadaan umum dan perilaku neonatus

45 Pemeriksaan bayi Penilaian refleks primitif


baru lahir
46 Pemeriksaan cacat atau kelainan fisik

47 Penilaian antropometri bayi

48 Pemeriksaan /penilaian tanda vital

49 Penilaian tanda kegawatan neonatus

Keterampilan
50
khusus Pemeriksaan uji rumple leed

Kompetensi 3

59 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Kraemer

60 umum Penilaian panggul

61 Pemeriksaan Penilaian intelegensi

62 tumbuh kembang Pemeriksan Denver (DDST II)


K. PENGANTAR TEORI
5. Nama Blok
Blok ini bernama blok pemeriksaan fisik anak patologis. Pada blok ini difokuskan pada topik
anamnesis dan pemeriksaan abdomen yang patologis. Setelah mempelajari blok ini,
mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik abdomen anak
secara lege artis dan sistematis pada kondisi yang patologis.

6. Aplikasi Keterampilan Klinis dalam Praktik Klinis Dokter Layanan Primer


Kasus kegawatan akut abdomen sering kita temui dalam praktik sehari-hari,
kejadiannya berkisar 5-10% dari pasien yang datang di UGD. Kondisi patologis pada
abdomen yang sering menyebabkan pasien datang ke pelayanan kesehatan yaitu ascites,
hernia, dan appendicitis. Sebagai seorang dokter harus mampu untuk mengidentifikasi dan
menginterpretasikan temuan patologis dari pemeriksaan fisik ascites, hernia, dan
appendicitis yang terdiri dari inspeksi, palpasi, dan perkusi.

7. Landasan Teori dan Rasional Teknis Pelaksanaan Keterampilan Klinis


Pemeriksaan abdomen yang baik harus dilakukan secara lege artis dan sistematis.
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang ideal adlah sebagai berikut:
1. Penerangan ruang memadai.
2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis harus
terbuka.
Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang Anda periksa. Pemeriksaan
dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan : inspeksi, auskultasi, perkusi,
palpasi. Hal-hal berikut ini perlu dilakukan untuk memudahkan relaksasi :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada. Tangan
yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan mengeras,
sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan kedua
tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa daerah
tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan
menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara pelan-pelan
bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.

PEMERIKSAAN FISIK ASCITES

1. Definisi Asites
Ascites adalah akumulasi dari cairan (biasanya cairan serosa yang merupakan cairan kuning
pucat dan bening) yang terletak dalam rongga perut (peritoneal).
Rongga perut terletak dibawah rongga dada dimana mereka berdua dipisahkan oleh diafragma.
Cairan ini berasal dari hasil dari beberapa penyakit lain seperti penyakit hati, kanker, gagal ginjal,
atau gagal jantung kongestif.

2. Penyebab Asites
Penyebab yang paling umum terjadinya ascites berasal dari penyakit sirosis hati, dan ini
diketahui penyebab utama dari sekitar 80% kasus. Teori yang paling mungkin menyebabkan hal
tersebut yaitu adanya hipertensi portal yaitu terjadinya peningkatan tekanan dalam aliran darah
yang berada di hati. Prinsip dasarnya mirip dengan proses terbentuknya edema pada bagian lain
di tubuh akibat dari tekanan yang tidak seimbang.
Faktor penyebab lainnya yang dapat di perhitungkan adalah retensi garam dan air. Volume
sirkulasi darah dapat dianggap rendah oleh ginjal yang bertanggung jawab pada proses
pembentukan asites. Ini akan membuat ginjal menyerap kembali lebih banyak garam dan air
sebagai ganti hilangnya volume.
Beberapa penyebab lain dari asites berhubungan dengan gradien tekanan yang meningkat,
gagal jantung kongestif dan gagal ginjal lanjut akibat dari adanya retensi umum cairan dalam
tubuh.
Pada kasus yang jarang terjadi, peningkatan tekanan dalam sistem portal bisa disebabkan oleh
obstruksi internal atau eksternal kapal portal, mengakibatkan hipertensi portal tanpa sirosis.
Contoh ini bisa adanya tumor yang menekan pada pembuluh portal dari dalam rongga perut atau
pembentukan bekuan darah di pembuluh portal menghalangi aliran normal dan meningkatkan
tekanan dalam wadah (contohnya, sindrom Budd-Chiari).

3. Jenis-Jenis Asites
Secara tradisional asites dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu transudative dan eksudatif. Klasifikasi
ini didasarkan pada jumlah banyaknya protein yang ditemukan dalam cairan.
Sebuah sistem yang lebih berguna telah dikembangkan untuk mengklasifikasikan berdasarkan
jumlah albumin dalam cairan asites dibandingkan dengan albumin serum (albumin diukur dalam
darah). Ini disebut Serum Albumin Ascites Gradient atau Saag:
a. Ascites transudative berhubungan dengan hipertensi portal (sirosis, gagal jantung kongestif,
Budd-Chiari) umumnya memiliki Saag lebih besar dari 1.1.
b. Ascites eksudatif disebabkan oleh alasan lain (ganas, pankreatitis)dan memiliki Saag lebih
rendah dari 1,1.

4. Gejala Asites
Sebenarnya tidak ada gejala yang dapat di lihat dari luar jika asites masih dalam kondisi ringan
yaitu memiliki cairan 100-400 ml pada orang dewasa.Namun jika cairan lebih dari itu maka cairan
tersebut akan menumpuk dan akan terjadi peningkatan ukuran perut,ini akan menjadi terlihat
jelas.
Nyeri perut, ketidaknyamanan, dan kembung juga sering dianggap sebagai gejala ascites.
Sesak napas juga dapat terjadi pada ascites besar karena meningkatnya tekanan pada diafragma
dan migrasi fluida melintasi diafragma menyebabkan efusi pleura (cairan di sekitar paru-paru).

5. Pencegahan asites
Pada penderita sirosis hati yang memiliki asites, menghindari konsumsi alkohol dapat
mengurangi risiko pembentukan asites. Nonsteroidal obat antiinflamasi [ibuprofen (Advil,
Motrin, dll)] juga harus dibatasi pada pasien dengan sirosis karena dapat mengurangi aliran darah
ke ginjal, sehingga membatasi ekskresi garam dan air. Mematuhi pembatasan diet garam juga
ukuran lain pencegahan sederhana untuk mengurangi ascites.
Secara umum, prognosis malignant ascites adalah buruk. Kebanyakan pada kasus tersebut
memiliki waktu kelangsungan hidup rata-rata antara 20-58 minggu, tergantung pada jenis
keganasan.

Pemeriksaan Asites
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ascites adalah:
a) Ucapkan salam, perkenalan dan beritahukan hal apa saja yang akan kita lakukan ke pasien
b) Pasien diminta untuk melepas bajunya bagian atas (kaos atau kemeja), lalu diminta untuk
berbaring dan rileks
c) Inspeksi
Inspeksi bagian perut pasien, dengan dilihat bagaimanakah bentuk perutnya, apakah datar,
cembung atau cekung. Lalu dilihat apakah ada tanda peradangan atau inflamasi atau kemerahan
pada bagian perut.
Pelaporan: bentuk dari perut pasien nampak cembung dan mengkilat.
d) Palpasi
Palpasi bagian perut dengan cara pasien diminta untuk meletakkan tangannya di bagian
umbilicus/midline, bisa juga kita minta bantuan asisten, lalu tangan kita ada disebelah kanan dan
kiri sisi perut pasien, lalu pukul dengan menggunakan lima jari sisi perut bagian kiri. Rasakan
apakah ada rasa semacam hentaman cairan pada tangan sebelah kanan. Pemeriksaan ini
dinamakan pemeriksaan undulasi.
Pelaporan: undulasi positif

e) Perkusi
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan mengapung di
atas, maka perkusi akan menghasilkan pola suara yang khas.
Pada posisi pasien terlentang, lakukan perkusi mulai dari bagian umbilicus atau bagian tengan
perut pasien, terus ke arah bawah/lateral. Suara yang terdengar pada orang yang menderita
asites adalah pada awalnya timpani, tetapi semakin ke bawah, yang dirasakan adalah semakin
redup dan akhirnya redup. Pada tahap ini tentukan batas perubahan suara antara redup dan
timpani.
Setelah batas ditemukan, maka pasien diminta untuk memiringkan badannya ke arah kita, yaitu
ke arah kiri, lalu kita perkusi lagi, formatnya dari perbatasan tadi ke atas. Suara yang terdengar
adalah redup, redup, redup sampai akhirnya timpani. Perlu diketahui, pada pemeriksaan ini batas
redup akan bergeser ke atas, hal ini disebabkan karena cairan yang berada disebelah kiri pasien
berpindah ke sebelah kanan.
Pemeriksaan ini dinamakan: Test suara redup berpindah/pekak beralih/ shifting dullness.
Pelaporan : redup berpindah/pekek alih/shifting dullness positif
f) Ucapkan terimakasih kepada pasien
g) Ucapkan salam

PEMERIKSAAN FISIK HERNIA


1. Definisi hernia
Hernia adalah penyakit yang terjadi saat ada organ dalam tubuh yang menekan dan mencuat
lewat otot akibat kondisi celah jaringan di sekitarnya yang melemah. Otot kita biasanya cukup
kuat untuk menahan organ-organ tubuh sehingga tetap di lokasinya masing-masing.
Melemahnya otot tersebut dapat mengakibatkan hernia.

2. Jenis hernia
Letak kemunculan hernia terdapat di seluruh abdomen (daerah perut). Jenis-jenis hernia juga
umumnya terbagi berdasarkan letaknya, yaitu:
a. Hernia femoralis yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus yang mencuat ke
bagian atas paha bagian dalam atau ke selangkangan.
b. Hernia inguinalis yang terjadi saat ada sebagian usus yang menjulur dari abdomen bawah
dan mencuat ke selangkangan.
c. Hernia skrotalis yang terjadi saat sebagian usus yang menjulur dari abdomen bawah sampai
ke crotum, hernia ini merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia umbilikus yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus menjulur keluar
abdomen dan mencuat di dekat pusar.
e. Hernia insisi yang terjadi saat ada jaringan yang mencuat lewat luka operasi yang belum
sembuh di abdomen.
f. Hernia hiatus yang terjadi saat ada bagian perut yang masuk lewat celah pada diafragma
(sekat antara rongga dada dan rongga perut) dan mencuat ke rongga dada.
g. Hernia epigastrik yang terjadi saat ada jaringan lemak yang mencuat keluar dari abdomen
di antara pusar dan tulang dada bagian bawah.

Hernia Inguinalis
Ini adalah jenis hernia yang paling umum terjadi. 75% kasus hernia merupakan jenis hernia
inguinalis. Sekitar 25% pria akan terkena penyakit ini. Sedangkan risiko bagi wanita lebih kecil,
yaitu sekitar 3%.
Faktor risiko untuk hernia inguinalis adalah
● Usia. Risiko terkena hernia akan meningkat seiring bertambahnya usia.
● Jenis kelamin. Pria lebih rentan terkena penyakit ini.
● Sering mengangkat beban berat
● Obesitas (indeks massa tubuh mengindikasikan angka 30 atau lebih)
● Menderita konstipasi (sulit atau tidak bisa buang air besar) jangka panjang.
● Menderita batuk jangka panjang.

Hernia hiatus
Hernia hiatus juga termasuk jenis hernia yang umum terjadi dan dari seluruh kasus hernia,
terdapat 10% yang berjenis ini. Tidak semua penderitanya merasakan adanya gejala. Tetapi gejala
yang mungkin muncul adalah nyeri ulu hati (rasa sakit atau tidak nyaman pada dada yang
biasanya muncul setelah makan).
Hernia insisi
Tiap operasi pasti memiliki risiko. Salah satu risiko komplikasi pada operasi daerah perut adalah
hernia insisi. Tetapi risiko terjadinya penyakit ini pada pascaoperasi tergantung pada jenis
operasi yang dijalani pasien.
Hernia femoralis
Selain faktor jenis kelamin dan usia, hernia femoralis memiliki faktor risiko yang mirip dengan
hernia inguinalis. Risiko wanita untuk terkena penyakit ini juga empat kali lebih tinggi daripada
pria. Penyakit ini dapat menyerang wanita dari segala usia. Hernia femoralis adalah jenis hernia
yang lebih jarang terjadi dibandingkan hernia inguinalis.
Hernia umbilicus
Jenis hernia ini umum terjadi pada bayi. Tetapi sekitar 90% bayi yang mengalami hernia
umbilikus dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan seiring bertambahnya usia
mereka.

3. Pemeriksaan Hernia
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
2) Hernia inguinal
a) Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
b) Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis: benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan
dari hernia inguinalis lateralis.
4) Hernia femoralis: benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5) Hernia epigastrika: benjolan dilinea alba.
6) Hernia umbilikal: benjolan diumbilikal.
7) Hernia perineum: benjolan di perineum.

b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai hernia inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia
inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis
medialis.
5) Hernia femoralis: benjolan lunak di dibawah ligamentum inguinal
6) Hernia inkarserata: nyeri tekan.

c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata.
d. Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi
usus (hernia inkarserata).

4. TIGA TEKNIK PEMERIKSAAN SEDERHANA


a. Pemeriksaan Finger Test:
1) Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2) Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3) Penderita disuruh batuk:
● Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
● Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 20. Finger Test

a. Pemeriksaan Zieman’s Test:


1) Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2) Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3) Penderita disuruh batuk, bila rangsangan pada :
● Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
● Jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.
● Jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 21. Zieman’s Test

b. Pemeriksaan Thumb Test:


1) Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
2) Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Medialis.
3) Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 21. Thumb Test


PEMERIKSAAN FISIK APPENDICITIS
1. Definisi Appendicitis
Appendicitis adalah kondisi dimana appendix membengkak dan terisi oleh nanah. Appendix
adalah kantong berbentuk jari yang menonjol keluar dari usus besar pada bagian abdomen kanan
bawah. Appendix ini belum diketahui fungsi pentingnya, tetapi bukan berarti tidak dapat
menyebabkan masalah.
2. Penyebab dan faktor risiko
Appendicitis dapat terjadi karena:
a. Penyumbatan.
Sisa makanan atau kotoran yang mengeras dapat terjebak di dalam lubang pada rongga perut
yang mengisi appendix.
b. Infeksi.
Appendicitis dapat juga dikarenakan infeksi, seperti infeksi virus gastrointestinal, atau
mungkin karena jenis pembengkakan lainnya.
Pada kedua kasus, bakteri dapat menyerang dengan cepat, menyebabkan appendix meradang
dan terisi oleh nanah. Jika tidak diobati secara benar, appendix dapat pecah.

3. Gejala
Tanda dan gejala usus buntu (appendicitis) antara lain:
a) Nyeri yang dimulai dari sekitar umbilicus dan sering manjalar ke abdomen bagian kanan
bawah
b) Nyeri yang menjadi tajam dalam beberapa jam (12 – 18 jam)
c) Nyeri yang tajam pada abdomen bagian kanan bawah yang terjadi ketika area tersebut
ditekan dan kemudian tekanan tersebut dilepas dengan capat
d) Nyeri yang memburuk ketika batuk, berjalan atau membuat gerakan bergetar
e) Mual
f) Muntah
g) Hilang nafsu makan
h) Demam ringan
i) Konstipasi
j) Sulit buang angin
k) Diare
l) Bengkak pada daerah perut
Lokasi rasa sakit bervariasi, berdasarkan pada usia dan posisi appendix. Anak-anak dan wanita
hamil, khususnya dapat memiliki nyeri appendicitis pada tempat yang berbeda.
Appendicitis dapat berefek pada siapapun, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia
10 sampai 30 tahun. Pengobatan appendicitis standar adalah operasi untuk mengeluarkan
appendix.

4. Tes untuk appendicitis


a. Mintalah penderita untuk menunjuk tempat mula-mula rasa sakit dan tempat yang sekarang
terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah timbul rasa sakit. Rasa sakit
pada appendicitis khas mulai dari daerah sekitar umbilicus dan kemudian bergeser ke kanan
bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.
b. McBurney’s sign
Memperkirakan letak appendiks di titik Mc Burney (Mc Burney’s point). Titik Mc Burney
adalah titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan letak appendiks, yaitu titik di
1/3 lateral dari garis yang dibentuk dari umbilikus dan SIAS dekstra.

Gambar 12. Memperkirakan letak titik Mc Burney (1. Titik McBurney: 2. Umbilikus: 3. SIAS
(spina ischiadica anterior superior) dekstra)

Gambar 13. Menekan titik Mc Burney dengan jari telunjuk


Nyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney’s sign, salah satu tanda dari appendicitis
akut. Nyeri di titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan persentuhannya dengan
peritoneum. Nyeri akan bertambah seiring dengan berlanjutnya proses inflamasi.
Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri tekan di titik Mc Burney, hal ini disebabkan letak
appendiks yang sangat bervariasi, misalnya appendiks yang terletak retrocoecal (di belakang
coecum) tidak menyebabkan nyeri tekan di titik Mc Burney.

Gambar 14. Variasi letak appendiks, akan menunjukkan perbedaan hasil pemeriksaan
c. Rebound tenderness
Rebound tenderness atau release sign atau Blumberg sign, adalah salah satu tanda dari
appendicitis yang terlihat dengan cara menekan abdomen kanan bawah sedalam mungkin,
lalu melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien merasa kesakitan (saat
dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).

Gambar 15. Pemeriksaan rebound tenderness


d. Rovsing's sign
Rovsing's sign adalah salah satu tanda dari appendicitis, yaitu nyeri pada daerah appendiks
saat ditekan di abdomen kwadran kiri bawah. Pada saat ditekan peritoneum akan menegang
dan terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa nyeri hanya pada sisi
kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit lain pada vesika urinaria, uterus,
kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur anatomi lain.
Gambar 16. Pemeriksaan Rovsing's sign
e. Psoas sign
Psoas sign atau Obraztsova’s sign adalah nyeri akibat dari iritasi otot iliopsoas yang
menandakan adanya appendicitis letak retrocoecal. Test ini dilakukan dengan cara
menegangkan otot pada posisi hiperextensi hip secara pasif atau mengkontraksikan otot
pada flexi hip aktif. Bila appendiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas maka akan
menyebabkan nyeri pada peregangan atau kontraksi otot.

Gambar 17. Kiri : appendiks letak retrocoecal dan m. iliopsoas; kanan : Psoas sign
f. Obturator sign
Obturator sign atau cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus. Test ini
dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 derajat, pegang
sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakukan endorotasi. Bila terasa nyeri
maka diduga appendiks mengalami inflamasi, membesar sehingga menyentuh muskulus
obturator internus.
Gambar 18. Kiri : appendiks dan m. Obturator internus ; kanan : Obturator sign

g. Cough test (Dunphy’s sign)


Cough test, dilakukan dengan cara menyuruh pasien batuk, jika terasa nyeri di abdomen
menandakan adanya inflamasi di titik nyeri.
h. Lakukan pemeriksaan rektal.
Pemeriksaan ini dapat membedakan apendiks normal dengan yang meradang. Rasa sakit
pada kuadran kanan bawah mungkin berarti peradangan pada adnexa vesicular seminalis
atau apendiks.
8. Daftar Pustaka
Behrman.1999. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak.EGC.Jakarta.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FK UI
Lumbantobing. Diagnosis Fisik anak. 2002.

L. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Seorang anak laki-laki usia 13 tahun datang ke UGD dengan nyeri perut di sebelah kanan bawah.
Keluhan nyeri dirasakan sudah dua hari ini. Sebelumnya anak demam tinggi selama lia hari. Anak
tampak kesakitan dengan jalan yang membungkuk ke sebelah kanan. Lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara sistematis pada anak tersebut.

M. DURASI PELAKSANAAN
Durasi pelaksanaan skill lab pemeriksaan fisik anak fisiologis adalah 100 menit untuk 10
mahasiswa/kelompok.
N. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)

JUDUL PEMERIKSAAN FISIK ANAK PATOLOGIS


MODUL
KODE MODUL IV. 10

BOBOT SKOR BOBOT X BOBOT X


SKOR SKOR
NO LANGKAH MAKSIM DIDAPAT
AL
Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien.
1 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta persetujuan
pasien.
2 Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.
3 Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point
4 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah
pemeriksaan terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).
5 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap pemeriksaan
(rasa sakit).
Pemeriksaan Appendicitis
Pemeriksaan Mc Burney’s sign
6 Memperkirakan letak titik Mc Burney (Mc Burney’s point).
7 Tekan Titik McBurney dengan jari telunjuk.
8 Interpretasi
Pemeriksaan Rebound tenderness
9 Menekan abdomen kanan bawah sedalam mungkin, lalu melepaskannya
secara tiba-tiba.
10 Interpretasi
Pemeriksaan Rovsing’s sign
11 Menekan abdomen di kwadran kiri bawah.
12 Interpretasi
Pemeriksaan Psoas sign
13 Hiperekstensi hip pasien secara pasif atau meminta pasien melakukan flexi
hip.
14 Interpretasi
Pemeriksaan Obturator sign
15 Meminta pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 derajat,
16 Memegang sendi ankle kanan pasien dengan tangan kanan dan melakukan
endorotasi.
17 Interpretasi
Pemeriksaan Cough test (Dunphy’s sign)
18 Meminta pasien untuk batuk
19 Interpretasi
20 Pemeriksaan rektal (sebutkan saja) dengan interpretasinya
21 Interpretasi
22 Resume hasil dan dokumentasi
23 Ucapkan terima kasih dan salam pada pasien
TOTAL TOTAL TOTAL
MAKS. DIDAPAT
NILAI

Keterangan terkait skor

0 tidak melakukan sama sekali


melakukan tidak secara lege artis, atau
1
hanya menyampaikan, tidak melakukan, atau
langkah terlewati dan mahasiswa menyadari/menyampaikan, “Seharusnya tadi dilakukan saat...” (Ini hanya
berlaku untuk langkah yang bisa dilewati tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi pasien)
2 mampu melakukan dengan lege artis
O. PENJELASAN TEKNIS LATIHAN BERDASARKAN DAFTAR TILIK
4. Teknis Pelaksanaan Tiap Nomor dalam Daftar Tilik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dan lege artis. Setiap mahasiswa menganggap
manekin seperti pasien sesungguhnya.
5. Kesalahan Umum
- Mahasiswa sering lupa mencuci tangan sebelumdan sesudah memeriksa pasien
- Mahasiswa tidak memperkenalkan diri dan meminta izin sebelum memeriksa pasien
- Urutan pemeriksaan yang tidak sistematis
6. Tips dan Trik
Mahasiswa perlu melatih diri berulang kali sampai bisa melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara lege artis dan sistematis

P. SARANA PRASARANA PENDUKUNG


6. Setting Ruang
o keterangan teknis penataan meja-kursi dokter & pasien; ruang/area pemeriksaan
pasien/tempat dilaksanakannya keterampilan; penempatan manekin, peralatan, bahan
habis pakai dan sarana prasarana lain yang diperlukan, serta posisi meja dan kursi
penguji.
o foto setting ruang jadi berdasarkan keterangan di atas
7. Manekin
o foto
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
8. Alat Medis
o Stetoskop
o Jumlah 1
9. Bahan Habis Pakai
o Hand sanitizer
o Banyaknya 1
10. Sarana Pendukung Lain
o Misal: audiovisual, laptop, tempat sampah, dll
o foto
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan

Q. SUMBER BELAJAR TERTULIS


Kliegman RM. Nelson Textbook of Pediatrics. 2019
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FK UI
Lumbantobing. Diagnosis Fisik anak. 2002.

R. SUMBER BELAJAR AUDIOVISUAL


-
DAFTAR PENYUSUN

dr. Nenden Nursyamsi Agustina, SpA


dr Alfi Muntafiah, MSc
Dr. dr. Lantip Rujito, MSi. Med

Anda mungkin juga menyukai