SL I.15. Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Anak II.10 Pemeriksaan Fisik Anak IV.10 Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Anak Abnormal - Patologis
SL I.15. Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Anak II.10 Pemeriksaan Fisik Anak IV.10 Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Anak Abnormal - Patologis
Kompetensi 4
23 Palpasi jantung-paru
Pemeriksaan dada
24 Perkusi jantung, paru dan hepar
25 Auskultasi jantung-paru
29 Auskultasi abdomen
34 Penilaian Z-score-antropometri
Pemeriksaan
35 Penilaian motorik kasar dan halus
tumbuh kembang
36 Penilaian kemampuan bahasa
Keterampilan
44
khusus Pemeriksaan uji rumple leed
Kompetensi 3
B. PENGANTAR TEORI
1. Nama Blok
Blok ini bernama blok pemeriksaan fisik anak fisiologis. Setelah mempelajari blok ini,
mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik anak secara lege artis dan
sistematis.
c. Data Antropometrik
● Berat Badan
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat.
Interpretasi :
1. BB/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia≤5 tahun)
● BB< -3 SD : Berat badan sangat kurang (severely underweight)
● BB -3 SD sd -2 SD : Berat badan kurang (underweight)
● BB -2 SD sd +1 SD : Berat badan normal
● BB > +1 SD : Risiko berat badan lebih
2. BB/U dipetakan pada kurve berat badan
● BB< sentil ke 10 : defisit
● BB> sentil ke 90 : kelebihan
2. BB/U dibandingkan dengan acuan standar, dinyatakan persentase :
● > 120% : gizi lebih
● 80% – 120% : gizi baik
● 60% - 80% : tanpa edema, gizi kurang; dengan edema, gizi buruk
● < 60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus), dengan
edema (kwasiorkhor).
● Tinggi Badan
Dinilai dengan :
1. TB/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia≤5 tahun)
● TB< -3 SD : Sangat pendek (severely stunted)
● TB -3 SD sd -2 SD : pendek (stunted)
● TB -2 SD sd 3 SD : normal
● TB >3 SD : tinggi
2. TB/U pada kurva
● < 5 sentil : deficit berat
● Sentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek
akibat defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional
2. TB/U dibandingkan standar baku (%)
● 90% - 110% : baik/normal
● 70% - 89% : tinggi kurang
● < 70% : tinggi sangat kurang
● BB/TB dan IMT/U
BB/U dipetakan pada kurve WHO anthro (untuk usia≤5 tahun)
● BB/TB< -3 SD : Gizi buruk (severely wasted)
● BB/TB -3 SD sd -2 SD : Gizi kurang (wasted)
● BB/TB -2 SD sd +1 SD : Gizi baik (normal)
● BB/TB +1 SD sd +2 SD : Berisiko gizi lebih
● BB/TB >+2 SD sd +3 SD : Gizi lebih (overweight)
● BB/TB >+3 SD : Obesitas
d. Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus,
bercak ‘café au kait’, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan
kulit, dan stria.
e. Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak,
bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau
tidak.
f. Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri,
sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah,
rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
g. Muka
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung
dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada
sinus.
h. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis,
eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan
kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
i. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa,
sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
j. Mulut
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
● Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan
● Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak
● Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan
● Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan, tepi
hiperemis/tidak
● Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak
k. Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh
mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada
lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna,
paradangan, eksudat, kripte)
l. Telinga
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga,
nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
m. Leher
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea,
pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher.
n. Thorax
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
● Inspeksi
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada ≤ lingkar kepala
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada ≥ lingkar kepala
Perhatikan
a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
d. Ictus cordis
● Palpasi
Perhatikan :
1. Pengembangan dada : simetri/tidak
2. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
3. Sela iga : retraksi/tidak
4. Perabaan iktus cordis
● Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari
lain, atau secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan
mengetok terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil.
Tentukan :
1. Batas paru-jantung
2. Batas paru-hati : iga VI depan
3. Batas diafragma : iga VIII – X belakang
Bedakan antara suara sonor dan redup
● Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara tambahan :
Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound,
metamorphosing breath sound.
Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing
Suara jantung normal, bising, gallop
o. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan meliputi ;
● Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
1. Bentuk : cekung/cembung
2. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak kecil
3. Umbilikus : hernia/tidak
4. Gambaran vena : spider navy
5. Gambaran peristaltic
● Auskultasi
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 – 30 detik.
● Perkusi
Normal akan terdengar suara timpani.
Dilakukan untuk menentukan udara dalam usus, atau adanya cairan bebas/ascites.
● Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan di sendi
lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah.
Apabila ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir.
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya. Nilai perabaan terhadap hati,
limpa, dan ginjal.
HATI
Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual
Ukur besar hati dengan cara :
1. Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta dihubungkan dengan
umbilikus.
2. Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus.
Normal : 1/3 – 1/3 sampai usia 5 – 6 tahun.
Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi, nyeri tekan.
LIMPA
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara :
Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian arcus aorta kiri.
Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam 4 bagian. Garis ‘b’ diteruskan ke
bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4 bagian juga. Sehingga akan didapat S1 – S8.
GINJAL
Cara palpasi ada 2 :
Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan keras ke atas, akan
teraba ujung bawah ginjal kanan.
Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang. Jari-jari tangan kiri diletakkan
di bagian belakang sedemikian hingga jari telunjuk di angulus kostovertebralis kemudian
tangan kanan dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke tempat tidur, ginjal teraba oleh jari-
jari tangan kiri.
p. Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan
pembengkakan tulang.
Persendian
Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan.
Otot
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
q. Genitalia/Alat Kelamin
Perhatikan :
Untuk anak perempuan :
a. Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
b. Labia mayor : perlengketan / tidak
c. Himen : atresia / tidak
d. Klitoris : membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
a. Orifisium uretra :
Hipospadi = di ventral / bawah penis, Epsipadia = di dorsal/atas penis.
b. Penis: membesar / tidak
c. Skrotum: membesar / tidak, ada hernia / tidak.
d. Testis: normal sampai puber sebesar kelereng.
e. Reflek kremaster: gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum
4. Daftar Pustaka
Behrman.1999. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak.EGC.Jakarta.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FK UI
Lumbantobing. Diagnosis Fisik anak. 2002.
C. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Seorang anak laki-laki usia 2 tahun datang ke puskesmas untuk memeriksakan tumbuh
kembangnya. Lakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada anak tersebut.
D. DURASI PELAKSANAAN
Durasi pelaksanaan skill lab pemeriksaan fisik anak fisiologis adalah 100 menit untuk 10
mahasiswa/kelompok.
E. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)
DAFTAR PENYUSUN
dr. Nenden Nursyamsi Agustina, SpA
dr. Alfi Muntafiah,MSc
Dr. dr. Lantip Rujito, MSi Med
Dr. dr. Fitranto Arjadi, MKes
PEMERIKSAAN FISIK ANAK PATOLOGIS
Kompetensi 4
1 Allo-anamnesis
Berbicara dengan orang tua yang cemas dan/atau orang tua dengan
5
anak yang sakit berat
30 Auskultasi jantung-paru
34 Auskultasi abdomen
39 Penilaian Z-score-antropometri
Pemeriksaan
40 Penilaian motorik kasar dan halus
tumbuh kembang
41 Penilaian kemampuan bahasa
Keterampilan
50
khusus Pemeriksaan uji rumple leed
Kompetensi 3
1. Definisi Asites
Ascites adalah akumulasi dari cairan (biasanya cairan serosa yang merupakan cairan kuning
pucat dan bening) yang terletak dalam rongga perut (peritoneal).
Rongga perut terletak dibawah rongga dada dimana mereka berdua dipisahkan oleh diafragma.
Cairan ini berasal dari hasil dari beberapa penyakit lain seperti penyakit hati, kanker, gagal ginjal,
atau gagal jantung kongestif.
2. Penyebab Asites
Penyebab yang paling umum terjadinya ascites berasal dari penyakit sirosis hati, dan ini
diketahui penyebab utama dari sekitar 80% kasus. Teori yang paling mungkin menyebabkan hal
tersebut yaitu adanya hipertensi portal yaitu terjadinya peningkatan tekanan dalam aliran darah
yang berada di hati. Prinsip dasarnya mirip dengan proses terbentuknya edema pada bagian lain
di tubuh akibat dari tekanan yang tidak seimbang.
Faktor penyebab lainnya yang dapat di perhitungkan adalah retensi garam dan air. Volume
sirkulasi darah dapat dianggap rendah oleh ginjal yang bertanggung jawab pada proses
pembentukan asites. Ini akan membuat ginjal menyerap kembali lebih banyak garam dan air
sebagai ganti hilangnya volume.
Beberapa penyebab lain dari asites berhubungan dengan gradien tekanan yang meningkat,
gagal jantung kongestif dan gagal ginjal lanjut akibat dari adanya retensi umum cairan dalam
tubuh.
Pada kasus yang jarang terjadi, peningkatan tekanan dalam sistem portal bisa disebabkan oleh
obstruksi internal atau eksternal kapal portal, mengakibatkan hipertensi portal tanpa sirosis.
Contoh ini bisa adanya tumor yang menekan pada pembuluh portal dari dalam rongga perut atau
pembentukan bekuan darah di pembuluh portal menghalangi aliran normal dan meningkatkan
tekanan dalam wadah (contohnya, sindrom Budd-Chiari).
3. Jenis-Jenis Asites
Secara tradisional asites dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu transudative dan eksudatif. Klasifikasi
ini didasarkan pada jumlah banyaknya protein yang ditemukan dalam cairan.
Sebuah sistem yang lebih berguna telah dikembangkan untuk mengklasifikasikan berdasarkan
jumlah albumin dalam cairan asites dibandingkan dengan albumin serum (albumin diukur dalam
darah). Ini disebut Serum Albumin Ascites Gradient atau Saag:
a. Ascites transudative berhubungan dengan hipertensi portal (sirosis, gagal jantung kongestif,
Budd-Chiari) umumnya memiliki Saag lebih besar dari 1.1.
b. Ascites eksudatif disebabkan oleh alasan lain (ganas, pankreatitis)dan memiliki Saag lebih
rendah dari 1,1.
4. Gejala Asites
Sebenarnya tidak ada gejala yang dapat di lihat dari luar jika asites masih dalam kondisi ringan
yaitu memiliki cairan 100-400 ml pada orang dewasa.Namun jika cairan lebih dari itu maka cairan
tersebut akan menumpuk dan akan terjadi peningkatan ukuran perut,ini akan menjadi terlihat
jelas.
Nyeri perut, ketidaknyamanan, dan kembung juga sering dianggap sebagai gejala ascites.
Sesak napas juga dapat terjadi pada ascites besar karena meningkatnya tekanan pada diafragma
dan migrasi fluida melintasi diafragma menyebabkan efusi pleura (cairan di sekitar paru-paru).
5. Pencegahan asites
Pada penderita sirosis hati yang memiliki asites, menghindari konsumsi alkohol dapat
mengurangi risiko pembentukan asites. Nonsteroidal obat antiinflamasi [ibuprofen (Advil,
Motrin, dll)] juga harus dibatasi pada pasien dengan sirosis karena dapat mengurangi aliran darah
ke ginjal, sehingga membatasi ekskresi garam dan air. Mematuhi pembatasan diet garam juga
ukuran lain pencegahan sederhana untuk mengurangi ascites.
Secara umum, prognosis malignant ascites adalah buruk. Kebanyakan pada kasus tersebut
memiliki waktu kelangsungan hidup rata-rata antara 20-58 minggu, tergantung pada jenis
keganasan.
Pemeriksaan Asites
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ascites adalah:
a) Ucapkan salam, perkenalan dan beritahukan hal apa saja yang akan kita lakukan ke pasien
b) Pasien diminta untuk melepas bajunya bagian atas (kaos atau kemeja), lalu diminta untuk
berbaring dan rileks
c) Inspeksi
Inspeksi bagian perut pasien, dengan dilihat bagaimanakah bentuk perutnya, apakah datar,
cembung atau cekung. Lalu dilihat apakah ada tanda peradangan atau inflamasi atau kemerahan
pada bagian perut.
Pelaporan: bentuk dari perut pasien nampak cembung dan mengkilat.
d) Palpasi
Palpasi bagian perut dengan cara pasien diminta untuk meletakkan tangannya di bagian
umbilicus/midline, bisa juga kita minta bantuan asisten, lalu tangan kita ada disebelah kanan dan
kiri sisi perut pasien, lalu pukul dengan menggunakan lima jari sisi perut bagian kiri. Rasakan
apakah ada rasa semacam hentaman cairan pada tangan sebelah kanan. Pemeriksaan ini
dinamakan pemeriksaan undulasi.
Pelaporan: undulasi positif
e) Perkusi
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan mengapung di
atas, maka perkusi akan menghasilkan pola suara yang khas.
Pada posisi pasien terlentang, lakukan perkusi mulai dari bagian umbilicus atau bagian tengan
perut pasien, terus ke arah bawah/lateral. Suara yang terdengar pada orang yang menderita
asites adalah pada awalnya timpani, tetapi semakin ke bawah, yang dirasakan adalah semakin
redup dan akhirnya redup. Pada tahap ini tentukan batas perubahan suara antara redup dan
timpani.
Setelah batas ditemukan, maka pasien diminta untuk memiringkan badannya ke arah kita, yaitu
ke arah kiri, lalu kita perkusi lagi, formatnya dari perbatasan tadi ke atas. Suara yang terdengar
adalah redup, redup, redup sampai akhirnya timpani. Perlu diketahui, pada pemeriksaan ini batas
redup akan bergeser ke atas, hal ini disebabkan karena cairan yang berada disebelah kiri pasien
berpindah ke sebelah kanan.
Pemeriksaan ini dinamakan: Test suara redup berpindah/pekak beralih/ shifting dullness.
Pelaporan : redup berpindah/pekek alih/shifting dullness positif
f) Ucapkan terimakasih kepada pasien
g) Ucapkan salam
2. Jenis hernia
Letak kemunculan hernia terdapat di seluruh abdomen (daerah perut). Jenis-jenis hernia juga
umumnya terbagi berdasarkan letaknya, yaitu:
a. Hernia femoralis yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus yang mencuat ke
bagian atas paha bagian dalam atau ke selangkangan.
b. Hernia inguinalis yang terjadi saat ada sebagian usus yang menjulur dari abdomen bawah
dan mencuat ke selangkangan.
c. Hernia skrotalis yang terjadi saat sebagian usus yang menjulur dari abdomen bawah sampai
ke crotum, hernia ini merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia umbilikus yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus menjulur keluar
abdomen dan mencuat di dekat pusar.
e. Hernia insisi yang terjadi saat ada jaringan yang mencuat lewat luka operasi yang belum
sembuh di abdomen.
f. Hernia hiatus yang terjadi saat ada bagian perut yang masuk lewat celah pada diafragma
(sekat antara rongga dada dan rongga perut) dan mencuat ke rongga dada.
g. Hernia epigastrik yang terjadi saat ada jaringan lemak yang mencuat keluar dari abdomen
di antara pusar dan tulang dada bagian bawah.
Hernia Inguinalis
Ini adalah jenis hernia yang paling umum terjadi. 75% kasus hernia merupakan jenis hernia
inguinalis. Sekitar 25% pria akan terkena penyakit ini. Sedangkan risiko bagi wanita lebih kecil,
yaitu sekitar 3%.
Faktor risiko untuk hernia inguinalis adalah
● Usia. Risiko terkena hernia akan meningkat seiring bertambahnya usia.
● Jenis kelamin. Pria lebih rentan terkena penyakit ini.
● Sering mengangkat beban berat
● Obesitas (indeks massa tubuh mengindikasikan angka 30 atau lebih)
● Menderita konstipasi (sulit atau tidak bisa buang air besar) jangka panjang.
● Menderita batuk jangka panjang.
Hernia hiatus
Hernia hiatus juga termasuk jenis hernia yang umum terjadi dan dari seluruh kasus hernia,
terdapat 10% yang berjenis ini. Tidak semua penderitanya merasakan adanya gejala. Tetapi gejala
yang mungkin muncul adalah nyeri ulu hati (rasa sakit atau tidak nyaman pada dada yang
biasanya muncul setelah makan).
Hernia insisi
Tiap operasi pasti memiliki risiko. Salah satu risiko komplikasi pada operasi daerah perut adalah
hernia insisi. Tetapi risiko terjadinya penyakit ini pada pascaoperasi tergantung pada jenis
operasi yang dijalani pasien.
Hernia femoralis
Selain faktor jenis kelamin dan usia, hernia femoralis memiliki faktor risiko yang mirip dengan
hernia inguinalis. Risiko wanita untuk terkena penyakit ini juga empat kali lebih tinggi daripada
pria. Penyakit ini dapat menyerang wanita dari segala usia. Hernia femoralis adalah jenis hernia
yang lebih jarang terjadi dibandingkan hernia inguinalis.
Hernia umbilicus
Jenis hernia ini umum terjadi pada bayi. Tetapi sekitar 90% bayi yang mengalami hernia
umbilikus dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan seiring bertambahnya usia
mereka.
3. Pemeriksaan Hernia
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
2) Hernia inguinal
a) Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
b) Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis: benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan
dari hernia inguinalis lateralis.
4) Hernia femoralis: benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5) Hernia epigastrika: benjolan dilinea alba.
6) Hernia umbilikal: benjolan diumbilikal.
7) Hernia perineum: benjolan di perineum.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai hernia inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia
inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis
medialis.
5) Hernia femoralis: benjolan lunak di dibawah ligamentum inguinal
6) Hernia inkarserata: nyeri tekan.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata.
d. Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi
usus (hernia inkarserata).
3. Gejala
Tanda dan gejala usus buntu (appendicitis) antara lain:
a) Nyeri yang dimulai dari sekitar umbilicus dan sering manjalar ke abdomen bagian kanan
bawah
b) Nyeri yang menjadi tajam dalam beberapa jam (12 – 18 jam)
c) Nyeri yang tajam pada abdomen bagian kanan bawah yang terjadi ketika area tersebut
ditekan dan kemudian tekanan tersebut dilepas dengan capat
d) Nyeri yang memburuk ketika batuk, berjalan atau membuat gerakan bergetar
e) Mual
f) Muntah
g) Hilang nafsu makan
h) Demam ringan
i) Konstipasi
j) Sulit buang angin
k) Diare
l) Bengkak pada daerah perut
Lokasi rasa sakit bervariasi, berdasarkan pada usia dan posisi appendix. Anak-anak dan wanita
hamil, khususnya dapat memiliki nyeri appendicitis pada tempat yang berbeda.
Appendicitis dapat berefek pada siapapun, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia
10 sampai 30 tahun. Pengobatan appendicitis standar adalah operasi untuk mengeluarkan
appendix.
Gambar 12. Memperkirakan letak titik Mc Burney (1. Titik McBurney: 2. Umbilikus: 3. SIAS
(spina ischiadica anterior superior) dekstra)
Gambar 14. Variasi letak appendiks, akan menunjukkan perbedaan hasil pemeriksaan
c. Rebound tenderness
Rebound tenderness atau release sign atau Blumberg sign, adalah salah satu tanda dari
appendicitis yang terlihat dengan cara menekan abdomen kanan bawah sedalam mungkin,
lalu melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien merasa kesakitan (saat
dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).
Gambar 17. Kiri : appendiks letak retrocoecal dan m. iliopsoas; kanan : Psoas sign
f. Obturator sign
Obturator sign atau cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus. Test ini
dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 derajat, pegang
sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakukan endorotasi. Bila terasa nyeri
maka diduga appendiks mengalami inflamasi, membesar sehingga menyentuh muskulus
obturator internus.
Gambar 18. Kiri : appendiks dan m. Obturator internus ; kanan : Obturator sign
L. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Seorang anak laki-laki usia 13 tahun datang ke UGD dengan nyeri perut di sebelah kanan bawah.
Keluhan nyeri dirasakan sudah dua hari ini. Sebelumnya anak demam tinggi selama lia hari. Anak
tampak kesakitan dengan jalan yang membungkuk ke sebelah kanan. Lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara sistematis pada anak tersebut.
M. DURASI PELAKSANAAN
Durasi pelaksanaan skill lab pemeriksaan fisik anak fisiologis adalah 100 menit untuk 10
mahasiswa/kelompok.
N. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)