352-Article Text-3056-1-10-20221230
352-Article Text-3056-1-10-20221230
ABSTRAK
Stunted telah menjadi trend masalah kesehatan anak Indonesia saat ini. Kondisi kesehatan
psikososial ibu merupakan substansi yang penting dalam ibu memiliki anak stunted.
Ketidakmampuan ibu beradaptasi terhadap berbagai tekanan hidup dapat menyebabkan
masalah psikososial pada ibu. Ibu perlu mengenali masalah psikososial yang dialami
selama hamil dan memiliki anak sehingga berpengaruh terhadap prosesnya ibu memiliki
anak stunted. Tujuan penelitian ini yaitu mengeksplorasi masalah psikososial ibu dengan
anak stunted. Metode penelitian yang digunakan dengan penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif, di wilayah kerja Puskesmas Sudi
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara
semi terstruktur terhadap 8 orang ibu usia 23-33 tahun yang memiliki anak stunted.
Transkrip wawancara dianalisis menggunakan analisis tematik Braun dan Clarke.
Adapun hasil dalam penelitian terdapat 5 tema esensial yang muncul dalam penelitian ini,
anatara lain: 1) mengalami berbagai emosi negatif saat hamil, 2) merasa khawatir dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak stunted, 3) ibu malu memiliki anak stunted, 4)
penghasilan yang kurang membuat ibu harus bekerja, 5) berdoa dan beristighfar sebagai
usaha menenangkan hati. Sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah psikososial
dialami ibu selama dan setelah memiliki anak dengan stunted. Berbagai masalah tersebut
merujuk pada stress, kecemasan, kehilangan, dan harga diri rendah. maka terdapat
implikasi bagi praktik keperawatan yaitu perlunya pengembangan program model berupa
psikoedukasi, konseling, promoting emotional support, dan homevisit pre and peri-
conception intervention group.
Abstract
Stunting has become a trend of Indonesian children’s health problems today. Maternal
psychosocial health condition is an important substance in mothers having stunted
children. The mother’s inability to adapt to various life pressures can cause psychosocial
problems in the mother. Mothers need to recognize the psychosocial problems experienced
during pregnancy and having children so that it affects the process of mothers having
stunted children. The purpose of this study is to explore the psychosocial problems of
mothers with stunted children. The research method used is qualitative research using
an exploratory descriptive approach, in the working area of the Sudi Public Health
Center, Bandung Regency, West Java Province. This research was conducted with semi-
structured interviews with 8 mothers aged 23-33 years who have stunted children.
Interview transcripts were analyzed using Braun and Clarke thematic analysis. As for the
results in the study, there were 5 essential themes that emerged in this study, including:
1) experiencing various negative emotions during pregnancy, 2) feeling worried about
173
174 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
the growth and development of stunted children, 3) mothers are ashamed of having
stunted children, 4) low income. make the mother have to work, 5) pray and istighfar as
an effort to calm the heart. So it can be concluded that various psychosocial problems
experienced by mothers during and after having children with stunted. These problems
refer to stress, anxiety, loss, and low self-esteem. then there are implications for nursing
practice, namely the need to develop model programs in the form of psychoeducation,
counseling, Promoting Emotional Support, and Homevisits Pre and Peri-Conception
intervention groups.
Keywords: maternal psychosocial problems, psychosocial, stunted
H. E. Nasreen et al., (2013) menyebutkan bahwa Kekhawatiran Ibu juga menjadi masalah
masalah depresi ibu yang dialami sebelum psikososial yang memiliki pengaruh besar
dan sesudah melahirkan dapat mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan Ibu. Ibu perlu
terhadap pertumbuhan bayi menjadi pendek dan memiliki kemampuan mengambil keputusan
terhambatnya perkembangan motorik anak. untuk menentukan tindakan perawatan dan
Selain itu, kondisi emosional, kesehatan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada anak
kognitif dan status gizi anak sangat dipengaruhi stunted (Grimberg & Cucchiara, 2015). Kejadian
oleh kondisi mental Ibu selama pengasuhan stunted secara global pada tahun 2017 sebanyak
(Bennett et al., 2016). Menurut Masrul (2019), 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita mengalami
Ibu adalah pengasuh utama pada anak normal Stunted (UNICEF, 2017) .
maupun anak stunted. Pengasuh merupakan Indonesia termasuk ke dalam negara
faktor penting dalam proses tumbuh kembang ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional
anak. Faktor ini terlebih dahulu mempengaruhi Asia Tenggara/South-East Asia Regional
praktek pengasuhan dan akhirnya mempengaruhi (SEAR). Dengan rata-rata prevalensi stunted
asupan zat gizi dan kesakitan bayi, sehingga tahun 2005-2017 adalah 36,4% (UNICEF, 2017).
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Peningkatan stunted di dua tahun terakhir dari
bayi. Pengaruh masih kurangnya interaksi ibu 27,5% tahun 2016 menjadi 29,6% tahun 2017
dan rendahnya stimulus psikososial tertentu juga menjadi ancaman nasional (Pusdatin, 2018).
memberi dampak terhadap pertumbuhan anak Berdasarkan data dari Badan
stunted. Kependudukan dan Keluarga Berencana
Praktek pengasuhan psikososial Nasional (BKKBN), di Jawa Barat sendiri
didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktekkan tercatat memiliki 29,9% atau 2,7 juta balita yang
oleh pengasuh dalam memberikan stimulus dan terkena stunted. Sebanyak 40,7% anak stunted
dukungan emosional yang dibutuhkan anak berasal dari Kabupaten Bandung yang termasuk
selama proses tumbuh kembang mereka. Kondisi kedalam 5 besar daerah terbanyak penderita
mental ibu seperti depresi atau gangguan jiwa stunted di Jawa Barat (Pusdatin, 2018).
lain mengakibatkan Ibu mengalami kesulitan Salah satu upaya dapat dilakukan
dalam pengasuhan yang menyebabkan asupan oleh perawat jiwa terhadap kondisi masalah
gizi anak kurang (Fisher et al., 2015b). psikologis ibu dengan anak stunted, adalah
Selain itu, terdapat hubungan antara dengan memberikan promosi kesehatan jiwa,
faktor-faktor otonomi ibu dengan stunted. Faktor- psikoedukasi, dan koordinasi asuhan. Demi
faktor tersebut antara lain self-efficacy dan tercapainya tugas perkembangan Ibu yang
self-esteem sebagai aspek psikologi. Decision- sesuai. Memperoleh rasa harga diri, penguasaan
making power sebagai aspek interpersonal, diri, meningkatkan interaksi Ibu anak dan
freedom of mobility sebagai aspek sosiokultural, menguatkan kemampuan Ibu untuk menghadapi
dan control of money sebagai aspek ekonomi. Ibu kondisi yang sulit (Stuart, 2016). Sehingga
dengan anak stunted memiliki self-efficacy dan dapat mengurangi faktor penyebab stunted pada
self-esteem rendah dibandingkan ibu tanpa anak anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
stunted. Sebaliknya, Decision-making power Ibu mengeksplorasi masalah psikososial ibu dengan
dan freedom of mobility tidak secara signifikan anak stunted di Wilayah Kerja Puskesmas Sudi
terkait dengan Stunted (Kamiya et al., 2018). Kabupaten Bandung.
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan tahun. Dengan status pendidikan ibu sebagaian
sebagaian besar ibu dalam rentang usia 23-33 besar pada lulusan SD. Para ibu kebanyakan
berprofesi ibu rumah tangga dan sebagaian 4) Tema keempat yaitu penghasilan keluarga
besar ibu memiliki anak dengan kategori sangat yang kurang membuat ibu harus bekerja
pendek. “ya soalnya gajih suami itu kecil hee, buat
Hasil analisis tema yang telah didapat ngebantu gitu kebutuhan keluarga kan seperti
dari hasil wawancara. Tema-tema yang telah beli susu kan sekarang seminggu berapa
dihasilkan tersebut mengacu pada aspek sampe 400 ribu susu aja. Buat menjunjang
psikososial. ekonomi keluarga gitu. Ya karna … karna
Berikut ini merupakan keseluruhan tema butuh hee”(P2.12),
yang terbentuk dari data yang terkumpul yaitu : 5) Tema kelima yaitu berdoa dan beristighfar
1) Tema pertama : Mengalami berbagai emosi sebagai usaha menenangkan hati “tapi
negatif saat hamil, seluruh partisipan gimana gimana saya lagi hamil, inget lagi
mengungkapkan berbagai emosi negatif yang kesitu istighfar lagi saya”(P3.25).
tergambar dalam tiga sub tema. Subtema
PEMBAHASAN
pertama Ibu merasa sedih “ya pokoknya
neng sedih banget. Jadi sedih saya udah Aspek Psikologis
punya anak yang kedua gitu ga diliat sama Aspek Afektif (Emosional)
dirinya saya punya anak lagi”(P1.10). sub 1. Tema Pertama : Mengalami berbagai emosi
tema kedua yaitu ekspresi emosi marah “Suka negatif saat hamil.
marah-marah saya pernah nampar juga Berdasarkan hasil analisis, hampir
pernah saking marahnya saking rasa takut seluruh partisipan mengalami perubahan
yang besar”(P6.16). Sub tema ketiga yaitu emosi negatif saat hamil anak stunted. Semua
merasa kehilangan “iya makanya juga neng perubahan yang dialami ibu menjadi sebuah
pas melahirkan perasaan saya juga mau reaksi terhadap berbagai tekanan yang
ngikutin gitu perasaannya. Saya mau ngikutin terjadi dalam hidup. Sehingga mengharuskan
adik saya perasaannya. Iya perasaan nginjek ibu untuk dapat beradaptasi. Kehamilan
apa engga pas mau berangkat melahirkan, ini memang ditandai dengan perubahan
perasaan putus asa. Perasaan punya dosa psikologis yang progresif, dimana ibu
gini. Kama gak punya anak, ia perasaan hamil mengalami kondisi kehidupan yang
dinanti-nanti pas saya punya anak pas adik penuh tekanan. Sehingga ibu harus mampu
meninggal. Perasaannya kaya dituker anak beradaptasi terhadap tekanan tersebut yang
saya lahir adik gak ada meninggal kaya dapat menyebabkan perubahan emosional
dituker jadinya” (P1.15). yang negatif (Calikoglu et al., 2018). Bahkan
2) Tema kedua yaitu merasa khawatir dengan ketidakmampuan beradaptasi ibu terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak berbagai tekanan tersebut akan menunjukkan
stunted “perasaannya ya ada khawatir, takut gejala gangguan psikologis seperti stres atau
anaknya minder atau seperti apa gitu” depresi (Prendergast & Humphrey, 2014).
(P4.5). Selain gangguan psikologis yang
3) Tema ketiga yaitu ibu malu memiliki anak terjadi pada ibu, mengalami keadaan emosi
stunted “Ya saya malu berarti, ya malu negatif selama kehamilan sangat berkaitan
dilihat sama warga gitu jadi anak saya erat pula dengan hasil yang dapat merugikan
seperti ini ternyata kecil gak ada perubahan bagi anak yang akan dilahirkannya (Voltas et
nggak besar-besar”(P8.16),
al., 2020). Seperti berat dan panjang badan yangdiungkapkan ibu berikut “Iya saya
lahir yang lebih rendah dan kemungkinan emosional. Ya pusing sama ini aja perasaan
anak lahir dengan lingkar kepala yang lebih capek gitu”(P8.2). Bahkan beberapa
kecil (Lim et al., 2020). partisipan kesulitan dalam mengontrol rasa
Hasil penelitian lain pula menunjukan marahnya.
bahwa wanita hamil yang tidak memiliki Kemarahan ibu saat hamil merupakan
kesempatan untuk mengungkapkan perasaan masalah kesehatan utama yang dapat
kesedihan akan lebih beresiko untuk berdampak pada terjadinya depresi postnatal.
mengalami kecemasan dan menunjukan lebih Seperti yang diungkapkan ibu bahwa emosi
banyak gejala depresi (I. A. Rn, Nilsson, & marah menjadi emosi utama yang paling
Candidate, 2011). dirasakan dan diekpresikan “ya emosi sih
Beberapa ibu mengungkapkan yang nomor 1 mah. Ya marah-marah aja bu. ke
kesedihan akan muncul hanya jika baru saja siapa aja yang orang yang dekat ke siapa aja
menghadapi peristiwa yang penuh tekanan. ke adik”(P1.8). Banyak ibu yang mengalami
Namun beberapa partisipan memiliki kesulitan dalam mengelola amarah bahkan
kesedihan yang dirasakan berlangsung takut untuk mengungkapkannya. Hal itu
lama hingga bertahun-tahun. Seperti yang pun tercermin dengan perilaku ibu yang
disampaikan partisipan “sekarang juga udah mengalami kesulitan mengendalikan amarah
setahun masih neng, iya udah mau setahun “Suka marah-marah saya pernah nampar
masih juga sedih, masih juga inget masih juga pernah saking marahnya saking rasa
juga suka gimana kali inget suka masing takut yang besar”(P6.16). Kemarahan pula
nangis aja”(P1.7). Sampai ibu merasakan dapat diwujudkan secara bervariasi seperti
terganggu dalam istirahat tidur maupun perilaku verbal dan motorik dengan memukul
beraktifitas mlainnya. Durasi emosi negatif (C. H. O. Rn & Rn, 2018).
akan bertahan lebih lama terutama ketika Ibu hamil yang memiliki sifat
peristiwa yang penuh tekanan yang terjadi pemarah yang tinggi cenderung memiliki
menimbulkan konsekuensi yang dianggap kesulitan yang lebih besar dalam mengatur
tidak sesuai dengan tujuan, nilai, dan cita- emosi mereka, termasuk kemarahan yang
cita partisipan. Sehingga semakin banyak diakibatkan oleh perubahan peran dan gaya
ketidaksesuaian suatu peristiwa yang hidup dan cenderung akan mengakibatkan
dianggap penting, maka semakin intens depresi postnatal pada ibu (Tobe et al., 2020)
dan tahan lama emosi negatif yang akan serta kelahiran prematur pada ibu hamil
dirasakan ibu (Verduyn et al., 2013). Ekspresi (Cowell et al., 2020). Dampak depresi lebih
emosi negatif seperti marah menjadi salah jauh pula dibuktikan oleh hasil penelitian
satu emosi yang paling umum dialami oleh (Nasreen, Nahar, Forsell, & Edhborg, 2013),
seseorang selain dari rasa jijik, takut, merasa bahwa gejala depresi ibu sebelum dan
bersalah, dan malu (Brans & Verduyn, 2014). sesudah melahirkan dapat mempengaruhi
Beberapa partisipan mengatakan bahwa terhadap pertumbuhan bayi menjadi pendek
ibu sering mengekspresikan emosi dengan dan terhambatnya perkembangan motorik
marah. Beberapa ibu juga melabeling dirinya anak.
adalah orang yang emosional dan gampang Bentuk emosi negatif lain yang
marah saat hamil anak stunted. seperti dirasakan beberapa partisipan adalah merasa
berkaitan dengan perasaan tidak berdaya dan Beberapa ibu mengungkapkan rasa
respon emosional terhadap penilaian sesuatu. malunya ketika anak yang lahir diketahui
(Stuart, 2016). warga dan lingkungan sebagai anak
Kekhawatiran ibu akan pertumbuhan yang mengalami stunted. Seperti yang
anak yang sering mengalami sakit akan terus diungkapkan partisipan berikut: “Ya saya
dirasakan partisipan. Hal tersebut dkarenakan malu berarti ya malu dilihat sama warga gitu
terjadi beberapa perubahan patologis yang jadi anak saya seperti ini ternyata kecil gak
akan terjadi pada anak stunted seperti ada perubahan nggak besar-besar”. Stunted
hambatan pertumbuhan pada awal kehidupan tidak hanya mempengaruhi anak, tetapi juga
dikaitkan dengan peningkatan morbiditas orang tua sebagai pengasuh anak, terutama
dan mortalitas, penurunan kapasitas ibu. Selain itu, stunted dapat menimbulkan
fisik, perkembangan saraf yang kurang stigma masyarakat terhadap keluarga
optimal berdampak pada pertumbuhan dan yang merawat anak stunted. Sehingga ibu
perkembangan otak yang terhambat, serta sebagai keluarga terdekat dengan anak
peningkatan risiko penyakit metabolik akan mengalami berbagai respon terhadap
hingga anak menjadi dewasa (Prendergast, stigma yang dialami. Respon yang beragam
Humphrey, Prendergast, & Humphrey, 2014). tersebut akan menjadi beban mental bagi
Khawatir ibu terhadap kesehatan ibu (Giyaningtyas et al., 2019). Selain itu,
mental anak dan perkembangan psikososial respon malu yang dialami ibu karena stigma
anak seperti anak minder karena stunted, yang dihadapi para ibu dapat beresiko pada
menjadi hal yang paling banyak dikhawatirkan penurunan harga diri dan mennghambat
oleh ibu. seperti yang diungkapkan partisipan para ibu untuk membawa anak stunted ke
berikut : “ya suka takut anak kalo kena gitu puskesmas (Mchome et al., 2020). Maka
suka agak beda katanya kata yang lain, suka kondisi stunted pada anak secara signifikan
takut mentalnya atau apanya anak teh” dan akan lebih rendah jika ibu memiliki efikasi
“perasaannya ya ada khawatir, takut anaknya diri, harga diri dan kontrol uang yang lebih
minder atau seperti apa gitu”. Hal tersebut tinggi untuk perawatan kesehatan ibu dan
sesuai dengan hasil penelitian Grimberg et al., anaknya. Namun kenyataannya ibu dengan
(2015) bahwa rasa cemas yang muncul pada anak stunted memiliki kondisi harga diri
ibu dengan anak stunted adalah cemas jika rendah dibandingkan ibu tanpa anak stunted
anaknya merasa tertekan, karena tubuhnya (Kamiya et al., 2018).
pendek, cemas anaknya mengalami bullying
Aspek Konatif (Perilaku)
atau ejekan dari temannya, cemas anak
2. Tema Kelima: Berdoa dan beristighfar
diperlakukan berbeda oleh teman sebayanya,
sebagai usaha menenangkan hati
cemas dan merasa terisolasi sehingga anak
Berbagai cara dilakukan ibu untuk
tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan
menghadapi berbagai tekanan dan masalah
dengan teman sebaya seperti berolahraga dan
dalam hidup. Menurut para ibu, berdoa
bermain menaiki wahana taman hiburan.
dan beristighfar dilakukan sebagai usaha
Aspek Kognitif (Perseptual) yang dapat dilakukan untuk menenangkan
1. Tema Ketiga: Ibu malu memiliki anak hati ketika menghadapi berbagai masalah
stunted psikososial yang dialami. Seperti
diungkapkan salah satu partisipan ketika “ya soalnya gajih suami itu kecil hee, buat
merasakan khawatir dan melakukan berdoa ngebantu gitu kebutuhan keluarga kan seperti
“kalo khawatir ya ada tapi ya berdoa aja”. beli susu kan sekarang seminggu berapa
Dengan berdoa ibu dapat menumbuhkan sampe 400 ribu susu aja. Buat menjunjang
kesehatan mental, perasaan dan sensasi lebih ekonomi keluarga gitu. Ya karna … karna
tajam, dan memiliki sensor pengindraan yang butuh hee”. Sehingga demi membantu
lebih kuat. Karena doa merupakan suatu tercukupinya kebutuhan keluarga partisipan
bentuk relaksasi yang dapat membuat efek diharuskan bekerja. Seperti ibu yang bekerja
rasa nyaman (Morgain, 2012). Berdoa juga demi keluarga merupakan salah satu aspek
termasuk kedalam kegiatan keagamaan yang sosial yang berkaitan dengan pemberdayaan
diyakini seseorang. perempuan. Pemberdayaan perempuan
Hasil penelitian Mokhtaryan et ini dimaksudkan untuk meningkatkan
al., (2016), menyatakan bahwa agama kemampuan ibu untuk dapat memilih dan
sangat berhubungan dengan kesejahteraan memutuskan apa yang ingin dilakukan.
psikologis dan kesehatan fisik. Dengan berdoa Seperti Kebebasan untuk menggunakan uang
mampu mengontrol gangguan psikologis dan mengelola keuangan rumah tangga, yang
pada seseorang seperti pengurangan gejala nantinya akan mempengaruhi keputusan
kecemasan selama kehamilan, depresi selama pembelian dan keputusan mengalokasikan
kehamilan, dan depresi pascapartum. Karena uang yang digunakan untuk makanan atau
praktik keagamaan menjadi faktor kuat yang perawatan anak (Kumar & Lakhtakia, 2021).
berpengaruh besar pada sikap, kognisi, dan Kondisi keluarga yang mengalami
perilaku ibu. kekurangan ekonomi mengharuskan ibu
Doa juga menjadi unsur dalam terapi untuk bekerja dengan terpaksa. Hal ini
spiritual yang telah banyak digunakan dalam diungkapkan oleh salah satu partisipan “ya
berbagai penelitian untuk mengendalikan keinginannya seperti itu. Ya kan khawatir
kecemasan kehamilan. Metode ini memiliki keluarga ga tercukupi kebutuhannya. Ya jadi
efek yang signifikan dalam mengurangi dan memaksakan aja”. Hasil penelitian (Colman
mengendalikan kecemasan ibu, dan terapi et al., 2015) menunjukan bahwa kekayaan ibu
spiritual melalui doa ini dapat meningkatkan menjadi salah satu faktor yang terkait dengan
indeks pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan psikososial ibu dengan anak
neonatal (Ebrahimi, 2020). stunted. Kecenderungan ibu yang memiliki
kesejahteraan psikososial yang kurang dalam
Aspek Sosial
hal ini kondisi kekayaan rumah tangga yang
1. Tema Keempat: Penghasilan keluarga yang
miskin cenderung lebih beresiko untuk
kurang membuat Ibu harus bekerja
mengalami masalah psikososial depresi.
Beberapa partisipan selain menjadi
Bahkan ibu yang mengalami depresi 3 kali
ibu rumah tangga partisipan pula harus
lebih memungkinkan akan mendapatkan anak
bekerja sebagai buruh dan wirausaha. Peran
yang stunted dibandingkan ibu yang yang
ibu disini tidak hanya mengasuh anak, ada
tidak depresi (Wemakor & Mensah, 2016).
beberapa ibu yang harus bekerja karena
Sehingga seiring berjalannya waktu kondisi
penghasilan suami yang kurang. Seperti yang
depresi dan kecemasan yang tidak tertangani
diungkapkan salah satu pertisipan berikut:
dapat berkemabang menjadi gangguan mental
pada ibu yang berkaitan dengan stunted dengan stigma di masyarakat, ibu harus
pada anak (Fisher et al., 2015a; Nguyen et bekerja beberapa orang ibu saja yang
al., 2013). Hal tersebut didukung pula oleh melakukan berdoa dan beristighfar dalam
penelitian (Id, Seid, Gebremariam, & Berhe, menghadapi masalah. Hal ini berdampak
2019) yang menyatakan bahwa pendapatan pada resiko ibu akan mengalami masalah
keluarga pun menjadi faktor risiko terjadinya kesehatan mental seperti distress, kecemasan,
stunted pada anak. depresi dan lainnya pada saat hamil dan
memiliki anak stunted.
SIMPULAN DAN SARAN
Selain itu juga berdampak merugikan
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pada keberlangsungan perumbuhan dan
kondisi psikososial yang dilakukan pada ibu perkembangan anak yang dilahirkan dan yang
dengan anak stunted diperoleh lima tema yang diasuhnya. Terdapat implikasi bagi praktik
terbentuk. terdapat lima tema dan satu tema yang keperawatan yaitu perlunya pengembangan
memiliki tiga sub tema. Tema- tema tersebut program model berupa psikoedukasi,
dibagi kedalam dua aspek psikologis dan sosial. konseling, Promoting Emotional Support,
Adapun aspek dan tema-tema tersebut adalah : dan Homevisit Pre and Peri- Conception
intervention group.
a) Aspek Psikologi
Aspek Afektif dalam psikologi yaitu DAFTAR PUSTAKA
didapatkan tema 1 mengalami berbagai
Bennett, I. M., Schott, W., Krutikova, S., &
emosi negatif saat hamil, dengan sub tema
Behrman, J. R. (2016). Maternal mental
ibu merasa sedih, ekspresi emosi marah, dan
health , and child growth and development
merasa kehilangan saat ibu hamil. Serta tema
, in four low-income and middle-
2 Merasa khawatir dengan pertumbuhan dan
income countries. 168–173. https://doi.
perkembangan masa depan anak stunted.
org/10.1136/jech-2014-205311
Aspek Kognitif dalam psikologi yaitu
Black, B. S. E., Devereux, P. J., & Salvanes, K.
didapatkan tema 3 Ibu malu memiliki anak
G. (2016). Does Grief Transfer across
stunted. Aspek Konatif dalam psikologi yaitu
Generations ? Bereavements during
didapatkan tema 5 Berdoa dan beristighfar
Pregnancy and Child Outcomes †. 8(1),
sebagai usaha menenangkan hati
193–223.
b) Aspek Sosial Black, R. E., Victora, C. G., Walker, S. P., Bhutta,
Aspek sosial dari ibu dengan anak Z. A., Christian, P., de Onis, M., Ezzati,
stunted pada penelitian ini yaitu dalam tema M., Grantham-McGregor, S., Katz,
4 ibu bekerja untuk membantu kebutuhan J., Martorell, R., & Uauy, R. (2013).
keluarga. Maternal and child undernutrition and
Berbagai masalah psikososial overweight in low-income and middle-
dialami ibu saat hamil dan setelah memiliki income countries. The Lancet, 382(9890),
anak dengan stunted. Seperti merasakan 427–451. https://doi.org/10.1016/S0140-
berbagai emosi negatif saat hamil yang 6736(13)60937-X
berkepanjangan, perasaan khawatir akan Brans, K., & Verduyn, P. (2014). Intensity
kondisi anak yang abnormal, merasa malu and Duration of Negative Emotions :
Nguyen, P. H., Saha, K. K., Ali, D., Menon, P., Rn, C. H. O., & Rn, W. A. H. (2018). Anger in
Manohar, S., Mai, L. T., Rawat, R., & Ruel, the context of postnatal depression :
M. T. (2013). Maternal mental health An integrative review. November 2017,
is associated with child undernutrition 1–11. https://doi.org/10.1111/birt.12356
and illness in Bangladesh , Vietnam and Rn, I. A., Nilsson, S., & Candidate, R. N. (2011).
Ethiopia. 17(6), 1318–1327. https://doi. How women who have experienced one
org/10.1017/S1368980013001043 or more miscarriages manage their
No, I. Z. A. D. P., Menclova, A. K., Stillman, S., feelings and emotions when they become
& Menclova, A. K. (2019). DISCUSSION pregnant again – a qualitative interview
PAPER SERIES Maternal Stress and study. 4. https://doi.org/10.1111/j.1471-
Birth Outcomes : Evidence from an 6712.2011.00927.x
Unexpected Earthquake Swarm Maternal Saavedra Pérez, H. (n.d.). The Loss when Losing
Stress and Birth Outcomes : Evidence a Loved One. Epidemiological studies of
from an Unexpected Earthquake Swarm. prolonged grief disorder.
12646. Salsabila, S. G., Putri, M., & Damailia, R. (n.d.).
Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). Kajian Stunting Anak Usia Kurang dari
The stunting syndrome in developing 5 Tahun Berdasarkan atas WHO Standar
countries. Paediatrics and International Deviasi. https://doi.org/10.29313/
Child Health, 34(4), 250–265. https://doi. kedokteran.v7i1.26819
org/10.1179/2046905514Y.0000000158 Situasi, A., Definisi, G. B., Situasi, C., Situasi, N.
Prendergast, A. J., Humphrey, J. H., Prendergast, D., Calon, D., Situasi Bayi Dan Balita, I.
A. J., & Humphrey, J. H. (2014). E., Situasi, F., Ekonomi, S., Lingkungan,
Paediatrics and International Child D., Dampak, G., Upaya Pencegahan, H.,
Health The stunting syndrome in Pustaka, D., Gizi, A., Pendahuluan, A.,
developing countries The stunting Proses, B., Stunting, T., Mengatasi, C. S.,
syndrome in developing countries. 9047. Strategi, S. D., Masyarakat, G., … Gizi,
https://doi.org/10.1179/204690551 B. (n.d.). DAFTAR ISI Optimal untuk
4Y.0000000158 Mencegah Stunting.
REDUCING STUNTING IN CHILDREN Stewart, C. P., Kariger, P., Fernald, L., Pickering,
UNDER FIVE YEARS OF AGE: A A. J., Arnold, C. D., Arnold, B. F., Hubbard,
COMPREHENSIVE EVALUATION A. E., Dentz, H. N., Lin, A., Meerkerk, T.
OF UNICEF’S STRATEGIES AND J., Milner, E., Swarthout, J., Colford, J.
PROGRAMME PERFORMANCE INDIA M., Null, C., Bill, F., & Foundation, M. G.
COUNTRY CASE STUDY EVALUATION (2018). Articles Effects of water quality ,
REPORT EVALUATION OFFICE. sanitation , handwashing , and nutritional
(2017). interventions on child development in
Reinhardt, K., & Fanzo, J. (2014). Addressing rural Kenya ( WASH Benefits Kenya ):
Chronic Malnutrition through Multi- a cluster-randomised controlled trial. The
Sectoral, Sustainable Approaches: A Lancet Child and Adolescent Health,
Review of the Causes and Consequences. 4642(18), 1–12. https://doi.org/10.1016/
Frontiers in Nutrition, 1. https://doi. S2352-4642(18)30025-7
org/10.3389/fnut.2014.00013 Suca, U. A., Fajar, N. A., Idris, H., Program, M.,
Ilmu, S., Masyarakat, K., & Sriwijaya, Personality, 27(5), 481–494. https://doi.
U. (2019). Analisis Aspek Biologis org/10.1002/per.1897
dan Psikologis Ibu terhadap Stunting Voltas, N., Arija, V., Hernández-martínez, C.,
pada Balita Keluarga Miskin di Kota Nappi, L., Cibelli, G., Basora, J., Canals,
Palembang. 4(2), 65–69. J., Voltas, N., Arija, V., Hernández-
Tobe, H., Kita, S., Hayashi, M., Umeshita, K., & martínez, C., & Nappi, L. (2020).
Kamibeppu, K. (2020). Mediating effect Perinatal emotional states : a comparative
of resilience during pregnancy on the study between two cohorts recruited in a
association between maternal trait anger Mediterranean environment. Women &
and postnatal depression. Comprehensive Health, 00(00), 1–14. https://doi.org/10.
Psychiatry, 102, 152190. https://doi. 1080/03630242.2020.1847749
org/10.1016/j.comppsych.2020.152190 Wemakor, A., & Mensah, K. A. (2016).
Verduyn, P., van Mechelen, I., Tuerlinckx, Association between maternal depression
F., & Scherer, K. (2013). The relation and child stunting in Northern Ghana :
between appraised mismatch and the a cross-sectional study. BMC Public
duration of negative emotions: Evidence Health, 1–7. https://doi.org/10.1186/
for universality. European Journal of s12889-016-3558-z