Anda di halaman 1dari 3

63

BAB IV
PENGENDALIAN MUTU

4.1 Kegiatan Pengontrolan Yang Harus Dilakukan Selama Pelaksanaan


Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan
perkerasan beton semen sebagai berikut :
4.1.1 Pekerjaan awal
1) Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi.
2) Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan
kemiringan.
3) Peralatan dan organisasi kontraktor.
4) Penentuan tugas dan tanggung jawab.
5) Menentukan pengujian, pencatatan dan laporan yang diperlukan.
6) Peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan
pengendalian.
4.1.2 Bahan
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan
kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan
pembuangan bahan yang ditolak.
1) Semen
Harus dilakukan pengambilan contoh, pengecekan tempat
penyimpanan (gudang) terhadap kelembaban dan lama
penyimpanan.
2) Agregat
Agregat harus dilakukan pengujian gradasi, bahan organik,
material yang tidak diinginkan, soudness, abrasi dan kekuatan.
3) Air.
4) Bahan tambah.
5) Tulangan, ruji, dan bahan pengikat.
6) Material perawatan beton.
7) Bahan sambungan.
4.1.3 Perbandingan campuran
1) Pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar
lempung.
2) Data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi
agregat, air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan.
3) Volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam
takaran dan koreksi kadar air agregat.
4.1.4 Unit penakar / penimbang
1) Pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen,
agregat, air dan bahan tambah.
64
2) Pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan
dan skala timbangan.
4.1.5 Unit pencampur
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat
pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran.
Sebelum pengecoran beton semen
1) Acuan : kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji.
2) Tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar
air.
3) Sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan
dan ruji.
4.1.6 Pembetonan
1) Persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan
pelindung cuaca.
2) Pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan
butir (segregasi) dan keterlambatan.
3) Pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan
perubahan konsistensi.
4) Pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh,
penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan
pemeriksaan sambungan.
5) Penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan
kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi.
6) Pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan,
alinemen, perapian tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan.
4.1.7 Setelah pembetonan
1) Kapan pembongkaran acuan, untuk menghindari kerusakan.
2) Perawatan : metode, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu
mulai perawatan dan lama waktu perawatan.
3) Perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca
panas dan pencatatan temperatur.
4) Sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan
pelebaran bagian atas pada sambungan.
5) Penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup,
pembersihan sambungan dan penutupan.
6) Pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau
penggantian
4.1.8 Pengujian beton semen
1) Campuran beton basah : pengujian konsistensi (slump) dan kadar
udara.
65
2) Pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji,
penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan,
pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan
penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.

4.2 Toleransi Penyimpangan


4.2.1 Kerataan permukaan
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan
dengan menggunakan mistar pelurus (straight edge) dengan jarak
setiap 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan
untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm,
sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan
mistar pelurus 3 meter.
4.2.2 Ketebalan
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan.
Jika dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core
drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m 2
perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil
pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan
pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang
diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua
contoh inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu
sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor
inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali
dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar
penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, harus
didasarkan pada spesifikasi umum untuk pembangunan jalan raya.

Anda mungkin juga menyukai