I Gusti Agung Teguh Bhuana - Tugas 1
I Gusti Agung Teguh Bhuana - Tugas 1
NIM : 1705541037
Kelas : A
Besaran yang dapat digunakan untuk menentukan nilai keandalan suatu peralatan listrik
adalah besarnya suatu laju kegagalan/kecepatan kegagalan (failure rate) yang dinyatakan
dengan simbol λ.
Pada suatu pengamatan, nilai laju kegagalan dinyatakan sebagai berikut:
𝑑
λ=𝑇
Nilai laju kegagalan akan berubah sesuai dengan umur dari sistem atau peralatan
listrik selama beroperasi.
2. Power Quality
kualitas daya listrik merupakan suatu konsep yang
memberikan gambaran tentang baik atau buruknya mutu daya listrik akibat
adanya beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan
Terdapat empat alasan utama, mengapa para ahli dan praktisi di bidang tenaga
listrik memberikan perhatian lebih pada isu kualitas daya listrik, yaitu :
1.Pemutus Tenaga
Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu memutus/menutup rangkaian
pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara singkat tugas pokok
pemutus tenaga adalah :
Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.
Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka sehingga gangguan dapat
dihilangkan.
2. Relay Arus Lebih (OCR)
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang
mengalir melebihi nilai settinganya.
a. Prinsip Kerja
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui
suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut
dengan setting.
Macam-macam karakteristik relay arus lebih :
a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
c. Relay arus lebih waktu terbalik
b. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat
pada gambar 5.
Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan
karakteristik yang lain.
c. Relay arus lebih waktu tertentu (deafinite timerelay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT padasaat terjadi gangguan hubung singkat dan
besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up
sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relay, lihat gambar 6. dibawah ini.
d. Relay arus lebih waktu terbalik.
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik
(inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-
macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya
dibedakan dalam tiga kelompok :
– Standar invers
– Very inverse
– Extreemely inverse
Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:
– Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut
pula Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus
lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan
terlemah).
– Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil
dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.
Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, ataubahkan tidak
ditanahkan.
Dalam hal demikian, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi
gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja
oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada
sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan
komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol
dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui
kawat netral)
3.Pemutus Balik Otomatis (Recloser)
Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik mempunyai
kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan
system dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
4.Saklar seksi Otomatis (sectionaliser)
Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-sama dengan
PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung jumlah operasi
pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara otomatis disisi hulu dan SSO
ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi terbuka.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih,
frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. (untuk jelasnya lihat artikel: "Keandalan dan
Kualitas Listrik")
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi
merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika
terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk
mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang
terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan
tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan
proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan
yang tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat
untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita
kenal dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik sirkuit yang berhubungan, mempunyai dua
fungsi pokok:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi
seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya
mekanik dst.
"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan
gangguan disebut sebagai sistem proteksi".
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang
aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada
proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan
akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan
rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan
adalah sebanding dengan kwadrat dari arus:
H = 1kwadrat.R.t Joules
Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai
harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.
Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu
sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung
singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
3. Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama,
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang
terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum
terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi
inverse terhadap kwadrat dari arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit
breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang
dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem
proteksi yang efektif, yaitu:
a). Selektivitas dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam mengisolir
bagian yang mengalami gangguan saja.
b). Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi
(gangguan luar).
c). Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kemungkinan
kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian
yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan
sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem
tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat
menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high
speed relaying).
d).Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya
arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo
arus).
e). Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah
feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok
dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif
mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap
kelangsungan peralatan sistem adalah vital.Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang
terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
f). Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi
sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang
bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja
(fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama,
memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo
tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi
suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona
-zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker
tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back
up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi,cukup
jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan bereaksi lambat dan
biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang
terganggu.