Tugas - Zat Pengatur Tumbuh
Tugas - Zat Pengatur Tumbuh
NPM : 1841027
JURUSAN : Agroteknologi
MK : Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
A. Pengertian Auksin
Istilah auksin ( dari bahasa Yunaniauxien, “meningkatkan” ) pertama kali digunakan
oleh Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926
yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin
menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan
Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk
menjelaskan hal tersebut. Hal penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut
berdifusi dari ujung koleoptil menuju potongan kecil. Aktivitas auksin dilacak melalui
pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi
tumbuhan.
Auksin adalah zat hormon tumbuhanyang ditemukan pada ujung batang, akar, dan
pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam
pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh
ilmuwan Belanda bernama Fritz Went(1903-1990). Hormon auksin merupakan zat
pengatur tumbuh yang mempengaruhi pemanjangan koleoptil gandum, yang telah
dikemukakan oleh Charles Darein pada abad ke-19. Percobaan definitive yang
membuktikan adanya zat yang berdifusi dan merangsang pembesaran sel, telah
dikerjakan oleh Fritz Went di Holand pada tahun 1920, dan pada tahun 1930 struktur dan
identitas auksin diketahui sebagai asam indol-3-asetat (IAA).
Auksin disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal, daun
muda), dan selalu bergerak ke arah bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan
auksin di ujung batang dan di akar. Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada
bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang.
Selain itu di embrio biji. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan, tetapi
tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian yang jauh dari ujung akan
mendapatkan auksin lebih sedikit. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan
penghambatan pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan yang
berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang merangsang
atau menghambat pertumbuhan tanaman.
Auksin dan pemanjangan sel, meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama
sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan
sel, sehingga hormon akan merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin
berpengaruh hanya pada kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8sampai 10-
3
M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal
ini disebabkan oleh tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu
etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat
pemanjangan sel. Jika terkena cahaya matahari, auksin akan mengalami kerusakan
sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menyebabkan batang membelok
ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena cahaya, lebih
cepat dari pada bagian yang terkena cahaya.
B. Macam-Macam Auksin
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan
beberapa ahli fisiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan
mengandung tiga senyawa lain yang strukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan
banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai
hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang
ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam
fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak
jumlahnya daripada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA.
Yang ketiga asam indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga hanya
merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai
jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali zat tersebut tersebar luas pada dunia
tumbuhan.
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama
pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara
sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas
lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril, TpyA = Asam Indolpiruvat dan
IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase.
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang
tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat)
atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk
menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat),
Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O -
anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat)
dan Pikloram atau Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).
Dimana didalam tubuh tumbuhan dijumpai dalam bentuk :
1. Bebas (IAA)
2. Terikat dengan molekul lain
3. Sebagai prekursor : indol asetaldehid, indol asetonitril, indol etanol, triptamin
4. Macam auxin endogen yang lain : IBA (indol asam butirat) PAA (phenil asam
asetat)
D. Biosintesis
Istilah biosintesis dan biogenesis keduanya berarti pembentukan senyawa alami oleh
organisme hidup. Biosintesis juga diartikan sebagai pembentukan molekul alami dari molekul
lain yang kurang rumit strukturnya, atau suatu proses anabolisme. Pengetahuan tentang
metabolisme yang sifatnya fundamental dan vital bagi makhluk hidup telah mengantarkan kita ke
suatu tingkat pemahaman yang mendalam tetneang proses-proses yang berkaitan. Suatu jarring-
jaring yang kompleks dari reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim kini telah kita ketahui, yang
bermula dari pengikatan karbondioksida dalam proses fotosintesis, sampai ke senyawa-senyawa
yang beragam yang disebut metabolit primer, misalnya asam amino, asetil koenzim-A, asam
mevalonat, gula, dan nukleotida. Senyawa yang sifat dan perannya sangat penting bagi
keseluruhan energitika yang terlibat dalam dlaam metabolisme adalah koenzim adenosine
trifosfat (ATP), yang berperan sebagai penghantar energi dan bekerja bersama, seperti koenzim
yang lain, dengan enzim-enzim tertentu dalam reaksi-reaksi yang kemudian dikatalisis.
Jaring-jaring reaksi ini meliputi metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Jika
diumpamakan sebagai jalan, metabolisme primer melewati jalan utama, sedangkan metabolisme
sekunder merupakan terminal-terminal pada cabang-cabang jalan utama tersebut. Polisakarida,
protein, lemak, dan asam nukleat mrupakan penyusun utama dari makhluk hidup, karena itu
disebut metabolit premer. Keseluruhan proses sintesis dan perombakan zat-zat ini, yang
dilakukan oleh organisme untuk kelangsungan hidupnya, disebut proses-proses metabolisme
primer. Metabolisme primer dari semua organisme sama, meskipun sangat berbeda genetiknya.
Proses-proses kimia jenis lain terjadi hanya pada spesies tertentu sehingga memberikan
produk yang berlainan, sesuai dengan spesiesnya. Reaksi yang demikian nampaknya tidak
merupakan proses yang terpenting bagi ekstistensi dari suatu organisme, karena itu disebut
proses metabolisme sekunder. Produk-produk metabolisme sekunder, serupa engan yang semula
disebut sebagai produk alami oleh para ahli kimia organik, misalnya senyawa-senyawa terpen,
alkaloid, pigmen. Metabolit sekunder meskipun tidak sangat penting bagi eksistensi suatu
individu, sering berperan pada kelangsungan hidup suatu spesies dalam perjuangan menghadapi
spesies lain.
Metabolisme akan menghasilkan suatu metabolit. Metabolit sekunder dapat dibedakan dari
metabolisme primer, atas dasar kriteria berikut: penyebarannya lebih terbatas, terdaapt terutama
pada tumbuhan dan mikroorganisme serta memiliki karakteristik untuk tiap genera, spesies atau
strain tertentu. Metabolit itu dibentuk melalui alur (pathway) yang khusus dari metabolit primer.
Sebaliknya, metabolit perimer sebarannya luas, pada semua benda hidup dan sangat erat terlibat
dalam proses-proses kehidupan yang essensial. Metabolit sekunder tidaklah bersifat esensieal
unuk kehidupan, meski penting bagi organisme yang menghasilkannya. Namun demikian,
sebagian besar peran dan kepentingannya, juga masih belum diketahui dengan jelas. Hal yang
menarik untuk diperhtikan ialah bahwa metabolit sekunder dibiosintesis terutama dari banyak
metabolit primer.
Beberapa reaksi yang secara umum penting dalam metabolisme sekunder:
Alur biosintetik bisa dilacak salah satunya dengan eksperimen menggunakan pemerian
prekursor berlabel. Sebagai contoh adalah memberikan prekursor sangat awal (biasanya 14CO2
pada tanaman) dan diperhatikan urutan biosintesisnya. Pemberian prekursor berlabel bisa
dilakukan dalam mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam kultur cair maupun dalam tanaman
yang hidup.
Tahap-tahap dalam mempelajari biosintesis maupun biogenetika dari senyawa alam X
biasanya dilakukan secara:
1. Menentukan asal dari atom karbon yang membentuk kerangka dari senyawa X. Ini berarti
menentukan senywa-senywa yang terlibat dalam biosintesis, dan merperan sebagai
intermediet (zat antara) dari metabolisme primer dan sekunder. Sebagai contoh adalah asam
asetat dan asam mevalonat. Problema ini biasanya dipecahkan degna uji kaji inkorporasi
maupun perunut isotop guna mengetahui kemungkinan-kemungkinan struktur prazat dari X.
2. Menentukan jalur metabolisme, yaitu urut-urutan dari intermediet dan reaksi-reaksi yang
menuju ke arah pembentukan senyawa X. Pemilihan prazat yang sesuai, tidak dilakukan
dengan pemilihan secara random, tetapi dengan memakai hipotesis-hipotesis. Hipotesis ini
disusun sebelum melakukan uji kaji, dan berdsarkan biosintesis umum (deduktif) atau dengan
membandingkan dengan situasi yangsama yang telah sebelumnya diketahui (analogi).
3. Menentukan sumber oksigen, dan bila ada, juga sumber nitrogen, dsb. Sumber oksigen
biasana aalah dari air atau udara. Dalam hal ini, perlu dilakukan penelitian terpisah dengan
menggunakan H218O atau 18O2.
4. Sifat dari proses enzimatis yang terlibat dlaam tiap langkah pembentukan dari zat X. Aspek
biosintesis ini, merupakan aspek kimia, paling baik kalau dipelajari dengan memakai metode
in vitro, dengan menggunakan enzim yang terpisah, dlaam keadaan murni.
Pemisahan enzim dari makhluk hidup biasanya sangat sukar dan tidak praktis. Membuktikan
kerja suatu enzim secara in vitro, sampai sekarang dianggap suatu langkah yang palingdapat
dipercaya. Meskipun demikian untuk dapat melaksanakannya banyak persoalan yang harus
diatasi.