Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

MASALAH UTAMA STROKE PADA Tn. M


DI KELURAHAN KARANGROTO

Disusun oleh :
Ayu Kamalin
4090210004

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2023
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Stroke di definisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke
terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah atau pecahnya darah di otak.
Kasus stroke baru terjadi pada 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk
pertahun (Pinson dkk, 2010 p:1).
Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia,
dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80 –
90 tahun (Bustan, 2015 p:98). Stroke merupakan pembunuh nomor tiga setelah
penyakit jantung dan kanker, namun penyebab kecacatan nomor satu di
seluruh dunia (Pinson dkk, 2010). Stroke juga merupakan 63% penyebab
kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO,
2010).
Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) memperlibatkan
stroke adalah penyebab kematian utama di Rumah Sakit. Prevalensi penyakit
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil.
Diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta
(10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil.
Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan
rendah yang didiagnosis nakes (16,5‰)
(Hasil Riskesdas, 2013).
Dari data yang sudah disebutkan, dapat diketahui bahwa kasus stroke
mengalami peningkatan. Peningkatan pravelensi stroke saat ini banyak
disebabkan oleh perubahan pola hidup. Kemajuan ekonomi di banyak negara
berkembang akan berdampak pada perubahan pola hidup. Pola hidup tidak
akan lepas dari inaktivitas fisik, peningkatan prevalensi merokok, perubahan
pola konsumsi makanan, dan stress emosional. (Departemen Kesehatan RI,
2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Alice Gabrielle dkk (2010) pada 121
pasien didapatkan hasil 90% pasien stroke menunjukkan masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik. Disamping itu juga muncul masalah lain yaitu ada
gangguan perfusi jaringan, kerusakan integritas kulit dan gangguan perawatan
diri (Tarwoto, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andalia (2013)
juga menunjukan masalah keperawatan bahwa pengetahuan pasien atau
keluarga tentang stroke masih kurang.
Dengan demikian, asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan penulis
adalah salah satu upaya untuk mengurangi masalah keperawatan yang sering
terjadi pada pasien stroke. Asuhan keperawatan yang diberikan mencakup
pendidikan kesehatan mengenai stroke. Tindakan ini dilakukan agar keluarga
mampu mengenal masalah, merawat anggota yang sakit dan berani mengambil
tindakan, sehingga diharapkan dapat melaksanakan perawatan pasien stroke
dengan tepat serta menurunkan masalah dan resiko stroke pada anggota
keluarga lain. Hal itulah yang mendasari penulis untuk menyusun laporan
pendahuluan ini.

2. Tujuan
 Tujuanumum
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan
keluarga Diploma III jurusan Keperawatan Universitas Islam Sultan
Agung Tahun Akademik 2024
 Tujuan khusus
Laporan ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga pada Tn. M dengan masalah utama gangguan
system persyarafan : stroke non hemorargik di wilayah kerja
puskesmas bangetayu.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Stroke atau penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan
pada otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doenges, 2000). Stroke atau cedera serebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkkan oleh terhentinya suplai darah
ke bagian otak (Smeltzer & Bare,2001).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian
akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
otak. Kurangnya aliran darah didalam jaringan otak menyebabkan serangkaian
reaksi biokima yang dapat merusak atau mematikan sel-sel saraf otak (Arya,
2011).
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak
fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang
jelas selain kelainan vascular (WHO, 2006).
2. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008), penyebab yang muncul pada penyakit
stroke adalah ;
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang tertutup sehingga
menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema
dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang yang
sedang tidur atau bangun tidur. Penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda
dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam serebral
trombosis. Keadaan yang dapat menyebabkan trombosis otak :
1) Aterosklerosis;
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia;
3) Arteritis (radang pada arteri);
4) Emboli
b. Haemoragi
Pendarahan intraserebral termasuk pendarahan ke dalam jaringan
otak yang dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat
pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke
dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
edema, dan mungkin herniasi otak.
c. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah :
 Hipertensi yang parah;
 Henti jantung – paru;
 Curah jantung turun akibat anemia.
d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah :
 Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid;
 Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala sebagian (migrain).
3. Manifestasi klinis
anda dan gejala stroke menurut Tarwoto (2013); Wijaya dan Putri (2013).
a. Kelumpuhan wajah atau anggota gerak badan sebelah (hemiparesis)
atau hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak;
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan;
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma);
d. Afasia (kesulitan dalam bicara);
e. Disartria (biacaranya jadi pelo atau cadel);
f. Gangguan penglihatan;
g. Disfagia (sulit menelan);
h. Inkontinensia (baik bowel maupun bladder);
i. Vertigo, mual, muntah, dan nyeri kepala.
4. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Secara umum,
apabila otak kekurangan oksigen selama 15 sampai 20 menit maka akan
terjadi infark atau kematian jaringan. Pada stroketrombosis atau metabolik
maka otak mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang
dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi
edema serebral dan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) dan kematian
pada area yang luas (Wijaya dan Putri, 2013 p:34).
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark tergantung pada faktor – faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vakular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan
jantung) (Arif Muttaqin, 2008 p:131).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus
dapat berasal dari plaque arterosklerosis atau dari darah yang beku pada area
sterosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan. Trombus dapat pecah
dari pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan, edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang – kadang sesudah
beberapa hari. Tertutupnya pembuluh darah serebral menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat maka menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini
akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah. Pendarahan
intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian (Arif
Muttaqin, 2008 p 131).
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi menurut Wijaya dan Putri (2013)
a. Berhubungan dengan immobilisasi
1) Infeksi pernapasan
2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
3) Konstipasi
4) Tromboplebitis
b. Behubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsi
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
d. Hidrosefalus
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijaya dan Putri (2013) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
dilakukan, yaitu :
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi/ruptur.
b. EEG (Elektro encefalography)
Mengidentifikasi masalah berdasarkan pada gelombang otak atau
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sinar X tengkorak
Mengidentifikasi perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang luas, klasifikasi interna terdapat pada trobus serebral.
d. Untrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (maslah sistem arteri karotis / aliran
darah/ muncul plaque / arterosklerosis).
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, sikemia dan adanya infark.
f. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trombosi, emboli dan
TIA (Transient Ischaemic Attact), tekanan meningkat dan cairan mengandung
darah menunjukkan haemoragi subarachnoid atau perdarahan intrakranial.
g. Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat serta cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan intrakranial.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia.
C. PERUBAHAN LANSIA SECARA TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
1. Perubahan anatomik dan fisiologik
a) Sistem Integumen
 Kulit kering; permukaan kasar dan bersisik;
kendor/kerutan/garis kulit: gangguan pigmentasi; proliferasi
jinak.
 Rambut tumbuh lambat; memanjang pada alis, lubang hidung,
wajah; memutih; rontok
 Kuku kecepatan tumbuh menurun 30-50%; pudar; kekuningan;
tebal, keras tapi rapuh
b) Sistem Muskuloskeletal
 Massa tulang berkurang 0,5 – 1 % per thn
 Erosi tulang rawan hialin
 Ligamen & jaringan peri artikuler degenerasi
 Massa otot berkurang
 Ratio otot : jaringan lemak berkurang
c) Sistem Vaskuler
 Jantung
Elastisitas dinding aorta menurun; Hyperthropy jantung; Inti sel
katub jantung berkurang, penumpukan lipid, degenerasi
kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katub; Circumferensi
katub jantung bertambah
 Pembuluh darah otak
pembentukan plak ateroma; penurunan aliran darah serebral
menjadi 30cc/100gm/ menit; penyumbatan arteri perifer
d) Sistem Respirasi
 Dinding dada : perubahan bentuk dan ukuran dada
 Otot pernafasan : kelemahan
 Saluran nafas : lumen bronkus mengecil
 Struktur jaringan parenkim paru : berkurang elastisitasnya
e) Sistem Pencernaan
- Rongga mulut : Gigi; muskulus; mukosa; lidah; kelnjar liur;
TMJ sound; tulang rahang
- Lambung atrofi mukosa & sel kelenjar; ukuran lambung
mengecil
- Usus halus atrofi mukosa; enzin menurun
- Hati : ukuran mengecil; sirkulasi portal menurun hingga 595
ml/menit dari 740 ml/menit; atrofi sel
- Usus besar & rektum  motilitas colon menurun
f) Sistem Urinaria
- Ginjal : penurunan fungsi 50%
- Kandung kemih : kapasitas menurun
g) Sistem Genetalia
- Wanita : produksi hormo estrogen berhenti; genetalia interna &
eksterna atrofi; payudara menyusut dan datar
- Pria : pembesaran prostat: ukuran & berat testis tidak
berkurang, sperma berkurang 50%
h) Sistem Imune
- Kelenjar timus : penurunan hingga 5-10%
- Limpa, kelenjar limfe : sedikit membesar
i) Sistem Syaraf
- Otak : berat berkurang 11%; kehilangan 100.000 neuron/thn;
ratio substansia grisea : substansia alba turun = 1 : 13;
penebalan meningen; atrofi cerebral (menurun 10%)
- Syaraf autonom : penurunan asetilkolin, atekolamin, dopamin,
noradrenalin.
j) Sistem Organ Auditus
- Hilangnya sel epitel syaraf dan serabut aferen & eferen
- Penurunan elastisitas membran basalis di koklea & membran
timpani
k) Sistem Organ Visus
- Palpebra : kekendoran jaringan kelopak mata
- Glandula lakrimalis : kegagalan fungsi pompa sistem lakrimalis
- Kornea masalah kosmetik; infiltasi lemak warna keputihan
berbentuk cincin di tepi kornea
2. Faktor resiko dan konsekuensi fungsional
Faktor risiko jatuh pada usia lanjut dapat digolongkan dalam dua golongan
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik faktor yang berasal
dari dalam tubuh lanjut usia sendiri seperti kelemahan otot ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, gangguan sensorik. Sedangkan faktor ekstrinsik merupakan
faktor dari luar (lingkungan sekitar)
(Darmojo, 2009).
D. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIKAL
1. Pengkajian
a. Pengkajian keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stres dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
i. Analisa data
j. Diagnosa
k. Prioritas masalah
l. Intervensi
m. Implementasi
n. Evaluasi
2. Diagnosa
 Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat salah satu anggota keluarga stroke.
 Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas atas
dan bawah
 Kesiapan peningkatan pengetahuan
 Ketidakpatuhan
3. Intervensi
a) Gangguan mobilitas fisik
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
- Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis: pagar
tempat tidur)
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis:
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
b) Risiko jatuh
Pencegahan Jatuh (I.14540)
- Observasi
Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun, penurunan
tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik,
gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
(mis: lantai licin, penerangan kurang)
Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
- Terapeutik
Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda, walker)
- Edukasi
Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
c) Kesiapan peningkatan pengetahuan
Promosi Kesiapan Penerimaan Informasi (I.12470)
- Observasi
Identifikasi informasi yang akan disampaikan
Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini
Identifikasi kesiapan menerima informasi
- Terapeutik
Lakukan penguatan potensi pasien dan keluarga untuk
menerima informasi
Libatkan pengambil keputusan dalam keluarga untuk menerima
informasi
Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang membutuhkan layanan
keperawatan
Dahulukan menyampaikan informasi baik (positif) sebelum
menyampaikan informasi kurang baik (negatif) terkait kondisi
pasien
Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien
membutuhkan bantuan
Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk mengingatkan
atau follow up kondisi pasien
Fasilitasi akses pelayanan pada saat dibutuhkan
- Edukasi
Berikan informasi berupa alur, leaflet, atau gambar untuk
memudahkan pasien mendapatkan informasi Kesehatan
Anjurkan keluarga mendampingi pasien selama fase akut,
progresif, atau terminal, jika memungkinkan
d) Ketidakpatuhan
Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (I.12361)
- Observasi
Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
- Terapeutik
Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama menjalani program pengobatan, jika
perlu
Dokumentasikan aktivitas selama menjalani program
pengobatan
Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani
- Edukasi
Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan
Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke
pelayanan Kesehatan terdekat, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai