Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti
Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat
kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada
tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri
pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada umumnya para
sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu
Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada
periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya.
Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa
pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas
Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu
Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan
Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan
Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa
Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya
ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Sedangkan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi
Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian
dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang
dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian.Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Medang ( Mataram kuno ) dan kerajaan kediri
2. Bagaimana Sil Silah Raja-Raja Yang Pernah Memerintah Di kerajaan Tersebut ?
3. Kehidupan Politik, Sosial, dan Ekonomi kerjaan tersebut
4. Runtuhnya Kerajaan Medang ( Mataram kuno ) dan kerajaan kediri

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Sejarah Kerajaan Medang ( Mataram kuno ) dan kerajaan kediri
2. Memahami Sil Silah Raja-Raja Yang Pernah Memerintah Kerajaan.
3. Memahami Kehidupan Politik Di Kerajaan Kutai Dan Tarumanegara.
4. Memahami Kehidupan Ekonomi Di Kerajaan Kutai Dan Tarumanegara.
5. Memahami Kehidupan Sosial Di Kerajaan Kutai Dan Tarumanegara.
6. Memahami Kehidupan

0
BAB II

KAJIAN TEORI

1. KERAJAAN KUTAI

1.1 Letak Geografis Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai
Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Letak geografis
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi
tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping
pertanian.

Peta Kerajaan Kutai

1.2 Sil Silah Raja-Raja Yang Memerintah

Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:

• Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja
pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum

0
dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa
pada masa kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara,
kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya
pengaruh Hindu, ia megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat
dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.

• Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang
cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas
lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini
pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin
memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan
untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana
ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-
kuda itu diikuti oleh prajurit kerajaan Kutai.

• Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke
puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman
mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.

1.3 Kehidupan Politik

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai
adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam
yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari
dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam
agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan
masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin
hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang
dijelaskan dalam yupa, bahwaraja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada
kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–
tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.Sejak muncul dan
berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yatu
dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal.

1.4 Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian.

0
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah
memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

1.5 Kehidupan Agama

Agama Hindu di Kerajaan Kutai mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja
Aswawarman. Agama Hindu yang berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa
tertinggiTetapi di luar golongan brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai
masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah
menjadi agama resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk
menjalankan kepercayaan aslinya.Dewa Syiwa diyakini sebagai symbol Brahma yang
memiliki kekuatan untuk meleburkan alam semesta. Perkembangan agama Hindu Syiwa
dibuktikan dengan adanya tempat suci yang bernama Waprakeswara yang digunakan untuk
memuja Dewa Syiwa. Di Kerajaan Kutai, agama Hindu Syiwa menjadi agama resmi,
walaupun hanya berkembang di lingkungan istana. Sedangkan, rakyat Kutai masih pada
kepercayaan kaharingan.

Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, yang


menyembah Ranying Hatalla Langit sebagai pencipta alam semesta. Kepercayaan ini
memiliki beberapa persamaan dengan agama Hindu satunya penggunaan sesajen. Oleh
karena itu, pada tanggal 20 April 1980, kaharingan dimasukkan dalam kategori agama Hindu.

1.6 Kehidupan Sosial Budaya

Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke -4 M di


daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak menerima pengaruh
hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi menurut
pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan
mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia

Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :

· Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.

· Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan


kebudayaan.Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.

· Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dankemajuan
budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan
mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.

· Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit
keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin
spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis menguatkan
kesimpulan itu.

0
2. KERAJAAN TARUMANEGARA

2.1 Letak Geografis

Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di nusantara yang


menguasai wilayah bagian barat pulau Jawa sekitar tahun 400 M hingga 700 M. Nama
Tarumanegara berasal dari dua kata yaitu Tarum dan Negara. Tarum adalah nama sungai yang
pada masa sekarang ini dikenal dengan nama sungai Citarum, sedangkan Negara adalah
kerajaan atau negara. Kerajaan Tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang didirikan oleh
seorang raja yang bernama Raja dirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M. Raja
dirajaguru Jaya singawarman adalah seorang pengembara yang berasal dinasti Salankayana di
India yang telah runtuh akibat invasi Samudra Gupta dari kerajaan Gupta. Jaya singawarman
kemudian pergi meninggalkan tanah kelahirannya sampai akhirnya tiba dan menetap di
wilayah Jawa Barat. Setelah lama menetap di Jawa Barat, Jaya singawarman menikah dengan
seorang putri raja dari kerajaan Sunda yaitu putri dari Dewa warman VIII raja dari kerajaan
Salakanegara. Jaya singawarman pada akhirnya mendirikan sebuah kerajaan yang bernama
Kerajaan Tarumanegara.

Jaya singawarman meninggal pada tahun 282 M yang kemudian dimakamkan di


daerah sungai Kali Gomati. Kemudian masa pemerintahan digantikan oleh anaknya yang
bernama Dharmayawarman yang memimpin pada tahun 382 M hingga tahun 395 M.
Kepemimpinan selanjutnya diberikan kepada Purnawarman setelah Dharyawarman turun
tahta pada tahun 395 M hingga tahun 434 M. Pada masa kepemimpinan Maharaja
Purnawarman, ibu kota kerajaan Tarumanegara dipindahkan ke ibukota kerajaan baru yang
terletak di dekat pantai pada tahun 397 M. Ibukota baru tersebut diberi nama Sundapura yang
akhirnya disingkat dengan nama Sunda yang dipakai hingga pada masa sekarang ini. Kerajaan
Tarumanegara yang dikenal dengan sebutan Kerajaan Tarum adalah kerajaan Hindu paling
tua ke dua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara memulai kegiatan
perekonomian dari bidang peternakan dan pertanian. Kegiatan perekonomian ini dibuktikan
dengan adanya Prasasti Tugu yang di dalamnya berisi tentang pembangunan saluran Gomati
dengan panjang 12 km atau 6112 tombak. Pembangunan saluran Gomati ini berhasil
dikerjakan selama 21 hari. Selain itu, banyak dari masyarakat Kerajaan Tarumanegara yang
bekerja sebagai pedagang, dibuktikan dengan lokasinya yang dekat dengan selat Sunda.
Puncak masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara adalah pada saat dipimpin oleh Raja
Purnawarman. Pada masa tersebut Kerajaan Tarumanegara bersiasat untuk memperluas
daerah kekuasaannya hampir seluas daerah Jawa Barat saat ini. Raja Purnawarman juga
menyusun pustaka seperti peraturan angkatan perang, undang-undang kerajaan, silsilah dinasti
Warman dan siasat perang.

2.2 Sil Silah Raja-Raja Yang Memerintah

Silsilah Raja-Raja Tarumanegara

Berikut adalah raja-raja Tarumanagara:

a. Jayasingawarman (358 - 382)

0
Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri
seorang Maharesi dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena
daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah
Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke
Tarumanegara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman
dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).

b. Dharmayawarman (382 - 395 M)

Dipusarakan di tepi kali Candrabaga.

c. Purnawarman (395 - 434 M)

Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan
dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam
tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa
II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman
terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk
Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara
tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa
Jawa Barat pada masa silam.

d. Wisnuwarman (434-455)

e. Indrawarman (455-515)

f. Candrawarman (515-535 M)

g. Suryawarman (535 - 561 M)

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan


kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri,
melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M,
misalnya. Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah
Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Sedangkan putera Manikmaya, tinggal
bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan
Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit
Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

h. Kertawarman (561-628)

i. Sudhawarman (628-639)

j. Hariwangsawarman (639-640)

k. Nagajayawarman (640-666

l. Linggawarman (666-669)

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.

0
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri
Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.

m. Tarusbawa (669 – 723 M)

Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi
penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah
sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang
berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun,
cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena
Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima
dari Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga,
Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah
dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima
tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan,
yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.

2.3 Kehidupan Politik

Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya.
Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawaman telah memerintah
untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena
pembuatan kali ini merupakan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah–sawah
pertanian rakyat.

2.1 Kehidupan Ekonomi

Prasasti Tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untu membuat
sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis
yang besar bagi masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah
banjir serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di kerajaan Tarumanegara
dengan dunia luar, juga perdagangan daerah disekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonimian masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah teratur. Mata pencaharian rakyat
Tarumanegara di perkirakan :

1. Perburuan disimpulkan dari adanya perdagangan cula badak dan gading


gajah dengan cina.

2. Pertambangan disimpulkan dari banyaknya perdagangan emas dan perak.

3. Perikanan disimpulkan dari adanya perdagangan penyu, disamping


menangkap penyu juga menangkap ikan.

4. Pertanian disimpulkan dari penggalian kali untuk mengairi sawah–sawah.

5. Perdagangan di simpulkan dari adanya hubungan dagang dengan cina.

0
6. Pelayaran disimpulkan dari pengiriman utusan ke cina.

7. Peternakan di simpulkan dari hadiah 1.000 ekor sapi dari Purnawarman

2.2 Kehidupan Agama

Kerajan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan
brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan
kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih
terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.

2.3 Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja
Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap
penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.

0
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama
kerajaan ini disesuaikan dengan nama tempat penemuan prasasti, yaitu didaerah Kutai.Kaltim
telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa
penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan
pwersembahan rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.

Dari apa yang telah kami uraikan dalam makalah di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa kerajaan Tarumanegara tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu–
Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain
sebagainya.

Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari
peninggalan–peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan India.
Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam perkembangannya
Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri.

2. Saran

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya yang ada saat in.
Peninggalan-peninggalan yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa Indonesia
adalah negeri yang kaya akan budaya. Dengan cara merawat,melestarikan dan tidak merusak
budaya yang ada itu juga merupakan bukti cinta kita terhadapan peninggalan budaya
diIndonesia. Melestarikan dan mengembangkan Budaya Indonesia adalah hal yang sangat
penting bagi kita anak Indonesia, supaya Budaya Indonesia tidak hilang dari Indonesia ini.

Hendaknya para generasi mudah mau untuk mengetahui mengenai sejarahnya


kerajaan-kerajaan zaman dulu, karena dalam setiap kisahnya memiliki hal-hal positif yang
bisa diterapkan dalam kehidupan sekarang ini. Dengan mengetahui sejarah tersebut juga bisa
menambah wawasan kita sebagai generasi muda.

0
DAFTAR PUSTAKA

http://myblogberbagikaryatangan.blogspot.co.id/2015/02/contoh-makalah-tentang-kerajaan-
kutai.html

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-kutai.html
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-kutai.html

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/05/letak-kerajaan-tarumanegara-lokasi.html

http://id.shvoong.com/humanities/history/2076524-sejarah-kerajaan
tarumanegara/#ixzz1NQjJJYyd

http://rudirosidin.blogspot.co.id/p/kerajaan-tarumanegara.html

Anda mungkin juga menyukai