Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

Disusun Oleh : Kelompok 4


Annisa Firdausi 20200910100012
Belinda Waliya Shava 20200910100108
Fajrina Alyani Khoiruddin 20200910100149
Ghina Chalistha Nadhilah 20200910100034
Khalishah Salsabila 20200910100154
Mutmainna Yudha 20200910100156
Salma Salsabila 20200910100163
Shafa Amalia Tazha 20200910100088
Suci Ayuwandita 20200910100167
Triana Oktaviani 20200910100144

Kelas 5C (Bilingual A)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih Tengah, Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 10510 • 021-424401
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan berjudul 'Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan Keperawatan Sistem Muskuloskeletal'
dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan sistem muskuloskeletal.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu Kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga berharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Terima Kasih

Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, 7 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................4
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG............................................................................4
B. KONSEP PENYAKIT FRAKTUR......................................................................................6
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR........................................................13
BAB II...........................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR....................................................................................17
A. PENGKAJIAN...................................................................................................................17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................................22
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................................................23
BAB III..........................................................................................................................................25
JURNAL REVIEW.......................................................................................................................25
A. JUDUL................................................................................................................................25
B. PENULIS............................................................................................................................25
C. NAMA JURNAL................................................................................................................25
D. RINGKASAN.....................................................................................................................25
BAB IV..........................................................................................................................................26
TREND & ISSUE..........................................................................................................................26
BAB V...........................................................................................................................................27
ETIK & LEGAL............................................................................................................................27
BAB VI..........................................................................................................................................28
PENUTUP.....................................................................................................................................28
A. KESIMPULAN...................................................................................................................28
B. SARAN...............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................29

3
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG


Tulang merupakan sebuah jaringan tubuh kita yang sangat kuat, terletak di dalam tubuh
dan tersusun atas zat organik serta zat anorganik. Tulang hidup mengandung kurang lebih
50% air dan 50% zat padat dan tubuh manusia terdiri atas kurang lebih 206 buah tulang.
Tanpa adanya tulang, tubuh pasti tidak akan mampu berdiri tegak dan juga tidak akan bisa
bergerak bebas. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang dengan melalui proses
Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh selsel yang disebut Oesteoblast
proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. System rangka ini dipelihara
oleh system haversian yaitu system yang berupa rongga yang ditengahnya terdapat pembuluh
darah. (Bagus Kuntoadi, 2019).
a. Pembagian Tulang
Tulang mempunyai dua bagian besar (Bagus Kuntoadi, 2019):
- Tulang axial (tulang pada kepala dan badan) seperti : Tulang kepala (tengkorak),
tulang belakang (vertebrae), tulang rusuk dan sternum.
- Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki) seperti: extremitas atas (scapula,
klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan), extremitas bawah (pelvis,
femur, patella, tibia, radius, telapak kaki).

b. Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya (Pearce


Evelyn, 2016) :
- Long bone, terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung
yang disebut epifisi. Estrogen dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen bersama dengan testoteron, merangsang fusi lempeng epifisis.
Contoh: tulang panjang yaitu femur, humerus.
- Short bone, bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous dengan sutu lapisan
luar dari tulang yang padat. Contoh: tulang 11 pendek yaitu carpals.

4
- Flat bone, berbentuk gepeng memipih. Tulang pipih terdiri dari dua lapisan
jaringan tulang keras dengan di tengahnya lapisan tulang seperti spons. Contoh:
tulang tengkorak, tulang panggul, tulang rusuk dan tulang belikat.
- Irregular bone (Tulang yang tidak beraturan), sama seperti dengan tulang pendek.
Contoh: tulang yang tidak beraturan yaitu vertebra.
- Tulang sesamoid, merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella.

c. Pembentukan Tulang dan Membran


Membran jaringan ikat yang menjadi asal tulang pipih, misalnya tulang
tengkorak, mendapat persediaan darah yang sangat berlimpah. Osifikasi atau
pembentukan tulang mulai dari pusat-pusat tertentu dan berlangsung dengan cara
pelipatgandaan sel dalam membran sampai terbentuk sebuah jalinan halus dan tulang.
Dengan demikian terbentuk tulang pipih yang terdiri atas dua lapisan jaringan tulang
yang padat dan keras berlapis periosteum yang terpisah satu dengan lainnya oleh
sebuah lapisan tulang interstisial yang mirip Jaringan tulang kanselus (bentuk jala).
d. Pembentukan tulang dan tulang rawan (osifikasi tulang rawan).
Sewaktu embrio berkembang semua tulang pipa pada mulanya berupa batang-
batang tulang rawan yang diselubungi penikondrium (membran yang menutupi tulang
rawan). Sebuah pusat osifikasi pertama yang disebut diaflsis tampak di tengah
jaringan yang kelak akan menjadi tulang berkembang. (Pearce Evelyn, 2016).
Perikondnium menjadi periosteum dan semua sel tulang ditemparkan sedemikian
sehingga tulang dapat tumbuh, baik sirkumferens (melingkar) maupun memanjang.
Ia akan mengembalikan periosteum ke kedudukan semula, sebab dan disinilah
pembentukan tulang baru berasal. Kini tulang yang sedang tumbuh. Kemudian dalam
proses perkembangan selanjutnya timbul sebuah pusat osifikasi kedua di setiap ujung
atau epifisisnya. Dan selanjurnya osifikasi bermula dan meluas ke arah batang dan
sekaligus juga ke arah ujung setiap epifisis. Ujung tulang (diafisis) dan setiap ujung
(epifisis) tetap ada selapis tulang rawan. Lapisan ini disebut tulang rawan epifiseal
yang tetap ada sampai tulang menjadi dewasa (Pearce Evelyn, 2016).
e. Fungsi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut (Pearce Evelyn, 2016) :
- Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
- Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru).
- Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengankontraksi dan
pergerakan).

5
- Membentuk sel-sel darah merah dalam sum-sum tulang belakang.
- Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium dan fosfor.
f. Os Femur, merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.

B. KONSEP PENYAKIT FRAKTUR


a. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357). Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 :
1183). Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
b. Klasifikasi
Menurut Abdul Wahid (2013: 9) penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi
untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan):
o Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.
o Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b) Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:


o Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
o Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti: Hairline fracture/stress fracture, Buck/torus fracture,
dan Green stick fracture

6
c) Berdasarkan bentuk garis patah:
o Fraktur transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
o Fraktur oblik: fraktur yang arah garis patahannya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat tauma angulasi juga.
o Fraktur spiral: fraktur yang arah garis patahannya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
o Fraktur kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan yang lain.
o Fraktur avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.

d) Berdasarkan jumlah garis patah:


o Fraktur komunitif: fraktur dimana garispatah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
o Fraktur segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubngan.
o Fraktur multipe: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.

e) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang:

7
o Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan priosteum masih utuh.
o Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: Dislokasi ad longitudinam
cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping),
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut), dan Dislokasi
ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
f) Berdasarkan posisi fraktur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian:
o 1/3 proksimal
o 1/3 medial
o 1/3 distal

Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

Fraktur patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

c. Etiologi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari
trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,
yang menyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer, 2002). Etiologi dari fraktur
menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:
a) Cidera atau benturan.
b) Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c) Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan
bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.

Penyebab Fraktur adalah :


a) Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.

8
b) Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
d. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu
karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga
bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon,
karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah
putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah
terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan
sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat
anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287).

9
e. Pathway

f. Manifestasi Klinis
a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b) Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya obat.

10
c) Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
d) Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.
g. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi : X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
b) Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat
bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
mengikat di dalam darah.
h. Komplikasi
a) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b) Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
c) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d) Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu
tempat.
e) Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
f) Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40
tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

11
g) Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu
yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan
lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
h) Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat
i) Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
j) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena
nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
i. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar
immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi:
o Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
o Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic
atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan
posisinya dalam proses penyembuhan.
o Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan
alat utama pada teknik ini.
o Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.

12
b) Penatalaksaan pembedahan.
o Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-
Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
o Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods,
plates dan protesa pada tulang yang patah.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR


a. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar rochi/aspirasi.
c) Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2) Pengkajian Sekunder
a) Aktivitas/istirahat
i. Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
ii. Keterbatasan mobilitas
b) Sirkulasi
i. Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)
ii. Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
c) Tachikardia
i. Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
ii. Capillary refill melambat
iii. Pucat pada bagian yang terkena
iv. Masa hematoma pada sisi cedera
d) Neurosensori
i. Kesemutan
ii. Deformitas, krepitasi, pemendekan
iii. Kelemahan
e) Kenyamanan
i. Nyeri tiba-tiba saat cedera
ii. Spasme/kram otot
f) Keamanan
i. Laserasi kulit
ii. Perdarahan
13
iii. Perubahan warna
iv. Pembengkakan lokal (Musliha, 2010)
b. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi.
2) Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan cedera jaringan lunak
sekuderakibat fraktur femur terbuka.
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah arteri atau vena, trauma pada pembuluh darah.
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan intregritas tulang,
terapi pembatasan gerak, kerusakan musculoskeletal.
5) Resilko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan hilangnya darah
dari luka terbuka, kerusakan vaskuler, dan cedera pada pembuluh darah.
6) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya
pertahanan primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan,
prosedur invasif, traksi tulang.
c. Intervensi
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan
1 Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi TTV
nyeri yang dialami pasien berkurang 2. Kaji nyeri dengan teknik PQRST.
atau hilang: 3. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur.
1. Pasien menyatakan nyeri 4. Beri posisi nyaman
berkurang. 5. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
2. Pasien mengungkapkan mampu 6. Beri kompres hangat / dingin sesuai
tidur / istirahat dengan baik. indikasi.
3. Pasien tampak rileks. 7. Intruksikan pasien untuk melaporkan
4. TD pasien dalam rentang normal nyeri dengan segera jika nyeri itu
100/60- 120/80 mmHg. muncul.
5. Frekuensi nadi pasien dalam 8. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
rentang normal 80-100 x/menit.
6. Skala nyeri 0 dari 0 – 10.
7. Pasien dapat beraktivitas sesuai
kemampuan.
2 Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi keadaan kulit/kerusakan
diharapkan kerusakan integritas jaringan lunak yang terjadi pada klien
jaringan dapat diatasi: 2. Evaluasi kerusakan jaringan dan
1. Penyembuhan luka sesuai waktu perkembangan pertumbuhan jaringan
2. Tidak ada laserasi, integritas kulit 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik
baik steril
4. Pertahankan tempat tidur yang nyaman
dan aman (kering, bersih, alat tenun
kencang)
5. Masase kulit terutama daerah penonjolan

14
tulang dan area distal bebat/gips.
6. Kolaborasi dengan tim bedah untuk
dikukan bedah perbaikan pada karusakan
jaringan agar tingkat kesembuhan dapat
dipercepat
3 Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung,
diharapkan perfusi jaringan efektif: catat terjadinya bunyi jantung ekstra
1. Meningkatkan perfusi jaringan 2. Pantau/catat status neurologis sesering
2. Tingkat kesadaran composmentis mungkin dan bandingkan dengan
3. Fungsi kognitif dan keadaan normalnya.
motorik/sensorik yang membaik 3. Melakukan perawatan sirkulasi perifer
4. Tidak terjadinya tanda-tanda secara komprehensif misal: periksa nadi
peningkatan TIK (Tekanan Intra perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
Kranial) dan suhu ekstremitas.
5. Tekanan darah dalam rentang 4. Ajarkan pasien pentingnya mematuhi
yang normal (100/60- 120/80
diit dan program pengobatan
mmHg)
5. Tinggikan anggota badan yang terkena
6. Nadi perifer tidak teraba
7. Edema perifer tidak ada 20 derajat atau lebih tinggi dari jantung
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian anti trombosit & anti
koagulan
4 Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Kaji kemampuan mobilisasi pasien
diharapkan pasien dapat melakukan 2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif
mobilitas fisik secara mandiri atu pada ekstremitas yang sakit maupun
kerusakan mobilitas fisik dapat yang sehat sesuai keadaan klien
berkurang: 3. Berikan penyangga pada ekstrimitas
1. Meningkatkan atau yang bermasalah
mempertahankan mobilitas pada 4. Ubah posisi secara periodik sesuai
tingkat yang paling tinggi yang keadaan klien
mungkin 5. Dorong/pertahankan asupan cairan
2. Mempertahankan posisi 6. Berikan diet TKTP
fungsional 7. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi
3. Meningkatkan kekuatan atau sesuai indikasi
fungsi yang sakit
5 Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Pantau status cairan (turgor kulit,
diharapkan resiko syok hipovolemik membran mukosa, keluaran urine)
tidak terjadi: 2. Kaji sumber kehilangan cairan
1. Klien tidak mengeluh pusing 3. Auskultasi tekanan darah. Bandingkan
2. Membran mukosa lembab kedua lengan
3. Turgor kulit normal 4. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
4. TTV dalam batas nomal (N : 80- perifer, dan diaforesis secara teratur
100 x/menit, TD : 100/60- 120/80 5. Pantau frekuensi dan irama jantung
mmHg 6. Kolaborasi pemberian cairan melalui

15
5. CRT <2 detik intravena
6. Urine >600 ml/hari
6 Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-
diharapkan tidak terjadi infeksi: tanda infeksi.
2. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium
1. Tidak terdapat tanda dan gejala (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan
infeksi sensitivitas luka/serum/tulang).
2. Klien mampu mendiskripsikan 3. Lakukan perawatan perawatan luka
proses penularan penyakit, factor 4. Ajarkan klien untuk mempertahankan
yang mempengaruhi penularan kebersihan luka
serta penatalaksanaannya 5. Jelaskan kepada klien dan keluarga
3. Klien mempunyai kemampuan tanda dan gejala infeksi.
untuk mencegah timbulnya 6. Kolaborasi pemberian antibiotika
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas
normal(5.000 – 10.000)

16
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

KASUS
Seorang pasien anak, Bernama An. A mengalami kecelakan saat mengendarai
sepedah. Ia dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Sesampainya di rumah sakit, anak
itu dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan perawatan medis, tetapi perawat di ruang
IGD tidak langsung menanganinya atau memberikan tindakan keperawatan kepada anak
tersebut karena anak tersebut di daftarkan oleh keluarga melalui BPJS, perawat di ruang
IGD tersebut malah memberi penanganan kepada pasien lain yang tidak mendaftar
melalui BPJS. An. A pun akhirnya mendapatkan penanganan dari perawat lainnnya.
Setelah menunggu beberapa saat pasien mengeluh nyeri pada paha kanan kaki kanan,
nyeri pada pelipis, dan daerah kepala serta pada kaki kanan, muntah (-), riwayat pingsan
sebelum dilarikan ke rumah sakit, pendarahan aktif pada paha kanan (post kecelakaan).
Nampak luka sobek pada paha sebelah kanan pasien yang diakibatkan oleh tulang yang
menonjol dan pecahan kaca menembus kulit sehingga menyebabkan pendarah aktif pada
paha kanan, Nampak pula luka pada tumit kanan, punggung kaki kanan dan pelipis kanan
pasien. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu TD: 100/40 mmHg Nadi : 120x/menit,
Pernapasan : 22 x/menit, Suhu : 35,7°C. Terpasang infus RL 30 tpm.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama pasien : An. A
Tgl Lahir : 12-04-2011
Umur : 11 tahun
No.RM : 12-04-11
Alamat : Jln. Mangrove
Tgl Masuk : 14/12/2021
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl Pengkajian : 01/12/2022
Diagnosa Medik : Fraktur Femur Terbuka Dextra + Multipel Vulnus Laceratum
Cara Datang : Diantar keluarga
Transportasi : Kendaraan umum
Alasan Masuk : Pasien masuk dengan keluhan nyeri pada paha kanan kaki kanan,
nyeri pada pelipis, dan daerah kepala serta pada kaki kanan muntah
(-), riwayat pingsan sebelum dilarikan ke rumah sakit, pendarahan
aktif pada paha kanan (post kecelakaan). Nampak luka sobek pada
paha sebelah kanan pasien yang diakibatkan oleh tulang yang
menonjol dan pecahan kaca menebus kulit sehingga menyebabkan

17
pendarah aktif pada paha kanan, Nampak pula luka pada tumit
kanan, punggung kaki kanan dan pelipis kanan pasien.
2. Pengkajian Primer
Primary Surver Trauma Score
A. Airway A. Frekuensi Pernapasan
- Pengkajian Jalan Napas: 10-25 : 4
Bebas B. Usaha Bernapas
- Tidak dilakukan Normal : 1
Resusitasi C. Tekanan Darah Sistolik
B. Breathing >89mmHg : 4
Fungsi Pernapasan D. CRT
- Dada Simetris: Ya <2 detik : 2
- Sesak Napas: Tidak E. GCS
- Respirasi: 22x/menit 14-15 : 5
- Krepitasi: Tidak
- Suara Napas: Ada
Trauma Score (A+B+C+D+E)
- Kanan: Vesikuler
- Kiri: Vesikuler 4+1+4+2+5=16
- Saturasi O2: 93%
Reaksi Pupil
- Assement: Vital Sign
- Tidak Dilakukan - Kanan: Cepat
Resusitasi - Kiri: Cepat
C. Circulation
Keadaan sirkulasi
- TD: 100/40mmHg
- HR: 120x/menit (kuat)
- Suhu: 35.7 ºC
- Gambaran Kulit: Normal
- CRT: <2detik
- Output Urine: Tidak Ada
- Assesment: Vital Sign
- Resusitasi: Cairan
- Masalah Keperawatan:
Resiko syok
D. Disability
Penilaian fungsi neurologis
- Kesadaran:
Composmentis
- GCS: 15 (E4V5M6)
E. Exposure
-
Penilaian Nyeri

18
Nyeri: Ya
Lokasi: Paha Kanan
Intensitas (0-10): 8 (skala berat)
Jenis: Akut
3. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan
a) S :Sign/symptoms (tanda dan gejala) Pada saat pengkajian pasien mengatakan
nyeri pada paha kanan dan kaki kanan
b) A : Allergies (alergi) Pasien tidak memiliki alergi obat atau makanan.
c) M : Medications (pengobatan) Pasien tidak mengonsumsi obat apapun sebelum
ke rumah sakit
d) P : Past medical history (riwayat penyakit) Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, belum pernah di rawat di RS,
pasien belum pernah operasi.
e) L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum sakit) Pasien
terakhir makan nasi dan minum air putih.
f) E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum injuri/sakit) Post
kecelakaan lalu lintas
b. Riwayat dan Mekanisme Trauma (dikembangkan menurut PQRST)
P : Nyeri bertambah saat bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada paha kanan, tumit sebelah kanan, punggung kaki sebelah kanan,
dan pelipis sebelah kanan
S : Skala 8
T :Menetap
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/40 mmHg
Frekuensi Nadi : 120 x/menit
Frekuensi Napas : 22 x/menit
Suhu tubuh : 35,7 ºC
d. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a) Kepala
Inspeksi : Rambut hitam, terdapat benjol pada kepala pasien
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada kepala pasien
b) Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, sklera tampak jernih, dan pupil isokor
Palpasi : Tidak teraba adanya massa
c) Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen
Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
d) Hidung
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada benjolan pada hidung
Palpasi : Tidak teraba adanya massa

19
e) Mulut dan gigi
Inspeksi : Lidah kotor berselaput putih ,Mukosa mulut tampak kering,bibir
pecah-pecah, gigi tampak ada caries, dan tidak terdapat stomatitis
f) Wajah
Inspeksi : Terdapat luka pada bagian pelipis sebelah kanan Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil
g) Dada/thoraks
- Paru-paru
Inspeksi: Simetris antara kedua lapang paru, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, frekuensi napas : 22 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan tidak ada suara napas
tambahan
- Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri, batas kanan linea
paasteral kanan, batas kiri linea mid clavicularis kiri, batas bawah
intercostals 6 kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising tidak ada
- Abdomen
Inspeksi: Tidak ada pembesaran pada abdomen, warna kulit sawo matang,
perut tampak kembung
Auskultasi: Peristaltik usus 14x/mnt (normal)
Palpasi : Tidak ada massa, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Timpani
- Perineum dan rectum
Inspeksi : tidak dikaji
- Genitalia
Inspeksi: tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji
- Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak terdapat luka pada ekstremitas atas
Ekstremitas bawah : terdapat luka pada kaki sebelah kanan dan terdapat
luka robekan pada paha bagian kanan serta kaki
kanan
- Neurologis
Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa sentuhan
ringan pada anggota tubuh
Fungsi Motorik : 5 5

3 5

4. Pemeriksaan Penunjang

20
PEMERIKSAAN HASIL
Hemoglobin 13,8 g/dl
Leukosit 11,210/mm3
Trombosit 214.000/ mm3
Hemotokrit 40%
Kalsium 10.0 mg/dl
Natrium 141 Mmol/L
Kalium 3,4 Mmol/L
Klorida Serum 144 Mmol/L
Pemeriksaan foto Rontgen Regio femur dextra AP Lateral:
- Fraktur komplit pada femur 1/3 medial dextra dengan aligment dan aposisi buruk
5. Pengobatan
- Ketorolac 1 amp/ 12 jam
- Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Ranitidine 1 amp/12 jam
- Infus RL 20 tpm
6. Klasifikasi Data
Data subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri pda paha 1. Nampak luka sobek pada paha kanan
sebelah kanan pasien di karenakan tulang paha
2. Klien mengatakan nyeri pada kaki klien menonjol keluar yang
sebelah kanan menembus kulit
3. Klien mengatakan nyeri pada 2. Nampak pendarah aktif pada luka
daerah kepala pasien
4. Pasien mengatakan ada luka robek 3. Nampak luka pada tumit kanan
pada pelipis kanan pasien
5. Pasien mengatakan ada luka robek 4. Nampak luka pada punggung kaki
pada paha kanan kanan pasien
6. Pasien mengatakan ada luka robek 5. Nampak luka pada pelipis kanan
pada punggung kaki pasien
6. Skala Nyeri 8
7. Klien Nampak pucat
8. Wajah klien nampak meringis
kesakitan
9. Terdapat nyeri tekan pada kepala
pasien
10. terdapat benjolan pada kepala pasien

21
11. Tonus Otot

7. Masalah Keperawatan
No. Data Masalah Keperawatan
1 DS :
1. Klien mengatakan nyeri pada
paha sebelah kanan
2. Klien mengatakan nyeri pada Nyeri Akut
kaki sebelah kanan
3. Klien mengatakan nyeri pada
daerah kepala
DO :

1. Skala Nyeri 8
2. Wajah klien nampak meringis
kesakitan
3. Terdapat nyeri tekan pada
kepala pasien
4. terdapat benjolan pada kepala
pasien

2 DS :
1. Pasien mengatakan ada luka
robek pada pelipis kanan
2. Pasien mengatakan ada luka
robek pada paha kanan
3. Pasien mengatakan ada luka
robek pada punggung kaki
DO :
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
1. Nampak luka sobek pada
paha kanan pasien di
karenakan tulang paha klien
menonjol keluar yang
menembus kulit
2. Pendarahan aktif pada luka
pasien
3. Nampak luka pada tumit
kanan pasien
4. Nampak luka pada punggung

22
kaki kanan pasien
5. Nampak luka pada pelipis
kanan pasien
3 Faktor Risiko:
1. Perdarahan aktif pada luka Risiko Syok
pasien
2. Kekurangan volume cairan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan factor mekanisme
3. Risiko Syok

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Keperawatan diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,intensitas
1. Keluhan nyeri menurun
nyeri
2. Meringis menurun
2. Identifikasi skala nyeri
3. Frekuensi nadi membaik
Terapeutik:
1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin)
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan tenknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik
2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka
Keperawatan 1x6 jam diharapkan Observasi:
Integritas Kulit dan Jaringan menurun 1. Monitor karakteristik nyeri
dengan kriteria hasil : (misalnya, drainase, warna, ukuran)
1. Kerusakan jaringan menurun 2. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Kerusakan lapisan kulit menurun Terapeutik :
3. Perdarahan menurun 1. Bersihkan dengan cairan NaCL atau
pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan

23
2. Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotic
jika perlu
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan
diharapkan tingkat syok membaik Observasi:
dengan indikator: 1. Monitor status hidrasi misalnya
frekuensi nadi, kekuatan nadi,
1. Kekuatan nadi menurun
pengisian kapiler, turgor kulit dan
2. Pucat menurun
tekanan darah
3. Frekuensi nadi membaik
2. Monitor status hemodinamik
Terapeutik:
1. Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
2. Berikan cairan intravena

Pemantauan cairan
Observasi
1. Monitor frekuensi napas
2. Monitor pengisian kapiler
3. Monitor intake dan output cairan
4. Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia misalnya frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, haus,
lemah dan konsetrasi urin
5. Identifikasi ketidakseimbangan
cairan misalnya perdarahan
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan jika
perlu

24
BAB III

JURNAL REVIEW

A. JUDUL

Efektifitas Teknik Distraksi Musik Klasik Mozart untuk Mengurangi Nyeri pada Pasien
Post Operasi Fraktur

B. PENULIS
Fitra Mayenti, Yusnita Sari

C. NAMA JURNAL
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 1

D. RINGKASAN
Manajemen nonfarmakogis untuk mengatasi nyeri terdiri dari berbagai tindakan
penanganan fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit. Tujuan
penelitian menilai pengaruh pemberian music klasik Mozart dalam mengurangi nyeri
fraktur di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.Desain Penelitian
Quasy Eksperimen, rancangannon randomized control group pretest postest design.

Sampel penelitian sebanyak 30 responden, dengan teknik pengambilan sample accidental


sampling. Penelitian dianalisis secara univariat dan bivariate dengan uji Wilcoxon dan
Uji Man Whitney. Pengujian penurunan derajat nyeri fraktur pada kelompok kontrol dan
eksperimen didapatkan nilai mean eksperimen pre 6.71 eksperimen post 2.66 nilai
kontrol pre 6.35 dan kontrol post 6.48 dengan nilai ρ value 0.000 artinya ada pengaruh
pemberian music klasik Mozart terhadap nyeri fraktur.
Diharapkan dapat sebagai acuan dalam memberikan teknik distraksi music klasik Mozart
untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi fraktur. Rasa nyeri yang dirasakan
pasien dengan keluhan tersebut sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan
poses penyembuhannya tidak sempurna.
Tenik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling. Penelitian ini
dilakukan dari tanggal 1 sampai 10 Maret 2017 di Ruang Dahlia RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru dengan responden pasien post operasi fraktur.Sampel yang
digunakan sebanyak 30 orang dengan 15 kelompok kontrol dan 15 kelompok
eksperimen dengan instrumen NRS (Numeric Rating Scale).Analisa data yang
diguanakan adalah analisa data univariat dan bivariat.
Tabel 2 Rata-rata Nilai Derajat Nyeri Pada Kelompok Kontrol Dan Eksperimen Yang
Diukur Pada Saat Pretest Dan Posttest di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Variabel Mean SD Min Max Rata-rata nyeri fraktur pretest Eksperimen 6.71 0.53 5.66

25
7.66 Kontrol 6.35 0.68 5.33 7.66 Rata-rata nyeri fraktur posttest Eksperimen 2.66 0.69
1.33 3.66 Kontrol 6.48 0.66 5.66 7.66 Dari tabel 2 menunjukan bahwa pada kelompok
eksperimen pretest dengan mean 6.71 dengan standar deviasinya 0.53 sedangkan pada
eksperimen posttest dengan mean 2.66 dan standar deviasinya 0.69.
Tabel 3 Distirbusi penurunan derajat nyeri Pada Kelompok Kontrol Dan Eksperimen
Yang Diukur Pada Saat Pretest Dan Posttest di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa pada kelompok kontrol pre dengan
standar deviasi 0.68 dan kontrol post dengan standar deviasi 0.66 dan Pvalue untuk
kelompok kontrol 0.129 yang berarti P value > 0.05.
Sedangkan pada kelompok eksperimen pre dengan standar deviasi 0.53 dan eksperimen
post dengan standar deviasi 0.69 dan P value 0.000 yang berarti P value< 0,05 sehingga
dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen
setelah dibei perlakuan.
Penurunan nyeri menggunakan musik sangat efektif karena musik dapat melakukan
pengalihan perhatian dan kecemasan yang dapat meningkatkan intensitas nyeri yang
dirasakan pasien, dengan mendengarkan musik otak merangsang pelepasan endoprin
yang berfungsi untuk menurunkan nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang sakit.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung hasil uji menunjukan adanya perbedaan signifikan
antara rata-rata kelompok kontrol dan kelompok intervensi Variabel Mean SD N
P. Rata- rata nyeri post operasi fraktur kelompok kontrol Kelompok Kontrol pre
6.35 0.68 30 0.12 9 Kelompok Kontrol post 6.48 0.66 Rata-rata nyeri post operasi fraktur
kelompok eksperimen Kelompok Eksperimen.

26
BAB IV

TREND & ISSUE

27
BAB V

ETIK & LEGAL

Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana


perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan
tentu harus juga bisa diandalkan.
Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis adalah :
a. Autonomi (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek

28
profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

29
Masalah legal etik pada pasien fraktur
KASUS
Seorang pasien anak, Bernama An. A mengalami kecelakan saat mengendarai sepedah. Ia
dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Sesampainya di rumah sakit, anak itu dibawa ke ruang
IGD untuk mendapatkan perawatan medis, tetapi perawat di ruang IGD tidak langsung
menanganinya atau memberikan tindakan keperawatan kepada anak tersebut karena anak
tersebut di daftarkan oleh keluarga melalui BPJS, perawat di ruang IGD tersebut malah memberi
penanganan kepada pasien lain yang tidak mendaftar melalui BPJS. An. A pun akhirnya
mendapatkan penanganan dari perawat lainnnya. Setelah menunggu beberapa saat pasien
mengeluh nyeri pada paha kanan kaki kanan, nyeri pada pelipis, dan daerah kepala serta pada
kaki kanan, muntah (-), riwayat pingsan sebelum dilarikan ke rumah sakit, pendarahan aktif pada
paha kanan (post kecelakaan). Nampak luka sobek pada paha sebelah kanan pasien yang
diakibatkan oleh tulang yang menonjol dan pecahan kaca menembus kulit sehingga
menyebabkan pendarah aktif pada paha kanan, Nampak pula luka pada tumit kanan, punggung
kaki kanan dan pelipis kanan pasien. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu TD: 100/40
mmHg Nadi : 120x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, Suhu : 35,7°C. Terpasang infus RL 30 tpm.
Dari kasus di atas dapat di telaah berdasarkan Etik Keperawatan sebagai berikut :
1) Pelanggaran Etik Keperawatan pada Etik Keadilan (Justice) :
Karena Perawat IGD lebih mendahulukan memberikan penanganan pada pasien yang lewat jalur
umum daripada memberikan penanganan pada An. A yang lewat jalur BPJS, walau An. A yang
pertama tiba di rumah sakit daripada pasien tersebut.
2) Etik Keperawatan yang tidak dilanggar adalah Etik Berbuat Baik (Beneficience) :
Karena perawat yang menangani An. A tersebut dengan melakukan Tindakan Keperawatan
sesuai dengan masalah keperawatan pada pasien. Perawat memberikan Tindakan Keperawatan
kepada pasien dan mengedukasi pasien dengan tujuan penyembuhan pada pasien.

30
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tulang merupakan sebuah jaringan tubuh kita yang sangat kuat, terletak di dalam tubuh dan
tersusun atas zat organik serta zat anorganik. Tulang mempunyai dua bagian besar dan tulang
dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok. Fungsi tulang merupakan pendukung jaringan
tubuh dan memberikan bentuk tubuh, Melindungi organ tubuh serta memberikan pergerakan.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur dibagi menjadi 2
yaitu fraktur terbuka dan tertutup. kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur
sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang
patologis.
Kesimpulan kasus
- Pasien kecelakan masuk dengan nyeri pada ekstermitas atas kanan perawat melakukan
Tindakan Keperawatan dengan management nyeri, perawat Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,intensitas nyeri dan identifikasi skala nyeri
- Pada pasien terlihat luka sobek pada paha kanan pasien di karenakan tulang paha klien yang
menembus kulit, Nampak luka pada tumit kanan pasien serta Pendarahan aktif pada luka
pasien. Perawat membersihkan luka dengan cairan NaCL dan Pasang balutan sesuai jenis
luka
- Terdapat perdarahan aktif pada luka pasien, perawat Identifikasi tanda-tanda hypovolemia,
Identifikasi ketidakseimbangan cairan dengan memerhatikan perdarahan, mengatur waktu
pemantauan serta mendokumentasikan hasil pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi
kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Fahira, Ayu A. 2022. KARYA ILMIAH: AKHIR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


GAWAT DARURAT PADA An.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR FEMUR TERBUKA
DEXTRA DI RUANGAN IGD BEDAH RSUD IBNU SINA YW-UMI. Makassar.

32
33

Anda mungkin juga menyukai