Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN ENERGI

Oleh

SYAHBRIAN ARIADI

D041 18 1019

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan sumber daya yang digunakan oleh manusia untuk
melakukan suatu kegiatan dengan tujuan tertentu. Dengan adanya energi yang
terdapat di bumi ini manusia dapat mengolah dan memanfaatkanya untuk proses
kehidupan. Energi yang paling utama disebut energi primer yaitu energi yang masih
berupa sumber daya alam yang masish asli. Kemudian manusia dituntut untuk bisa
mengolah energi primer tersebut dengan tekn ologi yang ada sehingga energi tersebut
dapat digunakan. Banyak sekali energi yang terdapat dibumi ini. Namun sumber daya
manusia yang terbatas menyebabkan pengolahan energi tidak dapat maksimal. Selain
itu pengetahuan manusia akan pemanfaatan energi juga masih kurang. Manusia
cenderung hanya menggunakan dari pada memproduksi energi. Oleh karena itu
pengetahuan mengenai manajemen energi sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Dengan adanya pemahaman mengenai manajemen energi. Maka energi dapat
digunakan semaksimal mungkin dan sehemat mungkin.

Manajemen energi adalah suatu penerapan ilmu manajemen di bidang energi


untuk meningkatkan efektifitas pemakaian energi oleh manusia maupun oleh
perusahaan industri. Selain itu manajemen industri juga mempelajari cara
penggunaan suatu energi agar dapat seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan dari
perseorangan maupun kegiatan dari perusahaan industri. Manajemen energi dalam
suatu industri sangat diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing
industri tersebut. Selain itu dengan adanya manajemen energi di industri dapat
meningkatkan keuntungan baik dari sektor financial maupun sektor lingkungan. Dari
sektor financial dengan penerapan ilmu manajemen energi maka dengan
menggunakan energi seminimal mungkin untuk memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Dari sektor lingkungan dengan penerapan manajemen energi dapat
membantu memerangi global warming. Dengan sedikit mengkonsumsi energi berarti
mengurangi polusi termal dan penggunaan air pendingin yang intinya dapat
meninngkatkan kualitas lingkungan. Sebagaimana yang kita tahu bahwa sumber
utama pembakaran bahan bakar fosil atau kegiatan manusia yang berkaitan dengan
penggunaan energy dapat menimbulkan pemanasan global yang mengkha!atirkan
masyrakat yang ada di bumi saat ini. Tanpa adanya manajemen energi dalam suatu
perusahaan industri tidak dapat beroperasi dengan baik cenderung merugi dan dapat
merusak lingkungan sekitar. Dalam sistem Manajemen energi dimulai dari sistem
pengolahan energi hingga pemakaian energi tersebut. Dalam sistem pengolahan
energi manusia harus bisa mengolah suatu energi primer menjadi bentuk energi lain
tanpa harus mengorbankan energi lain sehingga dari pengolahan tersebut dapat
dihasilkan beberapa macam bentuk energi yang berdaya guna untuk manusia maupun
untuk kepentingan industri. Dalam sistem pendistribusian energi juga harus dituntuk
dengan manajemen energi sehingga biaya yang diperlukan sedikit hemat dan energi
yang didistribusikan utuh sampai ditempat tujuan. Dalam pemanfaatan penggunaan
energi ilmu manajemen energi dapat diterapakan supaya dalam penggunaan energi
tidaka bnerlebihan dan dapat sminimal mungkin sehingga diperoleh keuntungan
yang besar. Selain itu upaya pengelolaan energi tersebut agar tidak mencemari
merusak lingkungan sekitar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Energi

Manajemen energi didefinisikan sebagai sebuah fungsi teknis dan manajemen


untuk mendata, memeriksa secara teliti, menganalisis, memonitor, mengganti dan
mengontrol aliran energi dalam sistem energi sedemikian hingga energi dapat
digunakan dengan efisiensi yang maksimum. Maksud kata “maksimum” dalam
definisi tersebut adalah bahwa efisiensi tersebut dapat memenuhi syarat-syarat dari
sisi pertimbangan teknis dan ekonomis. Secara teknis penggunaan energi tersebut
layak dan berefisiensi tinggi, dan pengoperasian energi tersebut secara ekonomis
masih memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan daya saing produk yang
dihasilkan. Ada peralatan tertentu, misalkan kompresor penggerak sistem refrigerasi
(mesin pendingin) & AC, dengan kenaikan efisiensi teknis sebesar 10% saja (dari
efisiensi kompresor 80% ke 90%) menyebabkan kenaikan biaya investasi sampai 3
kali lipat. Dalam keadaan demikian pemilihan kompresor dengan efisiensi 80% lebih
dapat diterima, meskipun untuk selanjutnya biaya pemeliharaannya sedikit lebih
mahal daripada bila memilih yang efisiensinya 90%. Jadi, efisiensi energi terkait
dengan energi input (yang dibutuhkan) dan nilai tambah (output) yang dihasilkan.
Manajemen energi bukanlah sebuah cabang tersendiri dalam manajemen, seperti
halnya manajemen sumber daya manusia atau manajemen keuangan. Manajemen
energi hanya menunjukkan orientasi yang lebih fokus pada pengelolaan peralatan
yang mengkonsumsi energi dan implikasi-implikasi ekonomisnya terhadap bisnis
organisasi atau perusahaan. Karena, besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
pengoperasian segala peralatan produksi dan pendukung produksi sangat tergantung
pada energi (listrik atau bahan bakar) yang dikonsumsi peralatan tersebut. Terlebih
ketika berinvestasi untuk suatu mesin atau sistem produksi, dan sistem energi orang
lebih berorientasi pada sistem yang dapat bekerja dengan baik (workable systems),
belum pada sistem yang beroperasi dengan optimum. Mendapatkan workable system
saja biasanya sudah dianggap prestasi, padahal optimisasi penggunaan energi dalam
pengoperasian sistem tersebut masih bisa dilakukan. Manajemen energi yang efektif
akan memberi efek berantai yang menguntungkan perusahaan. Karena manajemen
energi yang berhasil akan mengurangi biaya energi untuk pengoperasian fasilitas dan
peralatan, mengurangi biaya produksi, serta mengurangi biaya pemeliharaan
(maintenance). Selain itu, akibat pengurangan konsumsi energi berarti juga
mengurangi dampak terhadap lingkungan dan emisi CO2. Manajemen energi yang
sudah terintegrasi baik dalam seluruh aktivitas perusahaan akan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Manajemen
energi melibatkan disiplin ilmu yang beragam, antara lain engineering, ekonomi,
akuntansi, desain & riset operasional (optimisasi sistem) sampai teknologi sistem
informasi manajemen. Manajemen energi dapat diterapkan untuk semua perusahaan,
baik industri, material, manufaktur, retail, hotel, rumah sakit, bandara, perusahaan
transportasi, perguruan tinggi sampai organisasi yang hanya menggunakan gedung
komersial untuk menjalankan aktivitasnya. Secara ringkas dan sederhana,
pelaksanaan manajemen energi bertujuan memonitor dan mengurangi energi yang
dikonsumsi dalam aktivitas perusahaan atau organisasi.

B. Prinsip Dasar Manajemen Energi

Prinsip- prinsip dasar manajemen energi adalah suatu hal yang sangat luas
jangkauannya karena dengan prinsip-prinsip dasar ini akan sangat membantu dalam
cara pendekatan terhadap problem yang akan dihadapi. Prinsip-prinsip dasar itu
dapat mempersiapkan dasar untuk pendekatan yang rasional dan penjabaran yang
lebih terperinci tentang energi yang dibutuhkan. Salah satunya adalah melihat data
historis tentang pemakaian energi. Kadang kadang terjadi variasi musiman atau
perubahan pemakaian energi yang mendadak turun karena terjadi kerusakan mesin
atau pemeliharaan mesin tetapi hal itu tidak diketahui. Dengan melihat kembali data-
data historis dapat diketahui hal hal ynag sebelumnya tidak jelas dan bahkan dapat
memberikan saran untuk mengkombinasikan beberapa proses operasi yang dapat
menghemat pemakaian bahan bakar. Dengan energi audit akan didapat data
pemakaian energi yang terinci dari suatu proses atau mesin tertentu dan dapat terlihat
pemakaian energi yang tidak efisien. Dengan meningkatnya pemeliharaan pada suatu
perusahaan atau organisasi biasanya akan menghemat pemakaian bahan bakar.
$eralatan baru yang lebih efisien dapat menggantikan peralatan lama yang kurang
efisien yang tidak akan mengurangi kualitas produksinya bila dibandingkan dengan
proses lama yang kurang efisien. Manajemen energi berusaha untuk memanfaatkan
energi. mengurangi kehilangan dan menggunakan kembali proses yang tersisa yang
telah dibuang dari suatu proses atau peralatan. Bahan yang ekonomis maksudnya
menggunakan kembali bahan bahan sisa mengurangi sampah dan perencanaan bahan
sisa perencanaan produksi yang mempertimbangkan penggunaan kembali bagian
yang terbuang.

Berikut prinsip-prinsip dasar manajemen energi


1. Perencanaan/Planning.
Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan dalam sistem manajemen
energi. Perencanaan diikuti dengan berbagai kegiatan sebagai upaya untuk me!
ujudkan tujuan yang telah direncanakan. Dalam hal manajemen energi perencanaan
sangat penting karena merupakan hal dasar untuk pengolahan energi. Dalam sistem
manajemen energi perencanaan menyangkut barbagai bidang mulai dari pengolahan
energi primer pemanfaatan energi hingga pengelolaan energi tersebut. Sehingga
energi dapat digunakan secara maksimal tanpa merugikan pihak pihak yang
bersangkutan.
2. Pengorganisasian/Organizing.
Pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan dalam sistem manajemen
energi. Dalam upaya pengaturan energi bertujuan untuk penghematan energi karena
dengan adanya pengaturan maka dapat diketahui energi yang dibutukan dan energi
yang tidak dibutuhkan sehingga energi tidak terbuang sia-sia.
3. Pengarahan/Directing
Pengarahan adalah suatu kegiatan menata atau mengelola untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi energi. Dengan adanya pengarahan maka energi dapat
dikelola dengan baik sehingga energi bermanfaat dengan sempurna.
4. Pengendalian/Controlling
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk mengatur pemakaian energi yang ada.
Dengan adanya pengendalian maka suatu dapat termonitoring dalam pemakainya.
Bentuk pengendalian energi seperti pembatasan penggunaan energi tertentu, konversi
energi, dll. Sehingga energi yang ada akan selalu terjaga kelestarianya.
C. Penggerak Beban Listrik

Tenaga listrik yang didistribusikan kepelanggan (konsumen) digunakan


sebagaisumber daya untuk bermacam-macamperalatan yang membutuhkan tenaga
listriksebagai sumber energinya. Peralatan tersebutumumnya bisa berupa lampu
(penerangan),beban daya (untuk motor listrik), pemanas,dan sumber daya peralatan
elektronik.Berdasarkan jenis konsumen energi listrik,secara garis besar, ragam beban
dapatdiklasifikasikan ke dalam:

a. Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa lampu
untukpenerangan, alat rumah tangga, sepertikipas angin, pemanas air,lemari
es,penyejuk udara, mixer, oven, motor pompaair dan sebagainya. Beban rumah
tanggabiasanya memuncak pada malam hari.
b. Beban komersial, pada umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame, kipas angin,
penyejuk udara dan alat ± alat listrik lainnya yang diperlukan untuk restoran.Beban
hotel juga diklasifikasikan sebagibeban komersial (bisnis) begitu jugaperkantoran.
Beban ini secara drastis naikdi siang hari untuk beban perkantoran danpertokoan dan
menurun di waktu sore.
c. Beban industri dibedakan dalam skala kecildan skala besar. Untuk skala kecil
banyakberopersi di siang hari sedangkan industribesar sekarang ini banyak yang
beroperasisampai 24 jam.
d. Beban Fasilitas Umun Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila kita
melakukan analisakarakteristik beban untuk suatu sistem yang sangat besar.
Perbedaan yang paling prinsipdari empat jenis beban diatas, selain dari dayayang
digunakan dan juga waktupembebanannya. Pemakaian daya pada beban rumah
tangga akan lebih dominan pada pagidan malam hari, sedangkan pada beban komersil
lebih dominan pada siang dan sore hari.

Pemakaian daya pada industri akan lebih merata, karena banyak industri yang
bekerja siang-malam. Maka dilihat dari sini,jelas pemakaian daya pada industri akan
lebih menguntungkan karena kurva bebannya akanlebih merata. Sedangkan pada
beban fasi1itasumum lebih dominan pada siang dan malamhari.Beberapa daerah
operasi tenaga listrikmemberikan ciri tersendiri, misalnya daerah wisata, pelanggan
bisnis mempengaruhipenjualan kWh walaupun jumlah pelangganbisnis jauh lebih
kecil dibanding denganpelanggan rumah tangga.

D. Langkah-langkah Sukses Manajemen Energi

Langkah-langkah fundamental yang harus diambil dalam manajemen energi


memiliki kemiripan dengan langkah dalam manajemen pada umumnya, hanya saja di
sini yang menjadi fokus utama adalah penggunaan atau konsumsi energi, dan yang
menjadi “jantung penggerak” manajemen energi adalah pelaksanaan audit energi.
Langkah-langkah dalam mengimplementasikan manajemen energi adalah:

1. Merumuskan kebijakan energi dan tujuannya. Yang paling awal adalah


mendeklarasikan kehendak melaksanakan manajemen energi, kemudian diikuti
penyusunan pernyataan kebijakan energi, pembentukan tim atau komite energi
beserta deskripsi tugas (job description)-nya. Tim inilah yang merumuskan
petunjuk teknis ke semua level karyawan dalam perusahaan. Jika menggunakan
tenaga konsultan energi atau auditor energi, maka merekalah yang bertugas
merumuskan kebijakan energi dengan bantuan tim dari perusahaan yang
mengetahui seluk beluk pengoperasian energi dengan baik.
2. Melakukan audit energi secara mendalam. Sebenarnya, langkah ini sudah masuk
ke tahap implementasi tapi yang menjadi obyek adalah data-data penggunaan
energi pada masa lalu. Yaitu, berupa pelaksanaan historical review atau
penelusuran dan pemeriksaan pola penggunaan energi pada waktu-waktu
sebelumnya. Jantung penggerak manajemen energi adalah audit energi, dan
fundamental audit energi adalah historical review penggunaan energi.
3. Merumuskan rencana implementasi. Pada tahap ini, tim atau komite energi sudah
mendapatkan data-data kuantitatif dan kualitatif penggunaan energi untuk waktu-
waktu sebelumnya. Dari sini, tim manajemen energi mengidentifikasi area-area
yang memberi peluang untuk menghemat energi dan merumuskan tugas dan
tanggung jawab karyawan di semua level dalam perusahaan.
4. Mengevaluasi dan memonitor implementasi manajemen energi. Evaluasi dan
monitoring dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap tujuan
& sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya, baik dilevel perusahaan maupun
di level departemental. Evaluasi kualitatif dan kuantitatif yang terukur juga
dilakukan untuk menilai kepedulian & keseriusan karyawan dalam implementasi
manajemen energi.
E. Monitoring Penggunaan Energi
Pemantauan (monitoring) dan pelaporan sistem energi merupakan bagian vital
dari program manajemen energi yang efektif. Keduanya menjaga disiplin pihak
manajemen untuk memastikan sumberdaya energi digunakan demi keuntungan
ekonomi yang maksimum. Sistem monitoring dan pelaporan mengawasi dan
mencatat penggunaan energi yang sedang berjalan dalam bentuk lembaranlembaran
pendataan yang sesuai dan jelas. Proses monitoring adalah mengumpulkan informasi
yang bermanfaat tentang penggunaan energi, sedangkan pelaporan adalah
pengambilan data tersebut dan meng-konversikannya dalam bentuk form yang dapat
dibaca dan diartikan dengan jelas. Dalam pelaporan datadata tersebut ‘dibunyikan’
agar bisa memberi penjelasan tentang keadaan aktual sistem energi, konsumsi energi
dan peluang-peluang penghematan yang mungkin. Monitoring dan pelaporan bisa
dimulai dengan cara yang simpel dan manual, yaitu dengan menggunakan tagihan
atau rekening energi sebagai satu-satunya data. Perhitungan dasar bisa dilakukan
dengan menggunakan kalkulator dan grafik yang digambar langsung.
Pada sisi yang lain sistem monitoring dan pelaporan dapat dilakukan dengan
sistem yang kompleks berbasis komputer yang melibatkan banyak pos pengguna
energi yang sering disebut sebagai energy accountable centre (EAC), dimana tiap
EAC tersebut dilengkapi dengan meteran pengukur penggunaan energi, dan
sepenuhnya diintegrasikan dalam satu sistem kontrol. Data dapat dibaca secara
langsung secara on-line. Sistem monitoring dan pelaporan dapat juga digabungkan
dengan program manajemen sumber daya, perencanaan maintenance, dll. Dalam
industri, fungsi penentuan target penggunaan energi seringkali dihubungkan dengan
fungsi monitoring sehingga sering muncul sebutan monitoring dan targeting,
meskipun keduanya cukup berbeda jauh. Pemantauan (monitoring) adalah proses
dalam mengukur dan merekam data, kemudian diikuti pelaporan (reporting)
mengenai kinerja atau efisiensi energi. Sedangkan targeting adalah proses kreatif
manajemen untuk menyusun target yang realistis berdasarkan data hasil monitoring
tersebut dan informasi lain untuk memperbaiki efisiensi proses atau sistem yang
dimonitor. Banyak perusahaan yang telah meng-install perangkat lunak (software)
monitoring yang baik/unggul tapi tidak berhasil mencapai target yang disusun dalam
usaha memperbaiki penggunaan energinya. Banyak perusahaan lain, menentukan
target penggunaan energi tanpa melakukan analisis awal, akan tetapi target yang
ditentukan relevan, masuk akal dan dapat dicapai. Aspek dan kemampuan teknologi
dalam sistem monitoring bukanlah hal yang paling krusial. Banyak sistem yang
berhasil dikelola tanpa bantuan komputer. Pengguna energi dalam jumlah besar dapat
membenarkan biaya yang besar untuk sistem monitoring berbasis komputer dan
tenaga ahli beserta pelatihan yang dibutuhkannya, tapi bagi pengguna energi yang
kecil justru menjadi tidak ekonomis.
Pemilihan sistem yang tepat harus dilakukan dengan hati-hati. Dasar
pemilihan sistem monitoring terutama adalah potensi penghematan yang bisa dicapai.
Bisa jadi, hal ini memerlukan studi atau kajian untuk menentukan peluang-peluang
perbaikan yang akhirnya dapat menghasilkan penghematan energi. Sebagai contoh,
perusahaan yang sudah menggunakan energinya secara efisien mungkin tidak perlu
membeli sistem monitoring yang mahal.

F. Implementasi Sistem Manajemen Energi

Manajemen energi sangat penting untuk diintegrasikan ke dalam struktur


organisasi sebuah perusahaan yang konsumsi energinya sangat besar agar manajemen
energi tersebut dapat diimplementasikan. Peran manajemen energi di dalam
berbagai fungsi opersional adalah manajemen fasilitas, logistik, pembelian energi,
produksi, perencanaan dan pengendalian produksi, dan pemeliharaan.
1. Manajemen Fasilitas
Manajemen fasilitas berperan penting di dalam manajemen energi karena
memiliki proporsi yang sangat besar (sekitar 25 persen) dari biaya operasi adalah
biaya energi. Menurut International Facility Management Association (IFMA),
manajemen fasilitas adalah sebuah profesi yang memberikan arah kepada berbagai
pihak untuk menjamin berfungsinya keadaan yang dibangun dengan
mengintegrasikan manusia, tempat, proses, dan teknologi. Tujuan penting dari
manajemen energi untuk mengurangi biaya energi bangunan dan fasilitas tanpa
mengganggu proses kerja. Energy Star adalah contoh program yang terbesar dalam
menentukan rumah yang hemat energi. Rumah yang bersertifikat Energy Star
menghemat setidaknya 15 % energi dari rumah standar.
2. Manajemen Logistik
Logistik adalah manajemen yang mengatur aliran sumber daya dari titik mula
sampai titik tujuan untuk memenuhi sebuah permintaan. Transportasi barang dapat
menghemat biaya dan melindungi lingkungan melalui manajemen energi yang
efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah jenis transportasi, durasi dan
jarak tempuh transportasi, dan kerja sama dengan penyedia jasa logistik. Logistik
telah menyebabkan lebih dari 14 % emisi CO 2 di seluruh dunia. Maka istilah Green
Logistics menjadi penting. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menuju logistik
hijau adalah:
a. Menggunakan transportasi barang yang ramah lingkungan seperti jalur kereta api
dan jalur air.
b. Optimisasi rute dan beban.
c. Formasi dari jaringan korporasi yang tersambung dengan logistik.
d. Optimisasi proses fisik logistik dengan menyediakan bantuan teknologi
informasi yang canggih.
Selain transportasi barang, transportasi manusia juga bagian penting dari
strategi logistik perusahaan. Perlu dipertimbangkan apakah perjalanan bisnis perlu
dilakukan apabila telepon atau konferensi video telah cukup berguna.

3. Pembelian Energi
Harga energi selalu naik turun sehingga cukup mempengaruhi biaya energi
industri. Keputusan pembelian energi yang buruk dapat membuat biaya tinggi.
Organisasi dapat mengatur dan mengurangi harga energi dengan mengambil tahap
proaktif dan efisien dalam membeli energi. Mengubah sumber energi yang dipakai
juga dapat menjadi solusi yang menguntungkan dan ramah lingkungan.
4. Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk memproduksi output seperti barang atau jasa
yang memiliki nilai untuk dikontribusikan kegunaannya. Proses utama dari produksi
bergantung kepada jenis perusahaannya. Industri memiliki lebih banyak fasilitas yang
mengkonsumsi energi lebih banyak. Perusahaan jasa tidak membutuhkan bahan baku
yang banyak, fokus energi hanya perlu di bagian manajemen fasilitas/Green IT. Maka
fokus yang berhubungan dengan energi perlu diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian
dievaluasi dan lakukan optimisasi.
5. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Produksi merupakan sektor konsumsi energi yang tinggi sehingga
perencanaan dan pengendalian produksi menjadi sangat penting. Hal ini berkaitan
dengan semua manajemen proses operasional, sementara, perencanaan, dan
pengendalian yang diperlukan untuk memproduksi barang dan komoditas. Perancang
produksi harus dapat merancang proses produksi yang hemat energi. Proses produksi
yang menggunakan energi besar dapat dijadwalkan di malam hari untuk menghindari
waktu beban puncak yang memiliki harga lebih mahal. Perencanaan dan
pengendalian produksi harus mengatasi masalah keterbatasan dalam penyimpanan
energi. Ada cara untuk menyimpan energi listrik secara mekanis atau kimia contoh
tempat penyimpanan lithium-based electrochemical digunakan dalam mobil
elektrik/untuk melakukan kontrol jaringan tenaga.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kombinasi dari semua kegiatan teknis dan administrasi,
termasuk kegiatan supervisor, untuk mendapatkan/mengembalikan suatu barang agar
dapat melakukan fungsi yang diperlukan. Pemeliharaan dilakukan untuk menunjang
manajemen energi sehingga kebocoran dan peningkatan biaya dapat dihindari.
Penghematan energi dan biaya melalui bantuan pemeliharaan:
a. Melakukan proses defrost pada kulkas.
b. Melakukan pengecekan barometer pada mobil dan truk.
c. Melakukan isolasi untuk kondisi sistem yang panas.

G. Audit Energi

Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi


peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna
energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi. Audit energi
dilakukan untuk mendapatkan potret penggunaan energi bertujuan untuk memahami
masalah penggunaan energi serta intensitas dan kinerja energi, potensi penghematan
energi, manfaat dan langkah yang diperlukan (Parlindungan Marpaung, 2014).
Selain itu, audit energi juga dimaksudkan untuk menentukan cara yang terbaik
mengurangi penggunaan energi per satuan produk dan mengurangi biaya produksi
(PT. Energy Management Indonesia,2011).
Kebijakan pemerintah mengenai penghematan energi yang dituangkan dalam
Undang–Undang No. 30 Tahun 2007 tentang energi, dan Intruksi Presiden No. 2
Tahun 2008 tentang penghematan energi dan air, menginstruksikan Instansi
Pemerintah, BUMN, BUMD, Pemerintah Daerah, masyarakat dan perusahaan swasta
untuk melaksanakan program dan kegiatan penghematan energi dan air. UU Energi
Pasal 1 ayat 23 berbunyi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan
terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan
efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi energi adalah perbandingan antara pasokan energi
(input) dengan manfaat hasil kerja dari energi (output).
Selain itu, audit energi wajib dilakukan berdasarkan tindak lanjut program
pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009, Pasal
12 tentang konservasi energi yang berisi :
1. Pemanfaatan energi oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi wajib
dilakukan secara hemat dan efisien.

2. Pengguna energi/sumber energi yang mengkonsumsi energi lebih besar atau


sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib dilakukan
konservasi energi melalui manajemen energi.
3. Manajemen energi sebagaimana dimaksud dilakukan dengan :
a. menunjuk manajer energi
b. menyusun program konservasi energi
c. melaksanakan audit energi secara berkala
d. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi
e. melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada menteri,
gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
H. Jenis Audit Energi
Menurut Parlindungan Marpaung (2014), jenis audit energi dibedakan
berdasarkan tingkat kedalaman yang dihasilkan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: Walk-
Through Audit (Pengamatan Singkat/Audit Energi Singkat), Preliminary Audit
(Audit Energi Awal), dan Detailed Audit (Audit Energi Terinci).
1. Pengamatan singkat atau audit energi singkat (AES)
AES adalah audit energi dengan tingkat kegiatan paling rendah (level 1).
Aktifitasnya mengumpulkan data yang bersifat umum, pengamatan singkat secara
visual dan wawancara. Analisis dan evaluasi data sistem pemanfaat energi bersifat
sangat dasar, intensitas pemakaian energi dan kecendrungannya, serta benchmark
intensitas energi rata-rata terhadap perusahaan sejenis dan menggunakan peralatan
atau teknologi serupa untuk mendapatkan gambaran umum pengelolaan energi.
2. Audit Energi Awal (AEA)
AEA merupakan audit energi level 2 dari tingkat kegiatan audit energi untuk
mengetahui besarnya potensi penghematan energi, data dan informasi yang
digunakan didasarkan hasil pengukuran/sesaat. AEA terdiri dari dua bagian yaitu
a. Survei manajemen energi
Surveyor atau auditor energi mencoba untuk memahami kegiatan manajemen
yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek
konservasi.

b. Survei energi (teknis)


Bagian teknis AEA mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai
energi yang penting (misalnya sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan
efisiensi energi. AEA akan dilakukan dengan menggunakan sesedikit mungkin
instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu pada pengalamannya dalam
mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan observasi yang tepat, memberikan
diagnosa situasi energi pabrik secara cepat. AEA sangat berguna untuk mengenali
sumber–sumber pemborosan energi dan tindakan–tindakan sederhana yang dapat
diambil untuk meningkatkan efisiensi energi dalam jangka pendek.
Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau
cacatnya insulasi, keboncoran uap dan udara–tekan, peralatan yang tidak dapat
digunakan, kurangnya kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan
bakar di dalam peralatan pembakar. AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang
sempurnanya pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area dimana
pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA ialah
seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera dapat
dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih ekstensif untuk menguji dengan lebih
teliti area pabrik yang terpilih.
3. Audit Energi Terinci (AET)
Audit Energi Terinci (AET) merupakan audit energi level ketiga dan tertinggi
dalam kegiatan audit energi. Audit ini lebih mendalam dengan lingkup yang lebih
luas, rekomendasi didasarkan atas kajian engineering dengan urutan prioritas yang
jelas. Output audit terinci adalah uraian lengkap tentang jenis dan sumber energi,
rugi-rugi energi, faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi energi, karakteristik
operasi peralatan/sistem energi, potensi penghematan energi berdasarkan analisis data
secara lengkap dan rekomendasi.
Selain mengumpulkan data pabrik dari catatan yang ada, instrumentasi
portable digunakan untuk mengukur parameter operasi yang penting yang dapat
membantu team mengaudit energi dalam neraca material dan panas pada peralatan
proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta instrumen yang diperlukan bergantung
pada jenis fasilitas yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas dan tingkat pembiayaan
program manajemen energi
BAB III
KESIMPULAN
Manajemen energi didefinisikan sebagai sebuah fungsi teknis dan manajemen
untuk mendata, memeriksa secara teliti, menganalisis, memonitor, mengganti dan
mengontrol aliran energi dalam sistem energi sedemikian hingga energi dapat
digunakan dengan efisiensi yang maksimum. Prinsip- prinsip dasar manajemen energi
adalah suatu hal yang sangat luas jangkauannya karena dengan prinsip-prinsip dasar
ini akan sangat membantu dalam cara pendekatan terhadap problem yang akan
dihadapi, meliputi ; Planning, Organizing, Directing, dan Controlling.

Langkah-langkah fundamental yang harus diambil dalam manajemen energi


memiliki kemiripan dengan langkah dalam manajemen pada umumnya, hanya saja di
sini yang menjadi fokus utama adalah penggunaan atau konsumsi energi, dan yang
menjadi “jantung penggerak” manajemen energi adalah pelaksanaan audit energi.
Audit energi dilakukan untuk mendapatkan potret penggunaan energi bertujuan untuk
memahami masalah penggunaan energi serta intensitas dan kinerja energi, potensi
penghematan energi, manfaat dan langkah yang diperlukan. Selain itu, audit energi
juga dimaksudkan untuk menentukan cara yang terbaik mengurangi penggunaan
energi per satuan produk dan mengurangi biaya produksi. Menurut Parlindungan
Marpaung (2014), jenis audit energi dibedakan berdasarkan tingkat kedalaman yang
dihasilkan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: Walk-Through Audit (Pengamatan
Singkat/Audit Energi Singkat), Preliminary Audit (Audit Energi Awal), dan Detailed
Audit (Audit Energi Terinci).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (n.d.). Retrieved from http://eprints.polsri.ac.id/3314/3/BAB_II.PDF
Anonim. (n.d.). Retrieved from http://eprints .polsri.ac.id/4042/3/BAB%20II.pdf
Ghurry, Ainul. 2016. Konsep Manajemen Energi. Bali : Universitas Udayana
Latifah, Astari dkk. 2015. Manajemen Energi. Bandung : Politeknik Negeri Bandung
Jonathan Lermit Ph.D, Nigel Jollands, 2001, Monitoring Energy Efficiency
Performance In NZ – A Conceptual And Methodological Framework, EECA,
New Zealand

Anda mungkin juga menyukai