Makalah Uas Perbandingan Pendidikan - 19422151 - Muhamad Irfan Aditya Saputra

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MESIR

DENGAN PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas UAS

Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan yang diampu oleh:

Supriyanto Abdi, S.Ag, MCAA

Disusun Oleh :

Muhamad Irfan Aditya Saputra

19422151

KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam memahami sistem pendidikan di suatu negara, kita perlu mengaitkannya
dengan latar belakang dimana sistem pendidikan itu diselenggarakan. Latar belakang
penyelenggaraan sistem pendidikan berupa keadaan historis, politis, ekonomis, dan sosiologis
dari suatu negara penyelenggara sistem pendidikan amat berpengaruh kepada potret
penyelenggaraan sistem pendidikan di suatu negara yang bersangkuta. Hal itu seperti
disebutkan Isaac Leon Kandel (dalam Rohman, 2010) bahwa guna memahami pendidikan
disuatu negara, baiknya juga mempelajari latar belakang sosial, ekonomi dan kebudayaannya.
Latar belakang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan tersebut sesungguhnya memiliki
pengaruh kuat terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan. Faktor-faktor di luar sistem
pendidikan yang mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan tersebut oleh
Isaac Leon Kandel disebut sebagai intangible factors. Faktor-faktor intangible itu penting
untuk dipelajari, selain mempelajari sistem pendidikan yang ada dalam suatu negara-bangsa.
Misalnya, sistem pendidikan di Mesir. Republik Arab Mesir adalah sebuah negara
yang sebagian wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Mesir terkenal dengan
peradaban dan beberapa monumen kuno termegah di dunia serta diakui secara luas sebagai
pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah. Modernisasi
pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh
Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini memberikan inspirasi
yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir
yang dianggapnya diam di tempat. Sementara itu ekonomi Mesir sangar bergantung pada
pertanian, peternakan, pertambangan, perindustrian, perdagangan, dan pariwisata. Mesir
sangat terkenal sebagai salah satu pusat kebudayaan dunia pada zaman kuno. Peninggalan-
peninggalan kebudayaan Mesir seperti piramida, sphinx, obelisk, dan hiroglif. Piramida
terdapat di Giza dan Sakara. Sphinx adalah patung berkepala manusia dan berbadan singa,
yang dimaksudkan untuk melindungi makam para raja. Oblisk adalah tugu segi empat yang
terbuat dari batu. Hiroglif adalah tulisan dan lukisan pada peninggalan kuno. Kehidupan
sosial masyarakat mesir menawarkan ajaran islami yang penuh kasih sayang, pemaaf. Islam
telah membentuk peradaban dalam sosial-budaya dan bahasa mereka.
Mesir yang terkenal dengan sebutan ardhul anbiya (negeri para nabi) memang telah
menjadi kiblat keilmuan keislaman dunia. Selain mempunyai segudang peradaban, negeri
seribu menara ini juga merupakan gudang segala ilmu. Negara ini seakan memiliki magnet
tersendiri. Terbukti, Mesir telah memikat jutaan hati para pelajar dari berbagai penjuru dunia,
termasuk dari indonesia, untuk menimba ilmu disana. Tentunya, semua ini tidak lepas dari
peran Al- Azhar sebagai pusat pendidikan tertua yang telah melahirkan banyak ulama dunia. 1
Sedangkan, pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berangkat dari bunyi pasal ini

1
Yunitasari, Dukha, MEMETIK PELAJARAN DARI SISTEM PENDIDIKAN MESIR UNTUK PENINGKATAN
PENDIDIKAN INDONESIA, (Nusa Tenggara Barat: FKIP Universitas Hamzanwadi, 2017),Hal. 102-104.
dapat diketahui bahwa pendidikan adalah sistem yang merupakan suatu totalitas struktur yang
terdiri dari komponen yang saling terkait dan secara bersama menuju kepada tercapainya
tujuan (Soetarno, 2003: 2). Adapun komponen-komponen dalam pendidikan nasional antara
lain adalah lingkungan, sarana-prasarana, sumberdaya, dan masyarakat. Komponen-
komponen tersebut bekerja secara bersama-bersama, saling terkait dan mendukung dalam
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam UU
SISDIKNAS adalah untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Disamping komponen-komponen tersebut pendidikan juga meliputi aspek-aspek sistemik
lainnya yaitu: 1. Isi, 2. Proses, 3. Tujuan.
Implementasi dari aspek pendidikan isi adalah input (anak didik) sebagai obyek dalam
pendidikan, sedangkan proses/trasformasi merupakan mesin yang akan mencetak anak didik
sesuai yang diharapkan, dan tujuan merupakan hasil akhir yang dicapai atau output. Perlu
diketahui bahwa proses/trasformasi dalam kerjanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
fasilitas, waktu, lingkungan, sumber daya, pendidik dan sebagainya, dimana faktor tersebut
sangat menentukan output. Oleh karena itu, sebuah sistem pendidikan perlu melakukan
penyesuaian dengan lingkungan, karena lingkungan mengandung sejumlah kendala bagi
bekerjanya sistem (misalnya: keterbasan sumber daya). Untuk itu sistem pendidikan dituntut
oleh lingkungan untuk mengolah sumber daya pendidikan secara efektif dan efisien. Dengan
demikian jelaslah bahwa makna pendidikan sebagai sistem adalah seluruh komponen yang
ada dalam pendidikan (seperti lingkungan, masyarakat, sumber daya) dapat bekerja sama
dalam mencapai tujuan pendidikan-pendidikan nasional, yang dalam implementasinya dapat
dilihat dari aspek-aspek sistem yaitu input-proses-ouput. Dan hasil akhir dari ouput dapat
memberikan umpan balik terhadap input dan proses sehingga dapat diketahui hasil akhir
tujuan pendidikan.2

2
Munirah, SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita, (Makassar: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin, 2015),Hal. 234-235.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan Mesir
Peraturan tentang sistem pendidikan pemerintahan Mesir dimonitoring dan dievaluasi
oleh kementrian pendidikan. Sistem pendidikan yang berlaku di pemerintahan Mesir pada
akhirnya beragam. Sistem pendidikan sekuler berbentuk pendidikan untuk publik sementara
sistem pendidikan islam dikelola oleh Universitas al-Azhar yaitu pendidikan privat ditambah
dengan keberadaan para pendatang dari negara luar untuk menimba ilmu di mesir. Sistem
pendidikan sekuler yang dikelola oleh pemerintahan Mesir berupa pendidikan pra universitas,
berupa pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan yang berorientasi pada kejuruan dan
pendidikan menengah. Sistem pendidikan sekuler pada taman kanak-kanak di Mesir mulai
memperkenalkan program pendidikan dasar. Pada tahun ini juga, pendidikan dasar dan
lembaga pendidikan swasta yang berorientasi pada kejuruan diberi mandat sebagai lembaga
pendidikan setingkat pendidikan dasar, yang ditempuh selama enam tahun. Namun pada
tahun 1988 pendidikan swasta yang berorientasi pada kejuruan di tempuh 9 tahun dan
selanjutnya direduksi menjadi delapan tahun.
Taman kanak-kanak (TK) di Mesir dikenal dengan istilah Hadonah. Yang waktu tempuh
pengajarannya lebih kurang sama dengan yang ada di indonesia yakni selama 2 tahun, berupa
tingkat 1 dan 2. Setelah tamat TK melanjutkan ke jenjang SD (ibtida’i). Masa belajar di
jenjang SD ini hanya selama 5 tahun yang terbagi menjadi kelas I. Kelas II, kelas III, kelas IV
dan kelas V/VI ini adalah penggabungan dari kelas V dan kelas VI yang dilaksanakan
pembelajarannya dalam waktu 1 tahun, dengan sistem pembelajaran pada caturwulan pertama
siswa belajar mata pelajaran kelas V dan pada caturwulan kedua mereka mempelajari mata
pelajaran kelas VI. Evaluasi pembelajaran di Mesir secara umum di setiap tingkat ditentukan
oleh Kementerian Pendidikan dan setiap mata pelajaran memiliki tolak ukurnya sendiri.
Dalam ujian masuk sekolah menengah pertama, skor patokan untuk jumlah mata pelajaran
adalah 350 poin. Siswa dengan nilai 185 atau lebih dianggap telah masuk SMP dengan
tambahan Bahasa Inggris, perancis. Pindah ke jenjang SMA selama 3 tahun di kelas yang
sama. Nilainya hampir sama, tetapi skor total untuk jumlah total mata pelajaran adalah 250.
Peningkatan siswa dengan skor di atas 185 dapat mendaftar di pendidikan menengah. Jika
nilai siswa antara 160 dan 185, dia dapat menghadiri sekolah menengah komersial. Jika anda
tidak mendapatkan nilai yang cukup dan hanya naik. Anda dapat pergi ke sekolah menengah
industri. Ada juga sekolah menengah untuk pariwisata dan perhotelan, dan nilai yang
diperlukan untuk masuk ke sekolah ditentukan oleh sekolah tempat anda mendaftar dan rata-
rata adalah nilai industri.
Setiap sekolah memiliki pelajaran tertentu. Untuk lebih jelasnya, pelajaran dan jurusan
masing-masing sekolah. Di tingkat SMU, periode kelas adalah 3 tahun. Pada kelas 1,
caturwulan 3, sekolah meminta siswa untuk memilih mata pelajaran yang akan diambil. Ada
beberapa pilihan, seperti sains, matematika, dan sastra. Ketika siswa mengambil sains,
mereka menerima kelas wajib: biologi, kimia, dan fisika. Selain itu, siswa harus memilih dua
mata pelajaran lain, seperti ilmu pengetahuan (nabati, hewani, manusia), geografi, filsafat,
dan sejarah. Oleh karena itu, ada lebih banyak mata pelajaran sains daripada mata pelajaran
lainnya. Mahasiswa yang memilih program studi sains mengikuti akademi (universitas)
kedokteran (gigi, mata, dll), apotek, kedokteran hewani, nabati (pertanian), dll. Siswa
matematika menerima mata pelajaran wajib dalam kimia, matematika dan fisika. Selain itu,
siswa dapat memilih dari dua mata pelajaran: biologi, geografi, filsafat, dan kemasyarakatan.
Siswa yang belajar sastra diberikan mata pelajaran wajib dalam geografi, filsafat, ilmu sosial,
sejarah dan ekonomi. Mata pelajaran pilihan siswa adalah kimia, geografi, matematika, fisika,
dan biologi. Setelah itu, dia bisa masuk akademi (perguruan tinggi) seperti penerangan,
perdagangan, bisnis dan politik, musik, pendidikan jasmani, pengajaran arab, kehakiman
(pengadilan) dan masih banyak. Di sekolah menengah lain seperti perdagangan, maka
pendidikan yang diberi ada pendidikan untuk menjadi “businessman” dengan mata pelajaran
seperti komputer, mengetik dan layanan kesekretariatan dan sebagainya, sekolah ini
berlangsung selama tiga tahun. Jika hasil SLTP mencapai 200 ke atas maka siswa dapat
masuk sekolah menengah perdagangan 5 tahun. Dan kemudian akan masuk akademi
perdagangan langsung ke tingkat dua. Hal ini juga terjadi di sekolah menengah teknik,
sekolah pariwisata dan sekolah perhotelan. Akademi meliputi akademi informasi, barang
antik, akademi pariwisata dan perhotelan.
Pendidikan menengah di mesir sejalan dengan penyelenggaraab pendidikan umum.
Pendidikan menengah di mesir merupakan pilar pendidikan mesir. Secara objektif cakupan
yang diadakan pada level menengah merupakan persiapan untuk menuju jenjang pada
universitas dan keterampilan hidup. Dengan berdirinya sekolah-sekolah dasar dan menengah,
kebutuhan akan guru yang berkualitas menjadi keharusan, maka dibuka sebuah pusat
pelatihan untuk mendidik guru-guru yang diberi nama Dar Al-Ulum. Lembaga ini sibuk
melatih guru fisika, geometri, ilmu bumi, sejarah, dan khat (tulisan indah). Selain itu, guru
perlu dilatih dalam bidang studi yang diajarkan di al-azhar, seperti al-Qur’an, juru tafsir,
hadist, fiqih, dan bahasa arab. Dar al-Ulum berusaha menghubungkan bidang studi agama
dengan bidang penelitian umum (modern).3
B. Sistem Pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan dikelola secara sentralistik, berlaku diseluruh tanah air. Tujuan
pendidikan, materi ajar, metode pembelajaran, buku ajar, tenaga kependidikan, baik siswa,
guru maupun karyawan, mengenai persyaratan penerimaannya, jenjang kenaikan pangkatnya
bahkan sampai penilaiannya diatur oleh pemerintah pusat dan berlaku untuk semua sekolah di
seluruh pelosok tanah air. Di samping itu sistem pendidikan diselenggarakan secara
diskriminatif seperti masih terdapat sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang dikelola oleh
masyarakat. Sekolah Swasta dikelompokkan menjadi 3 kelompok: terdaftar, diakui, dan
disamakan dengan sekolah negeri. Penguruan negeri dibiayai oleh pemerintah, sedang
perguruan swasta dibiayai oleh masyarakat. Hanya sebagian kecil anak bangsa yang diterima
di perguruan tinggi negeri, sebagian besar mereka di perguruan tinggi swasta. Dalam posisi
demikian perguruan swasta dapat ditemukan di banyak tempat. Keberadaannya besar
jumlahnya, tetapi rendah dalam mutu bila dibandingkan dengan perguruan negeri, yang lebih
sedikit dalam jumlah tetapi lebih tinggi dalam mutu. Karena mayoritas dana, sarana, dan
perhatian pemerintah dipusatkan di perguruan negeri.
Seiring dengan gambaran perlakuan di atas memberi kesan psikologis bahwa pendidikan
adalah milik pemerintah, dan bukan milik masyarakat. Semangat jiwa pendidikan telah lepas
dari jiwa masyarakat. Sekolah baik negeri maupun swasta terasa sudah tercabut dari

3
Baidarus,Radhiyatul Fithri, PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR, (Riau: Universitas Muhammadiyah Riau, 2017),Hal.
5-8.
lingkungan di dalam masyarakat. Banyak lembaga pendidikan formal dari dasar sampai
dengan perguruan tinggi yang telah menjadi komunitas atau kelompok tersendiri yang lepas
dari masyarakatnya. Lembaga-lembaga itu hanya mementingkan status formal seperti ijazah
dan gelar. Sistem pendidikan berorientasi pada kepentingan dan bukan untuk kepentingan
anak didik, pasar dan pengguna jasa pendidikan atau masyarakat dengan dalih bahwa strategi
pendidikan nasional adalah untuk membekali generasi muda agar mampu membawa bangsa
dan negeri ini cepat sejajar dengan bangsa dan negara lain yang lebih maju. Namun dalam
implikasi perkembangannya tidak diperoleh sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Keahlian
dan penguasaan IPTEK yang diperoleh sesuai menamatkan studinya berada dalam posisi
dimiliki secara individual dan siap dijual melalui kontrak kerja demi uang, dan bukan
menjadikan diri sebagai ilmuwan yang peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan, bangsa dan
negara.4
1. Perbandingan Sistem Pendidikan Mesir dan Pendidikan Indonesia
MESIR INDONESIA

Pengembangan sistem pendidikan ditujukan Pengembangan pendidikan untuk terbentuk


untuk tercapai kebahagian dunia dan akhirat. masyarakat berkarakter.

Pengembangan terhadap konsep, struktur, Pendidikan yang bermutu dan seumur hidup
proses serta fungsi pendidikan. menjadi hak setiap warga negara.

Sentralisasi di bawah kementerian Desentralisasi, belum terpenuhi masih


pendidikan dan kementerian Al-Azhar banyak otoritas pusat.

Penyusunan kurikulum dilakukan dengan Penyusunan kurikulum dilakukan dengan


adanya kerja sama tim yang terdiri dari para mempertimbangkan tingkat perkembangan
ahli, profesor, konsultan dan supervisor. siswa dan berkesesuaian dengan program
pembangunan nasional, lingkungan,
perkembangan Iptek serta seni.
Penentuan kenaikan kelas dan kesempatan Kenaikan kelas ditentukan dengan ujian yang
memasuki sekolah tujuan yang lebih tinggi didasarkan grade, sertifikat kompetensi
sangat bergantung pada skor ujian. Kenaikan diberikan dalam bentuk ijazah sebagai bukti
kelas diujikan pada grade 2,4,5, dan pada sertifikasi.
akhir grade 8 dilakukan ujian negara utama.
Sertifikat kelulusan diberikan mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Sistem pendidikan formal yang memiliki 2 Jenjang pendidikan SD, SMP, SMA/SMK,
struktur paralel yakni struktur keagamaan Al- untuk PT dari S1 sudah menggunakan gelar.
Azhar dan struktur sekuler. Di Indonesia PAUD pada Usia 3 s.d 5 th, SD
6-12 th, SMP 13-15 th, SLTA 16-18 th, serta
Dalam struktur sekuler, wajib belajar di saat mengikuti jenjang universitas pada usia
Mesir diberlakukan sampai grade 8 disebut 19 tahun.
4
Ibid.Hal. 235-236
dengan pendidikan dasar.

Dalam struktur sekolah Al-Azhar, secara


umum hampir sama dengan sekuler ditingkat
pendidikan dasar. Penekanan pelajaran
agama Islam yang lebih menjadi perbedaan
dengan sistem struktur sekuler.

Pendidikan teknik dan vokasional untuk


tingkat perguruan tinggi pada tahun 1988
terdapat 34 perguruan tinggi teknik dengan
mahasiswa berjumlah 59.400 orang.

Pendidikan non-formal adalah kegiatan


pendidikan terangkum dan terencana di luar
daripada sistem pendidikan formal.

SD, SMP, SMA/SMK, PT (Gelar untuk


S1dan S2 belum digunakan dalam penulisan
nama, melainkan untuk S3 (Ad Duktur),
penulisan nama Prof dilakukan dengan Al
Ustadz, Ad Duktur atau Syaikh.
Pada tahun 2013 pemerintah mengalokasikan Dana pendidikan yang dialokasikan
kuota sebesar 17% untuk pembiayaan pemerintah dari APBN sebesar 20%.
pendidikan Mesir dari APBN Mesir serta
menerima bantuan dari lembaga atau Negara
donor. Al-Azhar menggratiskan pendidikan
untuk seluruh warga Mesir (M Nurul Ikhsan
Saleh, 2015).
Tidak tercatat mengikuti PISA s.d tahun Pada PISA, 2019: rangking 72 dari 79
2007. Ikut TIMSS: rangking ke 41 dari 49 negara. TIMSS 2007: rangking 35 dari 49
negara. negara, TIMSS 2015 memperoleh rangking 6
terakhir.
Teruji kualitasnya dengan ujian profesional S1 untuk guru SD, SMP & SMA S2 untuk
sebelum menjadi pendidik dan pelatihan dosen S1, S3 untuk dosen S2 ditambah Prof.
berstruktur dengan kerja sama UNESCO untuk dosen S3. Peningkatan profesionalitas,
(ICT Standard Competency for Teachers). cenderung savanna (beasiswa masih minim).
Dosen di Al Azhar harus magang di luar
negeri min 2 tahun setelah Doktor.
Banyak pelajar Mesir melanjutkan Masih rendah jika dihitung dari jumlah
pendidikan keluar negeri, di antaranya USA, penduduk keseluruhan usia kuliah, di antara
Eropa dan untuk agama Al-Azhar menjadi kendala terbesar dalam melanjutkan studi ke
prioritas. luar negeri adalah persoalan bahasa.
Sudah cukup merata di seluruh wilayah Masih terdapat daerah 3T yang belum
Mesir, kecuali di sekolah swasta. memperoleh layanan pendidikan yang layak.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam memahami sistem pendidikan di suatu negara, kita perlu mengaitkannya
dengan latar belakang dimana sistem pendidikan itu diselenggarakan. Latar belakang
penyelenggaraan sistem pendidikan berupa keadaan historis, politis, ekonomis, dan sosiologis
dari suatu negara penyelenggara sistem pendidikan amat berpengaruh kepada potret
penyelenggaraan sistem pendidikan di suatu negara yang bersangkuta. Hal itu seperti
disebutkan Isaac Leon Kandel (dalam Rohman, 2010) bahwa guna memahami pendidikan
disuatu negara, baiknya juga mempelajari latar belakang sosial, ekonomi dan kebudayaannya.
Latar belakang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan tersebut sesungguhnya memiliki
pengaruh kuat terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan. Faktor-faktor di luar sistem
pendidikan yang mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan tersebut oleh
Isaac Leon Kandel disebut sebagai intangible factors. Faktor-faktor intangible itu penting
untuk dipelajari, selain mempelajari sistem pendidikan yang ada dalam suatu negara-bangsa.
Peraturan tentang sistem pendidikan pemerintahan Mesir dimonitoring dan dievaluasi
oleh kementrian pendidikan. Sistem pendidikan yang berlaku di pemerintahan Mesir pada
akhirnya beragam. Sistem pendidikan sekuler berbentuk pendidikan untuk publik sementara
sistem pendidikan islam dikelola oleh Universitas al-Azhar yaitu pendidikan privat ditambah
dengan keberadaan para pendatang dari negara luar untuk menimba ilmu di mesir. Sistem
pendidikan sekuler yang dikelola oleh pemerintahan Mesir berupa pendidikan pra universitas,
berupa pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan yang berorientasi pada kejuruan dan
pendidikan menengah. Sistem pendidikan sekuler pada taman kanak-kanak di Mesir mulai
memperkenalkan program pendidikan dasar. Pada tahun ini juga, pendidikan dasar dan
lembaga pendidikan swasta yang berorientasi pada kejuruan diberi mandat sebagai lembaga
pendidikan setingkat pendidikan dasar, yang ditempuh selama enam tahun. Namun pada
tahun 1988 pendidikan swasta yang berorientasi pada kejuruan di tempuh 9 tahun dan
selanjutnya direduksi menjadi delapan tahun.
Sistem pendidikan dikelola secara sentralistik, berlaku diseluruh tanah air. Tujuan
pendidikan, materi ajar, metode pembelajaran, buku ajar, tenaga kependidikan, baik siswa,
guru maupun karyawan, mengenai persyaratan penerimaannya, jenjang kenaikan pangkatnya
bahkan sampai penilaiannya diatur oleh pemerintah pusat dan berlaku untuk semua sekolah di
seluruh pelosok tanah air. Di samping itu sistem pendidikan diselenggarakan secara
diskriminatif seperti masih terdapat sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang dikelola oleh
masyarakat. Sekolah Swasta dikelompokkan menjadi 3 kelompok: terdaftar, diakui, dan
disamakan dengan sekolah negeri. Penguruan negeri dibiayai oleh pemerintah, sedang
perguruan swasta dibiayai oleh masyarakat. Hanya sebagian kecil anak bangsa yang diterima
di perguruan tinggi negeri, sebagian besar mereka di perguruan tinggi swasta. Dalam posisi
demikian perguruan swasta dapat ditemukan di banyak tempat. Keberadaannya besar
jumlahnya, tetapi rendah dalam mutu bila dibandingkan dengan perguruan negeri, yang lebih
sedikit dalam jumlah tetapi lebih tinggi dalam mutu. Karena mayoritas dana, sarana, dan
perhatian pemerintah dipusatkan di perguruan negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Baidarus,Radhiyatul Fithri. 2017. PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR, (Riau: Universitas Muhammadiyah
Riau),Hal. 5-8.
Munirah.2015. SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita, (Makassar: Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Alauddin),Hal. 234-235.

Yunitasari, Dukha.2017. MEMETIK PELAJARAN DARI SISTEM PENDIDIKAN MESIR UNTUK


PENINGKATAN PENDIDIKAN INDONESIA, (Nusa Tenggara Barat: FKIP Universitas Hamzanwadi),Hal.
102-104.

Anda mungkin juga menyukai